Anda di halaman 1dari 87

KUMPULAN LAPORAN

PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

Disusun oleh :
MUHAMMAD ARNOLD
18TKM333
2B

TEKNIK KIMIA MINERAL

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
POLITEKNIK ATI MAKASSAR

2019/2020
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
Jalan Sunu No. 220 Makassar
Telp. (0411) 449609, Fax. (0411) 449867

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Pengolahan Limbah Industri telah diselesaikan oleh EVA
WULANDARI, guna memenuhi persyaratan Mata Kuliah tersebut yang dilaksanakan di
Politeknik ATI Makassar.
Penyusun Laporan
Nama : MUHAMMAD ARNOLD
NIM : 18TKM333
Kelas/Kelompok : 2B/2
Jurusan : Teknik Kimia Mineral
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh asisten laboratorium dan dikumpulkan
pada tanggal 13 MEI 2020
Makassar, 13 MEI 2020
Menyetujui,
Dosen 1 Dosen 2 Dosen 3

Dra. Hartini Husain, M.Si Syardah Ugra Al Adawiyah.M.Pd.,M.Sc Asriani,A.Md

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Kimia Dasar,

Dr.Sariwahyuni,SP.,M.Si
NIP.197506182003122002

POLITEKNIK ATI MAKASSAR


Jalan Sunu No. 220 Makassar
Telp. (0411) 449609, Fax. (0411) 449867

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan Pengolahan
Limbah Industri ini meskipun dengan sangat sederhana.
Laporan Praktikum Kimia Analisis Kualitatif ini dibuat sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan praktikum, sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
menyiapkan dan melaksanakan praktikum dengan baik, terarah, dan trencana. Pada setiap
topik telah ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus
dilakukan oleh mahasiswa serta teori singkat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa
mengenai materi yang dibahas.
Namun tidak lepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Sesuai dengan kata
pepatah “tiada gading yang tak retak,” penyusun mengharapkan saran dan kritik. Kebenaran
dan kesempurnaan hanya milik Allah-lah yang punya dan Mahakuasa.
Semoga segala budi yang Bapak dan Ibu berikan kepada penyusun mendapat limpahan
rahmat dan berkah yang hakiki dari Allah SWT. Penyusun harap semoga laporan Praktikum
Kimia Analisis Kualitatif ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya dan dapat memenuhi
salah satu tugas penyusun. Amin.

Makassar, 28 MEI 2019

Penyusun

POLITEKNIK ATI MAKASSAR


Jalan Sunu No. 220 Makassar
Telp. (0411) 449609, Fax. (0411) 449867
PETUNJUK UMUM KESELAMATAN DAN
PENGGUNAAN PERALATAN LABORATORIUM

KESELAMATAN
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi
seluruh praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian,
kepatuhan setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu
mewujudkan praktikum yang aman.
PENGGUNAAN ALAT PRAKTIKUM
Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat-alat
parktikum :
1. Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat itu
2. Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat
3. Pahami fungsi atau peruntukan alat-alat Praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut
hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat
praktikum diluar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat
tersebut dan bahaya keselamatan praktikan
4. Pahami rating dan jangkaun kerja alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat
tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum diluar
fungsi atau peruntukannya.
SANKSI
1. Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi dikenakan sanksi tidak
lulus mata kuliah praktikum yang bersangkutan
2. Praktikan yang merusak alat ukur wajib melakukan penggantian alat ukur sesuai
spesifikasi alat ukur yang dirusak tersebut

POLITEKNIK ATI MAKASSAR


Jalan Sunu No. 220 Makassar
Telp. (0411) 449609, Fax. (0411) 449867

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
PETUNJUK UMUM KESELAMATAN DAN PENGGUNAAN
PERALATAN LABORATORIUM........................................................................... iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................. v
JUDUL PERCOBAAN

1. PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM...........................


2. PENENTUAN TITIK SAMPLING.....................................................
3. PENGOLAHAN LIMBAH SECARA FISIKA....................................
4. PENGOLAHAN LIMBAH SECARA KIMIA....................................
5. PENETAPAN NILAI TSS...................................................................
6. PENETAPAN NILAI BOD..................................................................
7. PENETAPAN NILAI COD..................................................................
8. PENETAPAN JUMLAH MIKROBA DALAM AIR LIMBAH..........
9. PEMBUATAN PUPUK BOKASHI.....................................................
LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENGENALAN ALAT LABORATORIUM ”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.LATAR BELAKANG
Laboratorium adalah salah satu pusat segala aktivitas ilmiah, yang meliputi riset,
eksperimen, dan pengukuran. Ada beberapa jenis laboratorium diantaranya adalah
laboratorium kimia, laboratorium biologi dan fisika dll. Peralatan lab yang dipakai disetiap
laboratorium ada yang sama dan ada pula yang berbeda. Semua memiliki jenis peralatan
khas yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing.

Pengenalan alat-alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam
melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar
mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat
di butuhkan dalam proses penilitian atau pun praktikum terutama dalam proses praktikum
kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing
didalam bidang keilmuan atau pun proses penilitian tentu alat-alat ini sangat di butuhkan
sekali. Alat-alat laboratorium juga dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur
pemakaiannya. Maka diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan
alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar,
sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dilakukan praktikum pengenalan alat laboratorium ini
agar praktikan mampu mengetahui dan memahami cara penggunaan alat laboratorium.

II.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui beberapa alat laboratorium yang digunakan pada pengolahan limbah
industri,cara penggunaan,pemeliharaan/perawatan.serta fungsinya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.LANDASAN TEORI
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa teori pengenalan alat-alat laboratorium
bertujuanuntuk membuat praktikan mengetahui fungsi atau kegunaan alat-alat
laboratorium, olehkarena itu, fungsi daripada tiap-tiap alat akan dijelaskan dengan tujuan
agar praktikan dapatmemahami secara jelas kegunaan alat-alat laboratorium yang akan
dipakai. Pada dasarnyasetiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat tersebut,
prinsip kerja atau prosesyang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat
dapat dikenali berdasarkannamanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya
diakhiri dengan kata meterseperti thermometer, hygrometer, spektrofotometer, dll. Alat-
alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph”
seperti thermograph, barograph (Moningka, 2008).

Dari uraian tersebut, tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan
mengenaikegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang
khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan
peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan
(Moningka, 2008).

Penggunaan beberapa alat gelas dengan tepat penting untuk diketahui agar
pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik. Kesalahan dalam penggunaan alat-alat ini
dapatmempengaruhi hasil yang akan diperoleh. Oleh karena itu harus diberikan pelatihan
tentang penggunaan alat-alat tersebut.Penggunaan alat-alat gelas tersebut haruslah sesuai
dengan fungsinya agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik dan tepat. Apabila
terjadi suatu kesalahan atau kekeliruandalam penggunaannya akan mempengaruhi hasil
yang diperoleh. Ada beberapa macam alatgelas yang dipakai di laboratorium, antara lain:
gelas piala (beker gelas), erlenmeyer, gelasukur, botol, pipet, corong, tabung reaksi, gelas
objek dan gelas penutup, cawan petri dankamar hitung.Terdapat dua kelompok alat-alat
ukur yang digunakan pada analisa kuantitatif, yaitu:Alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan alat-
alat yang tidak teliti (kualitatif). Untuk alat-alatyang teliti (kuantitatif) terdiri dari : buret,
labu ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-alat yangtidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas ukur,
erlenmeyer, dan lainnya. Dalam prakteknya baikanalisa maupun sintesa, sesorang yang
mempelajari atau menekuni bidang kimia pasti akanselalu dihadapkan pada hal-hal yang
berhubungan dengan alat-alat dan bahan kimia

Selain untuk menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja danfungsi
dari masing-masing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan
sempurna,kebersihan alat yang digunakan dan ketelitian praktikan dalam perhitungan
sangatmempengaruhi keberhasilan dalam suatu praktikum, dengan ketelitian dan
ketepatan penggunaan alat maka kesalahan dalam praktikum dapat diminimalisir (Riadi,
1990)
Maka, dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, dalam pelaksanaannya diharapkan
kitadapat melakukan percobaan dengan baik, dimana selain memperkenalkan alat dan
fungsinyakita juga harus mengetahui cara kerja dan sistematika penggunaan alat-alat
tersebut secaratepat dan akurat, karena dengan mengetahui sistematika atau langkah-
langkah penggunaanalat akan membuat praktikan tahu bagaimana mengatasi kesalahan-
kesalahan yang dapatterjadi pada alat saat kita melakukan percobaan dilaboratorium
(Mardani, 2007).

Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara kerjaserta
fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan dan
bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat, praktikan
dapatmelaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).

Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau pemakainya
yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakitatau
gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam laboratorium yang aman, bebas dari
rasakhawatir akan kecelakaan, dan keracunan seseorang dapat bekerja dengan aman,
produktif,dan efesien (Khasani, 1990).

Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat


gelas.Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan tersebut
dapat berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu laboratorium dapat kita
ciptakanapabila ada kemauan dari para pekerja, pengguna, maupun kelompok pekerja
laboratoriumuntuk menjaga dan melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan
yang terjadidapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Tujuan dari
praktikum pengenalan alat ini adalah untuk mengenal beberapa macam alat gelas yang
sering digunakandalam laboratorium dan penggunaanya (Ginting, 2000).

Sebelum melakukan praktikum hal yang paling utama yang harus dipahami oleh praktikan
adalah mengetahui terlebih dahulu nama-nama alat, fungsi, dan cara penggunaanalat-alat
yang akan kita gunakan, agar praktikum yang akan dilakukan berjalan dengan baik(Setiawati,
2002).

Pemakaian bahan kimia akan sangat berpengaruh terhadap alat-alat yang digunakan.Setiap
alat dirancang dengan bahan-bahan yang berbeda, ada yang terbuat dari gelas, porselen,
kayu, alumunium, plastik, dan lain-lain sesuai dengan fungsinya masing-masing. Alat-alat
tersebut ada yang tahan terhadap basa, tahan terhadap kondisi asam, tahan terhadap
panas, dan ada yang hanya tahan terhadap kondisi normal. Oleh sebab itu, penggunaan
alatdan bahan kimia sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian (Mored, 2000).
Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui nama-
namanya,memahami bentuk, fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat dirancang
atau dibuatdengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan mempunyai fungsi yang
sangat spesifik.Kebanyakan peralatan untuk percobaan – percobaan di dalam laboraturium
terbuat dari gelas.Meskipun peralatan-peralatan tersebut telah siap dipakai, tetapi di dalam
pemasangan alatuntuk suatu percobaan kadang kala diperlukan sambungan-sambungan
dengan gelas ataumembuat peralatan khusus sesuai kebutuhan (Imamkhasani, 2000).
BAB III
METODE KERJA
A.ALAT
1. Gelas ukur
2. Gelas kimia
3. Botol cod
4. Botol bod
5. Cawan petri
6. Thermometer
7. Oven
8. Neraca analitik
9. Incubator
10. Ph meter
11. Spektrofotometer
12. kerucut pengendap
13. Sentrifuge
14. Mikroskop
15. Kompor
16. Colony counter
17. Autoclave
18. Flokulator
19. Erlenmeyer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
GAMBAR FUNGSI
Inkubator Untuk menginkubasi penumbuhan
mikroba

Oven Untuk sterilisasi alat-alat yang


digunakan dengan menghilangkan
kadar airnya

Termometer Untuk mengukur suhu larutan atau


sampel yang bersifat cair

Laminar air flow Untuk melakukan isolasi mikroba agar


tidak terkontaminasi oleh mikroba lain
diudara
Sentrifuge Untuk memisahkan endapan dari
larutan

Mikroskop Untuk melihat dan mengamati benda


yang tidak terlihat oleh kasat mata

Colony counter Untuk menghitung jumlah colony


mikroba

Gelas kimia Sebuah wadah untuk menyimpan dan


membuat sebuah larutan

Kompor Untuk memanaskan sampel


Neraca analitik Untuk menimbang sampel

otoclave Untuk sterilisasi dengan tekanan tinggi

Botol bod Untuk melakukan tes biologi oxygen


demond

Botol cod Untuk melakukan tes chemical oxygen


demond

Flokulator Untuk mengumpulkan flok-flok agar


menjadi besar
Gelas ukur Untuk mengukur suatu larutan yang
akan dipakai

Erlenmeyer Untuk menyimpan dan menampung


larutan

Kerucut pengendap Untuk mengendapkan padatan yang


terdapat dalam larutan dengan
bantuan gaya gravitasi dan gesek

Cawan petri Sebagai wadah pengembangbiakan


mikroba

Ph meter Untuk mengukur ph suatu cairan

Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu
pada suatu objek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap dan
sisanya akan dilewatkan

