Pembimbing
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Koordinator PKP
Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP. Agus Dwi Sulistyono, S.Si M.Si
NIP.196419201991011001 NIP. 170819081986
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iv
RINGKASAN iv
BAB I PENDAHULUAN 7
1.1 Latar Belakang 7
1.2 Tujuan 8
1.3 Manfaat 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
BAB III METODE PELAKSANAAN 15
3.1 Waktu dan Tempat 15
3.1.1 Waktu Pelaksanaan 15
3.1.2 Tempat Pelaksanaan 15
3.2 Alat dan Bahan 15
3.2.1 Alat.......................................................................................................................................15
3.2.2 Bahan 15
3.3 Metode Pelaksanaan 16
3.3.1 Budidaya Tanaman 16
3.3.2 Pemasaran Produk 17
3.3.3 Jadwal Kegiatan 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19
BAB VASPEK KEBARUAN........................................................................................................22
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25
Lampiran 1...............................,,,,,.................................................................................................26
Lampiran 2.....................................................................................................................................29
Lampiran 3.....................................................................................................................................30
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan Praktik Kewirausahaan Pertanian (PKP)
II. Laporan ini berisi tentang uraian yang berhubungan dengan praktik budidaya tanaman daun
bawang, sawi pakcoy, dan kangkung. Laporan ini telah kami selesaikan berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian laporan ini. Diluar itu, penulis
sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
proposal ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan
segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir kata Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk
kelompok kami khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
Penyusun
RINGKASAN
Sayuran tergolong kedalam salah satu jenis tanaman hortikultura yang kaya akan vitamin
dan mineral sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat, namun tingkat konsumsi sayuran juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya harga dan tingkat pendapatan. Banyaknya manfaat
sayuran bagi pemenuhan gizi masyarakat menyebabkan sayuran menjadi bagian dari komoditas
hortikultura yang terus diproduksi. Pada tahun 2001-2006 tingkat produksi sayuran di Indonesia
cenderung meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan luas panen dengan laju pertumbuhan
rata-rata 4,2 persen per tahun (Nelda, 2008).
a. Daun bawang (Allium Ampeloprasum)
Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, komoditas hortikultura yang meliputi
tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias merupakan salah satu pemicu pertumbuhan
ekonomi baru pada sektor pertanian. Bahkan beberapa produk komoditas sayuran
Indonesia telah menjadi mata dagang ekspor dan sumber devisa negara. Oleh karena itu,
produksi, produktivitas, dan kualitas sayuran nasional perlu ditingkatkan terutama untuk jenis
sayuran potensial yang selama ini belum mendapat perhatian. Salah satu jenis komoditas sayuran
potensial dan layak dikembangkan secara intensif dalam skala agribisnis adalah daun bawang.
Tanaman ini diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian meluas ditanam di berbagai
daerah (Negara) yang beriklim tropis maupun subtropis (Meltin, 2009).
Daun bawang adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan
secara intensif dan komersil. Saat ini di Kalimantan Selatan bawang daun merupakan salah satu
produk tanaman sayur yang diunggulkan. Selain itu luas areal panen bawang daun di Indonesia
setiap tahun terus meningkat, karena prospek komoditas ini menunjukkan kecenderungan yang
semakin baik. Pemasaran produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri
(domestik) melainkan juga pasar luar negeri (ekspor). Pemasaran produksi bawang daun segar
tidak hanya untuk pasar dalam negeri melainkan juga pasar luar negeri. Jenis bawang daun yang
diekspor ke Singapura dan Belanda adalah daun bawang. Selain itu, permintaan bawang daun
akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk (Cahyono,
2005).
Kondisi lahan dan cuaca di Indonesia yang sangat sesuai untuk pengembangan daun
bawang. Selain itu, pembudidayaan daun bawang relatif mudah dan murah. Perkembangan
produksi daun bawang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Meskipun pernah terjadi
penurunan luas panen pada tahun 2003 dan 2005, namun penurunan luas panen tersebut tidak
diikuti oleh penurunan produksi maupun produktivitas daun bawang. Hal ini terlihat dari nilai
pro duksi dan produktivitas daun bawang pada tahun 2003 dan 2005 yang justru meningkat dari
tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya perbaikan teknologi atau teknik penanaman dalam
usahatani daun bawang (Dewi, 2015).
