Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SATUAN OPERASI II

ADSORPSI DAN ABSORPSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : AFIF RAHMATUL IRFAN A. KASYMIR


NIM : 17TKM183
KELAS : TKM II B

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN RI
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan berkah-Nya hingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam menyelesaikan makalah ini,
penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Tak lupa pula mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu, orang tua yang telah memberi dukungan berupa moril maupun
material, kepada teman dan pihak yang telah membantu dan membimbing penulis, dan juga
pihak-pihak lain yang ikut membantu penulis

Penulis mohon maaf dengan segala kekurangan tersebut. Tak lupa kritik dan saran
dari para pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar,19 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................

B. Tujuan................................................................................................................

C. Rumusan Masalah .......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Adsorpsi .............................................................................................................

A.1 Pengerian Adsorpsi .................................................................................

A.2 Prinsip Kerja Adsorpsi............................................................................

A.3 Fix Bed Adsorpsi ....................................................................................

A.4 Proses regenerasi ....................................................................................

B. Absorpsi .............................................................................................................

B.1 Pengertian Absorpsi ................................................................................

B.2 Prinsip kerja Absorpsi .............................................................................

B.3 Menara Absorpsi .....................................................................................

B.4 Proses Stripping ..............................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat kedalam
tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati sawar biologik . Absorpsi obat
adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektivitas obat . Agar suatu obat
dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat tersebut harus melewati berbagai
membran sel. Membran sel mempunyai pori yang bergaris tengah antara 3,5 - 4,2 Ǻ,
merupakan saluran berisi air dan dikelilingi oleh rantai samping molekul protein yang bersifat
polar. Zat terlarut dapat melewati pori ini secara difusi karena kekuatan tekanan darah .
Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan serta
cepat-lambatnya melarut menentukan banyaknya obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat
per oral, cairan biologis utama adalah cairan gastrointestinal, dari sini melalui membran
biologis obat masuk ke peredaran sistemik .

Adsorpsi adalah salah satu alternatif untuk mengatasi pencemaran udara. Langkah
awal untukmendapatkanprosesadsorpsiyangefektif adalah dengan cara memilih adsorben
yang memiliki selektivitas dan kapasitas tinggi serta dapat digunakan berulang ulang. Salah
satu adsorben yang sering digunakan adalah arang aktif . Logam Pb(II) merupakan salah satu
logam berat yang cukup berbahaya. Masuknya Pb ke dalam tubuh manusia melalui air minum,
makanan atau udara dapat menyebabkan gangguan pada organ seperti gangguan neurologi
(syaraf), ginjal, sistem reproduksi, sistem hemopoitik serta sistem syaraf pusat (otak) terutama
pada anak yang dapat menurunkan tingkat kecerdasan . Proses adsorpsi cairan pada
permukaan padatan dapat dipelajari melalui beberapa model isotermis yaitu fungsi yang
menghubungkan jumlah adsorbat pada permukaan adsorben dengan konsentrasi.Isoterm
adsorpsi membantu untuk menetapkan kapasitas adsorpsi dari material dan selanjutnya
membantu untuk mengevaluasi mekanisme yang ditunjukkan oleh sistem adsorpsi.
B. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perbedaan antara absorpsi dengan adsorpsi


2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari adsorpsi dan absorpsi
3. Untuk mengetahui apa itu Fixed Bed Adsorpsi
4. Untuk mengetahui jenis jenis Menara adsorpsi
5. Untuk mengetahui proses regenerasi pada adsorpsi
6. Untuk mengetahui jenis jenis Menara absorpsi
7. Untuk mengetahui proses stripping pada absorpsi

C. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Apa pengertian dari adsorpsi dan absorpsi ?


