Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN PERTANIAN (PKP) II

BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA MENGGUNAKAN POLA TANAM


POLIKULTUR DAN MONOKULTUR
Disusun Oleh:

Abdul Wahab Syuhada (201410200311011)


Alfia Pertiwi (201610200311116)
Haidhar Ali Firdaus (201610200311109)
Nadia Angestie Wulandari (201610200311158)
Dimas Yudhiantoro (201610200311162)

PROGAM STUDY AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul PKP : Budidaya Tanaman Hortikultura Menggunakan Pola Tanam Polikultur


dan Monokultur
Nama Ketua : Alfia Pertiwi (201610200311116)
Nama Anggota : Abdul Wahab Syuhada (201410200311011)
Nama Anggota : Haidhar Ali Firdaus (201610200311109)
Nama Anggota : Nadia Angestie Wulandari (201610200311157)
Nama Anggota : Dimas Yudhiantoro (201610200311162)

Malang, 8 Oktober 2018


Disetujui oleh

Pembimbing

Aulia Zakia, Sp. Msi

Diketahui oleh
Ketua Program Studi Koordinator PKP

Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP. Agus Dwi Sulistyono, S.Si M.Si
NIP.196419201991011001 NIP. 170819081986
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iv
RINGKASAN iv
BAB I PENDAHULUAN 7
1.1 Latar Belakang 7
1.2 Tujuan 8
1.3 Manfaat 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
BAB III METODE PELAKSANAAN 15
3.1 Waktu dan Tempat 15
3.1.1 Waktu Pelaksanaan 15
3.1.2 Tempat Pelaksanaan 15
3.2 Alat dan Bahan 15
3.2.1 Alat.......................................................................................................................................15
3.2.2 Bahan 15
3.3 Metode Pelaksanaan 16
3.3.1 Budidaya Tanaman 16
3.3.2 Pemasaran Produk 17
3.3.3 Jadwal Kegiatan 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19
BAB VASPEK KEBARUAN........................................................................................................22
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25
Lampiran 1...............................,,,,,.................................................................................................26
Lampiran 2.....................................................................................................................................29
Lampiran 3.....................................................................................................................................30
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan Praktik Kewirausahaan Pertanian (PKP)
II. Laporan ini berisi tentang uraian yang berhubungan dengan praktik budidaya tanaman daun
bawang, sawi pakcoy, dan kangkung. Laporan ini telah kami selesaikan berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian laporan ini. Diluar itu, penulis
sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
proposal ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan
segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir kata Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk
kelompok kami khususnya, dan masyarakat pada umumnya.

Malang, 27 Desember 2018

Penyusun
RINGKASAN

BUDIDAYA TANAMAN HORTIKUTURA MENGGUNAKAN POLA TANAM


POLIKULTUR DAN MONOKULTUR

Dalam budidaya yang dilakukan digunakan tanaman bawang prei (Allium


Ampeloprasum), sawi pakcoy (Brasicca rapa L.) sebagai tanaman yang mengunakan pola tanam
polikultur dan kangkung darat (Ipomoea Reptana) sebagai tanaman monokultur. Ketiga tanaman
tersebut adalah jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan secara intensif dan
komersil. Masyarakat sangat meggemari jenis sayuran ini karena mudah didapatkan dan cocok
untuk beberapa masakan. Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kewirausahaan Pertanian (PKP) ini
adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman dengan cara monokultur dan polikultur dari
tanaman bawang prei (Allium Ampeloprasum), sawi pakcoy (Brasicca rapa L.), dan kangkung
darat (Ipomoea Reptana) ,dan mencari keuntungan dari hasil yang telah di dapatkan dari
budidaya tersebut. Metode Pelaksanaan yang pertama adalah pengolahan lahan. Membersihkan
lahan dari gulma yang terdapat di lahan. Membalik dan menggemburkan tanah menggunakan
cangkul. Membuat bedengan ukuran 3 x1 m dan 4 x 1 m. Pembuatan irigasi dan parit sedalam 20
cm agar benih tidak tergenang air hujan ketika hujan turun. Memberikan pupuk dasar berupa
pupuk kandang sebanyak 20 kg/ 200 m2. Penanaman. Membuat lubang tanam pada bedengan
dengan jarak tanam 30 cm x 25 cm. Memasukkan bibit daun bawang dan sawi pakcoy pada tiap
lubang tanam dengan ukuran kedalaman 3 cm. Menyiram bibit yang telah ditanam.
Pemeliharaan. Melakukan penyulaman selama masa pertumbuhan awal benih (7-14 HST)..
Penyiraman tanaman menggunakan gembor. Pemupukan tahap pertama dilakukan dengan pupuk
kandang 20 kg/200 m2. Pemupukan susulan tahap kedua dilakukan 14 HST dengan pupuk NPK
mutiara 4 kg/200m2. Melakukan penyiangan tanaman yang bisa menghambat pertumbuhan
tanaman. Pengendalian hama penyakit yang dapat menyerang tanaman.Pemberian nutrisi
tambahan berupa urin kelinci dengan dosis 1,75 liter yang dilarutkan kedalam 7 liter air.
Melakukan penanaman kangkung sebagai solusi tanaman yang mati. Membuat lubang tanam
memanjang horizontal dengan kedalaman 3 cm . Jarak tanam antar lubang 10 cm. Menaburkan
benih kangkung pada lubang secara merata Menutup dengan tanah dan menyiramnya
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan atau dapat dilihat dari fisik
tanaman. Hasil yang diperoleh dari kegiatan PKP II ini adalah sampai saat ini tanggal 18
Desember 2018 jumlah tanaman kangkung yang di panen menghasilkan keuntungan yaitu Rp
183.000 dengan harga jual Rp 5.000 per ikat (1 kg), bawang daun menghasilkan keuntungan Rp
69.000 dengan harga jual Rp 5.000 per ikatnya (1/2 kg) dan untuk sawi pakcoy menghasilkan
keuntungan Rp 16.500 dengan harga jual yaitu Rp 7.000 per 1 kg.

