Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Permukiman Vol. 9 No.

1 April 2014 : 1-16

KRITERIA DESAIN DRAINASE KAWASAN PERMUKIMAN


KOTA BERWAWASAN LINGKUNGAN
Design Criteria of the Urban Area Sustainable Drainage
For Human Settlements

Sarbidi
Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. Panyawungan, Cileunyi Wetan-Kabupaten Bandung 40393
E-mail : sarbidi.ah@gmail.com, tophisblind@yahoo.com
Diterima : 19 Februari 2014; Disetujui : 4 Maret 2014

Abstrak
Sistem drainase konvensional kawasan atau kota sudah tidak kondusif untuk menangani genangan air atau
banjir saat ini. Konsep drainase berwawasan lingkungan harus segera diterapkan di lingkungan
permukiman. Untuk itu harus didukung dengan kriteria desain yang cukup lengkap. Sasaran penelitian
antara lain untuk mendapatkan kriteria umum dan teknis desain drainase kawasan atau drainase kota
berwawasan lingkungan. Kegiatan dilaksanakan dengan metode deskriptif dan hasil deskripsi data sekunder
dan data primer hasil survei disusun dalam tabel dan matrik data, yang sudah diisi dengan rumusan konsep
kriteria, kemudian dibandingkan dengan standar terkait. Hasil kajian : (1) kriteria umum terdiri atas 2
(dua) parameter penentu, sebagai landasan kebijakan dan pembuatan master plan drainase berwawasan
lingkungan, 10 (sepuluh) elemen penentu dan 29 (dua puluh sembilan) kriteria penentu, (2) kriteria teknis
terdiri atas sekitar 3 (tiga) parameter penentu, 20 (dua puluh) elemen penentu dan 56 (lima puluh enam)
kriteria penentu, (3) penerapan drainase kawasan atau kota berwawasan lingkungan perlu didukung
dengan subsistem tampungan, resapan, manfaat dan alirkan (TRMA) sisa limpasan keluar.
Kata Kunci : Kriteria, desain, drainase, berwawasan lingkungan, air hujan

Abstract
Conventional system of regional or urban drainage is no more conducive inhandling flood. The concept of
eco-drainage has to be applied soon at settlements. It should be supported by sufficient technical guidance
and design criteria. The aim of this research is to get a general criteria and technique design of the regional
or urban eco-drainage. This research is conducted by using the descriptive method. The secondary and
primary data is processed and presented in table and matrix with formulation set of criteria. Research result
are (1) General criteria consist of 2 (two) determinant parameters, as a policy platform and master plan
composing of the sustainable regional and urban drainage, 10 (ten) determinant elements, and 29 (twenty
nine) determinant criteria. (2) Technical criteria consist of 3 (three) determinant parameters, 20 (twenty)
determinant elements, and 56 (fifty six) determinant criteria. (3) The implementation of the regional or
urban eco-drainage which needs to be supported by rain water reservoir, infiltration, utilization and the rest
of run off needs to be flowed.
Keywords : Criteria, design, drainage, sustainable, rain water

PENDAHULUAN permukaan tanah yang hijau vegetatif berubah


Latar Belakang menjadi kawasan kedap air, sehingga tidak mampu
Drainase ramai dibicarakan penduduk kota ketika merembeskan air hujan ke dalam tanah secara
musim hujan, pada saat aktifitas hidup terusik oleh alamiah dan dihasilkan koefisien limpasan yang
genangan air hujan atau banjir. Selebihnya, terus membesar dari waktu ke waktu, yang secara
drainase mungkin dianggap tidak terlalu penting langsung berpengaruh pada sistem drainase
dibanding penyediaan air minum, pengolahan air kawasan permukiman dan/atau drainase
limbah dan pengelolaan sampah. Oleh karena itu, perkotaan.
sebagian besar masyarakat, bahkan memanfaatkan Sistem drainase kawasan atau kota dikembangkan
saluran drainase untuk membuang air limbah dan untuk pengendalian air genangan (banjir) di
sampah, tanpa rasa malu dan sesal sedikit pun. permukiman. Cakupan layanan sistem drainase
Pengembangan perkotaan pasti diikuti oleh dibagi 3 bagian pokok yaitu : (1) Sistem drainase
terjadinya alih funsgi lahan secara besar-besaran, lokal adalah sistem drainase yang melayani suatu
kawasan konservasi dijadikan kawasan produksi, area hektar. Sistem drainase utama terdiri

1
Kriteria Desain Drainase … (Sarbidi)

atas saluran primer, sekunder, tersier dan • Sistem pengaliran dengan saluran tersier,
bangunan kelengkapannya. (3) Sistem sekunder dan primer.
pengendalian banjir (flood control) disebabkan
Rumusan Masalah
oleh sungai yang melintasi wilayah kota, agar tidak
Norma standar pedoman dan kriteria (NSPK)
mengganggu kehidupan masyarakat dan
terkait drainase berwawasan lingkungan masih
lingkungan permukiman (Rencana Program
belum memadai, yang ada antara lain : (1) Tata
Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Direktorat
Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan (SNI
Jenderal Cipta Karya (DJCK), Departemen
02-2406-1991), tetapi belum dilengkapi dengan
Pekerjaan Umum, 2007). Jadi fungsi utama
ketentuan teknis perencanaan drainase
drainase adalah untuk mengalirkan air hujan yang
berwawasan lingkungan secara rinci. (2) Tata Cara
jatuh pada permukaan tanah dan atap bangunan
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan (SNI 03–
langsung ke sungai dan dialirkan ke hilir
2453–2002), tetapi hanya mengatur teknis
secepatnya, sehingga daerah hilir semakin sering
peresapan air hujan ke dalam tanah belum
terkena bencana banjir. Pola ini dikenal dengan
mencakup tampungan. (3) Tata Cara Perencanaan
istilah drainase konvensional (Ditjen Penyehatan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan (SNI 03-
Lingkungan Permukiman, Kementerian Pekerjaan
1733-2004), hanya petunjuk umum. (4) Panduan
Umum, 2011).
Pengelolaan Terpadu Drainase Perkotaan
Drainase konvensional masih diterapkan hampir di Berwawasan Lingkungan, (Dit. PLP Kem. PU,
seluruh kota-kota di Indonesia. Kenyataannya 2011), berupa acuan umum untuk menciptakan
tingkat layanan drainase kota yang diperoleh saat kesamaan pemahaman dan persepsi drainase
ini masih rendah, sebagaimana dibuktikan dengan berwawasan lingkungan, bagi pihak terkait di
adanya kondisi saat ini, yakni : (1) rumah tangga tingkat pusat dan daerah.
yang mempunyai akses ke saluran drainase hanya
Dengan demikian NSPK yang sudah ada, belum
52,83%. (2) sistem drainase dalam keadaan
sepenuhnya dilengkapi dengan metode TRMA
tergenang atau alirannya lambat dengan kapasitas
secara terpadu dan rinci. Oleh karena itu
aliran yang kurang memadai sekitar 14,49%, (3)
diperlukan standar yang lebih komprehensif dan
kawasan yang tidak mempunyai saluran drainase
integratif. Inilah antara lain, latar belakang
sekitar 32,68%. Disamping itu, masih terdapat
dilakukan upaya penyusunan kriteria desain
sekitar 22.500 hektar wilayah genangan/banjir
drainase kawasan permukiman kota berwawasan
pada sekitar 100 kawasan strategis di dalam 50
lingkungan. Bahan-bahan utama penyusunan
wilayah kota/kabupaten yang memerlukan sistem
diambil dari Kegiatan Pengembangan Sistem
pematusan air hujan segera dan berfungsi dengan
Drainase Permukiman Perkotaan Ramah
baik (Bappenas, 2010).
Lingkungan. Sub Kegiatan Kriteria Desain Drainase
Untuk meningkatkan kinerja sistem drainase Ramah Lingkungan Kawasan Permukiman Kota
kawasan atau drainase kota perlu ada perubahan (Sarbidi, dkk, 2012 dan 2013).
konsep desain drainase menjadi sistem drainase
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan
berwawasan lingkungan. Sistem drainase harus
kriteria desain drainase kawasan dan/atau
dibangun dan dilengkapi dengan subsistem
drainase kota berwawasan lingkungan, dengan
tampungan, resapan, manfaat dan alirkan (TRMA)
dukungan sistem tampung, resapan, manfaat dan
kelebihan limpasan sekecil-kecilnya, sehingga air
alirkan (TRMA) kelebihan air limpasan ke badan
hujan berguna untuk memenuhi konsumsi air
air penerima.
minum, konservasi air tanah dan mereduksi
puncak banjir. Air hujan (run off) harus dipandang
sebagai aset berharga yang ada kawasan perkotaan METODOLOGI
(Sarbidi, 2012). Penyusunan kriteria desain drainase berwawasan
lingkungan secara singkat ditampilkan pada
Berdasarkan laporan survei sistem drainase Kota Gambar 1 dan dijelaskan sebagai berikut :
Balikpapan (Sarbidi dan Edinur, 2012) diketahui 1. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
bahwa drainase berwawasan lingkungan terdiri cara mengkaji Standar Nasional Indonesia (SNI),
atas drainase lokal dan drainase utama, yaitu : pedoman teknis dan kriteria desain yang
• Sistem penampungan dengan : kolam retensi, kolam berlaku dan pustaka lain yang terkait.
detensi (bouzem), bendung pengendali banjir 2. Data sekunder ditabulasi dan dimasukkan ke
(Bendali) serta polder untuk pengendalian banjir. dalam suatu matrik dan dihasilkan rumusan
• Sistem peresapan digunakan : sumur resapan air prakonsep kriteria desain drainase kawasan
hujan dan lainnya. atau kota berwawasan lingkungan. Prakonsep
• Sistem pemanfaatan air hujan dengan mencakup kelompok ketentuan umum (non
penampungan air hujan.