2. Bagaimana prinsip kerja dari adsorpsi dan absorpsi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Fixed Bed Adsorpsi ?
4. Apa saja jenis jenis Menara adsorpsi dan absorpsi ?
5. Bagaimana prose regenerasi pada adsorpsi ?
6. Bagaimana proses stripping pada absorpsi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ADSORPSI
A.1 Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi merupakan salah satu sifat-sifat sistem koloid. Adsorpsi adalah suatu
proses penyerapan partikel suatu fluida (cairan maupun gas) oleh suatu padatan hingga
terbentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan adsorben. Padatan yang dapat
menyerap partikel fluida disebut bahan pengadsorpsi atau adsorben. Sedangkan zat yang
terserap disebut adsorbat. Secara umum Adsorpsi didefinisikan sebagai suatu proses
penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau
benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan
penyerapnya. Penyerapan partikel atau ion oleh permukaan koloid atau yang disebut
peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid menjadi bermuatan listrik.
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat
yang diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut
adsorben. Kecuali zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi
antara : zat padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair atau gas dan zat cair.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada
dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya bahan
yang mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu
proses maka ada yang menyebutnya sorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi
terjadi pada tanah liat maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai
adsorpsi. (Giyatmi, 2008: 101).
Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair,
mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi.
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam
adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada permukaan (Sukardjo,
2002:190).
A.2 Prinsip Kerja Adsorpsi

Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben
dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik
atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat
atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang
mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya
adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke
dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada
permukaannya (Sukardjo, 1990).

Suatu adsorben dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap,
makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan.
Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan, maka semakin banyak gas
yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya serap dihitung
tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis
adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas (Atkins, 1990).

Proses adsorpsi yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat
yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Peristiwa adsorpsi
disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens. Dimana adsorben
yang biasa digunakan dalam percobaan adalah kabon aktif, sedangkan zat yang diserap
adalah asam asetat (Keenan, 1999)

Peristiwa adsorpsi yang terjadi jika berada pada permukaan dua fasa yang bersih
ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan sangat mempengaruhi
sifat permukaan. Komponen yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada
permukaan (dan karenanya dinamakan surface aktif). Jumlah zat yang terserap setiap berat
adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun demikian, bila adsorbens sudah
jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Adsorpsi dan desorpsi (pelepasan) merupakan
kesetimbangan (Atkins, 1990).
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu, orde
dua dan orde tiga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan konsentrasi
spesies terhadap perubahan waktu. Kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat
dapat ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai fungsi
waktu dan menganalisisnya dengan analisis harga k (konstanta kesetimbangan adsorpsi)
atau dengan grafik.

A.3 Fixed Bed Adsorpsi

Proses adsorpsi sering kali dilakukan di dalam kolom fixed bed (unggun tetap).
Alasannya selama unggun belum jenuh, maka keluaran dari unggun akan memiliki
konsentrasi adsorbat yang sangat rendah. Kolom fixed bed adalah sebuah kolom silinder
yang pada umumnya memiliki rasio panjang dan diameter yang cukup besar. Adsorben
dimasukkan ke dalam kolom dan dijaga agar tidak terbawa aliran pada saat operasi.
Adsorpsi dilakukan dengan mengalirkan larutan adsorbat melalui unggun adsorben.

Selama proses adsorpsi, adsorben di dalam unggun akan mengadsorpsi adsorbat.


Bagian dari unggun yang kontak terlebih dahulu dengan adsorbat akan mencapai
kesetimbangan terlebih dahulu. Bila sudah mencapai kesetimbangan, maka 7 bagian
berikut dari unggun yang akan terisi oleh adsorbat. Oleh karena itu proses adsorpsi di dalam
fixed – bed adsorber adalah sebuah proses yang bergantung pada waktu dan jarak. Bila
pada suatu titik hampir semua bagian dari unggun sudah jenuh, konsentrasi adsorbat pada
keluaran unggun akan meningkat. Titik ini disebut dengan titik breakthrough. Titik
breakthrough adalah titik dimana konsentrasi zat pewarna pada effluen mencapai 0,1% dari
konsentrasi influen. Waktu dimana titik breakthrough tercapai disebut waktu breakthrough
(tb).

Sistem kontak antara adsorben dan adsorbat yang biasanya digunakan dalam
metode kolom adalah fixed bed. Fixed bed dapat beroperasi secara upflow maupun
downflow, tapi secara downflow lebih populer karena butiran adsorben dapat juga
berfungsi sebagai filter untuk suspended solid (Reynolds & Richards, 1996). Fixed bed
column yang digunakan dalam proses adsoprsi sistem dinamis dapat dioperasikan secara
tunggal, rangkaian seri, maupun dalam rangkaian paralel. Ada dua model aliran influen
yang digunakan pada sistem dinamis menggunakan Fixed bed column, yaitu down flow
dan up flow. Down flow merupakan model aliran dari arah atas ke bagian bawah kolom
sedangkan up flow merupakan model aliran dari arah bawah ke bagian atas kolom.
Penelitian penggunaan kolom dalam skala kecil dilakukan sebagai bentuk simulasi potensi
kinerja dari adsorben dan hasil yang didapatkan dapat diaplikasikan untuk rancangan
reaktor kolom skala besar (Li, 2008).