B.PEMBAHASAN
pada percobaan kali ini dilakukan penentuan alat laboratorium beserta fungsinya.dari
hasil percobaan dapat diketahui bahwa, inkubator berfungsi Untuk menginkubasi
penumbuhan mikroba,oven berfungsi sebagai untuk sterilisasi alat-alat yang digunakan
dengan menghilangkan kadar airnya,thermometer berfungsi Untuk mengukur suhu larutan
atau sampel yang bersifat cair,laminar air flow berfungsi Untuk melakukan isolasi mikroba
agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lain diudara,sentrifuge berfungsi Untuk memisahkan
endapan dari larutan,mikroskop berfungsi Untuk melihat dan mengamati benda yang tidak
terlihat oleh kasat mata,colony counter berfungsi Untuk menghitung jumlah colony
mikroba,gelas kimia berfungsi Sebuah wadah untuk menyimpan dan membuat sebuah
larutan,kompor berfungsi Untuk memanaskan sampel,neraca analitik berfungsi Untuk
menimbang sampel,otoclave berfungsi Untuk sterilisasi dengan tekanan tinggi,botol bod
berfungsi Untuk melakukan tes biologi oxygen demond,botol cod berfungsi Untuk
melakukan tes chemical oxygen demond,flokulator berfungsi Untuk mengumpulkan flok-flok
agar menjadi besar,gelas ukur berfungsi Untuk mengukur suatu larutan yang akan
dipakai,erlenmeyer berfungsi Untuk menyimpan dan menampung larutan,kerucut
pengendap berfungsi Untuk mengendapkan padatan yang terdapat dalam larutan dengan
bantuan gaya gravitasi dan gesek,cawan petri berfungsi Sebagai wadah pengembangbiakan
mikroba,ph meter berfungsi Untuk mengukur ph suatu cairan,spektrofotometer berfungsi
untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan
peralatan gelas:gelas ukur,gelas kimia,botol cod,botol bod,cawan
petri,thermometer,erlenmeyer
peralatan instrument:ph meter,spektrofotometer,mikroskop,laminar air
flow,oven,inkubator,kompor,otoclave,sentrifuge,neraca analitik,colony counter
peralatan pengolahan limbah:penjernih air limbah,flokulator,kerucut pengendap

BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada beberapa alat
laboratorium yang memiliki cara penggunaan,pemeliharaan,dan fungsi yang berbeda beda

DAFTAR PUSTAKA
Buku penuntun praktikum kimia 2013.laboratorium teknologi pertanian unib

Moningka.2008. Kimia Universitas Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.

Ramli.2002 .Analisis Kimia Kualitatif .Erlangga, Jakarta.

Riadi.1990. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif : Choosing Effective LaboratoryTests.


Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Mardani, 2007. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Braddy, James E. 1994. Kimia Universitas Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.


LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENENTUAN TITIK SAMPLING”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak

sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia

serta mahkluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga

dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang

diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian. Pelestarian kualitas air

merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi

alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran

air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku

mutu

Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang

berukuran N. Dalam melakukan sampling, terdapat teori dasar yang disebut teori sampling. Teori
sampling

mencoba mengembangkan metode/rancangan pemilihan sampel, sehingga dengan biaya

sekecil mungkin dapat menghasilkan pendugaan parameter yang mendekati parameter

populasinya. Teori sampling bertujuan untuk membuat sampling menjadi lebih efisien.

Pengertian efisien dalam teori dasar sampling adalah rancangan sampling yang menghasilkan

dugaan yang paling mendekati parameter populasi, membutuhkan biaya pengumpulan data

yang sekecil-kecilnya.

Berasarkan dari uraian diatas, maka dilakukan praktikum penentuan titik sampling agar praktikan
mampu mengetahui apa yang dimaksud sampling, titik sampling, serta cara menentukan titik
sampling.

B.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui cara menentukan titik sampling di lokasi dan cara pengambilan
sampel/sampling di lokasi limbah pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.LANDASAN TEORI

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya . Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu.
Dalam penelitian populasi dibedakan menjadi 2 , yaitu: Populasi secara umum dan populasi
target (target population). Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keterbelakukan
kesimpulan penelitian kita (usman dkk,2006).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut .
Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan . Penelitian
dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian
menggunakan populasi, karena penelitian dengan menggunakan sampel lebih menghemat
biaya, waktu dan tenaga. Dalam menentukan sampel langkah awal yang harus ditempuh adalah
membatasi jenis populasi atau menentukan populasi target.(usman dkk,2006)

Ada beberapa kekeliruan yang mengkibatkan bias dalam penarikan sampel (usman dkk,2006),
antara lain:

a) dalam menentukan populasi target

Contoh: populasi target dalam penelitian adalah guru IPA SMA Negeri, tapi dalam penarikan
sampel hanya dilakukan pada guru biologi saja.

a) karakteristik sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi target

Contoh: penelitiannya adalah presepsi para siswa terhadap pemberian layanan BK disekolah,
tapi angketnya diberikan kepada seluruh siswa termasuk siswa yang belum mendapatka layanan
BK di sekolah.

a) salah dalam menentukan wilayah

Contoh: populasi target adalah seluruh DIY, tapi dalam penarikan sampel hanya dilakukan di
daerah pedesaan saja.

a) jumlah sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah populasinya
b) kombinasi dari beberapa kekeliruan diatas

 
3.     TEKNIK SAMPLING

1) Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (). Pemilihan
sampel dengan cara probabilitas (probability) ini sangat dianjurkan pada penelitian kuantitatif.

Dalam penelitian hal penting yang harus diperhatikan untuk mendapatkan responden yang akan
dijadikan sempel, makaa peneliti harus mengetahui jumlah responden yang ada dalam populasi.
Teknik memilih sampling acak ini dapat dilakukan dengan beberapa cara (kasiram,2010), antara
lain:

a) Cara manual atau tradisional

Cara manual atau tradisional ini dapat dilihat dalam kumpulan ibu-ibu arisan. Cara ini dapat
dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:

(1) Tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui


(2) Daftar semua anggota dalam populasi dan masukkan dalam kotak yang diberi lubang
penarikan
(3) Kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat lubang pengeluaran yang telah dibuat
(4) Nomor anggota yang dikeluarkan adalah mereka yang ditunjuk sebagai sampel
penelitian
(5) Lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan dapat dicapai

b).Menggunakan tabel random

Sampling acakan dengan menggunakan tabel ini mudah dilaksanakan, selain itu sampel yang
diperoleh cukup presentatif asal populasi yang sesungguhnya telah diketahui. Langkah-langkah
yang digunakan untuk memilih sampel, (kasiram,2010) yaitu:

(1) Identifikasi jumlah total populasi


(2) Tentukan jumlah sampel yang diinginkan
(3) Daftar semua anggota dengan nomor kode yang diminta
(4) Pilih secara acak dengan menggunakan penunjuk pada angga yang ada didalam tabel
(5) Pada angka-angka yang dipilih, lihat hanya angka digit yang tepat yang dipilih
(6) Jika angka dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual dalam populasi menjadi
individu dalam dalam sampel
(7) Gerakan penunjuk dalam kolom atau angka, ulangi terus hingga jumlaj sampel yang
diinginkan tercapai
(8) Membagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesuai dengan bentuk desain
penelitian

Langkah-langkah dalam penarikan sampel adalah menetapkan cirri-ciri populasiyang menjadi


sasarandan akan diwakili oleh sampel di dalam penyelidikan. Penarikan sampel dalam penelitian
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai populasi tersebut. Dalam teknik acak ini ada
beberapa macam sampling acak (usman dkk,2006), yaitu:

1).      Sampling Acakan yang Sederhana (Simple random sampling)


Dalam pengambilan acakan sederhana (Simple random sampling) seluruh individu yang
menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota
sampel. Setiap individu memiliki peluang yg sama untuk diambil sebagai sampel, krena individu-
individu tersebut memiliki karakteristik yang sama. Setiap individu juga bebas dipilih karena
pemilihan individu-individu tersebut tidak akan mempengaruhi individu yang lain.

2).      Sampling Acakan dengan Stratifikasi (Stratified random sampling)

Populasi biasanya perlu digolongkan menurut ciri (stratifikasi) tertentu untuk keperluan
penelitian. Missal, menjadikan buruh suatu pabrik besar sebagai populasi dan populasi ini
distratifikasikan menurut usia <20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan >50 tahun.

Untuk lebih sederhana, dapat diatur tiap jumlah golongan atau kategori sehingga berjumlah 1000
orang, sedangkan proporsi dipilih sebanyak 100 orang atau 10 persen.

Setelah kita melakukan stratifikasi atau penggolongan menurut cirri baru kemudian kita
menentuka sampel setiap golongan secara acak

3).      Sampling acakan secara proporsional (Proportionate stratified random


sampling)

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random

sampling yaitu pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi

tidak homogen yang terdiri atas kelompok homogen atau berstrata secara

proporsional (prasetyo,2010).

4).      Sampling acakan secara tak proporsional menurut stratifikasi (disproportionate


stratified random sampling)

Sampling ini hampir sama dengan sampling stratifikasi, bedanya proporsi subkategori-
kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam populasi. Hal ini dilakukan
karena subkategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya. Misal, kita mengambil populasi
tenaga pengajar yang terdiri atas guru besar, lector kepala, lector, lector muda, dan asisten.
Sampel dapat diambil secara merata yakni untuk masing-masing

Bila jumlah sampel cukup besar, maka kepincangan sampling dengan sendirinya teratasi.
Sampling ini tidak memakan banyak waktu dibandingkan dengan sampling secara proporsional.
Sedangkan kelemahan sampling jenis adalah proporsi tiap kategori yang sebenarnya menurut
populasi jadi terganggu.

5).      Sampling Acak Klaster-Berstrata (stratified-cluster)

Random ini merupakan gabungan atau perpaduan dari cara pengambilan sampel acak berstrata
dengan sampel acak cluster. Setiap populasi memiliki karakteristik yang berbeda. Populasi yang
memiliki strata saja terjadi karena peneliti sendiri sudah membatasi populasinya pada klaster
tertentu tapi klaster ini masih cukup luas. Contoh: perajin rotan, petani yang memiliki sawah dan
SMA di perkotaan. Sedangkan populasi yang memiliki klaster saja karena peneliti telah
membatasi pada strata tertentu. Contoh: populasi guru-guru lulusan D3 atau S1 saja.
Pengambilan sampel secara acak klaster-berstrata harus tetap memperhatikan syarat acak atau
karakteristik yang sama.

6).      Teknik Klaser/Sampling Daerah/Area sampling (Cluster sampling)

Area sampling ini merupakan sampling menurut daerah atau pengelompokannya (Nasution,
2003). Teknik klaser ini memilih sample berdasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok
subjek secara alami berkumpul bersama. Langkah-langkah dalam menggunakan teknik klaser
(kasiram,2010), yaitu:

a) Identifikasi populasi yang hendak digunakan dalam studi


b) Tentukan besar sampel yang digunakan
c) Tentukan dasar logika untuk menentukan klaser
d) Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada setiap klaser
e) Daftar semua objek dalam setiap klaser dengan membagi antara jumlah sampel dengan
jumlah klaser yang ada
f) Secara random, pilih jumlah anggota sampel yang diinginkan untuk setiap klaser
g) Jumlah sampel adalah jumlah klaser dikalikan jumlah anggota populasiper klaser

Teknik klaser atau yang sering disebut dengan area sampling ini mempunyai beberapa
keuntgungan dan kelemahan (prasetyo,2010), antara lain:

Keuntungan:

a) teknik ini dapat digunakan peneliti yang melibatkan jumlah populasi yang besar dan
tersebar didaerah yang luas,
b) pelaksanaanya lebih mudah, biaya yang digunakan lebih murah kerana berpusat pada
daerah yang terbatas,
c) generalisasi yang diperoleh berdasarkan penelitian daerah-daerah tertentu dapat berlaku
pada daerah-daerah diluar sampel.