Kata kunci : dosis, NPK, urin kelinci


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikan kelompok 22 melakukan kegiatan praktikum kewirausahaan dengan memilih
komoditas daun bawang (Allium Ampeloprasum) sebagai komoditas utama dan sawi pakcoy
(Brasicca rapa L.) sebagai komoditas tambahan dengan menggunakan pola tanam polikultur.
Pemilihan pola tanam polikultur ini karena untuk memaksimalkan penanaman pada setiap
bedengan dan untuk mengantisipasi adanya kerugian. Selain itu, pemilihan pola tanam polikutur
ini jika berhasil semua dapat meningkatkan keuntungan serta meminimalisir adanya serangan
organisme pengganggu tanaman.
Pemilihan komoditas utama daun bawang (Allium Ampeloprasum) yaitu karena mayoritas
masyarakat menyukai aroma dari daun bawang ini, bahkan beberapa masakan ada yang wajib
menggunakan penyedap aroma bawang daun ini, selain itu rasanya juga gurih dan akan
menjadikan selera makan kita semakin bertambah jika masakan ditambahkan dengan daun
bawang. Untuk itu kebutuhan akan daun bawang tidak akan ada habisnya, maka dari itu
budidaya daun bawang masih sangat berpeluang baik untuk dilakukan oleh para petani
Indonesia.
Pemilihan komoditas kedua yaitu sawi pakcoy (Brasicca rapa L.) atau yang lebih dikenal
di masyarakat dengan nama sawi sendok, karena sawi pakcoy juga sangat digemari masyarakat.
Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk dalam jenis sayuran sawi yang mudah diperoleh
dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai masakan.
Hal ini cukup meningkatkan kebutuhan masyarakat akan tanaman pakcoy.
Pemilihan komoditas ketiga atau komoditas pengganti yaitu kangkung (Ipomoea aquatica)
dengan mengunakan pola monokultur, hal ini disebabkan karena komoditas kedua mengalami
kegagalan yaitu saat melakukan penyemaian sawi pakcoy tidak tumbuh. Penanaman sawi pakcoy
langsung dari bibit juga mengalami kegagalan, sawi pakcoy tersebut sebagian besar mati akibat
serangan hama ulat dan hanya beberapa yang dapat dipanen. Kangkung merupakan tanaman
yang dapat bertahan pada berbagai kondisi dan banyak diminati masyarakat sebagai olahan
makanan yang mudah ditemukan serta harganya terjangkau, oleh karena itu kelompok 22
memilih kangkung sebagai tanaman pengganti.
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa
yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Sedangkan strategi pemasaran merupakan cara atau metode suatu organisasi atau instansi untuk
memasarkan suatu produk yang dihasilkan oleh organisasi atau instansi tersebut sehingga
mencapai tujuan suatu organisasi atau instansi (Noerochmad, 2013).
Dengan adanya Praktik Kewirausahaan Pertanian ini membuat mahasiswa memiliki jiwa
untuk berwirausaha dan terjun lagsung ke lapang, ke pasar, menghitung modal hingga
keuntungan, dan juga kerugian yang diperoleh. Kebanyakan mahasiswa kemungkinan besar
sudah mengetahui cara budidaya tanaman pada umumnya. Tetapi budidaya tanaman yang baik
dan tepat sehingga mendapat keuntungan yang optimal dan mencapai standar yang telah
ditentukan itu tidaklah mudah.
Aspek kebaruan yang kami lakukan adalah pemberian urin kelinci sebagai penambah unsur
hara yang sangat efektif bagi pertumbuhan tanaman. Riset yang dilakukan oleh Badan Penelitian
Ternak di Ciawi kabupaten Bogor tahun 2005 menunjukkan bahwa urin kelinci mengandung
unsur N,P,K masing-masing sebesar lebih tinggi 2,72%,1,1% dan 0,5% dari pada kotoran dan
urin ternak lain seperti sapi, kerbau, domba, kuda, babi, bahkan ayam.
1.2 Tujuan
 Mencari keuntungan dari hasil budidaya bawang prei (Allium Ampeloprasum), sawi
pakcoy (Brasicca rapa L.) dan kangkung darat (Ipomoea Reptana)
 Menerapkan materi yang didapat dibangku kuliah
1.3 Manfaat
Mengetahui cara budidaya budidaya tanaman bawang prei (Allium Ampeloprasum),
sawi pakcoy (Brasicca rapa L.) dan kangkung darat (Ipomoea Reptana) dengan
mengunakan pola monokultur dan polikultur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sayuran tergolong kedalam salah satu jenis tanaman hortikultura yang kaya akan vitamin
dan mineral sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat, namun tingkat konsumsi sayuran juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya harga dan tingkat pendapatan. Banyaknya manfaat
sayuran bagi pemenuhan gizi masyarakat menyebabkan sayuran menjadi bagian dari komoditas
hortikultura yang terus diproduksi. Pada tahun 2001-2006 tingkat produksi sayuran di Indonesia
cenderung meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan luas panen dengan laju pertumbuhan
rata-rata 4,2 persen per tahun (Nelda, 2008).
a. Daun bawang (Allium Ampeloprasum)
Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, komoditas hortikultura yang meliputi
tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias merupakan salah satu pemicu pertumbuhan
ekonomi baru pada sektor pertanian. Bahkan beberapa produk komoditas sayuran
Indonesia telah menjadi mata dagang ekspor dan sumber devisa negara. Oleh karena itu,
produksi, produktivitas, dan kualitas sayuran nasional perlu ditingkatkan terutama untuk jenis
sayuran potensial yang selama ini belum mendapat perhatian. Salah satu jenis komoditas sayuran
potensial dan layak dikembangkan secara intensif dalam skala agribisnis adalah daun bawang.
Tanaman ini diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian meluas ditanam di berbagai
daerah (Negara) yang beriklim tropis maupun subtropis (Meltin, 2009).
Daun bawang adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan
secara intensif dan komersil. Saat ini di Kalimantan Selatan bawang daun merupakan salah satu
produk tanaman sayur yang diunggulkan. Selain itu luas areal panen bawang daun di Indonesia
setiap tahun terus meningkat, karena prospek komoditas ini menunjukkan kecenderungan yang
semakin baik. Pemasaran produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri
(domestik) melainkan juga pasar luar negeri (ekspor). Pemasaran produksi bawang daun segar
tidak hanya untuk pasar dalam negeri melainkan juga pasar luar negeri. Jenis bawang daun yang
diekspor ke Singapura dan Belanda adalah daun bawang. Selain itu, permintaan bawang daun
akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk (Cahyono,
2005).
Kondisi lahan dan cuaca di Indonesia yang sangat sesuai untuk pengembangan daun
bawang. Selain itu, pembudidayaan daun bawang relatif mudah dan murah. Perkembangan
produksi daun bawang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Meskipun pernah terjadi
penurunan luas panen pada tahun 2003 dan 2005, namun penurunan luas panen tersebut tidak
diikuti oleh penurunan produksi maupun produktivitas daun bawang. Hal ini terlihat dari nilai
pro duksi dan produktivitas daun bawang pada tahun 2003 dan 2005 yang justru meningkat dari
tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya perbaikan teknologi atau teknik penanaman dalam
usahatani daun bawang (Dewi, 2015).
Daun bawang (Allium porrum) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Daunnya menyerupai daun bawang merah, tetapi memiliki ukuran yang lebih besar, warna
daun hijau.
2. Perbanyakan bawang daun dilakukan dengan anakan atau belahan rumpun, sedangkan anakan
yang ditinggalkan dapat dipanen berikutnya.
3. Kualitas daun bawang yang baik ditunjukkan oleh tunas dan warna batang (putih).
Daun bawang bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang terlalu
dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan daun bawang menginginkan
ketinggian sekitar 250-1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan daun bawang juga
tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah tersebut
sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH netral (6,5-7,5) cocok
untuk budidaya daun bawang. Bila tanah bersifat asam lakukan pengapuran pada saat pengolahan
tanah. Jenis tanah yang cocok ialah andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah lempung
yang mengandung pasir. (Ni’mah, 2012)
b. Sawi pakcoy (Brassica rapa L.)
Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk
keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah
abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan
introduksi baru di Jepang dan masih sefamily denganChinese vegetable. Saat ini pakcoy
dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand.
Rubadtzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah satu
sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval dan
mengkilap, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun
berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tinggi tanaman mencapai 15-30 cm.
Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam
kelompok ini.
Sawi pakcoy merupakan sayuran yang sangat diminati masyarakat karena banyak
mengandung protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, B, C, E dan K yang sangat baik
untuk kesehatan. Sawi pakcoy banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. (Rizal dan Fiana, 2015).
Tanaman pakcoy mengandung 93% air, 3% karbohidrat, 1,7% protein, 0,7% serat, dan 0,8%
abu. Pakcoy merupakan sumber dari vitamin dan mineral seperti vitamin C, ß-karoten, Ca, P,
dan Fe (Elzebroek dan Wind, 2008). Pakcoy atau biasa yang disebut dengan sawi sendok
termasuk tanaman sayur yang tahan panas, sehingga bisa ditanam di dataran rendah hingga
dataran tinggi (100-1.000 mdpl), akan tetapi hasil panen akan lebih baik bila ditanam di dataran
tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Saat
musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Tanaman ini dapat
dipanen pada umur 30-45 hari setelah tanam (HST) dengan potensi produksi 20-25 ton ha-1 dan
kebutuhan benih pakcoy 400-500 g ha-1 (Wahyudi, 2010).
Media tanam yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung
humus, subur, serta memiliki drainase yang baik (Zulkarnain, 2013). Derajat kemasaman (pH)
tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara 5-7 dan suhu untuk pertumbuhan
yang baik adalah antara 12-21 oC (Wahyudi, 2010).
c. Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.)
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) merupakan salah satu tanaman holtikultura sayuran
yang sangat di gemari oleh masyarakat Indonesia, selain rasanya yang gurih, tanaman kangkung
mudah didapat di pasar tradisional dan cara mengolahnya mudah. Selain itu tanaman kangkung
juga cocok di tanam di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi.
Kangkung merupakan tanaman semusim dan berumur pendek. Berasal dari India yang kemudian
menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Kangkung selain
rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin
C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan
kesehatan. Seorang pakar kesehatan Filipina Herminia de Guzman Ladion memasukkan
kangkung dalam kelompok tanaman obat, sebab berkhasiat untuk penyembuh penyakit sembelit
juga sebagai obat yang sedang diet. Selain itu, akar kangkung berguna untuk obat penyakit wasir.
( Wikipedia, 2018)
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung
memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat
menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius
150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious)
dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah
tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya
runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun
bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat
berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung
umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung
(Maria, 2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah
kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika
muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama.
Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan
termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat
perbanyakan tanaman secara generatif (Maria, 2009).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang
cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang
(tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang
panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas
sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m
tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat
tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan
kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea
reptans) membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan
tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua
varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.
Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Anggara, 2009).
d. Pola Tanam Polikultur
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata
tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam.
Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu
tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena
karakteristik setiap daerah juga berbeda. ( Wirosoedarmo, 1985)
Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan pola tanam yang
berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas maupun kuantitas. Ada banyak jenis
pola tanam dalam dunia pertanian, salah satunya adalah pola tanam polikultur.
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua
jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak
bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir
bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau
jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping.
Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai
atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir. (Wirosoedarmo, 1985)
Polikultur adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan,
antara lain sebagai berikut :
a. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat
mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan
ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin.
b. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam
tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan
menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam
berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.
c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi
tanaman dapat memutus siklus OPT.
d. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan
menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu
komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.
e. Pola Tanam Monokultur

Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas
praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian
intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena
memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan
menekan biaya tenaga kerja karena keseragaman tanaman yang ditanam. Kelemahan utamanya
adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT,
seperti hama dan penyakit tanaman) (Wikipedia.2018).
Cara budidaya ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran atau polikultur.
Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan, baik secara temporal (pada
waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang berbeda).Pertanaman padi, jagung,
atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan perawatan. Dalam setahun,
misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau
penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian
pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain
untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan
tanah.Istilah "monokultur" (Wikipedia.2018)

Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahankaedah teoritis dan keterampilan yang
baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan
lahan sempituntuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan
pertanianterpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utamaadalah
pendekatan yang bijak.

Pola tanam monokultur memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih besar daripada pola
tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya persainganantar tanaman dalam
memperebutkan unsur hara maupun sinar matahari, akantetapi pola tanam lainnya lebih efisien
dalam penggunaan lahan karena nilai lebih dari satu. Kelebihan sistem ini yaitu teknis
budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu
jenis. Namun, di sisi lain, Kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama
maupun penyakit.

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Praktik Kewirausahaan Pertanian (PKP) ini telah dilaksanakan mulai
tanggal 8 Oktober 2018 sampai dengan tanggal 17 Desember 2018.
3.1.2 Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Kewirausahaan Pertanian (PKP) II bertempat di lahan
pertanian Universitas Muhammadiyah Malang, yang berlokasi di belakang rusunawa 1
Universitas Muhammadiyah Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Praktik Kewirausahaan Pertanian ini
antara lain cangkul, traktor, alat semprot, gembor, gunting.
3.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan adalah bibit tanaman daun bawang (20 kg), bibit sawi
pakcoy, lahan 200 m2, pupuk kandang 20 kg , pupuk NPK mutiara 4 kg , air, benih
kangkung ½ kg, urin kelinci.
3.3 Metode Pelaksanaan
3.3.1 Budidaya Tanaman
1. Pengolahan Lahan
Langkah-langkah dalam pengolahan lahan pada praktikum ini adalah:
a. Membersihkan lahan dari gulma yang terdapat di lahan
b. Membalik dan menggemburkan tanah menggunakan cangkul
c. Membuat bedengan ukuran 3 x1 m dan 4 x 1 m
d. Pembuatan irigasi dan parit sedalam 20 cm agar benih tidak tergenang air hujan ketika
hujan turun.
e. Memberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 20 kg/ 200 m2
2. Penanaman
Langkah-langkah dalam penanaman tanaman pada praktikum ini antara lain:
a. Membuat lubang tanam pada bedengan dengan jarak tanam 30 cm x 25 cm.
b. Memasukkan bibit daun bawang dan sawi pakcoy pada tiap lubang tanam dengan ukuran
kedalaman 3 cm.
c. Menyiram bibit yang telah ditanam
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman secara umum yang akan dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan penyulaman selama masa pertumbuhan awal benih (7-14 HST).
b. Penyiraman tanaman menggunakan gembor.
c. Pemupukan tahap pertama dilakukan dengan pupuk kandang 20 kg/200 m2
d. Pemupukan susulan tahap kedua dilakukan 14 HST dengan pupuk NPK mutiara
4 kg/200m2
e. Melakukan penyiangan tanaman yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman.
f. Pengendalian hama penyakit yang dapat menyerang tanaman.
g. Pemberian nutrisi tambahan berupa urin kelinci dengan dosis 1,75 l yang dilarutkan
kedalam 7 liter air
h. Melakukan penanaman kangkung sebagai solusi tanaman yang mati
i. Membuat lubang tanam memanjang horizontal dengan kedalaman 3 cm
j. Jarak tanam antar lubang 10 cm
k. Menaburkan benih kangkung pada lubang secara merata
l. Menutup dengan tanah dan menyiramnya
4 .Panen
Penentuan waktu panen tanaman ditentukan dari beberapa aspek sebagai berikut:
1. Tanaman bawang daun bisa dipanen setelah 2 BST atau juga dilihat dari fisik tanaman
yaitu pertumbuhan daun yang tinggi dan berdiameter besar.
2. Panen sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari, dengan jumlah anakan maksimal (7-10
anakan), dan beberapa daun menguning.
Cara panen dan pasca panen daun bawang dan sawi pakcoy yaitu:
Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul/kored di sore hari/pagi hari. Membersihkan
akar dari tanah yang berlebihan. Daun bawang dikumpulkan ditempat yang teduh, dicuci bersih
dengan air menggalir/disemprot, lalu ditiriskan atau dikering anginkan.
Daun bawang kemudian diikat menggunakan tali raffia di bagian batang dan daunnya. Daun
bawang disortir berdasarkan diameter batang (kecil : 1,0-1,4cm dan besar : 1,5-2cm). Ujung daun
dipotong sekitar 10cm. Simpan pada temperature 0,8-1,40C sehari semalam untuk menekan
penguapan dan kehilangan bobot. Pengemasan di dalam peti kayu 20 x 28 cm tinggi 34 cm yang
diberi ventilasi dan alasnya dilapisi busa atau di dalam keranjang plastic kapasitas 20kg.
Sayuran Pak Choy sudah bisa dipanen dengan baik saat tanaman berumur 28 sampai
dengan 30 hari dari waktu penanaman awal. Namun semua tergantung dari perawatan, cuaca dan
bibit. Sayuran Pak Choy yang sudah memiliki syarat untuk dipanen memiliki bagian pangkal
sehat, daun tumbuh subur dan hijau serta tanaman menunjukkan pertumbuhan yang serempak
dan merata. Untuk memanen bisa dengan mencabut dari akar dengan hati-hati atau bisa juga
dengan mengambil sebagian pangkal. Hati-hati saat akan dipanen karena bagian pangkal dan
daun akan rawan rusak, daun dan pangkal yang mulus akan memiliki nilai ekonomis lebih.
Sementara pangkal dan daun yang rusak atau tergores memiliki nilai ekonomis yang berkurang,
jadi harap berhati-hati dalam memanen dan menyimpan Pak Choy. Pak Choy yang sudah
dipanen dikumpulkan di tempat yang teduh, jangan terlalu lama disimpan di ladang namun
segera bawa ke tempat penyimpanan yang memiliki iklim yang sejuk, dan tidak terkena sinar
matahari langsung yang dapat merusak kesegaran Pak Choy.
Tanaman kangkung sudah dapat dipanen pada usia 25 hari. Pemanenan dilakukan dengan
mencabut kangkung beserta akarnya. Setelah selesai dipanen, kangkung dicuci menggunakan air
mengalir untuk menghilangkan sisa tanah yang melekat pada akar.
1. Pemasaran Produksi
Penjualan hasil tanam kami prioritaskan kepada teman-teman dekat, warga serta dosen
dilingkungan kampus dengan teknik penjualan secara online melalui media sosial seperti
WhatsApp, Line, dan Instagram. Harga produk yang dijual mengikuti harga pasar atau harga
yang telah disepakati sebelumnya.
4.3.2 Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan Praktik Kewirausahaan Pertanian (PKP) II dari mulai awal yaitu
pembersihan lahan hingga pemanenan dapat dilihat pada tabel 1 seperti dibawah ini:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan


Waktu
Uraian September Oktober November Desember
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Pembersihan
lahan
2. Pengolahan
lahan
3. Pembentukan
guludan/
bedeng tanam

4. Pembekalan
PKP
5. Konsultasi
proposal
6. Pembekalan di
lapangan
7. Persemaian/
persiapan bibit

8. Tanam
9. Kunjungan
Dosen*
10. Pemeliharaan

11. Panen
12. Kunjungan
Dosen*
13. Konsultasi
laporan akhir
14. Ujian PKP
15. Input nilai

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 HASIL
1.1.3 ANALISIS USAHA TANI
1.1.3.1 ANALISIS MODAL
Tabel 2. Total pengeluaran produksi

No Nama barang Jumlah Harga per Harga total


. satuan

1. Bibit daun bawang 20 kg 4.000 80.000

2. Bibit sawi pakcoy 1 petak 35.000 35.000

3. Pupuk kandang sapi 20 kg 1.800 36.000

4. Pupuk NPK mutiara 4 kg 10.000 40.000

5. Benih kangkung ½ kg 40.000 20.000

6. Kantong plastik 1 pack 9.000 9.000

TOTAL PENGELUARAN 220.000

4.1.2 SUMBER DANA

Sumber dana yang dikeluarkan dalam proses produksi ini adalah modal sendiri dengan
masing – masing anggota kelompok mengeluarkan iuran sebesar Rp 50.000. Modal : Rp.
100.000 x 5 = 250.000. Modal ini digunakan selama proses produksi 2 bulan dan belum ada
bantuan dana dari pihak lain.

1.1.4 PROYEKSI LABA-RUGI

Tabel 3. Total Pemasukan

No Penjualan Harga Jumlah Total


.

1. Kangkung 2.500 5 ikat 12.500

3.000 2 ikat 6.000

5.000 23 ikat 115.000

10.000 5 ikat 50.000

2. Daun bawang 2.000 7 ikat 14.000

5.000 11 ikat 55.000

3. Sawi pakcoy 7.000 2 ikat 14.000

2.500 1 ikat 2.500

TOTAL PEMASUKAN 269.000

Laba/Rugi = Pemasukan – Pengeluaran + Sisa modal

= 269.000 – 220.000 + 30.000

= 79.000

*Hasil tersebut belum dijumlahkan secara keseluruhan dikarenakan masih ada sayuran yang
belum dilakukan proses pemanenan.

4.1.4 KELAYAKAN USAHA

BEP Unit = Total biaya = 220.000 = 44

Harga penjualan 5.000

BEP Harga = Total biaya = 220.000 = 616,24


Total Produksi 357
Suatu usaha dinilai menguntungkan
R/C ratio = Jumlah total penerimaan = 269.000 = 1,22
apabila R/C ratio > 1
Jumlah total biaya 220.000

B/C ratio = Tingkat keuntungan = 79.000 = 0,35 Suatu usaha dinilai layak/ memberi
manfaat jika nilai B/C ratio > 0
Biaya total 220.000

Paybck Period = Investasi Harga Tetap = 220.000 = 2,78

Laba Bersih 79.000

4.2 PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari kegiatan PKP II ini adalah sampai saat ini tanggal 18 Desember
2018 jumlah tanaman kangkung yang di panen menghasilkan keuntungan yaitu Rp 183.000
dengan harga jual Rp 5.000 per ikat (1 kg), bawang daun menghasilkan keuntungan Rp 69.000
dengan harga jual Rp 5.000 per ikatnya (1/2 kg) dan untuk sawi pakcoy menghasilkan
keuntungan Rp 16.500 dengan harga jual yaitu Rp 7.000 per 1 kg. Tanaman sawi pakcoy banyak
mengalami gagal panen dikarenakan adanya serangan hama yang menyerang tanaman dan juga
kurang cepatnya dalam proses penanganan pengendalian hama tersebut, sehingga dalam keadaan
ini kami mengambil solusi yaitu mengganti tanaman sawi pakcoy yang mati dengan menanam
tanaman kangkung pada bedengan yang kosong. Penjualan hasil tanam kami prioritaskan kepada
teman-teman dekat, warga serta dosen dilingkungan kampus dengan teknik penjualan secara
online melalui media sosial seperti WhatsApp, Line, dan Instagram. Hasil tanam belum
sepenuhnya dipanen dikarenakan masih ada beberapa tanaman yang pertumbuhannya masih
kecil. Proses pemanenan juga tidak kami lakukan secara langsung banyak dikarenakan kami
mencari konsumen terlebih dahulu baru melakukan proses panen, dengan begitu kemungkinan
tanaman akan rusak akan semakin kecil. Laba yang diterima juga belum semuanya dijumlahkan
dikarenakan hasil tanam dilahan masih ada dan belum dilakukan proses pemanenan. Aspek
kebaruan yang digunakan adalah penggunaan urin kelinci sebagai pupuk organik cair yang mana
selain bermanfat untuk meningkatkan kesuburan tanah, juga dapat mengurangi biaya yang harus
dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani, bahkan dapat menambah pendapatan peternak. Pupuk
organik cair yang berasal dari urin kelinci mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi
yaitu N 4%; P2O5 2,8%; dan K2O 1,2% relatif lebih tinggi daripada kandungan unsur hara pada
sapi ( N 1,21%; P2O5 0,65%; K2O 1,6%) dan kambing ( N 1,47%; P2O5 0,05%; K2O 1,96%)
(Balittanah, 2006). Hal ini dibuktikan dari hasil praktik dilapang yaitu pertumbuhan tanaman
daun bawang yang mengalami pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman
bawang daun milik kelompok lain. Pupuk kelinci memiliki kandungan bahan organik C/N : (10–
12%) dan pH 6,47–7,52 (Sajimin, 2003). Manfaat pupuk organik dari urin kelinci yaitu
membantu meningkatkan kesuburan tanah serta meningkatkan produktivitas tanaman (Priyatna,
2011).
BAB V
ASPEK KEBARUAN

Aspek kebaruan yang dilakukan adalah pemberian urin kelinci sebagai tambahan nutrisi
pada tanaman hortikultura. Pupuk urin dari hewan ternak bermacam-macam, salah satunya
adalah urin kelinci. Kelinci dapat menghasilkan feses atau kotoran dan urin dalam jumlah yang
cukup banyak namun tidak banyak digunakan oleh para peternak kelinci. Feses dan urin kelinci
lebih baik diolah menjadi pupuk organik daripada terbuang percuma. Penggunaan urin kelinci
sebagai pupuk organik cair selain bermanfat untuk meningkatkan kesuburan tanah, juga dapat
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan usahatani bahkan dapat menambah
pendapatan peternak (Priyatna, 2011). Pupuk organik cair yang berasal dari urin kelinci
mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi yaitu N 4%; P2O5 2,8%; dan K2O 1,2%
relatif lebih tinggi daripada kandungan unsur hara pada sapi ( N 1,21%; P2O5 0,65%; K2O
1,6%) dan kambing ( N 1,47%; P2O5 0,05%; K2O 1,96%) (Balittanah, 2006). Pupuk kelinci
memiliki kandungan bahan organik C/N : (10–12%) dan pH 6,47–7,52 (Sajimin, 2003). Manfaat
pupuk organik dari urin kelinci yaitu membantu meningkatkan kesuburan tanah serta
meningkatkan produktivitas tanaman (Priyatna, 2011).
Pemilihan urin kelinci dalam proses budidaya adalah karena produksi tanaman hortikultura
dengan menggunakan urin kelinci sangat minim informasi, oleh karena itu perlakuan ini
dilakukan pada budidaya beberapa macam tanaman hortikultura yang banyak ditanam oleh
masyarakat. Urine kelinci sering menimbulkan masalah lingkungan karena menimbulkan bau
yang tidak sedap. Namun setelah dilakukan sentuhan teknologi berupa peprosesan secara
fermentasi urine kelinci dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pupuk ini sangat baik dalam
pengembalian kesuburan tanah. Hasil fermentasi urine kelinci dikenal dengan nama FERINCI
(Fermentasi Urine Kelinci). Dengan panggunaan Ferinci, penggunaan pupuk kimia dapat ditekan
hingga 50 % untuk tahap pertama, dan tahap selanjutnya penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi
lebih besar lagi.
Ferinci selain dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman, juga berfungsi merubah sifat
fisik tanah karena Ferinci banyak mengandung mikrobia yang dapat mengembalikan kesuburan
tanah. Selain itu keunggulan Ferinci ini adalah pupuk organik cair yang sangat mudah diserap
oleh akar tanaman. Kotoran padat atau feses kelinci dapat digunakan langsung sebagai pupuk
tanaman tanpa mengolahnya atau diolah mengunakan bakteri pengurai seperti EM4 atau
Trichoderma.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari kegiatan praktikum ini adalah :
1. Dengan adanya kegiatan PKP II mahasiswa menjadi lebih memiliki rasa gotong royong,
kerja sama dan pengalaman baru dilapang.
2. Hasil budidaya ini memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp 49.000 (hasil belum
seluruhnya dipanen).
3. Penanaman benih kangkung menjadi solusi yang efektif untuk tanaman utama yang mati
dikarenakan perawatannya yang tidak rumit.
4. Dengan adanya kegiatan PKP II ini mahasiswa dapat lebih memahami dunia
kewirausahaan pertanian khususnya tanaman hortikultura sehingga dapat memperkirakan
pengeluaran dan pemasukan yang diperoleh.
5. Pemberian urin kelinci berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman daun bawang
sehingga pertumbuhan lebih cepat.
5.2 Saran
Kegiatan PKP II ini akan berjalan dengan lancar apabila antar anggota saling bekerja
sama secara gotong royong dalam melaksanakan kegiatan. Pengadaan alat yang kurang juga
dapat menghambat proses kegiatan, diharapkan untuk kegiatan PKP selanjutnya para mahasiswa
lebih sadar akan arti pentingnya kerja sama dan semoga alat-alat yang dibutuhkan segera
disediakan sebelum kegiatan dimulai untuk kelancaran kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jakarta
Cahyono , 2009. Bawang Daun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 44 hal.
Cahyono, 2009. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Daun (Allium fistulosum L.) pada Berbagai
Dosis Pupuk Kandang Ayam. Jurnal Agroland , 17 (2) : 144 – 148 hal.
Dewi, 2015. Ekologi Tanaman Suaiu Pendekatan Fisiologis. Rajawali l'crs.Jakarta. 86 hal.
Lakitan. 1995. Hortikultura, Mari Berbudidaya dan Pasca Panen. PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta . 72 hal.
Maria. 2009. Cara Budidaya Tanaman Kangkung. Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung
Meltin, 2009. Bawang Daun Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit
Kanisius.Yogyakarta. 82 hal.
Nelda, Y Margo, D Murni. 2008. Pengaruh Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Bawang Daun (Allium fistulosum L). Jurnal Agrotek, 1 (5): 15-31.
Ni’mah, 2012. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi
Sawah (Oryza sativa L.). Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura
IPB.
Rizal, 2015. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. 172 hal.
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB.
Bandung.
Rukmana, R. 1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panen. Edisi II. Penerbit
kasnisius.Yogyakarta
Rukmana, 2005. Budidaya bawang daun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 85 hal.
Sunanjono. 2004. Teknik budidaya tanaman Sayur-Kangkung. PT Alex Media Komputindo.
Jakarta
Wahyudi, 2010. Pengelolahan dan Kesuburan Tanah. PT bina aksara.jakarta. 115 hal.
Pertanaman tunggal. (2018, November 9). Di Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Diakses pada
12:18, Desember 27, 2018, dari https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pertanaman
tunggal&oldid=14403649
Wirosoedarmo,1985. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor. 67 hal.

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan


NO Keterangan Gambar

Mensurvey lahan dibelakang


1.
rusunawa

Menyiram lahan PKP yang akan


2.
dipupuk
Melakukan pemupukan tahap 1
3.
(pupuk kandang 20 kg)

4. Melakukan penyemaian sawi pakcoy

Melakukan penanaman bibit daun


5.
bawang dan sawi pakcoy

6. Pengamatan daun bawang 7 HST

Melakukan pemupukan tahap 2


7. dengan pupuk NPK mutiara 4 kg (17
HST)

8. Menaikan bedengan
Melakukan perawatan lahan dengan
9.
menyabuti gulma

Melakukan penambahan urin kelinci


10.
sebagai sumber hara pada tanaman

Mengamati proses pertumbuhan


10.
bawang prei

11. Melakukan penanaman kangkung

12 Kangkung 3 MST

13. Melakukan pemanenan daun bawang


14. Melakukan pemanenan kangkung

15. Melakukan pemasaran hasil panen

Anda mungkin juga menyukai