Daun bawang (Allium porrum) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Daunnya menyerupai daun bawang merah, tetapi memiliki ukuran yang lebih besar, warna
daun hijau.
2. Perbanyakan bawang daun dilakukan dengan anakan atau belahan rumpun, sedangkan anakan
yang ditinggalkan dapat dipanen berikutnya.
3. Kualitas daun bawang yang baik ditunjukkan oleh tunas dan warna batang (putih).
Daun bawang bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang terlalu
dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan daun bawang menginginkan
ketinggian sekitar 250-1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan daun bawang juga
tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah tersebut
sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH netral (6,5-7,5) cocok
untuk budidaya daun bawang. Bila tanah bersifat asam lakukan pengapuran pada saat pengolahan
tanah. Jenis tanah yang cocok ialah andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah lempung
yang mengandung pasir. (Ni’mah, 2012)
b. Sawi pakcoy (Brassica rapa L.)
Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk
keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah
abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan
introduksi baru di Jepang dan masih sefamily denganChinese vegetable. Saat ini pakcoy
dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand.
Rubadtzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah satu
sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval dan
mengkilap, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun
berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tinggi tanaman mencapai 15-30 cm.
Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam
kelompok ini.
Sawi pakcoy merupakan sayuran yang sangat diminati masyarakat karena banyak
mengandung protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, B, C, E dan K yang sangat baik
untuk kesehatan. Sawi pakcoy banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. (Rizal dan Fiana, 2015).
Tanaman pakcoy mengandung 93% air, 3% karbohidrat, 1,7% protein, 0,7% serat, dan 0,8%
abu. Pakcoy merupakan sumber dari vitamin dan mineral seperti vitamin C, ß-karoten, Ca, P,
dan Fe (Elzebroek dan Wind, 2008). Pakcoy atau biasa yang disebut dengan sawi sendok
termasuk tanaman sayur yang tahan panas, sehingga bisa ditanam di dataran rendah hingga
dataran tinggi (100-1.000 mdpl), akan tetapi hasil panen akan lebih baik bila ditanam di dataran
tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Saat
musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Tanaman ini dapat
dipanen pada umur 30-45 hari setelah tanam (HST) dengan potensi produksi 20-25 ton ha-1 dan
kebutuhan benih pakcoy 400-500 g ha-1 (Wahyudi, 2010).
Media tanam yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung
humus, subur, serta memiliki drainase yang baik (Zulkarnain, 2013). Derajat kemasaman (pH)
tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara 5-7 dan suhu untuk pertumbuhan
yang baik adalah antara 12-21 oC (Wahyudi, 2010).
c. Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.)
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) merupakan salah satu tanaman holtikultura sayuran
yang sangat di gemari oleh masyarakat Indonesia, selain rasanya yang gurih, tanaman kangkung
mudah didapat di pasar tradisional dan cara mengolahnya mudah. Selain itu tanaman kangkung
juga cocok di tanam di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi.
Kangkung merupakan tanaman semusim dan berumur pendek. Berasal dari India yang kemudian
menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Kangkung selain
rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin
C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan
kesehatan. Seorang pakar kesehatan Filipina Herminia de Guzman Ladion memasukkan
kangkung dalam kelompok tanaman obat, sebab berkhasiat untuk penyembuh penyakit sembelit
juga sebagai obat yang sedang diet. Selain itu, akar kangkung berguna untuk obat penyakit wasir.
( Wikipedia, 2018)
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung
memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat
menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius
150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious)
dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah
tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya
runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun
bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat
berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung
umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung
(Maria, 2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah
kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika
muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama.
Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan
termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat
perbanyakan tanaman secara generatif (Maria, 2009).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang
cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang
(tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang
panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas
sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m
tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat
tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan
kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea
reptans) membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan
tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua
varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.
Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Anggara, 2009).
d. Pola Tanam Polikultur
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata
tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam.
Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu
tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena
karakteristik setiap daerah juga berbeda. ( Wirosoedarmo, 1985)
Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan pola tanam yang
berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas maupun kuantitas. Ada banyak jenis
pola tanam dalam dunia pertanian, salah satunya adalah pola tanam polikultur.
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua
jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak
bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir
bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau
jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping.
Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai
atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir. (Wirosoedarmo, 1985)
Polikultur adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan,
antara lain sebagai berikut :
a. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat
mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan
ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin.
b. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam
tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan
menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam
berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.
c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi
tanaman dapat memutus siklus OPT.
d. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan
menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu
komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.
e. Pola Tanam Monokultur
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas
praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian
intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena
memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan
menekan biaya tenaga kerja karena keseragaman tanaman yang ditanam. Kelemahan utamanya
adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT,
seperti hama dan penyakit tanaman) (Wikipedia.2018).
Cara budidaya ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran atau polikultur.
Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan, baik secara temporal (pada
waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang berbeda).Pertanaman padi, jagung,
atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan perawatan. Dalam setahun,
misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau
penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian
pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain
untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan
tanah.Istilah "monokultur" (Wikipedia.2018)
Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahankaedah teoritis dan keterampilan yang
baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan
lahan sempituntuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan
pertanianterpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utamaadalah
pendekatan yang bijak.
Pola tanam monokultur memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih besar daripada pola
tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya persainganantar tanaman dalam
memperebutkan unsur hara maupun sinar matahari, akantetapi pola tanam lainnya lebih efisien
dalam penggunaan lahan karena nilai lebih dari satu. Kelebihan sistem ini yaitu teknis
budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu
jenis. Namun, di sisi lain, Kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama
maupun penyakit.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
4. Pembekalan
PKP
5. Konsultasi
proposal
6. Pembekalan di
lapangan
7. Persemaian/
persiapan bibit
8. Tanam
9. Kunjungan
Dosen*
10. Pemeliharaan
11. Panen
12. Kunjungan
Dosen*
13. Konsultasi
laporan akhir
14. Ujian PKP
15. Input nilai
BAB IV
1.1 HASIL
1.1.3 ANALISIS USAHA TANI
1.1.3.1 ANALISIS MODAL
Tabel 2. Total pengeluaran produksi
Sumber dana yang dikeluarkan dalam proses produksi ini adalah modal sendiri dengan
masing – masing anggota kelompok mengeluarkan iuran sebesar Rp 50.000. Modal : Rp.
100.000 x 5 = 250.000. Modal ini digunakan selama proses produksi 2 bulan dan belum ada
bantuan dana dari pihak lain.
= 79.000
*Hasil tersebut belum dijumlahkan secara keseluruhan dikarenakan masih ada sayuran yang
belum dilakukan proses pemanenan.
B/C ratio = Tingkat keuntungan = 79.000 = 0,35 Suatu usaha dinilai layak/ memberi
manfaat jika nilai B/C ratio > 0
Biaya total 220.000
4.2 PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari kegiatan PKP II ini adalah sampai saat ini tanggal 18 Desember
2018 jumlah tanaman kangkung yang di panen menghasilkan keuntungan yaitu Rp 183.000
dengan harga jual Rp 5.000 per ikat (1 kg), bawang daun menghasilkan keuntungan Rp 69.000
dengan harga jual Rp 5.000 per ikatnya (1/2 kg) dan untuk sawi pakcoy menghasilkan
keuntungan Rp 16.500 dengan harga jual yaitu Rp 7.000 per 1 kg. Tanaman sawi pakcoy banyak
mengalami gagal panen dikarenakan adanya serangan hama yang menyerang tanaman dan juga
kurang cepatnya dalam proses penanganan pengendalian hama tersebut, sehingga dalam keadaan
ini kami mengambil solusi yaitu mengganti tanaman sawi pakcoy yang mati dengan menanam
tanaman kangkung pada bedengan yang kosong. Penjualan hasil tanam kami prioritaskan kepada
teman-teman dekat, warga serta dosen dilingkungan kampus dengan teknik penjualan secara
online melalui media sosial seperti WhatsApp, Line, dan Instagram. Hasil tanam belum
sepenuhnya dipanen dikarenakan masih ada beberapa tanaman yang pertumbuhannya masih
kecil. Proses pemanenan juga tidak kami lakukan secara langsung banyak dikarenakan kami
mencari konsumen terlebih dahulu baru melakukan proses panen, dengan begitu kemungkinan
tanaman akan rusak akan semakin kecil. Laba yang diterima juga belum semuanya dijumlahkan
dikarenakan hasil tanam dilahan masih ada dan belum dilakukan proses pemanenan. Aspek
kebaruan yang digunakan adalah penggunaan urin kelinci sebagai pupuk organik cair yang mana
selain bermanfat untuk meningkatkan kesuburan tanah, juga dapat mengurangi biaya yang harus
dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani, bahkan dapat menambah pendapatan peternak. Pupuk
organik cair yang berasal dari urin kelinci mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi
yaitu N 4%; P2O5 2,8%; dan K2O 1,2% relatif lebih tinggi daripada kandungan unsur hara pada
sapi ( N 1,21%; P2O5 0,65%; K2O 1,6%) dan kambing ( N 1,47%; P2O5 0,05%; K2O 1,96%)
(Balittanah, 2006). Hal ini dibuktikan dari hasil praktik dilapang yaitu pertumbuhan tanaman
daun bawang yang mengalami pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman
bawang daun milik kelompok lain. Pupuk kelinci memiliki kandungan bahan organik C/N : (10–
12%) dan pH 6,47–7,52 (Sajimin, 2003). Manfaat pupuk organik dari urin kelinci yaitu
membantu meningkatkan kesuburan tanah serta meningkatkan produktivitas tanaman (Priyatna,
2011).
BAB V
ASPEK KEBARUAN
Aspek kebaruan yang dilakukan adalah pemberian urin kelinci sebagai tambahan nutrisi
pada tanaman hortikultura. Pupuk urin dari hewan ternak bermacam-macam, salah satunya
adalah urin kelinci. Kelinci dapat menghasilkan feses atau kotoran dan urin dalam jumlah yang
cukup banyak namun tidak banyak digunakan oleh para peternak kelinci. Feses dan urin kelinci
lebih baik diolah menjadi pupuk organik daripada terbuang percuma. Penggunaan urin kelinci
sebagai pupuk organik cair selain bermanfat untuk meningkatkan kesuburan tanah, juga dapat
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan usahatani bahkan dapat menambah
pendapatan peternak (Priyatna, 2011). Pupuk organik cair yang berasal dari urin kelinci
mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi yaitu N 4%; P2O5 2,8%; dan K2O 1,2%
relatif lebih tinggi daripada kandungan unsur hara pada sapi ( N 1,21%; P2O5 0,65%; K2O
1,6%) dan kambing ( N 1,47%; P2O5 0,05%; K2O 1,96%) (Balittanah, 2006). Pupuk kelinci
memiliki kandungan bahan organik C/N : (10–12%) dan pH 6,47–7,52 (Sajimin, 2003). Manfaat
pupuk organik dari urin kelinci yaitu membantu meningkatkan kesuburan tanah serta
meningkatkan produktivitas tanaman (Priyatna, 2011).
Pemilihan urin kelinci dalam proses budidaya adalah karena produksi tanaman hortikultura
dengan menggunakan urin kelinci sangat minim informasi, oleh karena itu perlakuan ini
dilakukan pada budidaya beberapa macam tanaman hortikultura yang banyak ditanam oleh
masyarakat. Urine kelinci sering menimbulkan masalah lingkungan karena menimbulkan bau
yang tidak sedap. Namun setelah dilakukan sentuhan teknologi berupa peprosesan secara
fermentasi urine kelinci dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pupuk ini sangat baik dalam
pengembalian kesuburan tanah. Hasil fermentasi urine kelinci dikenal dengan nama FERINCI
(Fermentasi Urine Kelinci). Dengan panggunaan Ferinci, penggunaan pupuk kimia dapat ditekan
hingga 50 % untuk tahap pertama, dan tahap selanjutnya penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi
lebih besar lagi.