Kelemahan:

a)  jumlah individu dalam setiap daerah tidak sama

7).      Teknik secara stratifikasi

Teknik stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui bahwa kondisi
populasi terdiri atas beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau lapisan yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Ketepatan teknik stratifikasi dapat ditingkatkan dengan
menggunakan proporsional besar kecilnya anggota lapisan dari populasi ditentukan oleh besar
kecilnya jumlah anggota populasi dalam lapisan yang ada. Teknik stratifikasi ini mempunyai
beberapa langkah (kasiram,2010), yaitu:

a) Identifikasi jumlah total populasi


b) Tentukan jumlah sampel yang diinginkan
c) Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi
d) Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik lapisan yang dimiliki
e) Pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang telah dilakukan dalam
teknik random diatas
f) Lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan yang ada, sampai jumlah sampel yang
ada

8).      Teknik secara sistematis (systematic sampling)

Teknik pemilihan sampel ini menggunakan prinsip proporsional, dengan cara menentukan
pilihan sampel pada setiap 1/k dimana k adalah suatu angka pembagi yang telah ditentukan
(misal: 5,6 atau 10). Pada teknik secara sistematis ini mempunyai beberapa langkah dalam
memilih sampel (kasiram,2010), antara lain:

a) Identifikasi total populasi yang akan digunakan dalam proses penelitian


b) Daftar semua anggota populasi
c) Berikan nomor kode untuk setiap anggota populasi
d) Tentukan besarnya jumlah sampel yang ada
e) Tentukan proporsional sistematis k yang besarnya sama dengan jumlah populasi dibagi
dengan jumlah sampel
f) Mulai dengan mengacak anggota populasi
g) Ambil setiap k terpilih untuk menjadi anggota cuplikan, samapi jumlah total terpenuhi
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.ALAT
1.ph meter
2.thermometer
3.jergen

B.BAHAN
1.air limbah pasar

C.CARA KERJA
1.disiapkan alat dan bahan yang akan digunagan
2.diukur Ph dan suhu sampel pada lokasi secara duplo
3.diambil sampel sesuai lokasi yang ditentukan
4.dimasukkan sampel pada jergen,untuk diuji pada praktikum-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL

Sampel air limbah pasar

PERCOBAAN pH SUHU(˚C)

SIMPLO 6 27
DUPLO 6 27

B.PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan titk sampling yang dilakukan dengan
cara pengambilan sampel air limbah pasar.

Pada percobaan ini pertama tama diukur pH dan suhu sampel yang ada dilokasi
secara duplo kemudian diambil sampel yang sesuai dengan lokasi kemudian
dimasukkan kedalam jergen untuk diuji pada praktikum

pada percobaan simplo didapatkan hasil ph 6 dengan suhu 27˚C sedangkan pada
percobaan duplo didapatkan hasil ph 6 dengan suhu air 27˚C,dari data yang
didapatkan dapat kita lihat bahwa sampel simplo dan duplo bersifat asam sedangkan
menurut teori yang didapatkan limbah pasar memiiliki sifat basa jika limbah tersebut
adalah limbah buangan baru.sedangkan limbah yang bersifat asam merupakan
limbah sudah lama dan telah membusuk
BAB V

PENUTUP
A.KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa titik sampling yang
didapatkan itu berbeda dengan teori,dimana dari percobaan simplo dan duplo memiliki ph
dan suhu yang sama dan tidak sesuai dengan teori
DAFTAR ISI
Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kaulitatif. Malang: UIN-Maliki Press, 2010.

Prasetyo, Bambang. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali


Pers, 2010.

Usman, Husaini,  dkk. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENGOLAHAN LIMBAH SECARA FISIKA”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.LATAR BELAKANG
Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-bahan tersuspensi dan terapung,
menguraikan bahan organik biodegradable, meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan
estetika dan lingkungan. Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara
alami dan secara buatan.

Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary treatment) air limbah
sebelum dilakukan pengolahan lanjutan, pengolahan secara fisik bertujuan untuk menyisihkan
padatan-padatan berukuran besar seperti plastik, kertas, kayu, pasir, koral, minyak, oli, lemak, dan
sebagainya. Pengolahan air limbah secara fisik dimaksudkan untuk melindungi peralatan-peralatan
seperti pompa, perpipaan dan proses pengolahan selanjutnya. Beberapa unit operasi yang
diaplikasikan pada proses pengolahan air limbah secara fisik diantaranya : penyaringan (screening),
pemecahan/grinding (comminution), penyeragaman (equalization), pengendapan (sedimentation),
penyaringan (flitration), pengapungan (floatation).

Berdasarkan penjelasan diatas, dilakukan praktikum ini agar praktikam mampu negetahui bagaimana
cara pengolahan limbah secara fisika.

II.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui volume endapan (ml)yang terbentuk tiap satuan waktu dalam limbah
pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.LANDASAN TEORI
Limbah Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan beracun
adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau membahayakan lingkungan
hidup manusia serta makhluk hidup

Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air yang
membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu campuran air dan
padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang
dibuang ke dalam lingkungan. Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat dikategorikan atas
limbah padat, cair, dan gas. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam
memelihara kelestarian lingkungan. Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk
menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik
pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum dapat dibagi
menjadi tiga metode pengolahan, yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia,
dan pengolahan secara biologi. Haghi. (2010)

Limbah Rumah Potong Hewan Rumah Pemotongan Hewan yang selanjutnya disebut RPH
adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang
memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat
pemotongan hewan. Limbah utama dari RPH berasal dari penyembelihan, pemindahan,
pembersihan bulu, penjadian (rendening), pengaturan, pemerosesan dan pembersihan. Air
limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Haghi. (2010)

Limbah pemotongan hewan (RPH) yang berupa feses urin, isi rumen atau isi lambung, darah, daging
atau lemak, dan air cuciannya, dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan
mikroba sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. Dalam proses pembusukannya
di dalam air, menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada saluran
pernapasan yang disertai dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual dan kehilangan selera
makan. Selain menimbulkan gas berbau busuk juga adanya pemanfaatan oksigen terlarut yang
berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota air. Sofian. (2011)

Secara sederhana limbah cair dapat didefinisikan sebagai air buangan yang berasal dari
aktivitas manusia dan mengandung berbagai polutan yang berbahaya baik secara langsung
maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah cair dapat dibedakan atas
limbah rumah tangga dan limbah industri, sedangkan polutan yang terdapat dalam limbah
dapat dibedakan atas polutan organik dan polutan anorganik dan umumnya terdapat dalam
bentuk terlarut atau tersuspensi. Nusa Idaman Said.(2011)

Polutan yang terdapat dalam limbah cair merupakan ancaman yang cukup serius terhadap
kelestarian lingkungan, karena di samping adanya polutan yang beracun terhadap biota perairan,
polutan juga mempunyai dampak terhadap sifat fisika, kimia, dan biologis lingkungan perairan.
Dengan kata lain, perubahan sifat-sifat air akibat adanya polutan dapat mengakibatkan menurunnya
kualitas air sehingga berdampak negatif terhadap kelestarian ekosistem perairan dalam berbagai
aspek. Wbidlingmaier,dkk(2009)

Sifat fisika yang bekaitan dengan pencemaran air adalah suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan. Suhu
air limbah umumnya lebih tinggi dibandingkan suhu air normal, karena kadar oksigen terlarut dalam
limbah lebih rendah dari pada kadar oksigen terlarut pada air normal. Timbulnya warna pada air
disebabkan oleh adanya bahan organik terlarut dan tersuspensi termasuk diantaranya yang bersifat
koloid. Dengan demikian, diketahui bahwa intensitas warna berbanding lurus dengan konsentrasi
polutan dalam limbah, yang artinya intensitas warna dapat memperlihatkan kualitas suatu limbah.
Bau dan rasa pada air limbah timbul karena adanya penguraian bahan-bahan organik terlarut secara
mikrobiologis. Kekeruhan adalah ciri lain dari limbah cair yang disebabkan oleh partikel tersuspensi
dalam limbah yang menimbulkan dampak negatif paling nyata yaitu turunnya daya serap air akan
cahaya matahari, sehingga proses kehidupan biota perairan terganggu. Wbidlingmaier,dkk (2009)

Selain sifat fisika, polutan dalam limbah juga akan mempengaruhi sifat kimia air yaitu adanya
perubahan derajad keasaman (pH) serta tingginya nilai Biological Oxygen Demand (BOD) dan nilai
Chemical Oxygen Demand (COD) limbah. Derajad keasaman air merupakan salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi aktivitas kehidupan dalam perairan (Sutrisno, 2001).

Terjadinya perubahan pH pada air tercemar adalah akibat dari penguraian berbagai polutan organik
yang terdapat dalam limbah, sehingga akan mempengaruhi nilai COD dan BOD. pH, COD dan BOD
ketiganya merupakan parameter kualitas limbah karena dapat menyatakan kadar oksigen yang
dibutuhkan dalam menguraikan polutan organik dalam limbah. Yulipriyanto. (2010)

BAB III
METODE PERCOBAAN
A.ALAT
1. gelas kimia 300ml
2. jar test
3. kerucut pengendap
4. stopwatch

B.BAHAN
1. air limbah pasar

C.CARA KERJA
1. disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. dihomogenkan sampel air limbah pada jirgen(bolak-balik)
3. dituang sampel sebanyak 250ml kedalam gelas kimia 300ml
4. diletakkan pada jartest dengan putaran 60 rpm selama 30 menit
5. dimasukkan sampel yang telah dihomogenkan kedalam kerucut pengendap
6. diamati dan dihitung volume endapan dengan interval waktu 15 menit selama 2 jam

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
Waktu Volume (ml)
(sekon)
B.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini 15 5,8 dilakukan percobaan
pengolahan limbah secara fisika dengan
menggunakan sampel air limbah pasar.sampel
30 5,8
terlebih dahulu dimasukkan kedalam
jartestuntuk diaduk selama 30 menit yang
bertujuan untuk 45 5,8 mencampur endapan
dengan cairan.sampel kemudian
dimasukkan/dipindahkan kedalam kerucut
pengendap yang
60 5,8 berfungsi untuk
memisahkan antara endapan dengan cairan
yang diamati dengan 75 5,9 interval waktu 15 menit
selama 2 jam.berdasarkan hasil
pengamatan,didapatkan data bahwasemaakin
lama waktu pengadukan 90 6 maka volume sampel
semakin bertambah
105 6,1

BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa semakin lama
waktu pengadukan,maka volume sampel semakin bertambah
Daftar Pustaka
A.K. Haghi. (2010). Waste Management. Canada :Nova Science.

Luis F. Diaz, M. De Bertoldi, Wbidlingmaier (2009). Compost Science and Technology.


Amsterdam:Elsevier.

Nusa Idaman Said.(2011).Pengelolaan Limbah Domestik.Jakarta: BPPT.

Sofian. (2011). Sukses Membuat Kompos dari Sampah.Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka.

Suharto.Ign.  (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Yulipriyanto. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta : Graha Ilmu.


LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENGOLAHAN LIMBAH SECARA KIMIA”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.LATAR BELAKANG
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan
hidup, atau membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup

Untuk menetralisir adanya kandungan-kandungan bahan berbahaya dalam limbah, maka


perlu dilakukan pengolahan limbah sebelum limbah dibuang. Pengolahan limbah, atau
pengolahan air limbah domestik, adalah proses penghilangan kontaminan dari air limbah
dan limbah rumah tangga, baik limpasan (efluen) maupun domestik. Hal ini meliputi proses
fisika, kimia, dan biologi untuk menghilangkan kontaminan fisik, kimia dan biologis.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan aliran limbah (atau efluen yang telah diolah) dan
limbah padat atau lumpur yang cocok untuk pembuangan atau penggunaan kembali
terhadap lingkungan. Bahan ini sering secara tidak sengaja terkontaminasi dengan banyak
racun senyawa organik dan anorganik.

Pengolahan air limbah secara KIMIA merupakan pengolahan air limbah dengan
penambahan bahan kimia (padat, cair, dan gas) kedalam air limbah. Beberapa proses
pengolahan air limbah secara kimia seperti Netralisasi, Koagulasi/flokulasi, dan gas transfer,
setiap proses mempunyai tujuan tertentu.

Berdasarkan dari penjelasan diatas, maka dilakukanlah praktikum ini agar mahasiswa dapat
mengetahui cara pengolahan limbah secara kimia.