A.4 Regenerasi Adsorben

Suatu reaksi pertukaran ion hanya dapat berlangsung jika bahan penukar dapat
menyediakan hidrogen atau hidroksida untuk menggantikan kation dan anion dari air
mentah. Jika suatu kation dan anion tidak mampu lagi menukar, kation dan anion tersebut
harus dikembalikan kepada keadaan awal melalui regenerasi. Regenerasi kation dilakukan
dengan cara mengganti kembali ion H+ yang telah jenuh dengan merekasikannya dengan
H2SO4.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan pada proses regenerasi kation pada demin
plant di Unit Utilitas Power Station II (PS-II) PT. Pertamina RU III yaitu :

1. Backwash

Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan


deposit kotoran yang menempel di resin.

2. Pemberian acid step 1 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 1,75%

3. Pemberian acid step 2 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 3,5%

4. Pemberian acid step 3 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 5,25%

5. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di
proses.

6. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang
besar.

a. Regenerasi anion
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation, jika sudah jenuh
maka dapat dikembalikan ke keadaan dengan menggunakan alkali. Soda kaustik dipakai
sebagai penukar anion dari basa kuat.

Sama dengan regenerasi pada kation, pada anion juga terdapat beberapa tahapan.
Tahap-tahap yang dilakukan pada proses regenerasi anion pada demin plant di Unit Utilitas
Power Station II (PS-II) PT.Pertamina RU IIIyaitu :

1. Backwash

Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan


deposit kotoran yang menempel di resin.

2. Preheat bed

3. Caustic injection yaitu penambahan kaustik dengan cara menginjeksian NaOH 4%.

4. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di
proses.

5. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang
besar.

Selama proses regenerasi, limbah air yang dihasilkan ditampung pada bak
penampung regenerasi (neutral basin) untuk dinetralkan sebelum akhirnya dibuang ke
sungai.

B. ABSORPSI
B.1 Pengertian Absorpsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia).
Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga
dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
Absorbsi adalah operasi pemisahan solut dari fase gas ke fase cair, yaitu
dengan mengontakkan gas yang berisi solut dengan pelarut cair (solven / absorben)
yang tidak menguap. Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran
gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti
dengan pelarutan.
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan zat cair yang di ikuti dengan pelarutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan:
Absorbat : senyawa terlarut yang dapat terserap ( berupa campuran gas )
Absorben : padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa
yang diserap (berupacairan).
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gasdengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yangdiikuti dengan
pelarutan.Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkanhanya oleh gaya-gaya fisik
(pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut jugaoleh ikatan kimia (pada absorpsi
kimia). Komponen gas yang dapatmengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu
dan juga dengankecepatan yang lebih tinggi.

B.2 Prinsip Kerja Absorpsi


Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2) dialirkan ke dalam
kolom pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air bertemu dalam
kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut
dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase
air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya CO2. Semakin ke atas ,aliran
udara semakin miskin CO2. Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah
sebagai berikut :
1. Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik. Komposisi dalam aliran air.
Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya NaOH) maka
penyerapan lebih baik. ·
2. Suhu operasi.Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik. ·
3. Tekanan operasi.Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik
sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya
4000-5000 kPa), penyerapan lebih buruk. ·
4. Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.

Memanfaatkan besarnya difusivitas molekul molekul gas pada larutan tertentu dan
dapat dilakukan pada gas gas atau airan yang relatif berkonsentrasi rendah maupun yang
berkonsentrasi tinggi. Driving force dalam perpindahan massa ini adalah tingkat
konsentrasi gas terlarut tekanan parsial dalam total gas melebihi konsentrasi
kesetimbangan dengan airan pada setiap waktu. Bila campuran gas dikontakkan dengan
cairan yang mampu melarutkan sala# satu komponen dalam gas tersebut dan keduanya
dikontakkan dalam 'angka waktu yang cukup lama pada suhu tetap maka akan terjadi
suatu kesetimbangan dimana tidak terdapat lagi perpindahan panas. campuran gas yang
merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara absorber Didalam
absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan
perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air
sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara peristiwa absorbsi ini terjadi pada
sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat Keluaran dari absorberada tinkat
bawah.

