Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME EKSTRAKSI

GLUKOMANNAN PORANG
LOKAL

NAMA : JULIA DWITA R.B.K

NIM : 4518044005

TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS BOSOWA
2020
1. ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dan rasio tepung umbi porang
menggunakan pengendap isopropil alkohol dalam menghasilkan ekstrak
glukomanan dengan rendemen tertinggi. Penelitian dirancang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor yaitu suhu ekstraksi terdiri
atas 7 taraf (45, 55, 65, 75, 85, 95, dan 105 0C) dan rasio tepung umbi porang
dengan pengendap isopropil alkohol terdiri dari 5 taraf (1:7, 1:10, 1:13, 1:16, dan
1:19 (b/v), masing-masing dilakukan secara duplo. Parameter yang diamati adalah
rendemen glukomanan dan karakteristiknya hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstraksi glukomanan terbaik diperoleh pada suhu 950C dengan rendemen
41,614%. Rasio tepung umbi porang isopropil alkohol terbaik yaitu 1:19 (b/v) dengan
rendemen glukomanan 45,167%. Uji karakteristik terhadap glukomanan diperoleh
kadar air 6,6%, kadar abu 0,8%, dan berat molekul 0.726 x 104 g/mol.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suhu ekstraksi yang terbaik
didapatkan pada suhu 95 ºC dengan rendemen glukomanan yang dihasilkan
41,614%. Rasio terbaik yang didapatkan adalah 1:19 (1 bagian berat tepung umbi
porang dan 19 bagian isopropil alkohol) dengan rendemen glukomanan yang
dihasilkan adalah 45,167%. Hasil karakteristik glukomanan yang diperoleh antara
lain kadar air 6,6%, kadar abu 0,8%, dan berat molekul 0,726 x 104 g/mol.
Perlu dilakukan ujilebih lanjut untuk rasio anti-solven isopropil alkohol untuk
mendapatkan nilai maksimum dan karakterisasi lebih lanjut seperti kadar pati, kadar
serat, derajat putih dan kekuatan gel. Serta perlu dilakukan pemurnian glukomanan
dari umbi porang.

2.Abstrak
Umbi porang merupakan jenis talas yang kaya serat larut glukomanan. Glukomanan
mengembang membentuk gel dengan air dan menjadi masa yang lengket. Sifat
merekat glukomanan ini dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam formulasi
tablet parasetamol karena memiliki kompresibilitas rendah dan sifat alir yang buruk.
Bahan pengikat akan meningkatkan kekompakan atau kohesifitas serbuk sehingga
dapat membentuk granul yang dapat dikempa menjadi tablet. Penelitian ini bertujuan
untuk pengaruh penggunaan tepung umbi porang sebagai bahan pengikat terhadap
sifat fisik dan kimia tablet parasetamol. Tablet paracetamol dibuat dalam empat
formula menggunakan metode granulasi basah dengan variasi konsentrasi tepung
umbi porang yaitu F I 2,5%; F II 5,0%; F III 7,5% dan F IV 10% b/v. Tablet yang
diperoleh diuji sifat fisik meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan
waktu hancur, serta sifat kimia yaitu kandungan zat aktif dan pelepasan obat. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variasi konsentrasi tepung porang berpengaruh terhadap sifat fisik tablet
parasetamol yang meliputi kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur, serta sifat kimia
yaitu kandungan senyawa aktif dan pelepasan parasetamol. Semakin tinggi
konsentrasi tepung porang, maka semakin tinggi kekerasan, waktu hancur semakin
lama. Sedangkan kerapuhan dan pelepasan tablet parasetamol menurun.

Kesimpulan
Penggunaan tepung umbi porang sebagai bahan pengikat berpengaruh terhadap
sifat fisik dan pelepasan tablet parasetamol. Kenaikan konsentrasi tepung umbi
porang menyebabkan peningkatan kekerasan, kerapuhan tablet. Peningkatan
konsentrasi tepung umbi porang menyebabkan waktu hancur semakin lama dan
pelepasan tablet parasetamol mengalami penurunan.

3.Abstrak
Porang (Amorphophallus oncophyllus dan Amorphophallus muerelli blume)
merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki potensial baik secara teknologi
maupun secara komersial dalam segi medis, industri serta pangan. Porang memiliki
kandungan glukomannan yang tinggi, yaitu sebesar 45-65%. Penelitian ini
difokuskan pada ekstraksi dua jenis umbi porang yaitu porang putih
(Amorphophallus oncophyllus ) dan porang kuning (Amorphophallus muerelli blume)
dengan tujuan menentukan yield ekstraksi glukomannan dan mendapatkan
karakteristik glukomannan meliputi kadar glukomannan, morfologi dengan SEM dan
gugus fungsi dengan FTIR. Penelitian ini dilakukan melalui 4 tahap, yaitu (1) tahap
pembentukan tepung porang, (2) tahap analisa tepung porang, (3) tahap ekstraksi
glukomannan dari tepung porang, dan (4) analisa produk glukomannan. Variabel
kendali dalam penelitian meliputi : suhu operasi 75%, kecepatan pengadukan 4000
rpm, dan waktu ekstraksi 15 menit. Variabel bebasnya berupa jenis tepung porang
(porang putih dan porang putih), dan jenis pelarut (alumunium sulfat dan air, etanol).
Produk kemudian di analisa dengan kadar KGM (konjac glukomannan), struktur
molekul dengan FTIR (fourier transform infra red), dan morfologi dengan SEM
(scanning electron microscope). Untuk tepung porang putih memiliki kadar air
13,477%, kadar abu 4,612%, kadar pati 47,554%, kadar amilosa 17,536%.
Sedangkan untuk porang kuning memiliki kadar air 12,326%, kadar abu 3,901%,
kadar pati 5,598%, kadar amilosa 16,948%. Untuk hasil ekstraksi dari tepung porang
putih dengan pelarut air diperoleh kadar glukomannan 73,70% dan untuk pelarut
etanol diperoleh kadar glukomannan sebesar 64,67%. Analisa morfologi tepung
glukomannan porang putih dan kuning untuk pelarut air menghasilkan panjang
gelombang yang lebih besar dibandingkan pelarut etanol pada panjang gelombang
3000-3700 cm-1. Hasil analisa struktur permukaan pada tepung glukomannan
porang putih dan porang kuning dengan pelarut air memiliki bentuk permukaan oval
yang persebarannya tidak seragam tanpa adanya struktur jarum, sedangkan dengan
pelarut etanol memiliki struktur jarum yang merupakan struktur Ca-oksalat.

KESIMPULAN
Yield tepung glukomannan rata-rata porang putih dengan pelarut air sebesar
68,184% dan pelarut etanol yaitu sebesar 71,111% dan untuk yield tepung
glukomannan rata-rata porang kuning dengan pelarut air sebesar 69,408% dan
pelarut etanol yaitu sebesar 67,389%. Tepung glukomannan porang putih
menghasilkan kadar glukomannan yang lebih besar dibandingkan dengan tepung
porang kuning pada pelarut yang sama. Tepung porang putih mengandung kadar air
13,477%, kadar abu 4,612%, kadar pati 7,544%, dan kadar amilosa 17,536%. Untuk
porang kuning menunjukan kadar air 12,326%, kadar abu 3,901%, kadar air 5,958%,
dan kadar amilosa 16,943%. Analisa gugus fungsi dengan FTIR pada tepung
glukomannan menunjukan hasil dalam glukomannan mengandung paling banyak
gugus polisakarida yaitu pada panjang gelombang 3000-3700 cm-1. Analisa
morfologi pada tepung gluko-mannan menunjukan tepung gluko-mannan porang
putih maupun porang kuning yang diekstraksi dengan pelarut air yang menunjukan
bentuk struktur bulat sedangkan ekstraks menggunakan pelarut etanol memiliki
bentuk struktur jarum yang merupakan bentuk struktur dari asama oksalat sebagai
pengotor dari tepung glukomannan.

4. Ringkasan
Tanaman Iles-Iles (Amorphallus oncophyllus) yang tersedia melimpah di Indonesia,
selama ini kurang
bernilai ekonomis karena dijual dalam bentuk umbi segar atau produk antara yaitu
tepung dengan kualitas yang
rendah. Dengan potensi pemanfaatan yang besar baik dalam industri pangan
maupun non pangan diharapkan
dapat ditingkatkan nilainya (value added product) sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani. Manfaat
tepung glukomannan sangat banyak antara lain sebagai bahan pengental dalam
industri pangan yang bermanfaat
mencegah kegemukan (obesitas) karena kemampuannya menyerap air lebih banyak
sebagai serat pangan. Umbi
Iles-iles diperoleh dari daerah hutan Kabupaten Kendal. Rendemen tepung Iles-iles
adalah 28,0 % dari berat
basah dan 66,4% dari berat kering. Hasil ekstraksi glukomannan modifikasi dari
Tepung Iles-Iles dengan enzim
menghasil kadar glukomanan paling tinggi yaitu 3,92%, diikuti kontrol 2,45%, dan
modifikasi asam 2,17%. Kadar
serat pangan tertinggi glukomannan modifikasi dengan enzim α amilase sebesar
2,28%, kemudian kontrol 1,95%,
dan terendah perlakuan penambahan asam 1,91%. Glukomannan modifikasi
dengan enzim dari tanaman Iles-iles
memberikan nilai fisik dan kimia lebih baik, sedang modifikasi dengan asam kurang
baik dibandingkan dengan
kontrol.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Iles-iles sebagai tanaman liar yang tumbuh di hutan memiliki potensi besar untuk

dikembangkan sebagai alternatif diversifikasipangan pokok selain beras karena


kandungan zat gizi yang tinggi terutama karbohidrat (77%).Rendemen tepung Iles-
iles adalah 28,0 % dari berat basah dan 66,4% dari berat kering.

2. Kadar glukomannan Modifikasi dengan enzim memberikan kadar mannan lebih


tinggi dibanding yang lain, yaitu 3,92% diikuti kontrol 2,46%, dan modifikasi asam
2,17%.
3. Kadar serat pangan tertinggi glucomannan modifikasi dengan enzim α amilase
sebesar 2,28%, kemudian kontrol 1,95%, dan terendah perlakuan penambahan
asam 1,91%.

4. Glukomannan modifikasi dengan enzim dari tanaman Iles-iles memberikan nilai


fisik dan kimia lebih baik, sedang modifikasi dengan asam kurang baik dibandingkan
dengan control.

Anda mungkin juga menyukai