II.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui bentuk flok/gumpalan dan volume endapan (ml) yang terbentuk dengan
penambahan koagulan (bahan kimia) dalam sampel limbah pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.LANDASAN TEORI
Kualitas dan kuantitas air limbah yangdihasilkan oleh suatu industri sangat bervariasiterkait
dengan kegiatan atau proses dan bahan bakuserta bahan pembantu yang digunakan oleh
pabrik.Semakin banyak jumlah air yang digunakan maupunsemakin banyak bahan-bahan
asing yang masuk kedalam air limbah maka akan semakin sulit pulapengolahan yang harus
diterapkan untuk meningkatkan mutu dan kualitas air limbah tersebut.Limbah industri
pangan dapat menimbulkanmasalah karena mengandung sejumlah besarkarbohidrat,
protein, lemak, garam-garam mineraldan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan
dalampengolahan dan pembersihan.(al-anbari dkk,2008)

Kandungan bahanorganik dalam limbah cair industri pangan yangtinggi dapat bertindak
sebagai sumber makananuntuk pertumbuhan mikroba dan mereduksi oksigenterlarut yang
terkandung dalam air sehingga bilalimbah cair tersebut dibuang keperairan
tanpapengolahan terlebih dahulu dapat menyebabkanbeberapa hal, seperti aliran air yang
semakintercemar, merusak tatanan biota air serta merusak ketersediaan air bersih. Untuk
mencegah terjadinyaakibat-akibat tersebut, maka diadakan suatu upayapengawasan atau
pemantauan serta pengolahanterhadap limbah cair yang dibuang.Pengolahan tersier
dilakukan apabilasetelah pengolahan primer dan sekunder, limbah cairmasih banyak
mengandung polutan. (dermawan dkk,2006)

Pengolahan ini dilakukan secara khusus tergantung jenis bahan polutan yang terdapat
dalam limbah cair.Pengolahan tersier dapat dilakukan dengan proses penyaringan seperti
dengan menggunakan saringanpasir, saringan multimedia, vacuum filter, dan lain-lain.
Selain itu, pengolahan tersier limbah cair jugadapat dilakukan dengan proses koagulasi
danflokulasi baik dengan penambahan bahan kimiamaupun dengan perlakuan elektrik
seperti yangdilakukan pada penelitian ini.(yulianto dkk,2009)

Parameter pencemar limbah cair yang harusdiperhatikan sebelum dibuang ke lingkungan


adalahpH, TSS(Total Suspended Solid), kekeruhan, warna,konsentrasi fosfat dan
COD(ChemicalOxygen Demand). Untuk mencegah terjadinya pencemaranlingkungan yang
disebabkan oleh perkembanganindustri tersebut maka perlu dilakukan upayapengendalian
pencemaran lingkungan denganmenetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu
limbah cair sesuai Peraturan Gubernur ProvinsiDKI Jakarta no 122 Tahun 2005
menunjukkanbahwa batas nilai BOD limbah cair yangdiperbolehkan adalah < 50 mg/L, COD
< 80 mg/L,TSS < 50 mg/L, dan nilai pH berada dalam kisaran6-99.(afriyanti 2011)
Salah satu teknik pengolahan limbah cairsecara kimia yang baru adalah dengan
proseselektrokoagulasi. Pemakaian bahan kimia sebagaibahan utama maupun bahan
pembantu pada prosespengolahan limbah saat ini harus benar-benardipertimbangkan
terkait dengan beban pencemarlingkungan. Elektrokoagulasi terdiri dari tiga prosesdasar
yaitu elektrokimia, koagulasi dan flotasi.Ketiga proses dasar ini saling berinteraksi
danberhubungan untuk menjalankan elektrokoagulasi(Holt 2002).

Reaksi kimia yang terjadi pada proseselektrokoagulasi yaitu reaksi reduksi oksidasisebagai
akibat adanya arus listrik (DC). Pada reaksiini terjadi pergerakan dari ion-ion yaitu ion
positif (disebut kation) yang bergerak pada katoda yangbermuatan negatif. Sedangkan ion-
ion negatif bergerak menuju anoda yang bermuatan positif yangkemudian ion-ion tersebut
dinamakan sebagai anion(bermuatan negatif) (Purwaningsih 2008)

Proses elektrokoagulasi merupakan salahsatu teknik pengolahan limbah cair dimanamelibatkan


reaksi elektrokimia didalamnya. Menurut Keenanet al.(1980), reaksi yang terjadi padaelektroda
adalah reaksi reduksi oksidasi. Reaksioksidasi pada anoda akan menghasilkan gugusFe(OH)3sebagai
hasil reaksi ion Fe3+dan ion OH-.Ion OH-dihasilkan melalui reaksi reduksi air (H2O)di katoda,
sedangkan ion Fe3+terbentuk melaluireduksi elektrodastainless steeldi katoda. GugusFe(OH)3
memiliki kemampuan untuk mengadsorpsidan bertindak sebagai koagulan. Semakin
lamaelektrokoagulasi dan semakin besar tegangan yangdiberikan maka logam besi yang mengalami
reduksimenjadi ionnya akan semakin banyak sehinggasemakin banyak pula gugus Fe(OH)3yang
terbentuk.Dengan banyaknya Fe(OH)3 yang berfungsi sebagai koagulan maka semakin tinggi pula
kemampuanuntuk pembentukan floknya. Reaksi reduksi ion H+ pada katoda akan menghasilkan gas
hidrogen (H2).Pembentukan gas hidrogen ini akan membantuproses pencampuran dan koagulasi
oleh koagulanyang terbentuk. Gas hidrogen membantu flok mengalami flotasi sehingga flok yang
terbentuk akanberada dipermukaan cairan. Melalui reaksi reduksi-oksidasi inilah pencemar dalam
limbah dapatdipisahkan. Reaksi reduksi-oksidasi mengganggukestabilan limbah cair sehingga zat-zat
yang terdapatpada limbah cair tersebut juga mengalamidestabilitas yang menyebabkan zat-zat yang
terdapatdidalamnya membentuk flok untuk mencapaikestabilannya kembali dengan melakukan
koagulasi.Flok-flok yang terflotasi lama kelamaan akanmengendap jika sudah mencapai bobot yang
cukup.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.ALAT
1. Gelas kimia
2. Batang pengaduk
3. Jar test
4. Pipet skala
5. Kerucut pengendap

B.BAHAN
1. Air limbah
2. Larutan tawas
3. Larutan PAC
4. Kertas ph universal
5. NaOH
6. H2SO4

C.CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Sampel pada air limbah dihomogenkan (bolak balik 10x)
3. Tuang sampel sebanyak 250ml kedalam gelas kimia 300ml
4. Mengukur ph air limbah (jika asam tambah NaOH 1M jika basa tambahkan H2SO4
1M,sampai ph netral)
5. Lalu tambahkan 10ml PAC 5%
6. Homogenkan,dengan jartest pada putara (60rpm) selama 30 menit
7. Lalu,masukkan sampel yang sudah dihomogenkan kedalam kerucut pengendap
8. Mengamati dan menghitung volume endapan dengan interval waktu 15 menit
selama 2 jam
9. Ulangi percobaan yang sama pada penambahan PAC 10%,tawas 5% dan tawas 10%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL

VOLUME ENDAPAN(ml
WAKTU( menit)
PAC 5% PAC 10 % TAWAS 5% TAWAS 10%
 
15  90  120 58  50

30  84  110  54  49

45  80  99  50  47


60  76  96  48  45

75  72  88  46  40

90  66  86  40  35

105  60  83  35  30

B.PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan praktikum pengolahan limbah secara kimia.sampel
terlebih dahuulu dihomogenkan sebelum diukur ph nya.dari hasil pengukuran ph,jika
sampel bersifat asam maka ditambahkan NaOH 1M dan jika sampel bersifat basa maka
ditambahkan H2SO4 1m.hal ini dilakukan bertujuan agar sampel bersifsat netral.

pada percobaan ini juga dilakukan penambahan PAC 10% dan tawas 10% kedalam sampel
yang berfungsi untuk mengendapkan sampel agar terpisah dari filtratnya.setelah
penambahan PAC 10% dan tawas 10%,sampel diaduk menggunakan jar test selama 30
menit dengan kecepatan 60 rpm yang berfungsi untuk pengadukan sampel.

setelah itu sampel dituang kedalam kerucut pengendap dan didiamkan dan dicatat volume
endapan yang terbentek tiap interval 15 menit selama 2 jam.dari data yang
didapatkan,dapat dilihat bahwa sampel dengan penambahan PAC 10% lebih cepat
terbentuk endapan dibandingkan sampel dengan penambahan tawas 10%

kemudian pada perbedaan keefektifan antara tawas 5% dan PAC 5%,pada praktikum kali ini
tawas lebih efektif dibandingkan dengan PAC.hal ini sesuai dengan teori dimana tawas lebih
efektif digunakan untuk limbah yang bersifat organik

BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa volume endapan
yang terbentuk pada penambahan PAC 10% berturut turut yaitu:
120ml;110ml;99ml;96ml;88ml;86ml;dan 83ml.sedangkan untuk penambahan tawas 10%
yaitu:50ml;49ml;47ml;45ml;40ml;35ml;30ml.dengan demikian dari hasil data menunjukkan
bahwa tawas 5% lebih efektif dibandingkan dengan PAC 5%

DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti N. 2011.Kajian Teknik Elektrokoagulasiuntuk Pemisahan Mikroalga.Skripsi.Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB Bogor.

Al-Anbari RH, Albaidani J, Alfatlawi SM dan Al-Hamdani TA. 2008. Removal of


HeavyMetalsfromIndustrialWaterUsingElectroCoagulationTechnique.Twelft  International W
ater Technology Conference.

Darmawan A, Suhartana dan Kristinawati L. 2006.Koagulasi Pewarna Indigo Karmina


denganMetode Elektrolisis menggunakan AnodaSeng.JSKA,IX (1).

Holt P. 2002.Electrocoagulation : Unravelling and Synthesising the Mechanisms Behind


aWater Treatment Process.Tesis. Universityof Sidney.

Keenan CW, Kleinfelter DC, dan Wood JH. 1980.Kimia untuk Universitas.PenerbitAirlangga,
Jakarta.

PurwaningsihI.2008.PengolahanLimbahCair  Industri Batik CV. Batik Indah Raradjonggrang Y
ogyakarta dengan Metode Elektrokoagulasi ditinjau dariParameter Chemical Oxygen
Demand (COD) dan Warna.Tugas Akhir,Universitas Islam Indonesia

Yulianto A, Hakim L, Purwaningsih I danPravitasari VA. 2009. Pengolahan LimbahCair


Industri Batik pada SkalaLaboratorium dengan menggunakanMetode Elektrokoagulasi.
Jurnal Teknik Lingkungan UII-Yogyakarta
LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENENTUAN NILAI TSS”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di
dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan
maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan
terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%. Dari
sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak
lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk
kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri dari air laut, 2,5%
berbentuk salju abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat digunakan.
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat
dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia
untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Menurut
tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk diminum
mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin
mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang ternyata cukup baik untuk
bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya.

Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global, dan
sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau
daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut
sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan
pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan
lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan
erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan.
Air murni tidak berwarna, tapi air dialam sering berwarna oleh zat asing. Air yang
warnanya sebagian disebabkan bahan tersuspensi dikatakan memiliki warna tampak
(apparent color). Warna yang disebabkan oleh padatan terlarut yang tersisa setelah
penghilangan bahan tersuspensi dikenal sebagai warna sesungguhnya (true color).  Setelah
hubungan dengan puing-puing organik seperti daun, batang pohon, rumput atau kayu, air
mengambil tannin dan asam humus dan berwarna coklat kekuningan. Besi oksida
menyebabkan air kemerahan dan mangan oksida menyebabkan air coklat atau kehitaman.
Air yang berwarna secara estetis tidak dapat diterima masyarakat. Kenyataannya,
bila diberi pilihan masyarakat cenderung memilih air yang jernih tidak berwarna. Air yang
sangat berwarna tidak cocok untuk mencuci, mandi, minum, produksi dan pengolahan
makanan.Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kualitas air tersebut utamanya padatan
terlarut dan padatan tersuspensi maka diadakanlah percobaan pengukuran Total Dissolved
Solid dengan menggunakan  metode elektrikal konduktiviti dan pengukuran Total
Suspended Solid
B.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar total suspensi solid (TSS) suatu sampel air limbah pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.LANDASAN TEORI
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia
dandigunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari,
termasukkegiatanpertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olahr
aga dan sebagainya. Dewasaini, masalah utama sumber daya air meliputi kuantitas air yang
sudah tidak mampumemenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluandomestik terus menurun khususnya untuk air minum. Sebagai sumber air
minum masyarakat,air harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi kuantitas, kualitas
dan kontinuitas (WHO,2004).
Jika kita tinjau dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi syaratsecara
fisik, kimia, dan mikrobiologi. Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2002), persyaratansecara
fisik meliputi air harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa/tawar, tidak berbau,temperatur
normal dan tidak mengandung zat padatan (dinyatakan dengan TS, TSS danTDS).
Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman, kandungan oksigen, bahanorganik
(dinyatakan dengan BOD, COD, dan TOC), mineral atau logam, nutrien/hara,kesadahan dan
sebagainya (Kusnaedi, 2002). Adapun Penilaian kualitas perairan secara biologi dapat
menggunakan organisme sebagai indikator (Sutjianto, 2003).
 
Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui baku mutu air
adalahmelalui pengukuran kandungan zat padatan TSS (Total Suspended Solid ) dan TDS
(Total Dissolve Solid ). Berikut bahasan lengkap tentang TSS dan TDS.

Total suspended solid (TSS) adalah residu dari padatan


total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm at
au lebih besar dariukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat
padatan tidak terlarutdan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel
yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-
bahan organik tertentu, sel-selmikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008) .
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.ALAT
1. Hot plate
2. Gelas kimia 100 ml
3. Pipet volume 50 ml
4. Oven
5. Eksikator
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Corong kaca
8. Bulb
9. Kawart kasa gegep
10. Neraca analitik

B.BAHAN
1. Air limbah pasar
2. Kertas saring

C.CARA KERJA
1. PENETAPAN TOTAL SOLID (TS)
a) Disipakan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Dihomogenkan sampel dengan membolak balik jergen sebanyak 10X
c) Ditimbang bobot kosong kimia 100 ml
d) Dipipet sampel kedalam gelas kimia yang telah diketahui bobot
kosongnya.sebanyak 50 ml
e) Dipanaskan sampel diatas hot plate hinggaagak kering
f) Dimasukkan sampel kesalam oven selama 2 jam
g) Didinginkan didalam eksikator selama 15 menit
h) Ditimbang hingga bobot tetap
2. PENETAPAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS)
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Dihomogenkan sampel dengan membolak balikkan sebanyak 10X
c) Ditimbang bobot kosong gelas kimia 100 ml
d) Disaring sampel kedalam erlenmeyer sebanyak 100 ml
e) Dipipet hasil saringan (filtrat) sampel yang telah disaring kedalam gelas kimia
yang telah diketahui bobot kosongnnya sebanyak 50 ml
f) Dipanaskan sampel diatas hot plate hingga agak kering
g) Dimasukkan sampel kedalam oven selama 2 jam
h) Didinginkan kedalam eksikator selama 15 menit
i) Ditimbang hingga bobot tetap
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.DATA PENGAMATAN
TS
Bobot kosong = 61,1029 gram
Bobot kosong+zat = 61.9098 gram
TDS
Bobot kosong = 63,0078 gram
Bobot kosing+zat = 63.4087 gram

B.PERHITUNGAN
TS=TSS+TDS
TSS=TS-TDS
B−A
TS(ppm)= X 1000 ml/L
ml sampel
61 ,9098 gram−61.1029 gram
= X 1000 ml/L
50 ml
0,8069 gram
= X 1000 ml/L
50 ml
=16,138 gram/L
B−A
TDS(ppm)= X 1000 ml/L
ml sampel
63.4087 gram−63.0078 gram
= X 1000 ml/L
50 ml
0,4009 gram
= X 1000 ml/L
50 ml
=8,018 gram/L
TSS=TS-TDS
=16,138 gram/L – 8,018 gram/L
=8,12 gram/L
C.PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan TSS atau total suspended solid atau
material padatan termasuk bahan organik dan anorganik yang tersuspensi.pada
percobaan ini dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang
terkandung dalam sampel.hingga dapat diperoleh bobot tetap
Dari data pengamatan dan perhitungan yang didapatkan,kadar TS dalam air limbah
pasar adalah 16,138 gram/L.dan kadar TDS nya sebesar 8,18 gram/L sehingga
didapatkan nilai TSS air limbah pasar adalah 8,12 gram/L.pada praktikum kali ini
digunakan metode gravimetri,dengan mengendapkan padatan tersuspensi yang
terkandung dalam air limbah pasar.
Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa,nilai TS lebih besar daripada nilai TDS
.material yang tersuspensi memiliki efek/dampak yang kurang baik terhadap kualitas air
karena dapat menurunkan kejernihan air dan dapat memengaruhi kehidupan biota
laut,dari hasil perhitungan yang didapatkan nilai TSS ini tidak sesuai dengan teori
dimana nilai TSS secara teori adalah 100 mg/L
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dari data pengamatan yang didapatkan, dapat
disimpulkan bahwa kadar TSS pada sampel air limbah pasar yaitu 8,12 gram/L
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, M. (2008).Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan Air
Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangkir.
 Sumatera: UniversitasSumatera Utara

Sujinto, R. (2003).Biodiversitas Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan. Makassar: FMIPAUNHAS

Sutrisno, T., & Suciastuti, E. (2002).Teknologi Penyediaan Air Bersih.Jakarta: Rineka Cipta

WHO. (2004).Guidelines for Drinking Water Quality. Third edition. Geneva.


LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENENTUAN KADAR BOD”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Estuarin merupakan daerah ekosistem pesisir yang produktif, tapi lingkungannya paling
mudah terganggu akibat dari kegiatan manusia, maupun proses alamiah. Kegiatan manusia
sebagai bentuk kegiatan pembangunan akan berdampak pada ekosistem, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dampak yang tidak langsung akan dirasakan sebagai
adanya kerusakan pada ekosistem, misalnya pencemaran dari air buangan. Hampir semua
air yang digunakan oleh manusia, baik yang digunakan untuk konsumsi maupun industri
akan menghasilkan air buangan yang pada gilirannya jika tidak diproses secara benar akan
menimbulkan dampak pencemaran.Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut
universal.karena sifatnya tersebut,maka tidak ada air dan perairan yang murni.tetapi
dialamnya terdapat sunsur dan senyawa lain.dengan terlarutnya senywa dan unsur
tersebut,terutama mineral hara,maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk
hidup.walaupun demikian tidak semua air memenuhi kriteria dalam setiap parameternya
masing-masing.

BOD atau disebut juga sebagai biochemichal oxygen demond merupakan suatu sifat atu
karakteristik yang menunjukkan jumlah oxygen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme umtuk mengurai dan mengdekomposisi bahan organik dalam kondisi
aerobik.prinsip pengukuran BOD yaitu mengukur kandungan oxygen terlarut awal dari
sampel segera stelah pengambilan contoh

Berdasarkan dari penjelasan diatas,dilakukan percobaan ini agar preaktikan mampu


mengetahui dan memahami apa itu BOD serta dapat menetapkan kadar BOD dalam limbah
B.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar BOD (biological ocygen demond)dalam air limbah pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.LANDASARN TEORI
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme
sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (PESCOD,1973).

Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air
buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat
hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang
menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama
organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada
kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD,
contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari
oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus
berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen
terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan
oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C (SAWYER & MC
CARTY, 1978).

Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam


organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2 ) dan air
(H2 O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana
organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2
dan H2 O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis
dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan
suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang
merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses
oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2 O adalah tidak
terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan
anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5
hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai
BOD total (SAWYER & MC CARTY, 1978). Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat
mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3 ) yang cukup tinggi. Sebagaimana
diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan
nitrat, sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi
adalah :
2NH3 +3 O2 2NO2 _ + 2 H+ + + 2 H2 O 2NO2 + O2 2 NO3 _
Oksidasi nitrogen anorganik ini memerlukan oksigen terlarut, sehingga perlu
diperhitungkan. Dalam praktek untuk penentuan BOD yang berdasarkan pada pemeriksaan
oksigen terlarut (DO), biasanya dilakukan secara langsung atau dengan cara pengenceran.
Prosedur secara umum adalah menyesuaikan

sampel pada suhu 20°C dan mengalirkan oksigen atau udara kedalam air untuk
memperbesar kadar oksigen terlarut dan mengurangi gas yang terlarut, sehingga sampel
mendekati kejenuhan oksigen terlarut. Dengan cara pengenceran pengukuran BOD
didasarkan atas kecepatan degradasi biokimia bahan organik yang berbanding langsung
dengan banyaknya zat yang tidak teroksidasi pada saat tertentu. Kecepatan dimana oksigen
yang digunakan dalam pengenceran sampel berbanding lurus dengan persentase sampel
yang ada dalam pengenceran dengan anggaapan faktor lainnya adalah konstan. Sebagai
contoh adalah 10 % pengenceran akan menggunakan sepersepuluh dari kecepatan
penggunaan sampel 100% (SAWYER & MC CARTY, 1978).

Dalam hal dilakukan pengenceran, kualitas aimya perlu diperhatikan dan secara umum yang
dipakai aquades yang telah mengalami demineralisasi. Untuk analisis air laut, pengencer
yang digunakan adalah standard sea water (SSW). Oerajat keasaman (pH) air pengencer
biasanya berkisar antara 6,5 - 8,5 dan untuk menjaga agar pH-nya konstan bisa digunakan
larutan penyangga (buffer) fosfat. Untuk menentukan BOD, terlebih dahulu diukur DO nya
(DO 0 hari), sementara sampel yang lainnya diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C,
selanjutnya setelah 5 hari diukur DO nya (DO 5 hari). Kadar BOD ditentukan dengan rumus :
5 X [ kadar { DO(0 hari) - DO (5 hari) }] ppm
Selama penentuan oksigen terlarut, baik untuk DO maupun BOD, diusahakan seminimal
mungkin larutan sampai yang akan diperiksa tidak berkontak dengan udara bebas. Khusus
untuk penentuan BOD, sebaiknya digunakan botol sampel BOD dengan volume 250 ml dan
semua isinya dititrasi secara langsung. Perhitungan kadar DO nya :
DO,ml/L = B/B -2 x 5,6 x 10 x N x V
Dimana : B = volume botol sampel BOD = 250 ml B - 2 = volume air dalam botol sampel
setelah ditambah 1 ml larutan MnCl2 dan 1 ml NaOH - KI. 5,6 = konstanta yang sama dengan
ml oksigen ~ 1 mgrek tiosulfat 10 = volume K2 Cr2 O7 0,01 N yang ditambahkan N =
normalitas tiosulfat V = volume tiosulfat yang dibutuhkan untuk titrasi. Berikut ini adalah
tabel nilai DO dan BOD untuk tingkat pencemaran perairan. Tabel 1. Tingkat pencemaran
perairan berdasarkan nilai DO den BOD Tingkat pencemaran Parameter DO (ppm) BOD
Rendah > 5 0 -10 Sedang 0 - 5 10 - 20 Tinggi 0 25 Sumber : WIROSARJONO (1974)

BAB III
METODE PERCOBAAN
A.ALAT
1. Botol BOD
2. Erelenmeyer 250ml
3. Pipet tetes
4. Buret
5. Statif dan klem
6. Corong kaca
7. Gelas piala
8. Pipet volume 5ml

B.BAHAN
1. Limbah pasar
2. Aquadest
3. MnSO4
4. Alkali iodida azida
5. H2SO4 pa
6. Kanji 1%
7. Na2S2O3 0,025N

C.CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,jadi sampel yang digunakan pada percobaan
kali ini yaitu sampel air limbah dan blanko (aquadest)
2. Dituangkan sampel kedalam botol BOD 1/2ml dari botol BOD,menambahkan 2ml MnO4 dan
2ml alkali iodida azida
3. Ditutup botol BOD hingga tidak ada gelembung udara kemudian,homogenkan sampel
dengan membolak balikkan botol BOD selama 10x,sampel didiamkan selama 10 menit
hingga mengendap
4. dipipet larutan jernih kedalam erlenmeyer sampai batas endapan (larutan A)
5. ditambahkan 1ml H2SO4 pa pada sisa endapan lalu homogenkan (larutan B)
6. dicampurkan larutan A dan larutan B kedalam erlenmeyer
7. dititar dengan natrium tiosulfat 0,025N hingga berubah warna menjadi kuning
8. ditambahkan larutan 1ml kanji 1%,lalu dititar kembali dengan natrium tiosulfat 0,025N
hingga berubah warna menjadi biru tua
9. dicatat volumenya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
1. DATA PENGAMATAN
a) Volume titrasi sampel=3,9 ml
b) Volume titrasi blanko= 2,3 ml
c) Volume sampel=100 ml
d) Volume blanko=100 ml
2. PERHITUNGAN
a) Sampel air limbah
eq
1000 X 3,9 ml X 0,025 X 8 mg/ L
L
BOD(ppm)=
100 ml X 100 ml
100 ml−2
=1,090 mg/L
b) Sampel blanko
eq
1000 X 2,3 X 0,025 X 8 mg/ L
L
BOD(ppm)=
100 ml X 100 ml
100 ml−2

= 4,508 mg/L

B.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penentuan nilai BOD,BOD adalah suatu
karakteristik yang menunjukkan nilai oxygen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik
Pada percobaan ini dilakukan penitaran dengan menggunakan Na2S2O3,sebelum sampel
dititar,terlebih dahulu sampel ditambahkan dengan alkali iodida azida yang berfungsi
sebagai katalis karena bahan organik susah untuk bereaksi dengan dengan pereaksi dan
MnSO4 yang berfungsi sebagai pengikat oxygen.endapan yang dihasilkan,dilarutkan dengan
penambahan H2SO4 yang berfungsi sebagai pelarut dan penambahan indikator kanji 1%
yaitu untuk mengikat ion ion alkali iodida azida karena warna birutua berperan sebagai uji
kepekaan terhadap iod.
Pada penentuan kadar BOD pada limbah pasar,didapatkan hasil BOD sebesar 1,090
mg/L.hasil ini tidak sesuai dengan baku mutu limbah domestik dengan kadar BOD 100
mg/L.hal ini disebabkan oleh rendahnya kadar BOD daalam sampel

BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengamatan,dapat disimpulkan bahwa kadar BOD dalam air
limbah adalah 1,090 mg/L.sedangkan kadar dalam blanko adalah 4,508 mg/L
DAFTAR PUSTAKA
PESCOD, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical Countries.
A.I.T. Bangkok, 59 pp

SAWYER, C.N and P.L., MC CARTY, 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3rd ed. Mc Graw
Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.

WIROSARJONO, S. 1974. Masalah-masalah yang dihadapi dalam penyusunan kriteria kualitas air
guna berbagai peruntukan. PPMKL-DKI Jaya, Seminar Pengelolaan Sumber Daya Air. , eds. Lembaga
Ekologi UNPAD. Bandung, 27 - 29 Maret 1974, hal 9 – 15
LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENENTUAN KADAR COD”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air
yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu
campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air
buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan.

Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah
oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zt-zat organis yang ada dalam 1 liter
sampel air, dimana pengoksidasian K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air .

COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen di dalam
air. COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun
yang sukar didegradasi.

Oleh karenanya itu,dilakukan praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui konsentrasi
chemical oxygen demond dalam air limbah pasar

B.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menetapkan konsentrasi chemical oxygen demond (COD) dalam sampel air
limbah pasar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.LANDASAN TEORI
Dimasa sekarang ini,industri industri yang menggunakan bahan sintetis untuk proses
produksinya sehingga memunculkan masalah dalam pengolahan limbahnya.aktivitas
produksi industri tekstil diidentifikasi mengandung substansi yang berpengaruh pada
kadar BOD,COD, dan TSS.dengan penggunaan berbagai macam zat kimia dan suhu
yang tinggi,air buangan industri tekstil bersifat alkali,berbusa,berbau,panas dengan
tingkat BOD tinggi.tingkat pencemaran yang ditimbulkan bergantung macam bahan
yang dikerjakan dan proses pengerjaannya.pewarna yang digunakan meski dalam
jumlah yang sedikit selalu menimbulkan masalah limbah cair yang serius.

Semakin berkembangnya industri batik di Indonesia ditandai dengan semakin


banyaknya jumlah sentra industri batik baru yang bermunculan. Selain memberi
manfaat bagi peningkatan ekonomi, industri batik berpotensi memberikan dampak
pencemaran lingkungan. Hal tersebut terjadi akibat banyaknya bahan kimia yang
digunakan selama proses pembuatan batik. Bahan yang dapat menimbulkan masalah
pencemaran adalah bahan organik, non-organik, dan logam berat dengan
konsentrasi yang dapat melebihi nilai baku mutu yang diperbolehkan untuk masuk
ke lingkungan. Industri batik merupakan penghasil limbah cair dengan kuantitas yang
cukup besar, warna yang pekat dan berbau menyengat. Selain itu, limbah cair batik
memiliki karateristik suhu, derajat keasaman (pH), biological oxygen demand (BOD),
chemical oxygen demand (COD), serta total suspended solid (TSS) yang tinggi
(Rohasliney dan Subki, 2011).

Suhu yang tinggi akan mengakibatkan kandungan oksigen terlarut dalam air
menurun yang akan membunuh organisme dan limbah organik akan meningkatkan
kadar nitrogen menjadi senyawa nitrat yang menyebabkan bau busuk (Sastrawijaya,
2009).

Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan kimia terutama dalam proses pencelupan
atau pewarnaan, pelorodan serta pencucian pada proses produksi batik. Bahan kimia
yang digunakan dalam proses pembuatan batik antara lain: zat warna sebagai bahan
kimia utama dan bahan kimia pembantu yaitu soda kaustik (NaOH), soda abu
(Na2CO3), soda kue (NaHCO3), asam sulfat (H2SO4), sulfit, dan nitrit (Muljadi dan
Muniarti 2013).

Sedangkan zat warna yang digunakan antara lain: zat warna asam, zat warna basa,
zat warna direk, zat warna reaktif, zat warna naftol, dan zat warna bejana. Selain itu
komponen dari zat mordan (pengunci warna) yang digunakan dalam proses fiksasi
pada pembuatan kain batik menggunakan beberapa unsur zat kimia, antara lain:
tawas (KAl(SO4)2), tunjung (Fe(SO4)), pijer/boraks, air kapur (Ca(OH)2), kalsium
karbonat (CaCO3), kalsium hidroksida (Ca(OH)2), asam sitrat (C6H8O7), tembaga(II)
sulfat (Cu2(CH3COO)4), besi sulfat (FeSO4.7H2O), dan kalium dikromat (K2Cr2O7).
Apabila air limbah dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih
dahulu, maka dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama ekosistem
perairan. Limbah cair batik pada umumnya bersifat basa dan memiliki kadar organik
yang tinggi akibat sisa proses pembatikan. Proses pencelupan yang dilakukan
merupakan penyumbang zat warna yang kuat apabila tidak diberikannya pengolahan
yang tepat. Zat warna yang terkandung dalam limbah cair batik umumnya sukar
untuk terdegradasi dengan baik. Zat warna ini umumnya didesain untuk memiliki
tingkatan kimia yang tinggi untuk menahan kerusakan akibat oksidatif yang berasal
dari cahaya matahari (Manurung dkk., 2004).

Karakteristik air limbah ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
karakteristik fisik, kimia, dan biologi. Industri batik menghasilkan limbah cair dengan
kandungan organik yang besar, warna yang pekat, berbau menyengat, dan memiliki
suhu yang tinggi. Nilai keasaman (pH), biochemical oxygen demand (BOD), chemical
oxygen demand (COD), dan total suspended solid (TSS) yang dihasilkan juga tinggi
(Kurniawan dkk., 2013).

Karakteristik fisik limbah cair meliputi temperatur, bau, warna, dan padatan.
Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang ditunjukkan ke
dalam skala. Suhu dapat mempengaruhi kadar Dissolved Oxygen (DO) dalam air.
Kenaikan temperatur sebesar 10 oC dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen
sebesar 10% dan akan mempercepat metabolisme 2 kali lipat. Adanya bau yang lain
pada air limbah, menunjukkan adanya komponen lain dalam air tersebut. Warna
biasanya disebabkan oleh adanya materi dissolved, suspended, dan senyawa-
senyawa koloid, yang dapat dilihat dari spektrum warna yang terjadi. Padatan yang
terdapat di dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating, settleable,
suspended atau dissolved, berbau menyengat, dan kontaminan akan membuat air
menjadi keruh. Timbulnya gejala tersebut secara mutlak dapat dipakai sebagai salah
satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi (Wardhana 2004).
Karakteristik kimia meliputi chemical oxygen demand (COD), pH, dan DO. Nilai COD
merupakan banyaknya oksigen dalam mg/L yang dibutuhkan untuk menguraikan
bahan organik secara kimiawi. Semakin tinggi kadar COD maka semakin buruk
kualitas air tersebut. Dissolved oxygen (DO) merupakan sebuah ukuran banyaknya
kandungan oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut ini merupakan hal yang
paling penting untuk ikan. Kandungan DO optimum untuk ikan adalah 5-6 mg/L,
sedangkan kadar DO minimum adalah 3 mg/L. Nilai pH merupakan indikator untuk
menunjukkan derajat keasaman dalam perairan. Ikan dapat hidup pada kisaran pH 5-
9. Ikan akan mati apabila pH dalam air kurang dari 4 atau lebih dari 11. Karakteristik
biologi, mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dalam
semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108 organisme/mL.
Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi
proses biologis. Bakteri juga berperan penting untuk mengevaluasi kualitas air
(Purwaningsih 2008).

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas kinerja


pengolahan IPAL BBKB dalam menurunkan kandungan pencemar limbah cair industri
batik. Limbah dengan karakteristik tersebut diatas menimbulkan dampak kerusakan
lingkungan dan kesehatan manusia dalam jangka waktu yang panjang dan kian
meluas. Untuk itu diperlukan suatu tahapan pengolahan limbah cair. Pengolahan
limbah cair secara umum dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi. Seluruh
proses tersebut bertujuan untuk menghilangkan kandungan padatan tersuspensi,
koloid, dan bahan-bahan organik yang terlarut dalam limbah cair industri batik
(Eskani, 2005). 2.

Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan data pengoperasian IPAL Batik, Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB)
dengan pengambilan data sampel limbah cair pada setiap triwulan pada tiap tahapan
pengolahan dalam waktu satu tahun yaitu selama tahun 2017. Hal ini didasarkan
pada asumsi bahwa IPAL BBKB dapat mewakili IPAL industri batik karena bahan kimia
dan proses produksi yang dilakukan di BBKB sama dengan aktivitas yang dilakukan
pada industri batik pada umumnya

BAB III
METODE PERCOBAAN
A.ALAT
1. Botol COD
2. Oven
3. Eksikator
4. Pipet tetes
5. Erlenmeyer
6. Buret
7. Klem dan statif
8. Corong kaca
9. Pipet volume 10 ml
B.BAHAN
1. Sampel air limbah pasar
2. K2Cr2O7 0,025N
3. H2SO4 pa
4. Kertas ph universal
5. Akuadest
6. Indikator fervoin
7. Fevvo amonium sulfat 0,1N

C.CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.jadi sampel yang digunakan
adalah air limbah pasar dan blanko
2. Dipipet 10ml sampel kedalam botol COD
3. Ditambahkan 2ml K2Cr2O7 0,025N dan ditambahkan 2-3 tetes H2SO4 pekat
hingga Ph kurang dari 2.lalu dihomogenkan
4. Dipanaskan didalam oven selama 2 jam (110˚C)
5. Didinginkan didalam eksikator (15 menit),lalu dibilas dengan 10ml akuadest
dan dipindahkan kedalam erlenmeyer
6. Ditambahkan 2ml H2SO4 pekat,tunggu larutan hingga dingin
7. Ditambahkan indikator fervoin 2-3 tetes
8. Dititar dengan FAS 0,1N sampai berubah menjadi merah bata,dicatat
volumenya

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.DATA PENGAMATAN
1. Volume titrasi sampel = 7,4 ml
2. Volume titrasi blanko = 3,2 ml

B.PERHITUNGAN
( Vb−Va ) XNFASXBEO 2 X 1000
COD(PPM) =
ml contoh

eq mg
( 7,4−3,2 ) ml X 0,1 X8 X 1000 ml / L
= ml eq
10 ml

4,2 X 0,1 X 8 mg X 1000 L


=
10
= 336 mg/L (PPM)
C.PEMBAHASAN
Percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar COD (chemical oxygen demond)
menggunakan sampel air limbah pasar.tujuan dilakukannya percobaan tersebut agar
dapat menetapkan kadar chemical oxygen demond air limbah pasar.
Dalam penetapan nilai COD penambahan K2Cr2O7 kedalam botol COD yang
berisi sampel berfungsi sebagai katalis atau mempercepat laju reaksi.kemudian
ditambahkannya H2SO4 pekat yaitu berfungsi untuk membuat sampel dalam
suasana asam karena sampel mudah bereaksi pada suasana asam.serta penambahan
indikator fevvoin berfungsi pada saat menitrasi,sampel dititar menggunakan
indikator fevvo ammonium sulfat untuk mempercepat reaksi
Adapun data yang diperoleh dari praktikum ini yaitu nilai COD 336 mg/L
(PPM).sedangkan secara teori 200 mg/L.hal ini tidak sesuai dengan teori dikarenakan
dalam limbah tersebut terlalu banyak mengandung zat kimia yang tidak layak diolah
kembali
Cara penanggulangan agar kadar COD tidak berlebihan yaitu kandungan udara
didalam air limbah diperbanyak karena akan menurunkan jumlah zat organik pada
sampel
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,nilai COD yang
terdapat pada air limbah pasar yaitu 336 mg/L
DAFTAR PUSTAKA
Eskani I.N., Ivone De Carlo, Suleman, 2005, Efektifitas pengolahan air limbah dengan
cara kimia dan biologi, Jurnal Dinamika Kerajinan dan Batik, 22, 16-27

Kurniawan M.W., Purwanto P., Sudarso S., 2013, Stratergi pengelolaan air limbah
sentra UMKM batik yang berkelanjutan di kabupaten Sukoharjo, Jurnal Ilmu
Lingkungan, 11(2),62-72

Manurung R., Hasibuan R., Irvan, 2004, Perombakan Zat Warna Azo secara Anaerob-
aerob. Universitas Sumatera Utara, Medan

Muljadi, Muniarti T., 2013, Pengolahan limbah batik cetak dengan menggunakan
metode filtrasi-elektrolisis untuk menentukan efisiensi penurunan parameter COD,
BOD, dan logam berat (Cr) setelah perlakuan fisika-kimia, Ekuilibrium, 12 (1),27-36.

Purwaningsih I., 2008, Pengolahan limbah cair industri batik CV. Batik Indah
Raradjonggrang Yogyakarta dengan metode elektrokoagulasi ditinjau dari parameter
Chemical Oxygen Demand (COD) dan Warna. Skripsi, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.

Rohasliney H., Subki N.S., 2011, A Preliminary Study on Batik Effluent in Kelantan
State: A Water Quality Perspectiv. International Conference on Chemical, Biological,
and Environment Science 2011, Bangkok, Thailand.

Satrawijaya A. T., 2009, Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta

Wardhana W.A., 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Yogyakarta,


Yogyakarta
LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENENTUAN JUMLAH MIKROBA DALAM LIMBAH PASAR”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Salah satu tempat yang paling ramai dikunjungi oleh masyarakat setiap harinya adalah pasar
tradisional. Berbagai aktivitas seperti jual beli berbagai keperluan rumah tangga dapat
ditemui ditempat tersebut. Aktivitas tersebut menjadi salah satu penyebab munculnya
limbah pasar yang harus segera diatasi. Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat
dan limbah cair. Limbah cair memberi peluang besar untuk berkembangnya berbagai
mikroorganisme yang berbahaya bagi manusia, seperti Eschericia coli dan bakteri sejenisnya
.
Limbah cair pasar tradisional yang dihasilkan setiap harinya menimbulkan berbagai masalah
kesehatan seperti diare dan penyakit sejenisnya. Gangguan tersebut disebabkan oleh
bakteri patogen yang terdapat di dalam limbah cair tersebut. Penelitian Densitas Bakteri
yang Terdapat pada Limbah Cair Pasar Tradisional telah dilaksanakan pada sejak bulan
Februari-Maret 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui densitas bakteri yang terdapat pada limbah cair
pasar tradisional di Kota Banda Aceh. Sampel dalam penelitian ini adalah limbah cair sanitasi
Pasar tradisional yaitu pasar Rukoh, Pasar Peunayong, Pasar Neusu, Pasar Keutapang, dan
Pasar Seutui. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pengumpulan
data dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengambilan sampel limbah cair, pengukuran nilai
Optical Density (OD), dan Total Plate Count (TPC).
Hasil penelitian diperoleh densitas bakteri tertinggi terdapat pada limbah cair dengan
jumlah koloni sebanyak 20 x 1010 CFU/ml pada tingkat pengenceran 10-9 yang memiliki
nilai Optical Density (OD) tertinggi yaitu 0.512 nm pada Pasar Seutui, sedangkan jumlah
koloni bakteri paling sedikit ditemukan pada limbah cair dengan jumlah koloni bakteri 3 x
107 CFU/ml pada tingkat pengenceran 10-6 yang memiliki nilai optical density terendah
yaitu 0.051 nm pada Pasar Rukoh
Oleh karena itu dilakukanlah percobaan ini agar dapat mengetahui jumlah koloni atau
mikroba pada air limbah pasar

B.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui cara menentukan jumlah koloni atau mikroba pada air limbah pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.LANDASAN TEORI
Salah satu tempat yang paling ramai dikunjungi oleh masyarakat setiap harinya adalah pasar
tradisional. Berbagai aktivitas seperti jual beli berbagai keperluan rumah tangga dapat
diperoleh ditempat tersebut. Aktivitas tersebut menjadi salah satu penyebab munculnya
limbah pasar yang harus segera diatasi (dewilda dkk,2017).

Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah memberi
peluang besar untuk berkembangnya berbagai mikroorganisme yang berbahaya bagi
manusia, seperti Eschericia coli dan bakteri sejenisnya (bahrin dkk,2011).

Berkembangnya berbagai mikroorganisme tersebut sangat didukung oleh ketersediaan


nutrisi yang berasal dari aktivitas pasar (Paramita dkk., 2012:23)

Limbah cair pasar tradisional yang dihasilkan setiap harinya menimbulkan berbagai masalah
kesehatan seperti diare dan penyakit sejenisnya. Gangguan tersebut disebabkan oleh
bakteri patogen yang terdapat di dalam limbah cair tersebut. Sistem sanitasi pasar yang
tidak mendukung menjadi salah satu faktor penyebab terbawanya bakteri-bakteri patogen
tersebut ke dalam sumber air yang biasanya digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari seperti sumur maupun air PDAM (dewilda dkk,2017).

Permasalahan ini juga dapat menjadi masalah yang serius saat musim kemarau , limbah cair
yang meluap ke badan jalan akan mengering dan memungkinkan bakteri patogen tersebut
ikut bersatu dengan debu yang sewaktu-waktu dapat terbawa angin dan menimbulkan
permasalahan lainnya. Untuk menghindari dan mengatasi permasalahan tersebut, maka hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui densitas bakteri pada limbah cair pasar
tradisional, agar nantinya lebih lanjut dapat diteliti mengenai jenis bakteri dominan pada
limbah cair pasar tradisional tersebut. Oleh karena belum diketahui densitas bakteri yang
terdapat pada limbah cair pasar tradisional di Kota Banda Aceh, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui densitas bakteri pada limbah cair pasar tradisional.

Penghitungan koloni bakteri dilakukan dengan mengamati semua koloni yang tumbuh pada
permukaan media agar yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan hasil pengujian
menggunakan metode TPC, densitas terbanyak diperoleh pada lokasi pasar Seutui dengan
jumlah bakteri yang dapat dihitung mulai dari pengenceran tingkat 10-6 sebesar 60 x 107
CFU/ml, pengenceran 10-7, 10-8 dan 10-9 ditumbuhi bakteri sebanyak 41 x 108 CFU/ml, 21
x 109 CFU/ml dan 20 x 1010 CFU/ml. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor kimia
limbah cair yang terdapat pada lokasi tersebut. Dari segi ketersediaan nutrisi yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk tumbuh, pada sanitasi Pasar Seutui tergolong tinggi, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya limbah-limbah lain seperti sisa-sisa sayuran, sisa pemotongan
ayam, sisa pemotongan ikan yang terdapat didalam limbah cair pasar tersebut. Dari segi pH,
pada sanitasi Pasar Seutui, dengan pH 7 yang merupakan pH optimum untuk bakteri
tumbuh. Selain itu hal tersebut juga didukung oleh faktor temperatur limbah cair yaitu
dengan suhu 28C yang merupakan suhu bakteri yang paling umum dipilih bakteri
khususnya yang tergolong ke dalam jenis bakteri mesofil (bahrin dkk,2011).

Selain karena faktor nutrisi, densitas bakteri sangat dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi
tempat bakteri tersebut hidup, diantaranya adalah faktor suhu, pH, dan salinitas habitat
bakteri . Suhu merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan mikroba.
Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada rentang suhu yang luas sedang jenis lainnya pada
rentang suhu yang terbatas. Pada umumnya rentang suhu mikroba terletak antara 0C -
90C (Waluyo, 2005:17). Dari lima lokasi tempat pengambilan sampel, kisaran suhu
mencapai 27-30C dan merupakan suhu optimum yang umumnya ditemui bakteri mesofil.
Suhu sangat memengaruhi kecepatan pertumbuhan mikrobia, kecepatan sintesis enzim dan
kecepatan inaktivasi enzim. Setiap mikrobia termasuk bakteri mempunyai suhu optimum,
maksimum dan minimum untuk pertumbuhannya. Jika suhu lingkungan lebih kecil dari suhu
minimum atau lebih besar dari suhu maksimum pertumbuhannya maka aktivitas enzim akan
terhenti bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim (Suriani dkk.,
2013:61).

Faktor pH dan salinitas juga menjadi faktor pendukung tinggi rendahnya densitas bakteri
yang diperoleh. Seperti yang diperoleh pada lokasi pengambilan sampel limbah cair pada
penelitian ini, pH yang diukur berkisar antara 6,9-7,9 yang merupakan pH yang umum di
jumpai bakteri. Bakteri memerlukan suatu pH optimum (6,5-7,5) untuk tumbuh optimal.
Nilai pH minimum dan maksimum untuk pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri adalah 4
dan 9. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suriani dkk. (2013:60),
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.ALAT
1. Oven
2. Neraca analitik
3. Cawan petridish
4. Erlenmeyer 200ml
5. Inkubator
6. Colony counter
7. Hot plate
8. Spatula

B.BAHAN
1. Sampel air limbah pasar
2. Plastik wrap
3. Nutrien agar
4. Akuadest

C.CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,disterilkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam oven selama 2 jam (105˚C)
2. Ditimbang NA sebanyak 5 gram,dalam 250 ml akuadestkemudian dipanaskan hingga
mendidih
3. Didinginkan median lalu dituang kedalam cawan petri hingga permukaan tertutup
4. Ditambahkan sampel 1 ml yang sudah diencerkan dengan pengenceran 10−1 dan
10−2 dan tanpa pengenceran dengan metode tuang
5. Dituang hingga media mengeras lalu dibalik kemudian dibunkus dengan plastik wrap
6. Dimasukkan cawan petridish kedalam inkubator selama 1X24 jam pada suhu 32˚C
7. Diamati dan dihitung jumlah bakteri yang tumbuh dengan menggunakan colony
counter
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.DATA PENGAMATAN
1. Tanpa pengenceran = 180 koloni
2. Pengenceran 1 = 120 koloni
3. Pengenceraan 2 = 80 koloni

B.PERHITUNGAN
1
Jumlah sel = V X n X
F
1.jumlah bakteri koloni tanpa pengenceran
1
=VXnX
F
1
= 1 ml X 180 sel X ml
10❑
= 180 sel
2.jumlah bakteri koloni pengenceran 1
1
=VXnX
F
1
= 1 ml X 120 sel X ml
10−1
= 1.200 sel
3.jumlah bakteri koloni pengenceran 2
1
=VXnX
F
1
= 1 ml X 80 sel X ml
10−2
= 8.000 sel

C.PEMBAHSAN
Percobaan kali ini yaitu penentuan jumlah mikroba dalam air limbah pasar yang
bertujuan untuk mengetahui cara menentukan jumlah koloni atau mikroba pada air limbah
pasar
Pada tahap awal alat akan disterilkan dimana berguna untuk menghilangkan semua
bakteri yang terdapat pada alat yang akan digunakan,pembungkusan cawan petri yang
berisi bakteri menggunakan plastik wrap berfungsi untuk mencegah kemungkinan keluar
dan masuknya bakteri pada saat berada dalam inkubator
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini yaitu dari sampel yang tidak
mengalami pengenceran terdapat 180 sel,pengenceran 1 yaitu 1.200 sel,dan pengenceran 2
yaitu 8000 sel.dari data tersebut menunjukkan bahwa hal ini sudah sesuai dengan teori
dimana semakin sering sampel mengalami pengenceran maka jumlah sel mikroba semakin
bertambah
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni pada air
limbah pasa dengan tanpa pengenceran yaitu 180 sel,pengencersn 1 yaitu 1.200 sel,dan
pengenceran 2 yaitu 8000 sel.maka hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin sering sampel
mengalami pengenceran makan semakin banyak jumlah sel yang terbentuk
DAFTAR PUSTAKA
Bahrin, David, Destilia Anggraini, and Mutiara Bunga Pertiwi. "Pengaruh jenis sampah, komposisi
masukan dan waktu tinggal terhadap komposisi biogas dari sampah organik pasar di Kota
Palembang." (2011): 283-293.

Dewilda, Yommi, and Firsti Listya Darfyolanda. "Pengaruh Komposisi Bahan Baku Kompos (Sampah
Organik Pasar, Ampas Tahu, dan Rumen Sapi) terhadap Kualitas dan Kuantitas Kompos." Jurnal
Dampak 14.1 (2017): 52-61.

Paramita. A.P., M. Shovitri dan N.D Kuswytasari. 2012. Biodegradasi Limbah Organik Pasar dengan
Menggunakan Mikroorganisme Alami Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni Its 1: 23-26.

Suriani, Sanita. Soemarno dan Soeharjono. 2013. Pengaruh Suhu dan Ph terhadap Laju pertumbuhan
Lima Isolat Bakteri Anggota Genus Pseudomonas yang diisolasi dari Ekosistem Sungai Tercemar
Deterjen di sekitar Kampus Universitas Brawijaya. J-PAL, Vol. 3, No. 2
LAPORAN LENGKAP
PENGOLAHAN LIMBAH
“PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BOKASI”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ARNOLD

NIM : 18TKM333

KELAS : 2B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah
Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya
mengandung 90 persen lactobacillus. Apabila diurai, EM 4 terdiri atas 80 spesies dari 10
genus. Beberapa aplikasi-aplikasi EM 4 dibidang pertanian (termasuk perkebunan)
membawa segudang manfaat. Antara lain memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
mempercepat proses fermentasi dalam pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan
nutrisi tanaman, bisa menekan aktivitas hama dan mikroorganisme patogen, serta
meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman.
Pupuk bokasi akan dibuat dari campuran kotoran kambing, sekam padi, serbuk gergaji, dan
dedak padi. Menurut Sihombing (2000) kotoran ternak merupakan limbah ternak terbanyak
yang dihasilkan dalam pemeliharaan ternak. Kotoran ternak inilah yang dapat mencemari
lingkungan yaitu pada tanah, air, dan udara (bau) yang berdampak pada penurunan kualitas
lingkungan. Guna mengurangi dan menghindari dampak pencemaran lingkungan yang
diakibatkan kotoran ternak maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengolahnya menjadi pupuk bokasi. Kotoran kambing ini belum dimanfaatkan dengan baik
karena hanya diabaikan padahal limbah ini bisa menjadi bahan unggul dalam pembuatan
pupuk terlebih pupuk bokasi karena menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Energi
dan Sumber Daya Mineral (2006) kotoran kambing mengandung 26,38% C, 2,37% N
Limbah sekam padi ini kebanyakan terbuang pada kilang penggilingan dan hanya diabaikan
atau dibakar saja untuk mengambil abunya untuk dimanfaatkan sebagai pencuci. Bila
ditinjau lebih jauh, sekam padi mengandung selulosa (31,4%), karbon (1,33%), hemiselulosa
dan lignin. Sedangkan untuk dedak padi, Indonesia bisa menghasilkan sebanyak 4,8 juta ton
per tahun.
Oleh karenanya itu dilakukanlah percobaan ini agar dapat mengetahui cara pengolahan
sampah organik menjadi pupuk bokasi

B.TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui cara pengolahan sampah oragnik menjadi pupuk organik (bokasi)
dengan menggunakan sekam padi dan kotoran hewan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.LANDASAN TEORI
Penggunaan pupuk anorganik secara besar-besaran terjadi justru setelah revolusi hijau
berlangsung, hal tersebut dikarenakan penggunaan pupuk kimia / anorganik dirasa lebih
praktis dari segi pengaplikasiannya pada tanaman, jumlahnya takarannya jauh lebih sedikit
dari pupuk organik serta relatif lebih murah karena saat itu harga pupuk disubsidi oleh
pemerintah serta lebih mudah diperoleh. Akan tetapi imbas penggunaan jangka panjang
dari pupuk kimia an-organik justru berbahaya karena penggunaan pupuk an-organik tunggal
secara terus menerus dalam jangka panjang akan membuat tanah menjadi keras karena
residu sulfat dan dan kandungan karbonat yang terkandung dalam pupuk dan tanah
bereaksi terhadap kalsium tanah yang menyebabkan sulitnya pengolahan tanah (jamaluddin
dkk,2014).
Oleh karena itu, hadirnya pupuk organik diperlukan untuk mengurangi dampak negatif yang
diberikan dari pupuk kimia, sehingga kelangsungan pertanian dapat terjaga. Pupuk organik
memiliki peranan yang sangat penting bagi kesuburan tanah, karena penggunaan pupuk
organik pada budidaya tanaman pangan dan non pangan dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia maupun biologis tanah (harvald,1983).
Kelebihan lain dari pupuk organik yaitu tidak memiliki kandungan zat kimia yang tidak alami,
sehingga lebih aman dan lebih sehat bagi manusia, terlebih bagi tanah pertanian itu sendiri.
Pada tahun 2007 lalu peningkatan permintaan pasar berbagai produk pertanian organik
lokal Indonesia mencapai 60% dimana penjualan makanaan dan minuman organik mancapai
US$ 30.000.000., (molland dkk,2017).
Selain dari nilai guna pupuk organik bagi tanaman, hal ini juga menjadi peluang besar bagi
masyarakat pedesaan untuk lebih inovatif mengembangkan pertaniannya dalam memenuhi
kebutuhan pasar. Dalam semua kegiatan peternakan, tentunya akan menimbulkan masalah
limbah kotoran dari hewan ternak tersebut, dalam hal ini yaitu kotoran sapi. Kotoran yang
dihasilkan dari peternakan juga bersifat kontinyu (terus-menerus) selama peternakan
tersebut beroperasi. Apabila tidak ditangani, hal ini akan menjadi masalah lingkungan
karena akan mencemari lingkungan sekitar. Maka perlu dilakukan pemanfaatan untuk
mengatasi masalah tersebut (danisman,2014).
Sejak dahulu, kotoran ternak terkhusus kotoran sapi sudah dimanfaatkan sebagai pupuk
tanaman. Namun pemanfaatan yang biasa dilakukan tidak melalui proses pembuatan pupuk
organik terlebih dahulu.(molland,2008)
Sehingga pemanfaatan yang dilakukan belum maksimal. Maka, perlu dilakukan pengolahan
terlebih dahulu agar kandungan unsur organik dalam kotoran bisa dihasilkan secara
maksimal dan dapat bermanfaat lebih baik bagi tanaman. Proses pengomposan adalah
proses menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (danisman,2014)
pupuk organik dari kotoran sapi mempunyai kandungan serat kasar tinggi seperti selulosa.
Hal ini ditandai dengan tingginya rasio C/N diatas 40. Kondisi ini bisa menghambat
pertumbuhan tanaman sehingga pemberiannya harus dibatasi. Untuk menurunkan
tingginya kandungan C, bisa dilakukan dengan pengomposan. Limbah-limbah ternak
merupakan bahan organik yang menarik untuk dijadikan kompos bagi usaha pertanian.
Pupuk kandang bisa digunakan untuk berbagai jenis tanaman, seperti tanaman sayur,
tanaman buah, tanaman palawija dan tanaman pangan. Secara aplikasi, penggunaan pupuk
kandang dibedakan menjadi penggunaan di sawah dan penggunaan di lahan
kering(ahmad,2011)
Sisa-sisa tanaman dalam pupuk kandang biasanya tinggi kandungan karbohidrat, terutama
selulosa, dan rendah kandungan nitrogen maupun mineral. Nitrogen dan mineral
terkandung tinggi pada urin, dan kandungan karbohidratnya sangat kecil. Sedangkan
ekscreta padat memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga memberikan suatu media
yang lebih seimbang bagi perkembangan mikro organisme (sukamto,2007)
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.ALAT
1. neraca analitik
2. baskom
3. ember
4. spatula
5. pipet tetes
6. gelas kimia

B.BAHAN
1. sekam padi
2. kotoran sapi
3. EM-4
4. Gula pasir
5. Aquadest

C.CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan ayng akan digunakan
2. Ditimbang bahan sampah organik (sekam padi dan kotoran sapi masing-masing 1kg)
3. Dicampurkan semua bahan yang telah ditimbang hingga homogen
4. Ditimbang gula pasir sebanyak 5 gram
5. Dipipet EM-4 sebanyak 2ml,lalu campurkan gula pasir kemudian larutkan dalam
1000ml aquadest
6. Dicampurkan sedikit demi sedikit larutan kedalam sampah organiknhingga rata dan
homogen
7. Disimpan bahan organik kedalam ember dan tutup hingga rata (dilakukan proses
fermentasi aerob)
8. Dilakukan pengamatan selama 10 hari-14 hari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.DATA PENGAMATAN
NO WARNA TEKSTUR AROMA
1 Coklat kasar Berbau khas(berbau busuk)
4 Coklat kehitaman Agak lebih halus Berbau tanah
6 Coklat kehitaman Halus Berbau tanah

B.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu pengolahan sampah organik menjadi bokasi yang bertujuan
untuk mengetahui cara pembuatan bahan organik menjadi pupuk organik (bokasi) dengan
menggunakan sekam padi dan kotoran hewan
Pada praktikum kali ini setelah sekam padi dan kotoran hewan tercampur rata
ditambahkanlah gual pasir pada sampel sebagai nutrisi bagi mikroba yang ada pada pupuk
yang sedang berkembang,dan kemudian ditambahkan lagi EM-4 yang berfungsi sebagai
peraangsang tumbuhnya mikroba.
Adapun dari data pengamatan yang didapatkan pada hari 1 pupuk berwarna coklat
teksturnya kasar dan berbau khas (berbau busuk).sedangkan untuk hari 4 dan 6 pupuk
berwarna coklat kehitaman teksturnya agak halus dan halus,serta berbau tanah
Dari hasil prkatikum ini sudah sesuai dengan teori dimana semakin lama pupuk disimpan
maka akan berbau tanah dan menghasilkan jamur putih
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa telah diketahui cara pengolahan
smapah organik menjadi bokasi dengan baik dan benar dengan ciri ciri berbau tanah (tidak
berbau) dan menimbulkan jamur putih,dimana pada hari pertama berwarna coklat
teksturnya kasar dan berbau busuk,hari ke 4 dan ke 6 berwarna coklat kehitaman bertekstur
agak lebih halus menjadi halus serta tidak berbau
DAFTAR PUSTAKA
Danisman, D. (2014). Reduction of Demi-Hull Wave Interference Reistance in Fast Displacement
Catamarans Utilizing an Optimized Centerbulb Concept. Ocean Engineering, 91, 227-234.
Hadisuwito, Sukamto. Membuat pupuk kompos cair. AgroMedia, 2007.

Harvald, S. (1983). Resistance and Propulsion of Ships. New York : Wiley.

Insel, M., & Molland, A. (1992). An Investigation into the Resistance Components of High
Displacement Catamarans. Transaction Royal Institutions of Naval Architevture,134.

Jamaluddin, A., Utama, I., Widodo, B., & Molland, A. (2012). Experimental and Numerical Study of
the Resistance Component Interactions of Catamarans. Proceedings of the Institution of Mechanical
Engineers, Part M: Journal of Engineering for the Maritime Environment , 227(1), 51-60.

Molland, A. (2008). A Guide to Ship Design, Construction and Operation, The Maritime Engineering
Reference Book. Butterworth- Heinemann, Elsevier.

Molland, A., Turnock, S., & Hudson, D. (2017). Ship resistance and propulsion. Cambridge university
press.
Muhsin, Ahmad. "Pemanfaatan limbah hasil pengolahan pabrik tebu blotong menjadi pupuk organik."
(2011).

Anda mungkin juga menyukai