B.3 Jenis-Jenis Menara Absorpsi


1. Sieve Tray
Bentuknya mirip dengan peralatan distilasi. Pada Sieve Tray, uap menggelembung
ke atas melewati lubang-lubang sederhana berdiameter 3-12 mm melalui cairan yang
mengalir. Luas penguapan atau lubang-lubang ini biasanya sekitar 5-15% luas tray.
Dengan mengatur energi kinetik dari gas dan uap yang mengalir, maka dapat diupayakan
agar cairan tidak mengalir melaui lubang-lubang tersebut. Kedalaman cairan pada tray
dapat dipertahankan dengan limpasan (overflow) pada tanggul (outlet weir). Sieve Tray
atau Perforated Tray adalah tray yang terbuat dari lapisan logam datar dengan sejumlah
lobang.
A. Diameter lobang berkisar Antara 1/8 – ½ inchi, tetapi yang sering digunakan
adalah 3/16 inchi.
B. Setiap tray dilengkapi dengan satu atau lebih downcomer untuk membawa
cairan turun dari tray yang satu ke tray lainnya yang ada di bawahnya.
C. Pada operasi normal, uap mengalir melalui lobang-lobang sehingga
menyebabkan turbulensi cairan membentuk froth sepanjang tray, hingga
perpindahan massa uap cairan lebih efisien.
D. Dibandingkan dengan Bubble Cap tray, kelebihan Sieve Tray adalah bahwa
lobang-lobang yang terdapat dalam tray dapat dipasang cap-cap seperti
halnya pada konstruksi Bubble cap tray.

2. Valve Tray

Valve Tray adalah modifikasi dari Sieve Tray dengan penambahan katup-katup
untuk mencegah kebocoran atau mengalirnya cairan ke bawah pada saat tekanan uap
rendah. Dengan demikian alat ini menjadi sedikit lebih mahal daripada Sieve Tray, yaitu
sekitar 20%. Namun demikian alat ini memiliki kelebihan yaitu rentang operasi laju alir
yang lebih lebar ketimbang Sieve Tray. Ballast/Valve Tray serupa dengan Sieve Tray,
hanya di setiap lubang dipasang cap-cap yang dapat diangkat atau berupa valve yang
dapat naik turun tergantung variasi kecepatan aliran uap.
A. Gerak vertikal dari cap yang diizinkan antara ¼ - ½ inchi.

B. Operasi Valve Tray lebih fleksibel dibanding dengan Sieve Tray.

3. Spray Tower

Jenis ini tidak banyak digunakan karena efisiensinya yang rendah.

Prinsip Kerja:

a. Liquida masuk dispraykan dan jatuh karena grafitasi aliran gas naik berlawanan
arah. Nozzle (lubang) spray berfungsi untuk memperkecil ukuran liquida. jarak
jatuhnya liquid ditentukan berdasarkan waktu kontak dan pengaruh jumlah massa
yang dipindahkan
b. Cairan disemburkan dari puncak menara menggunakan nozzle sembur.
c. Gas dimasukkan dari dasar Menara
d. Tetesan cairan akan bergerak ke bawah karena grafitasi dan akan berkontak dengan
gas yang naik ke atas.
e. Makin kecil ukuran tetes cairan makin besar kecepatan transfer massa.

Digunakan untuk transfer massa gas yang sangat mudah larut.Biasanya:


A. Gas yang diserap bersifat korosif
B. Gas mengandung debu atau partikel partikel kecil yang akan menyumbat Jika
dipakai menara packing atau menara plat.
Beberapa hal penting yang harus ada di menara sembur:
A. Diperlukan energi untuk semburan cairan.
B. Harus dilengkapi dengan penangkap kabut (mist eliminator)
C. Menara harus cukup tinggi

4. Bubble Tray

Jenis ini telah digunakan sejak lebih dari seratus tahun lalu, namun
penggunaannya mulai digantikan oleh jenis Valve Tray sejak tahun 1950. Alasan
utama berkurangnya penggunaan Bubble Cap Tray adalah alasan ekonomis, dimana
desain alatnya yang lebih rumit sehingga biayanya menjadi lebih mahal. Jenis ini
digunakan jika diameter kolomnya sangat besar.