Ferinci selain dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman, juga berfungsi merubah sifat
fisik tanah karena Ferinci banyak mengandung mikrobia yang dapat mengembalikan kesuburan
tanah. Selain itu keunggulan Ferinci ini adalah pupuk organik cair yang sangat mudah diserap
oleh akar tanaman. Kotoran padat atau feses kelinci dapat digunakan langsung sebagai pupuk
tanaman tanpa mengolahnya atau diolah mengunakan bakteri pengurai seperti EM4 atau
Trichoderma.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari kegiatan praktikum ini adalah :
1. Dengan adanya kegiatan PKP II mahasiswa menjadi lebih memiliki rasa gotong royong,
kerja sama dan pengalaman baru dilapang.
2. Hasil budidaya ini memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp 49.000 (hasil belum
seluruhnya dipanen).
3. Penanaman benih kangkung menjadi solusi yang efektif untuk tanaman utama yang mati
dikarenakan perawatannya yang tidak rumit.
4. Dengan adanya kegiatan PKP II ini mahasiswa dapat lebih memahami dunia
kewirausahaan pertanian khususnya tanaman hortikultura sehingga dapat memperkirakan
pengeluaran dan pemasukan yang diperoleh.
5. Pemberian urin kelinci berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman daun bawang
sehingga pertumbuhan lebih cepat.
5.2 Saran
Kegiatan PKP II ini akan berjalan dengan lancar apabila antar anggota saling bekerja
sama secara gotong royong dalam melaksanakan kegiatan. Pengadaan alat yang kurang juga
dapat menghambat proses kegiatan, diharapkan untuk kegiatan PKP selanjutnya para mahasiswa
lebih sadar akan arti pentingnya kerja sama dan semoga alat-alat yang dibutuhkan segera
disediakan sebelum kegiatan dimulai untuk kelancaran kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jakarta
Cahyono , 2009. Bawang Daun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 44 hal.
Cahyono, 2009. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Daun (Allium fistulosum L.) pada Berbagai
Dosis Pupuk Kandang Ayam. Jurnal Agroland , 17 (2) : 144 – 148 hal.
Dewi, 2015. Ekologi Tanaman Suaiu Pendekatan Fisiologis. Rajawali l'crs.Jakarta. 86 hal.
Lakitan. 1995. Hortikultura, Mari Berbudidaya dan Pasca Panen. PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta . 72 hal.
Maria. 2009. Cara Budidaya Tanaman Kangkung. Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung
Meltin, 2009. Bawang Daun Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit
Kanisius.Yogyakarta. 82 hal.
Nelda, Y Margo, D Murni. 2008. Pengaruh Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Bawang Daun (Allium fistulosum L). Jurnal Agrotek, 1 (5): 15-31.
Ni’mah, 2012. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi
Sawah (Oryza sativa L.). Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura
IPB.
Rizal, 2015. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. 172 hal.
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB.
Bandung.
Rukmana, R. 1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panen. Edisi II. Penerbit
kasnisius.Yogyakarta
Rukmana, 2005. Budidaya bawang daun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 85 hal.
Sunanjono. 2004. Teknik budidaya tanaman Sayur-Kangkung. PT Alex Media Komputindo.
Jakarta
Wahyudi, 2010. Pengelolahan dan Kesuburan Tanah. PT bina aksara.jakarta. 115 hal.
Pertanaman tunggal. (2018, November 9). Di Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Diakses pada
12:18, Desember 27, 2018, dari https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pertanaman
tunggal&oldid=14403649
Wirosoedarmo,1985. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor. 67 hal.
8. Menaikan bedengan
Melakukan perawatan lahan dengan
9.
menyabuti gulma
12 Kangkung 3 MST