2
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 1 April 2014 : 1-16

teknis) dan ketentuan teknis. Prakonsep disusun kota dan/atau drainase ramah lingkungan yang
berdasarkan ketentuan dalam desain drainase telah ada.

Pembahasan Laporan
Survei (Daftar Isi
Diseragamkan

Validasi
Prakonsep

Tabulasi dan
matrik

Gambar 1 Metode Pelaksanaan Kegiatan

3. Pengumpulan data primer ditempuh dengan (7) Malang (wilayah umumnya dataran tinggi).
metode survei instansional dan observasi pada Obyek survei sistem drainase kawasan yang
kawasan permukiman atau perumahan yang dibangun pada zaman Belanda.
telah menerapkan sistem drainase berwawasan (8) Surabaya (wilayah umumnya dataran
lingkungan. Lokasi survei mencakup kategori rendah, pantai). Obyek survei drainase
dataran tinggi/perbukitan, dataran rendah/ kawasan permukiman dan drainase kota.
sedang dan kategori pantai dan/atau pasang (9) Balikpapan (wilayah umumnya bukit,
surut. Lokasi observasi dipilih karena ada aplikasi pantai dan dipengaruhi pasang surut).
drainase berwawasan lingkungan yang baik dan Obyek survei adalah sistem drainase
disarankan oleh pengelola drainase yang ada. kawasan permukiman yang dibangun pada
zaman Belanda dan drainase kawasan
Lokasi survei data primer adalah sebagai berikut :
permukiman kota yang baru.
(1) Jakarta (wilayah umumnya dataran rendah,
(10) Palembang (wilayah umumnya dataran
pantai dan dipengaruhi pasang rob). Obyek
rendah dan dipengaruhi pasang surut).
survei adalah sistem drainase perumahan
Obyek survei sistem drainase kawasan
Pantai Indah Kapuk, Green Lake City,
pada zaman Belanda dan drainase kawasan
Perumahan Pekerjaan Umum Pejompongan
permukiman kota yang baru.
dan Bandara Soekarno-Hatta (3 lokasi)
4. Panduan utama survei dan observasi adalah
(2) Bogor (wilayah umumnya dataran tinggi,
kuesioner. Survei dilaksanakan di beberapa
perbukitan). Obyek survei adalah sistem
instansi dan lembaga terkait, antara lain badan
drainase perumahan Bogor Nirwana
perencana kota, perencana atau pengelola
Residence, Kawasan Kali Kayang dan pabrik
sumber daya air pusat dan daerah, pengembang
beton pracetak peralatan drainase (3 lokasi).
perumahan skala besar.
(3) Bekasi (wilayah umumnya dataran rendah).
5. Data primer diolah (tabulasi dan matrik) hingga
Obyek survei sistem drainase di Summarecon
didapatkan prakonsep kriteria desain drainase
dan Kota Baru Harapan Indah (2 lokasi).
kawasan/kota berwawasan lingkungan.
(4) Tangerang (wilayah umumnya dataran
6. Perumusan hasil dilaksanakan dengan cara
rendah). Obyek survei adalah drainase
membahas kriteria umum dan teknis yang
Bandara Soetta, Perumahan Bumi Serpong
diperoleh di lapangan dan membandingkannya
Damai dan pabrik ground water tank bahan
dengan standar perencanaan dan konstruksi
fiberglass reinforced plastic (3 lokasi).
drainase kawasan atau drainase kota yang ada.
(5) Bandung (wilayah umumnya dataran tinggi,
7. Pembahasan rumusan hasil yang telah diperoleh
pegunungan). Obyek survei sistem drainase
diatas bersama nara sumber, praktisi, produsen
Perumahan Kota Baru Parahyangan dan
peralatan drainase dan lain-lain, sehingga
prototipe drainase ramah lingkungan kantor
diperoleh ketentuan atau kriteria desain sistem
Pusat Litbang Permukiman (2 lokasi).
drainase kawasan atau kota berwawasan
(6) Yogyakarta (wilayah umumnya dataran).
lingkungan.
Obyek survei adalah sistem drainase
kawasan permukiman dan drainase kota.

3
4
Kriteria Desain Drainase … (Sarbidi)

Tabel 1 Matrik Kriteria Umum untuk Desain Sistem Drainase Kawasan atau Kota Berwawasan Lingkungan di Beberapa Kota
Hasil Kajian di Beberapa Lokasi
Keten- Parameter Kriteria Penentu Desain Drainase Kawasan atau
No. tuan Penentu
Elemen Penentu
Kota Berwawasan Lingkungan Jakarta Bogor Bekasi Tange- Ban- Yogya- Ma- Sura- Balik- Palem-
***) ***) ***) rang**) dung*) karta lang baya papan bang
I Umum 1. Kebijakan 1. UU No. 7 Tahun 2004 (1) Pemisahan antara jaringan drainase dan
penerapan tentang Pengelolaan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan - - - - - - - - - -
drainase Sumber daya air perkotaan (PP No. 42 Tahun 2008).
(2) Sungai juga berfungsi sebagai saluran
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
pengaliran drainase (PP No. 38 Tahun 2007).
2. UU No. 26 Tahun (1) RTRW mencantumkan langsung kebijakan
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
2007 tentang tentang drainase kota berwawasan lingkungan
Penataan Ruang. (2) Pesetujuan site plan pengembangan kawasan
10 hektar harus dibangun kolam retensi,
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
subreservoir air hujan dan sumur resapan
sesuai kapasitas run off yang ada.
(3) Persetujuan IMB dikaitkan dengan keharusan
masyarakat membuat kolam retensi,
ada ada - - ada ada - - ada ada
subreservoir air hujan dan/atau sumur resapan
sesuai ketentuan yang ada setempat.
(4) Ketentuan tentang KDB, KLB, GSB. ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(5) Ketentuan tentang RTH sesuai Permen PU No.
05/PRP/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
dan Pemanfaatan RTH di perkotaan.
(6) Ketentuan non teknis yang lain sesuai aturan
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
yang berlaku setempat.
3. UU No. 23 Tahun (1) Studi AMDAL drainase disetujui oleh instansi
ada ada - - ada ada ada ada ada ada
2010 tentang berwenang pada pemerintah kota.
Pengelolaan (2) Upaya kelola lingkungan (UKL) dan upaya
ada ada ada ada - - - - ada ada
Lingkungan Hidup pemanfaatn lingkungan (UPL).
(3) Analisis dampak genangan (banjir) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
4. Prinsip dasar (1) Tampung, resap, manfaat dan alirkan (TRMA)
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
penerapan drainase kelebihan run off hingga nol (zero run off).
berwawasan (2) Ketentuan tentang AMDAL, UKL dan UPL
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
lingkungan disetujui oleh pemkot/pemkab/pemprov.
2. Rumusan master 1. Wilayah layanan (1) Peta tapak kawasan skala 1: 5000 dan peta
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
plan drainase jaringan drainase skala 1:5000.
kawasan/ kota (2) Peta kejadian genangan/banjir ada - - - - - - ada ada ada
berwawasan 2. Genangan yang (1) Indeks genangan atau banjir
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
lingkungan ditoleransi
3. Master plan drainase (1) Ketentuan berwawasan dirumuskan terinci ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
4. Keterangan tujuan (1) Pengendalian genangan (banjir) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
dan sasaran drainase (2) Recharge air tanah - ada ada ada ada ada ada - - -
berwawasan (3) Cadangan air baku dan pemanfaatan air hujan - - - - ada ada - - - -
lingkungan (4) Pengendalian menuju zero run off - - - - ada - - - - -

4
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 1 April 2014 : 1-16

Lanjutan Tabel 1
Hasil Kajian di Beberapa Lokasi
Keten- Parameter Kriteria Penentu Desain Drainase Kawasan atau
No. tuan Penentu
Elemen Penentu
Kota Berwawasan Lingkungan Jakarta Bogor Bekasi Tange- Ban- Yogya- Ma- Sura- Balik- Palem-
***) ***) ***) rang**) dung*) karta lang baya papan bang
5. Drainase berwawasan (1) Sarana resapan air hujan - ada ada ada ada ada ada ada ada ada
lingkungan, prinsip (2) Sarana tampungan ada ada ada ada ada - ada ada ada ada
tampung, resap, (3) Pengaliran air hujan (saluran) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
manfaat dan alirkan (4) Sarana pemanfaatan - ada - ada ada - - - - -
kelebihan run off
6. Partisipasi (1) Tingkat pendidikan dan pendapatan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
masyarakat (2) Tokoh masyarakat - - - - - - - - - -
(3) Kebiasaan membuang limbah dan sampah ada ada - - - - - ada ada ada
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2011 - 2013 (dimodifikasi)
Keterangan :
*) : Sistem drainase kawasan perumahan skala besar dan perkantoran
**) : Sistem drainase kawasan perumahan skala besar dan bandara
***) : Sistem drainase kawasan perumahan skala besar

Tabel 2 Matrik Kriteria Teknis untuk Desain Sistem Drainase Kawasan atau Kota Berwawasan Lingkungan di Beberapa Kota
Hasil Kajian di Beberapa Lokasi
Keten- Parameter Kriteria Penentu Desain Drainase Kawasan atau
No. Elemen Penentu Jakarta Bogor Bekasi Tange- Ban- Yogya- Sura- Balik- Palem
tuan Penentu Kota Berwawasan Lingkungan Malang
***) ***) ***) rang**) dung*) karta baya papan -bang
II Teknis 1. Prioritas 1. Kawasan genangan (1) Luas wilayah genangan air/banjir ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
wilayah air atau banjir yang (2) Kedalaman banjir rata-rata dan maksimum ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
pelayanan paling mengganggu (3) Lama kejadian banjir rata-rata dan maksium ada ada - - ada ada - - ada ada
aktifitas utama kota (4) Ketentuan tentang KDB, KLB, GSB. ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(5) Frekuensi kejadian banjir ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
2. Rencana tapak (1) Peta rencana tapak skala 1 : 5000 ada ada - - ada ada ada ada ada ada
kawasan (2) Peta topografi dan elevasi, termasuk elevasi
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
muka air laut, sungai terhadap daratan 1 : 5000
(3) Peta sungai eksisting 1 : 5000 ada - - - - - - ada ada ada
(5) Peta jaringan drainase dan jalan 1 : 5000 ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(6) Peta kepadatan bangunan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(6) Peta geohidrologi dan data pengukuran muka
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
air tanah dangkal
(7) Data curah hujan stasiun BMKG ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(8) Data permeabilitas tanah - ada ada ada ada ada ada ada ada ada
2. Skala pelayanan 1. Layanan skala (1) Luas atap rumah dan/atau bangunan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
individual (2) Data hujan maksimum dan rata-rata dari BMKG ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(3) Data muka air tanah dangkal sekitar/kawasan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(4) Data permeabilitas tanah ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(5) Jumlah rumah dan bangunan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

5
5
Kriteria Desain Drainase … (Sarbidi)

6
Lanjutan Tabel 2
Hasil Kajian di Beberapa Lokasi
Keten- Parameter Kriteria Penentu Desain Drainase Kawasan atau
No. Elemen Penentu Jakarta Bogor Bekasi Tange- Ban- Yogya- Sura- Balik- Palem
tuan Penentu Kota Berwawasan Lingkungan Malang
***) ***) ***) rang**) dung*) karta baya papan -bang
2. Layanan skala (1) Rencana tapak kawasan/perumahan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
kawasan (2) Kawasan genangan/banjir paling berpengaruh
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
pada aktifitas permukiman/kota
(3) Layanan skala individual ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
3. Kombinasi individual (1) Sesuai ketentuan skala individual ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
- kawasan (2) Sesuai ketentuan skala kawasan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
4. Tujuan dan sasaran (1) Pengendalian genangan (banjir) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
ditetapkan drainase (2) Recharge air tanah ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
berwawasan (3) Cadangan air baku dan pemanfaatan air hujan - - - - ada - - - - -
lingkungan (4) Zero run off - - - - ada - - - - -
5. Detail engineering (1) RKS, spesifikasi, HPS, BOQ dan gambar denah,
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
design (DED) potongan, tampak, detil, dst.
6. Partisipasi (1) Tingkat pendidikan dan pendapatan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
masyarakat (2) Tokoh masyarakat ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(3) Kebiasaan membuang limbah dan sampah ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
3. Desain teknis/ 1. Master Plan Drainase (1) DED drainase (berwawasan lingkungan) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
kapasitas (drainase (2) Wilayah layanan drainase kawasan/kota ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
drainase berwawasan (3) Drainase kawasan (perumahan, permukiman,
lingkungan) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
industri, perkantoran) dan drainase kota
2. Curah hujan (I) dan (1) Data curah hujan maksimum dan rata-rata ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
analisis hidrologi (2) Runtut waktu (time series) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(3) Rentang lebih dari 5 tahun (dalam satuan menit
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
atau pukul atau harian) dari Stasiun BMKG
3. Periode ulang (1) 2, 5, 10 tahun, dst atau disesuaikan dengan luas
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
hujan (T) bidang tadah atau sesuai kebutuhan setempat
(1) Peta tata guna tahan (terbaru) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
4. Koefisien limpasan
(2) Tabel koefisien pengaliran ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(C)
(3) Koefisien limpasan komposit ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
5. Luas bidang tadah (1) Peta wilayah/kawasan dan jaringan drainase ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(A) (2) Luas wilayah/kawasan atau luas atap bangunan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
6. Waktu konsentrasi
(1) Jarak area layanan ke saluran dan titik outflow ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(tc)
7. Debit rencana (Q) (1) Debit maksimum dan rata-rata ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
8. Geohidrologi (1) Muka air tanah dangkal atau sumur dangkal ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(2) Muka air tanah dalam (aquifer) ada - - - - - - - - -
(3) Peta hidrogeologi setempat ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

6
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 1 April 2014 : 1-16

Lanjutan Tabel 2
Hasil Kajian di Beberapa Lokasi
Keten- Parameter Kriteria Penentu Desain Drainase Kawasan atau
No. Elemen Penentu Jakarta Bogor Bekasi Tange- Ban- Yogya- Sura- Balik- Palem
tuan Penentu Kota Berwawasan Lingkungan Malang
***) ***) ***) rang**) dung*) karta baya papan -bang
9. Geologi (1) Permeabilitas tanah ada ada - ada ada ada - - - -
(2) Daya dukung tanah (uji tanah) ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(3) Peta geologi setempat ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
10. Topografi dan
(1) Peta topografi dan elevasi muka air/kawasan ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
elevasi
11. Badan air penerima (1) Sungai, laut, waduk, kolam, saluran. ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
(2) Pasangan dan beton ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
12. Bahan dan
(3) Bahan fiber reinforced polymer (FRP) - - - - ada - - - - -
konstruksi
(4) Bahan lokal/produk Indonesia. - - - - ada - - - - -
III Operasi 1. Lembaga 1. Propinsi dan kota (1) Dinas PU, kecamatan, swasta, masyarakat ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
dan 2. SDM (2) Pendidikan formal STM/SMK, pengalaman kerja
2. Kualifikasi ada ada - - - - - ada ada ada
Pemeliha- minimal 2 tahun
raan (OP) 3. Peralatan 3. Peralatan OP
(3) Workshop, backhoe, dump truck, pompa, dsb ada ada - - - - - ada ada ada
minimum
4. Petunjuk 4. Prosedur OP (4) Mengikuti standar operasional prosedur ada ada - - - - - ada ada ada
IV Pembiaya- 1. Biaya 1. Bahan dan
(1) APBN, APBD, swasta (CSR), dsb ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
an konstruksi
2. Biaya operasi
(2) APBD, masyarakat, CSR ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
pemeliharaan
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2011 - 2013 (dimodifikasi)
Keterangan :
*) : Sistem drainase kawasan perumahan skala besar dan perkantoran APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
**) : Sistem drainase kawasan perumahan skala besar dan bandara APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
***) : Sistem drainase kawasan perumahan skala besar RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
IMB : Izin Mendirikan Bangunan AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
KDB : Koefisien Dasar Bangunan RTH : Ruang Terbuka Hijau
KLB : Koefisien Dasar Bangunan UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan
GSB : Garis Sempadan Bangunan CSR : Corporate Social Responsibility
DED : Detail Engineering Design SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
RKS : Rencana Kerja dan Syarat-syarat STM : Sekolah Teknik Menengah
HPS : Harga Perkiraan Sendiri (owner estimate) SOP : Standard Operational Procedure
BOQ : Bill of Quantity FRP : Fiber Reinforced Polymer
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

7
7
Kriteria Desain Drainase … (Sarbidi)

HASIL DAN PEMBAHASAN retensi, kolam detensi, sistem resapan dan sistem
Kriteria Desain Sistem Drainase Berwawasan saluran terbuka. (4) Untuk daerah dengan dominan
Lingkungan di Beberapa Kota lempung pasiran dan berada di dataran rendah,
Berdasarkan analisis data dan informasi hasil pasang surut serta kawasan banjir digunakan
survei pada seluruh lokasi kajian dan juga data polder, bendali, kolam detensi (bouzem) atau telaga
pustaka diketahui kriteria umum untuk desain dilengkapi dengan pintu air, spillway dan pompa
drainase berwawasan lingkungan ditampilkan drainase pengendali permukaan air serta sistem
pada matrik Tabel 1 dan kriteria teknis saluran terbuka. Dengan demikian penerapan
ditampilkan pada Tabel 2. harus memperhatikan selain curah hujan, juga
daya rembes tanah, topografi dan fungsi drainase
Berdasarkan Tabel 1 diketahui rumusan kriteria dalam pengelolaan lingkungan, seperti konservasi
desain drainase berwawasan lingkungan air tanah, persediaan air domestik, pengendali
dipengaruhi oleh ketentuan umum dengan 2 (dua) banjir, taman dan lain-lain.
parameter penentu umum, yaitu landasan
kebijakan dan master plan drainase berwawasan Desain Teknis Sistem Drainase Berwawasan
lingkungan, 10 (sepuluh) elemen penentu dan 29 Lingkungan di Beberapa Kota
(dua puluh sembilan) kriteria penentu. Sedangkan Desain sistem drainase berwawasan lingkungan
berdasarkan pada Tabel 2 diketahui ketentuan mengacu pada ketentuan desain drainase kota
teknis terdiri atas sekitar 3 (tiga) parameter yang telah ada, tetapi dalam desain tersebut harus
penentu umum, 20 (dua puluh) elemen penentu dicakup subsistem tampungan, resapan, manfaat
dan 56 (lima puluh enam) kriteria penentu. dan aliran (TRMA) air hujan kelebihan secara
Selanjutnya sistem drainase dipengaruhi juga oleh lengkap dan satu kesatuan, sehingga kapasitas dan
ketentuan tentang operasi pemeliharaan dan outputnya masing-masing dapat dikelola dengan
pembiayaan. baik kuantitas dan kualitasnya. Metode TRMA
dapat mereduksi run off di dalam kawasan hingga
Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan mencapai 100% atau yang dikeluarkan dapat
di Beberapa Kota dicapai nol persen atau zero run off (Pusat Litbang
Drainase berwawasan lingkungan dilengkapi oleh Permukiman 2012 dan 2013). Praktek penerapan
tampungan, resapan, manfaat dan alirkan (TRMA) sistem drainase berwawasan lingkungan yang
air hujan kelebihan. Secara umum drainase ditemukan di 10 kota Indonesia ditampilkan pada
dipengaruhi oleh kondisi hidrologis, topografi, Tabel 4.
geologi, geohidrologi, tata guna lahan eksisting di
kawasan setempat serta sistem drainase yang Berdasarkan informasi pada Tabel 4 diketahui
sudah ada. Dari kompilasi dan analisis data bahwa desain drainase berwawasan lingkungan
diperoleh debit rencana, analisis hidrolis, dipengaruhi oleh sistem tampungan, resapan,
prasarana dan sarana drainase berwawasan manfaat, aliran air hujan kelebihan. (1) Untuk
lingkungan yang diperlukan untuk kawasan desain tampungan diperlukan (a) data dan analisis
tersebut. hidrologi kawasan (intensitas hujan, koefisien run
off, bidang tadah), (b) analisis debit rencana
Berdasarkan kompilasi data survei diperoleh maksimum dan rata-rata harian, (c) analisis
parameter desain sistem drainase berwawasan volume tampungan/kolam/telaga, pintu air,
lingkungan eksisting perkotaan dan kawasan pompa, spillway, elakan, dan pasang surut sesuai
perumahan skala besar yang telah diterapkan di dengan desain bendung atau kolam, pompa,
beberapa lokasi ditampilkan pada Tabel 3. ambang/terjunan dan pintu air. (2) Desain sumur
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa : (1) Desain resapan air diperlukan (a) analisis hidrologis (b)
drainase berwawasan lingkungan disesuaikan analisis muka air tanah dan (c) analisis
dengan karateristik topografi, daya rembes tanah permeabilitas tanah sesuai kriteria desain SNI 03-
dan fungsi drainase sendiri. (2) Pada tanah 24-2002. (3) Desain pemanfaatan air hujan
didominasi jenis tanah pasiran (daya rembes tanah diperlukan analisis konsumsi air selama setahun.
besar) digunakan hanya sumur resapan, biopori, (4) Desain pengaliran kelebihan air hujan
taman, tanaman, ruang hijau dan sebagainya serta diperlukan (a) analisis hidrolika saluran terbuka
sistem saluran terbuka untuk pengaliran air hujan. atau tertutup, (b) peta topografi, (c) peta
(3) Bagi daerah dengan dominan lempungan wilayah/tapak dan elevasi kawasan serta badan air
pasiran berada di dataran sedang digunakan kolam penerima terdekat.

8
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 1 April 2014 : 1-16

Tabel 3 Parameter Desain Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan Beberapa Kota


Drainase Ramah Lingkungan
No. Lokasi Survei Topografi Jenis Tanah
Eksisting

 Perumahan Komplek PU
1. Jakarta
Dataran rendah Lempung Pasiran Polder, Saluran terbuka pintu air, Pompa

 Perumahan Pantai Indah


Pejompongan
Pantai, rawa, pasang laut Lempung Pasiran Polder, Saluran terbuka pintu air, Pompa

 Perumahan Green Lake City


Kapuk
Pantai, rawa, pasang laut Lempung Pasiran Polder, Saluran terbuka pintu air, Pompa

 Perumahan Bogor Nirwana


2. Bogor
Dataran tinggi (Pegu- Lempung Pasiran Kolam Retensi, Sungai buatan/ Saluran

 Kawasan Kali Kayang


Residence. nungan) terbuka SRAH, Biopori
Dataran tinggi (Pegu- Lempung Pasiran Kolam Retensi, Saluran terbuka

 Perumahan Bukit Cimanggo


nungan)
Dataran tinggi (Pegu- Lempung Pasiran Kolam Retensi, Saluran terbuka
City nungan)

 Perumahan Summarecon
3. Bekasi

 Perumahan Kota Baru Harapan


Dataran rendah Lempung Pasiran Kolam Retensi, Saluran terbuka
Dataran rendah Lempung Pasiran Kolam Retensi, Saluran terbuka
Indah

 Bandara Soekarno- Hatta.


4. Tangerang

 Perumahan Bumi Serpong


Dataran rendah Lempung Pasiran Polder, Saluran terbuka pintu air, Pompa
Dataran rendah Lempung Pasiran Kolam Retensi, Saluran terbuka
Damai

 Drainase berwawasan
5. Bandung
Dataran tinggi (Pegu- Lempung Pasiran Subreservoir, SRAH*), Paving/ grass
lingkungan Kantor Pusat nungan) block, Taman, Saluran terbuka,

 Perumahan Kota baru


Litbang Permukiman Tampungan taman, IPAM AH**).
Dataran tinggi (Pegu- Lempung Pasiran Saluran tertutup SRAH, Biopori
Parahyangan nungan)
6. Yogyakarta Dataran Dominan Pasir SRAH, Biopori, Saluran terbuka
(Drainase kota)
7. Malang
(Model drainase zaman Belanda) Dataran tinggi Lempung Pasiran Kolam Detensi (bouzem), Saluran
terbuka.
8.
Surbaya Dataran rendah/ Pantai Lempung Pasiran Telaga/ Kolam Retensi, Saluran terbuka
(Drainase kota)
9. Balikpapan Bukit, pantai, pasang surut Lempung Pasiran Bendali, Kolam Detensi, Saluran terbuka
(Drainase kota)
10. Palembang Dataran rendah, pasang Lempung Pasiran Kolam Retensi, Saluran terbuka
(Drainase kota zaman Belanda surut
dan sekarang)
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2011 - 2013 (dimodifikasi).
Keterangan :
*) : SRAH = Sumur Resapan Air Hujan;
**) : IPAM AH = Instalasi Pengolahan Air Minum, Air Hujan

Kriteria Umum (Non Teknis) Kebijakan Penerapan Drainase


Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 1, Tabel 2,
Dasar hukum untuk melaksanakan penerapan
Tabel 4 dan Tabel 5 diperoleh rumusan kriteria
kebijakan drainase berwawasan lingkungan
desain drainase kawasan permukiman dan/atau
didasarkan pada peraturan perundangan antara
drainase kota berwawasan lingkungan sebagai
lain di bawah ini :
berikut :
1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air mengharuskan
hal-hal berikut :

9
Kriteria Desain Drainase … (Sarbidi)

Tabel 4 Ketentuan Desain Teknis Drainase Kota Berwawasan Lingkungan


Manfaat Alirkan
No. Lokasi Survei Tampungan Resapan Hujan
Air Hujan Air Kelebihan

 Komplek PU Pejom-
1. Jakarta
Imaks, C, A, Qmaks, Polder - - Saluran terbuka, pintu

 Pantai Indah Kapuk


pongan air, pompa
Imaks, C, A, Qmaks, Polder SNI 03–2453–2002 - Saluran terbuka, pintu

 Green Lake City


air, pompa
Imaks, C, A, Qmaks, Polder - - Saluran terbuka, pintu
air, pompa

 Perumahan Bogor
2. Bogor
Imaks, C, A, Qmaks, dan SNI 03–2453–2002 Pompa air mancur, Saluran terbuka
Nirwana Residence Smaks Biopori Recharge air tanah

 Kawasan Kali Kayang


(BNR) Kolam Retensi
Imaks, C, A, Qmaks, SNI 03–2453–2002 - Saluran terbuka

 Perumahan Bukit
Kolam Detensi Biopori
Imaks, C, A, Qmaks, dan SNI 03–2453–2002 Recharge air tanah Saluran terbuka
Cimanggo City Smax, Kolam Retensi Biopori

 Perumahan Summa-
3. Bekasi
Imaks, C, A, Qmaks, dan SNI 03–2453–2002 Recharge air tanah, Saluran terbuka

 Perumahan Kota Baru


recon Smax, Kolam Retensi Biopori taman
- SNI 03–2453–2002 - Saluran terbuka
Harapan Indah Biopori

 Bandara Soekarno-
4. Tangerang
Imaks, C, A, Qmaks, dan Taman rumput, Recharge air tanah, Saluran terbuka, pintu

 Bumi Serpong Damai


Hatta. Smax, Polder saluran tanah asli. saluran dinding tanah air, pompa
Imaks, C, A, Qmaks, dan SNI 03–2453–2002 Pompa air mancur, Saluran terbuka
(BSD) Smax, Kolam Retensi Recharge air tanah

 Drainase RL Kantor
5. Bandung
Imaks, C, A, Qmaks, dan SNI 03–2453–2002 Air minum, Saluran terbuka dan
Pusat Litbang Per- Smax, Subreservoir, tam- Recharge air tanah, air saluran tertutup

 Kota Baru Parahyangan


mukiman (zero run off) pungan taman damkar
- SNI 03–2453–2002 Recharge air tanah, Saluran tertutup
Biopori taman
6. Yogyakarta
Drainase Kota - SNI 03–2453–2002 Recharge air tanah, Saluran terbuka
Biopori taman
7. Malang
Drainase Kawasan Imaks, C, A, Qmaks, dan - - Saluran terbuka
(Zaman Belanda) Smax, Kolam Detensi
(Bouzem)
8. Surabaya
Drainase Kota dan/atau Imaks, C, A, Qmaks, dan - - Saluran terbuka, pintu
Kawasan Perumahan Smax, Telaga, Kolam air, pompa
Retensi
9. Balikpapan
Drainase Kota Imaks, C, A, Qmaks, dan SNI 03–2453–2002 Recharge air tanah, Sungai, Saluran terbuka,
Smax, Bendali, Bouzem Biopori taman pintu air, pompa
10. Palembang
Drainase Kota dan/atau Imaks, C, A, Qmaks, dan SNI 03–2453–2002 - Saluran terbuka, pintu
Kawasan Perumahan Smax, Polder, Kolam Biopori air, pompa
Retensi
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2011 - 2013 (dimodifikasi)
Keterangan:
I = intensitas hujan;
C = koefisien runoff;
A = luas bidang tadah;
Q = debit rencana;
Smax = Vi - Vo;
Vi = volume inlet (m3);
Vo = volume oulet (m3).

(1) Jaringan drainase dan jaringan pengumpul (3) Pengembangan prasarana dan sarana sanitasi
air limbah kawasan perkotaan diharuskan terpadu pengembangan SPAM (Peraturan
terpisah (Peraturan Pemerintah Nomor 42 Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005).
Tahun 2008). 2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
(2) Sungai dapat difungsikan juga sebagai Penataan Ruang mengatur pembuatan Perda
saluran pengaliran/drainase (Peraturan RTRW Kota untuk itu maka Pemerintah Kota
Pemerintah Nomor 38). harus :

10
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 1 April 2014 : 1-16

(1) Menyusun Perda RTRWK yang memuat (zero run off), skala layanan drainase,
secara konkrit ketentuan tentang pengendalian genangan/banjir dan pengelolaan.
pembangunan drainase kawasan atau kota 3) Pekerjaan fisik drainase rinci ditetapkan dalam
berwawasan lingkungan. Detail Engineering Design (DED).
(2) Persetujuan Izin Mendirikan Bangunan 4) Pembiayaan dan partisipasi masyarakat
(IMB) diterbitkan oleh Pemerintah Kota,
Kriteria Teknis
apabila desain teknis kawasan atau
Dalam merencanakan dan membangun drainase
bangunan dilengkapi dengan drainase
berwawasan lingkungan perlu merujuk pada
berwawasan lingkungan, yang telah
beberapa hal teknis antara lain di bawah ini :
disetujui oleh instansi yang mempunyai
1) Prioritas wilayah layanan
kompetensi bidang drainase atau teknik
Untuk menentukan prioritas wilayah layanan
pengelolaan sumber daya air.
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(3) Pemkot harus menetapkan kebijakan site
(1) Tingkat gangguan kawasan genangan air/
plan pengembangan disetujui apabila setiap
banjir terhadap aktifitas utama permukiman
lahan dengan luas hektar harus
atau kota, untuk itu diperlukan data luas,
dibangun minimal 1 (satu) kolam retensi,
lama, dalam dan frekuensi kejadian
subreservoir air hujan dan sumur resapan di
genangan/banjir.
dalam kawasan tersebut.
(2) Rencana tapak kawasan/permukiman
(4) Master plan drainase kawasan atau kota
dengan dilengkapi dengan peta rencana,
wajib menetapkan drainase kawasan
peta geografi, tata guna lahan, peta
dan/atau kota berwawasan lingkungan
geohidrologi, peta geologi, peta jaringan
secara terinci dan lengkap. Master plan
sarana dan prasarana, data curah hujan,
harus memuat prinsip-prinsip subsistem
sistem sungai yang ada dan lain-lain.
tampungan, resapan, manfaat dan alirkan
2) Skala pelayanan drainase
(TRMA) kelebihan air hujan sesedikit
Skala pelayanan drainase berwawasan
mungkin atau hingga nol persen (zero run
lingkungan dipengaruhi oleh antara lain elevasi
off).
muka tanah terhadap muka air badan penerima,
(5) Master plan drainase kawasan menetapkan
permeabilitas tanah dan muka air tanah, tujuan
ketentuan pemanfaat Ruang Terbuka Hijau
atau sasaran penerapan drainase, partisipasi
(RTH) kota sebagai bagian wilayah layanan
masyarakat dan detail engineering design (DED).
drainase kota, terutama untuk pembangun-
an kolam retensi, subreservoir air hujan, Skala pelayanan drainase berwawasan
sumur resapan, sesuai ketentuan Peraturan lingkungan terdiri atas :
Menteri Pekerjaan Umum Nomor (1) Layanan skala individual (rumah tangga
05/PRT/M/ 2008 tentang Pedoman atau lahan pekarangan), berfungsi untuk
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di resapan, tampungan, manfaat air hujan.
Kawasan Perkotaan. Layanan skala individual memenuhi
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2010 PPLH, ketentuan :
mengatur pembuatan AMDAL, UKL dan UPL a. Curah hujan harian rata-rata
termasuk pembangunan drainase berwawasan b. Bidang tadah adalah luas atap bangunan
lingkungan menetapkan ketentuan tentang c. Untuk atap, koefisien pengaliran (C)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien diambil diantara (0,75 – 0,95)
Luas Bangunan (KLB) dan Garis Sempadan d. Sarana yang diterapkan antara lain :
Bangunan (GSB). Sehingga dapat dimanfaatkan a) Sumur resapan air hujan (SRAH)
untuk keperluan penerapan drainase kawasan dibuat sesuai dengan ketentuan dalam
atau drainase kota berwawasan lingkungan. SNI 03-2453-2002.
b) Penampung air hujan (PAH) dibuat
Rumusan Master Plan Drainase
sesuai ketentuan teknis.
Master plan drainase berwawasan lingkungan
c) Subreservoir air hujan dibuat sesuai
harus memuat ketentuan sebagai berikut :
modul SR5 – SR10.
1) Rumusan sistem kota atau kawasan drainase
d) Swale, bioretension, bioditch, biopori
berwawasan lingkungan permukiman disusun
dan lain-lain dibuat sesuai dengan
secara terinci dan lengkap
ketentuan teknis berlaku.
2) Penerapan drainase berwawasan lingkungan
(2) Layanan skala kawasan (perumahan,
didasarkan pada prinsip-prinsip : tampungan,
industri, perkantoran, RTH dan sebagainya),
resapan, manfaat dan alirkan (TRMA) kelebihan
guna menerapkan subsistem TRMA dan
air hujan ke luar kawasan hingga nol persen
sistem saluran atau sungai serta sistem
pengendali banjir (polder).

11
Kriteria Desain Drainase … (Sarbidi)

Layanan skala kawasan memenuhi yang terdiri atas : RKS, spesifikasi, HPS, BOQ dan
ketentuan : gambar denah, potongan, tampak, detil, dst.
a. Luas wilayah layanan < 10 hektar
Desain teknis drainase disesuaikan dengan kondisi
dilengkapi dengan subreservoir air hujan,
setempat atau lokal, yaitu :
kolam retensi dan sumur resapan.
1) Apabila ditemukan permeabilitas tanah (K)
b. Bila luas wilayah layanan hektar
yang baik, atau K m/jam dan muka air tanah
diperlukan sarana penampung air hujan,
m, seperti di Yogyakarta maka yang
seperti kolam retensi, kolam detensi, sub-
pertama-tama diterapkan dalam sistem
reservoir air hujan dan sumur resapan.
drainase berwawasan lingkungan adalah sistem
Khusus daerah pantai dan pasang surut
peresapan air hujan (sumur resapan air hujan).
dilengkapi dengan polder.
Penentuan sumur resapan air hujan
c. Subreservoir, kolam retensi, kolam
disesuaikan SNI 03-2453-2002 (BSN, 2002) dan
detensi dan sumur resapan dapat
resapan untuk air tanah dalam dirujukkan pada
ditempatkan dalam kawasan RTH.
tata cara pengeboran air tanah. Sistem resapan
d. Topografi (peta topografi), morfologi dan
yang lain adalah parit resapan, swale,
elevasi kawasan
bioretension, bioditch dan biopori. Dapat juga
e. Kemiringan dan profil hidrolis sistem
dipasang perkerasan muka tanah digunakan
saluran dan tampungan
paving block atau grass block (Pusat Litbang
a) Bidang tadah (catchment area)
Permukiman, 1991), taman dan kota hutan kota
berdasarkan peta layanan (peta
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
wilayah kota dan peta tata guna
05/PRT/M/2008), serta dikombinasi dengan
lahan)
subreservoir air hujan SR12,5 – SR65 (Sarbidi,
b) Geohidrologi (peta geohidrologi
Pusat Litbang Permukiman 2011) dan kolam
Direkorat Geologi Tata Lingkungan)
retensi.
atau pengukuran muka air tanah pada
2) Apabila kondisi lokal merupakan kawasan
sumur-sumur terdekat.
banjir dan pasang surut diterapkan polder
c) Permeabilitas tanah m/jam, sesuai
komplit dengan pintu air, spill way dan pompa
ketentuan SNI 03-2453-2002.
drainase, kolam detensi serta dikombinasi
(3) Kombinasi layanan individual dan kawasan.
dengan subreservoir air hujan, kolam retensi,
Layanan drainase kombinasi skala
serta hutan dan taman air kota. Sistem
individual dan skala kawasan terpadu harus
tampungan (polder, kolam detensi dan kolam
memenuhi ketentuan :
detensi) diperhitungkan terhadap muka air
a. Layanan individual dan komunal saling
maksimum dan evapotranspirasi terutama
terintegrasi dengan jaringan saluran.
untuk tampungan besar dan terpapar matahari.
b. Lokasi layanan digambarkan dalam peta
3) Apabila kondisi lokal kekurangan sumber air
jaringan drainase skala 1 : 5000.
bersih diterapkan subreservoir air hujan,
Desain Teknis dan Kapasitas Sistem Drainase sumur-sumur tampungan air hujan, kolam
Desain teknis drainase berwawasan lingkungan detensi, penampung air hujan (PAH), dan
harus didukung oleh master plan termasuk instalasi pengolahan air hujan untuk minum.
subsistem TRMA yang diperlukan secara lengkap. 4) Pengaliran air hujan keluar wilayah layanan
Desain teknis harus dilengkapi juga dengan analisis dapat digunakan saluran tertutup atau saluran
hidrologi, koefisien limpasan komposit, debit terbuka. Kemiringan saluran, bahan dan
rencana, analisis hidrolis dan pemodelan neraca air konstruksi sistem saluran memenuhi ketentuan
serta bahan dan konstruksi yang dibutuhan oleh standar teknis yang berlaku.
skala layanan sasaran. Bahan dan konstruksi yang
Parameter berikut dipertimbangkan untuk desain
digunakan dalam penerapan drainase berwawasan
teknis drainase, yaitu :
lingkungan memenuhi SNI atau standar yang
berlaku dan mengutamakan penggunaan produk Intensitas Hujan Rencana (I)
lokal. Desain memerlukan data hujan, koefisien Intensitas hujan rencana (I) didasarkan pada :
limpasan aktual, luas bidang tadah, waktu 1) Data hujan runtut waktu minimal 5 tahun,
konsentrasi, geohidrologi, topografi, elevasi berupa data rata-rata harian, menitan atau jam-
kawasan dan elevasi muka air penerima, data an.
sistem drainase pada wilayah layanan yang sudah 2) Durasi hujan adalah 2, 5, 10, 10, 15, 20, 25, 50
ada dan data harga satuan bahan dan upah menit dan seterusnya;
setempat. Produk akhir desain teknis adalah 3) Periode ulang hujan (PUH) adalah 2, 5,10, 25,
master plan dan Detail Engineering Design (DED) 50, 100 tahun, disesuaikan dengan kebutuhan.
Biasanya desain saluran sekunder digunakan

12
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 1 April 2014 : 1-16

PUH 5 tahun, saluran primer digunakan PUH 10 waktu konsentrasi pendek, sehingga kehilangan air
tahun, daerah layanan hektar digunakan relatif sedikit. Tetapi untuk penaksiran debit banjir
PUH (2 – 10) tahun dan daerah layanan > 50 dalam daerah aliran sungai yang luas hektar,
hektar digunakan PUH (10 – 25) tahun. Metode Rasional ini sudah kurang baik untuk
4) Analisis frekuensi dengan rumus Gumbel, Log digunakan.
Normal dan/atau Log Pearson III (Kamiana,
Tabel 5 Koefisien Pengaliran Berdasarkan Jenis
2011; Subarkah, 1980).
Permukaan Tata Guna Tanah
5) Analisis intensitas hujan (I) dengan rumus
Jenis Permukaan Tanah / Koefisien
Ishiguro, Sherman dan/atau Talbot (Suyono Tata Guna Tanah (C)
dan Takeda, 1993). Dalam rumus tersebut, A. Rerumputan
intensitas hujan (I) rencana ditetapkan • Tanah pasir, slope 2% 0.05 – 0.10
berdasarkan nilai dengan deviasi terkecil. • Tanah pasir, slope 2 – 7% 0.10 – 0.15
• Tanah pasir, slope 7 % 0.15 – 0.20
Intensitas hujan dapat juga dengan rumus • Tanah gemuk, slope 2 % 0.13 – 0.17
Mononobe atau Van Breen atau rumus lain, • Tanah gemuk, slope 2 – 7% 0.18 – 0.22
disesuaikan data hujan yang tersedia. • Tanah gemuk, slope 7% 0.25 – 0.35
B. Perkantoran
Koefisien Pengaliran (C)  Pusat kota 0.75 – 0.95
Koefisien pengaliran (C) merupakan perbandingan  Daerah pinggiran 0.50 – 0.70
C. Perumahan
 Kepadatan 20 rumah/ha
antara jumlah air yang mengalir di suatu daerah 0.50 – 0.60
akibat turunnya hujan dengan jumlah hujan yang  Kepadatan 20-60 rumah/ha 0.60 – 0.80
turun di daerah tersebut (Subarkah, 1980).  Kepadatan 60-160 rumah/ha 0.70 – 0.90
D. Perindustrian
Koefisien pengaliran merupakan cerminan dari  Industri ringan 0.50 – 0.60
karakteristik daerah pengaliran dan dinyatakan  Industri berat 0.60 – 0.90
dengan nilai C antara (0 – 1). Koefisien pengaliran E. Pertanian 0.45 – 0.55
F. Perkebunan 0.20 – 0.30
bergantung pada banyak faktor, yaitu faktor G. Pertamanan dan kuburan 0.10 – 0.25
meteorologis, faktor daerah aliran dan faktor alih H. Tempat bermain 0.20 – 0.35
fungsi lahan akibat campur tangan manusia dalam I. Jalan
 Beraspal 0.70 – 0.95
 Beton
memanfaatkan ruang permukiman dan/atau ketika
0.80 – 0.95
merencanakan tata guna lahan. Nilai C yang  Batu 0.70 – 0.85
semakin besar, mendekati nilai 1 menunjukkan J. Daerah yang tidak dikerjakan 0.10 – 0.30
bahwa kemampuan permukaan tanah untuk Sumber : Subarkah, 1980
meresapkan air hujan semakin rendah dan
Waktu Konsentrasi (tc)
menyebabkan jumlah air limpasan di bidang tadah
Waktu konsentrasi (tc) disesuaikan dengan jarak
semakin besar. Koefisien pengaliran (C) dihitung
tempuh air hujan pada lahan atau tapak kawasan
dengan memperhatikan guna lahan bidang tadah
(site plan) dan panjang saluran yang dilewati air
(catchment area). Biasanya diukur dari peta tata
hujan ke lokasi keluaran (out flow) drainase.
guna lahan, skala 1 : 10000 atau skala 1 : 5000.
Volume Tampungan (Smax)
Jika kondisi muka tanah tidak ditentukan secara
Air hujan yang ditampung dalam sarana
khusus di lapangan maka besarnya koefisien
tampungan (kolam retensi, subreservoir, polder,
pengaliran (C) dapat ditentukan dari data empiris
dan lain-lain adalah volume maksimum (Smax),
pada Tabel 5.
yang didapatkan dari perbedaan terbesar antara
Debit Rencana (Q) kurva inflow dengan outflow dalam persediaan air
Debit rencana atau maksimum untuk pengamanan dan konsumsi air untuk berbagai keperluan dalam
genangan (banjir) pada suatu kawasan dihitung satu tahun (Sarwoko Mangkoediharjo, 2011),
dengan rumus rasional, seperti pada rumus (1). seperti dirumuskan pada persamaan (2).

Q = 0,278 . C . I . A (1) Smax = Vi –Vo (2)

Keterangan : Keterangan:
Q = debit rencana maksimum, (m3/det) Smax = volume tampungan (m3)
C = koefisien pengaliran Vi = volume total inflow (m3)
I = intensitas hujan rencana, (mm/jam) Vo = volume total outflow (m3)
A = luas bidang tadah/cathment area, (m2).
Berdasarkan rumus (2) dapat diartikan bahwa
Sampai sekarang, Rumus Rasional masih layak volume tampungan atau volume konsumsi air
digunakan untuk menaksir banjir dalam wilayah adalah selisih antara volume inlet dengan volume
kota, karena di dalam daerah perkotaan, umumnya outlet.

13
Kriteria Desain Drainase … (Sarbidi)

Badan Air Penerima 2847-2002 (BSN, 2002), Tata cara perhitungan


Badan air penerima (receiving water) disesuaikan struktur beton untuk bangunan gedung.
dengan jenisnya dan yang ada di lokasi, yaitu :
Operasi dan Pemeliharaan
1) Sungai diperhitungkan terhadap muka air
Operasi dan pemeliharaan (OP) drainase perlu
maksimum.
didukung oleh pemerintah pusat, pemerintah kota,
2) Laut dan pasang surut diperhitungkan terhadap
swasta dan partisipasi masyarakat. Kegiatan OP
muka air pasang maksimum.
dilengkapi dan didukung lembaga pengelola dari
Hidrolika Jaringan unsur pemkot yaitu : (1) Dinas Sumber Daya Air,
Hidrolika sistem drainase disesuaikan dengan swasta dan lembaga swadaya masyarakat. (2)
keperluan jenis sarana dan prasarana saluran dan Sumber daya manusia (SDM) handal yang
tampungan, yaitu : mempunyai pendidikan formal minimal SMK/STM
1) Kecepatan aliran yang optimal dan pengalaman kerja minimal 2 tahun. (3)
2) Penampang saluran ekonomis Dilengkapi dengan peralatan OP dan bengkel
3) Kapasitas saluran (workshop) yang memadai, yang cukup baik. (4)
4) Kemiringan saluran dan talud saluran Dioperasikan dan dipelihara mengikuti prosedur
5) Perubahan saluran OP sesuai spesikasi peralatan yang berlaku.
6) Pertemuan saluran
Kegiatan pengoperasian meliputi : pengoperasian
7) Perlengkapan saluran
tampungan, resapan, pengolahan air hujan,
8) Tali air (inlet saluran dari jalan raya)
pembersihan saluran, pintu air, pompa dan
9) Bangunan terjunan landai/miring dan olakan
peralatan mekanikal-elektrikal dan peralatan berat
10) Gorong-gorong
yang dipergunakan pada sistem drainase kota
11) Pintu air
mengikuti prosedur teknisnya.
12) Belokan dan manhole
13) Ambang bebas Adapun kegiatan pemeliharaan meliputi :
14) Bangunan pembuangan 1) Memelihara saluran/sungai dan bendali, agar
15) Polder, kolam detensi, kolam retensi, penampang saluran mampu dilewati debit
subreservoir air hujan banjir rencana dan bendali dapat menampung
16) Pompa drainase air secara optimal,
2) Membersihkan saluran dari endapan lumpur,
Analisis hidrolika sistem drainase kawasan
sampah dan tanaman pengganggu.
permukiman atau drainase kota dikaitkan pada
3) Memeliharaan peralatan mekanis (pompa,
 Penampang saluran efektif, bentuk trapesium,
hal-hal sebagai berikut :
backhoe, kendaraan dan sebagainya.
4) Perbaikan kerusakan saluran drainase dan
segi empat, bulat, setengah lingkaran, segi tiga
fasilitasnya akibat banjir dan sebab-sebab lain
 Kecepatan air dalam saluran menggunakan
atau kombinasi.
(tebing longsor, tanggul roboh dan lain-lain).

 Aliran air dalam saluran, yaitu : kritis, subkriteria


Rumus Manning, Chezy atau Strickler. Pembiayaan
Prinsip pembiayaan drainase adalah non full
dan superkritis, yang dinilai dari bilangan Froude recovery, intangible dan pendekatan pada ekomomi
(Fr). Fr = 1 (aliran kritis), Fr < 1 (aliran lingkungan. Biaya drainase terdiri atas biaya
konstruksi, biaya operasi dan pemeliharaan.
 Kala ulang berdasarkan luas daerah aliran sungai
subkritis); Fr > 1 (aliran superkritis).
Sumber biaya drainase antara lain : APBN, APBD,
swasta (CSR), hibah dan masyarakat.
 Kapasitas bangunan pelengkap ditambah 10%
(DAS) dan tipologi kota yang bersangkutan

dari debit saluran KESIMPULAN DAN SARAN


Perencanaan Struktur Kesimpulan
Perencanaan struktur drainase ditujukan untuk : Dalam merancang drainase kawasan atau drainase
(1) kestabilan terhadap guling, (2) daya dukung kota berwawasan lingkungan perlu diperhatikan:
tanah pada dinding dan dasar saluran serta 1. Kriteria umum, terdiri atas 2 (dua) parameter
perlengkapan drainase (bangunan air) dan (3) penentu, sebagai landasan kebijakan dan
ketahanan terhadap gaya geser. Sehingga dapat pembuatan master plan drainase berwawasan
meredam gaya vertikal, gaya luar, gaya tekanan lingkungan, 10 (sepuluh) elemen penentu dan
tanah aktif dan pasif, yang mempengaruhi struktur 29 (dua puluh sembilan) kriteria penentu.
bangunan tersebut. Perencanaan struktur Kriteria umum yang mempengaruhi drainase
didukung dengan data karateristik tanah. Untuk berwawasan lingkungan antara lain :
pekerjaan struktur beton disesuaikan pada SNI 03- 1) Kebijakan pemerintah kota tentang
keharusan penerapan drainase kawasan dan

14
Jurnal Permukiman Vol. 9 No. 1 April 2014 : 1-16

kota berwawasan lingkungan, dan muka tanah dengan paving /grass block,
dituangkan dalam Perda RTRW Kota atau biopori dan saluran porous atau tanah asli.
peraturan lainnya. 3) Subsistem pemanfaatkan air hujan
2) Master plan drainase kawasan atau kota menggunakan PAH, instalasi air minum air
tercantum ketentuan-ketentuan penerapan hujan dan sebagainya.
drainase berwawasan lingkungan oleh 4) Subsistem pengaliran kelebihan air dengan
pemerintah, swasta dan masyarakat. saluran primer, sekunder, tersier dan serta
3) Skala wilayah layanan, terdiri atas skala perlengkapan drainase yang lain.
individual (lahan pekarangan dan taman) 4. Perlu dibentuk dan didukung dengan :
dan skala kawasan dengan luas ± 10 Ha per 1) Lembaga pengelola dari unsur pemerintah
unit layanan drainase kawasan. pusat dan daerah, Dinas Sumber Daya Air,
4) Persetujuan site plan dan sertifikat IMB swasta dan masyarakat.
untuk pengembangan kawasan perkotaan 2) SDM yang baik, prosedur operasi dan
akan diterbitkan oleh pemerintah kota, perawatan serta peralatan yang baik.
apabila pengembang sanggup membangun 3) Biaya konstruksi dan biaya OP dari APBN,
minimal 1 (satu) tampungan dan sejumlah APBD, CSR (swasta) dan masyarakat.
sumur resapan, yang mencukupi untuk
kendali genangan air/banjir dan recharge Saran
air tanah, pengawasan pelaksanaan fisik Penerapan drainase berwawasan lingkungan
bangunan dan koefisien dasar bangunan disarankan agar memperhatikan :
(KDB). 1. Master plan pengelolaan sungai, rawa dan
2. Kriteria teknis terdiri atas 3 (tiga) parameter pantai,
penentu, 20 (dua puluh) elemen penentu dan 2. Master plan pengelolaan air limbah dan master
56 (lima puluh enam) kriteria penentu. plan pengelolaan sampah dan terintegrasi satu
Kriteria teknis yang mempengaruhi penerapan sama lain.
drainase kawasan permukiman atau drainase 3. Ukuran layanan skala kawasan sekitar 10 Ha per
kota berwawasan lingkungan antara lain : kawasan per paket sistem drainase kawasan
1) Karaterisktik geologis lokasi, yaitu daya berwawasan lingkungan.
permeabilitas dan daya dukung tanah. 4. Skala individual dan skala kawasan saling
2) Karaterisktik geohidrologis kawasan, yaitu terintegrasi satu dengan yang lain.
kedalaman muka air tanah dangkal.
3) Koefisien pengaliran berdasarkan peta tata UCAPAN TERIMA KASIH
guna tanah lahan (kawasan) sekarang dan Kepada Pusat Litbang Permukiman disampaikan
mendatang, termasuk diakibatkan oleh jenis ucapan terima kasih atas upaya menciptakan
dan luas bangunan (kavling dan atap program dan kegiatan litbang drainase
bangunan). berwawasan lingkungan sejak tahun 2011 – 2013.
4) Analisis data hidrologi (intensitas hujan
maksimum dan rata-rata kawasan serta DAFTAR PUSTAKA
evapotranspirasi.
BAPPENAS. 2010. PERPRES RI Nomor 5 Tahun
5) Topografi dan kemiringan lahan kawasan
2010 tentang RPJMN 2010 – 2014.
permukiman.
Diperbanyak oleh BAPPENAS, 2010.
6) Badan air penerima dan muka air pasang
Dit. PLP, Ditjen Cipta Karya, Kementerian
surut maksimum dan rata-rata.
Pekerjaan Umum. 2011. Kebijakan Drainase
7) Analisis hidrolika bangunan air pada
Kota Kementerian PU saat ini dan yang akan
subsistem tampungan, resapan, manfaat air
datang. Bahan tayang Distek Penyusunan
hujan dan aliran (TRMA) hujan kelebihan air
Kriteria Teknis Desain Subrservoir Air Hujan
hujan.
pada RTH Perkotaan, Hotel Mason Pine. Kota
3. Perlu didukung dengan subsistem tampungan,
Baru Parahyangan. Kabupaten Bandung, 28
resapan, manfaat dan aliran (TRMA) sisa
September 2011.
limpasan keluar. Infrastruktur yang diperlukan
Dit. PLP, Ditjen Cipta Karya, Kementerian
antara lain :
Pekerjaan Umum. 2012. Panduan Pengelolaan
1) Subsistem tampungan menggunakan
Terpadu Drainase Perkotaan Berwawasan
subreservoir air hujan, kolam retensi, kolam
Lingkungan. Bahan diskusi. Jakarta 2012.
detensi (bouzem), polder, pompa dan pintu
Kamiana, I Made. 2011. Teknik Perhitungan Debit
air dan lain-lain.
Rencana Bangunan Air. Cetakan Pertama.
2) Subsistem resapan menggunakan sumur dan
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011.
parit resapan air hujan, bioretensi, swale,
rumput, taman dan hutan kota, perkerasan

15
Kriteria Desain Drainase … (Sarbidi)

Mangkoediharjo, Sarwoko. 2011. Drainase SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur
Berkelanjutan (Sustainable Urban Drainage)- Beton untuk Bangunan Gedung. Badan Standar
Ver-2-Adobe Reader. Nasional.
Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008, Penyediaan Sarbidi.(2012. Kajian Subreservoir Air Hujan pada
dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Ruang Terbuka Hijau Dalam Mereduksi
Pusat Litbang Permukiman. 2011. Penyusunan Genangan Air (Banjir). Jurnal Permukiman
Kriteria Teknis Desain Subreservoar Air Hujan Vol. 7 No. 3 November 2012. ISSN: 1907-4352.
pada RTH untuk Drainase Berwawasan Sarbidi. 2013. Kriteria Teknis Desain Drainase
Lingkungan. Laporan Akhir. Desember 2011. Ramah Lingkungan Kawasan Permukiman
Pusat Litbang Permukiman. 2012. Pengembangan Kota. Makalah-1. Prosiding Kolokium 2013.
Sistem Drainase Permukiman Perkotaan Pusat Litbang Permukiman. Kementerian
Ramah Lingkungan. Laporan Akhir. Desember Pekerjaan Umum.
2012. Sarbidi, Edi Nur. 2012. Pengembangan Sistem
Pusat Litbang Permukiman. 2013. Penerapan Drainase Permukiman Perkotaan Ramah
Sistem Drainase dan Sanitasi Lingkungan. Lingkungan. Laporan Kajian Lapangan Kota
Laporan Akhir. Desember 2013. Balikpapan.
Sosrodarsono, Suyono, Kensaku Takeda. 1993. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Hidrologi untuk Pengairan. Cetakan ke-7. Sumber Daya Air.
Penerbit PT. Pradnya Paramita. Jakarta 1993. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Tata Ruang.
Perencanaan Bangunan Air. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang
SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaan Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Drainase Perkotaan. Badan Standar Nasional. .............. 2011. Tata Cara Penyusunan Rencana Induk
SNI 03–2453–2002, Tata Cara Perencanaan Teknik Sistem Drainase Perkotaan. Buku Jilid IA. Dit.
Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan PLP, Ditjen Cipta Karya, Kementerian
Pekarangan. Badan Standar Nasional. Pekerjaan Umum.
SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan .............. 2007. Buku Panduan Penyehatan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Badan Lingkungan Permukiman. RPIJM. Ditjen Cipta
Standar Nasional. Karya, Departemen Pekerjaan Umum.

16

Anda mungkin juga menyukai