Prinsip Kerja:

1. Bubble Tower pada prinsipnya merupakan kebalikan dari spray tower. Dalam
tower ini gas terdispersi kedalam fasa liquid membentuk gelembung kecil.
Gelembung yang kecil ini menjadikan kontak antar fasa yang besar. perpindahan
massa yang terjadi selama gelembung naik melalui fasa liquid gerakan gelembung
tersebut mengurangi tahanan fasa liquidnya. bubble tower digunakan bila laju
perpindahan massa dikendalikan oleh tahanan fasa gas.
2. Gas didispersikan dalam fase cair dalam bentuk gelembung.
3. Gelembung gelembung dapat dibuat dengan pertolongan distributor pipa yang
ditempatkan mendatar pada dasar menara.

4. Transfer massa terjadi ketika gelembung terbentuk dan kemudian naik ke atas
melalui cairan digunakan untuk gas yang relatif sukar larut.

5. Packed Bed
Jenis ini adalah yang paling banyak diterapkan pada menara absorpsi. Packed
Column lebih banyak digunakan mengingat luas kontaknya dengan gas. Packed Bed
berfungsi mirip dengan media filter, dimana gas dan cairan akan tertahan dan
berkontak lebih lama dalam kolom sehingga operasi absorpsi akan lebih optimal.
Beragam jenis packing telah dikembangkan untuk memperluas daerah dan
efisiensi kontak gas-cairan. Ukuran packing yang umum digunakan adalah 3-75 mm.
Bahan yang digunakan dipiluh berdasarkan sifat inert terhadap komponen gas
maupun cairan solven dan pertimbangan ekonomis, antara lain tanah liat, porselin,
grafit dan plastik. Packing yang baik biasanya memenuhi 60-90% dari volume
kolom.
Menara pelat adalah menara yang secara luas telah digunakan dalam industri.
Menara ini mempunyai sejumlah pelat dan fasilitas yang ada pada setiap pelat maka
akan diperoleh kontak yang sebaik-baiknya antara fase cair dengan fase gas. Fasilitas
inidapat berupa topi gelembung (bubble caps) ata ulubang ayak(sieve),ada pelat topi
gelembung dan lubang ayak gelembung -gelembung gas akan terbentuk. Transfer
massa antar fase akan terjadi pada waktu gelembung gas terbentuk dan pada waktu
gelembung gasnaik ke atas pada setiap pelat. Cairan akanmengalir dari atas ke
ba(ahmelintasi pelat di dalam kolom.
>Menara yang diisi dengan bahan pengisi.
>Fungsi dari bahan pengisi yaitu memperluas bidang kontak antar kedua fase.
>Bahan pengisi yang biasanya digunakan: raschig ring, lessing ring,berl saddles
, intalox saddles, dan pall ring.
B.4 Proses Stripping
Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu dengan
mengontakkan cairan yang berisi solute dengan pelarut gas ( stripping agent) yang tidak
larut ke dalam cairan.

Berdasarkan cara kontak antar fase, alat transfer massa difusional dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu :

1. proses keseimbangan dimana operasi dengan keseimbangan antar fase, yaitu alat
dengan kontak bertingkat ( stage wise contact / discreet ), misalnya menara
menggunakan plat atau tray.
2. proses dikontrol kecepatan transfer massa, yaitu alat dengan kontak kontinyu (
continuous contact ), misalnya menara sembur, gelembung atau menggunakan bahan
isian (packing).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:

Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat yang
diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Kecuali
zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi antara : zat padat dan zat
cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair atau gas dan zat cair.
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan
bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang
akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya
tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia).
Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu dengan
mengontakkan cairan yang berisi solute dengan pelarut gas ( stripping agent) yang tidak larut ke
dalam cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Distantina, S. (1988). Bahan Ajar Absorpsi dan Stripping D3. Surakarta. Retrieved
from distantina.staff.uns.ac.id
Redjeki, S. (2013). Bahan Ajar Materi Absorpsi Gas. Universitas Pembangunan
Negara. Retrieved from elearning.upnjatim.ac.id
Samsudin, A. M. (2015). Materi Perancangan Alat Proses. Bandung. Retrieved from
www.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai