DRAINASE
2018520143
KELAS (A)
FAKULTAS TEKNIK
2021
ROMINSEN BILI
2018520143
BAB 1
PENDAHULUAN
Drainase yang berasal dari bahasa Inggris drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk
menangani persoalan kelebihan air-air yang berada di atas permukaan tanah. Kelebihan air
dapat disebabkan itensitas hujan yang tinggi atau akibat akibat durasi hujan yang lama. Secara
umum drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan
air yang berlebihan pada suatu kawasan.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa
merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong dibawah tanah. Drainase
berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Fungsi drainase secara
umum yaitu, sebagai berikut:
1. untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
2. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek,
genangan air/banjir.
5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir Saluran
drainase sebagai bangunan fisik untuk mengalirkan air nantinya, adapun
1. Trapesium
Saluran Trapesium berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit
yang besar. Bentuk saluran ini dapat digunakan pada kawasan yang masih cukup tersedia lahan.
ROMINSEN BILI
2018520143
Dengan dilakukan pengukuran terhadap dimensi saluran, yaitu lebar dasar saluran (b), lebar atas
saluran (B), kemiringan sisi saluran (m), tinggi jagaan (f), tinggi basah saluran (h) dan kemiringan
saluran (S). Dengan diketahui lebar dasar saluran dan tinggi basah saluran di atas, maka diperoleh
luas penampang basah saluran (A), keliling basah saluran (P) dan jari-jari hidrolis (R). Berikut adalah
persamaannya:
A —— (b m . h1 . h
P — b + 2h m2 + 1 A
2. Persegi
ROMINSEN BILI
2018520143
2) Sistem jaringan drainase perkotaan.
3) Analisis kekuatan konstruksi bangunan air sistem drainase perkotaan.
4) Nota perhitungan.
S) Gambar detail bangunan air,
6) Spesifikasi teknis sarana dan Prasarana Drainase perkotaan.
7) Volume pekerjaan sipil.
6) Mechanical electrical, bila diperlukan.
7) Perkiraan biaya pembangunan sistem drainase perkotaan.
8) Dokumen pengadaan prasarana dan Sarana Drainase perkotaan.
9) etode Pelaksanaan Konstruksi.
10) Manual Operasi dan Pemeliharaan.
ROMINSEN BILI
2018520143
ROMINSEN BILI
2018520143
ROMINSEN BILI
2018520143
BAB 2
PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN
1. Data spasial
Adalah data dasar yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan drainaseperkotaan, meliputi:
a. Data peta berskala antara 1:5.000 sampai dengan 1:25.000 atau disesuaikan dengan
tipologi kota yang terdiri dari:
4) Peta topografi.
2) Laju pertumbuhan.
c. Data rencana pengembangan kota, data geoteknik, data foto udara terbaru(untuk kota
metropolitan).
2. Data hidrologi
b. Data tinggi muka air, debit sungai, pengaruh air balik, peil banjir, dan data pasang surut.
ROMINSEN BILI
2018520143
2) Data saluran dan bangunan pelengkap. Data sarana drainase lainnya seperti kolam
tandon, kolam resapan, sumur- sumur resapan.
d. Data Hidrolika
1) Data keadaan, fungsi, jenis, geometri dan dimensi saluran, dan bangunan
pelengkap seperti gorong-gorong, pompa, dan pintu air, serta kolam tandon
dan kolam resapan
2) Data arah aliran dan kemampuan resapan.
3. Data teknik lainnya
Data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan antara
lain: jaringan jalan kota, jaringan drainase, jaringan air limbah, TPS (Tempat
Pengolahan Sampah Sementara), TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), jaringan telepon,
jaringan listrik, jaringan pipa air minum, jaringan gas (jika ada) dan jaringan utilitas
lainnya.
a. Data non teknik
Data pembiayaan termasuk biaya OP, peraturan-peraturan terkait, data
institusi/kelembagaan, data sosial ekonomi dan budaya (kearifan lokal),
dataperan serta masyarakat serta data keadaan kesehatan lingkungan
permukiman.
2.2 Analisis Hujan
1. Pengisian Data Hujan yang Hilang
Perkiraan pengisian data hujan diperlukan untuk melengkapi data hujan yang
hilang akibat kesalahan dalam pengamatan stasiun hujan, kerusakan alat dan
kesalahan dalam pencatatan data untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat.
Pengisian data hujan yang hilang dapat dilakukan dengan metode berikut:
a. Metode Perbandingan Normal
PA p N py N P3 + N pp
] j
+ A + A A
Dengan
ROMINSEN BILI
2018520143
N1, N2, N3, ..N = jumlah hujan tahunan stasiun yang berdekatan.
b. Reciprokal Method
A
' 1
1
Dengan
Px = curah hujan pada stasiun X.
a, b, c = jarak stasiun X ke tiap stasiun hujan A,B, C, ... N.
PA, PB, PC,..Pn = jumlah hujan pada stasiun yang mengelilingi stasiun A,B,C,..n
2.2.1. Analisis Hujan Rancangan Metode Log Pearson Tipe III
Periode ulang adalah terminologi yang sering digunakan dalam bidang sumberdaya air,
yang kadang dipahami secara berbeda oleh berbagai pihak. Definisi fundamental dari
hidrologi statistik mengenai “Periode Ulang” (Haan, 1977): “Periode Ulang adalah rerata
selang waktu terjadinya suatu kejadian dengan suatu besaran tertentu atau lebih
besar”.
Curah hujan rancangan adalah curah harian maksimum yang mungkin terjadi dalam
periode waktu tertentu misal 5 tahunan, 10 tahunan dan seterusnya. Setelah diketahui
tinggi curah hujan harian maksimum dari data hujan yang diperoleh, maka dengan
menggunakan metode ini dapat dihitung besarnya hujan rancangan yang terjadi dengan
periode ulang T tahun.
Uji kesesuaian distribusi Untuk mengetahui apakah sebaran data sesuai dengan jenis
sebaran teoritis yang dipilih, maka setelah penggambaran pada kertas probabilitas
perlu dilakukan pengujian lebih lanjut. Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil
transformasi dari distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan
Łog X, = L0g X + (G x Ç )
data menjadi nilai logaritmik. Persamaan distribusi Log Pearson
Tipe III dapat ditulis sebagai berikut: Dimana:
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
= Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
(S) = Standar deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
Pesamaan yang digunakan adalah:
Nilai rerata:
Standar Deviasi:
Cs = Koefisien Kepencengan
ROMINSEN BILI
2018520143
n. ógX -logo )'
1 (n 2
Ck = Koefisien kurtosis
•'z(w—'vl'
N(n )n)S
Dimana:
Uji ini mengkaji ukuran perbedaan yang terdapat di antara frekuensi yang diobservasi
dengan yang diharapkan dan digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal, yang
ditentukan dengan persamaan:
Dimana:
Keterangan:
Dk = Derajat kebebasan
ROMINSEN BILI
2018520143
P = Parameter yang terikat dalam agihan frekuensi
K = Jumlah kelas distribusi
= 1 + (3.322 . log n)
Uji kesesuaian ini digunakan untuk menguji simpangan secara horisontal. Uji
kecocokan Smirnov Kolmogorof, sering disebut juga uji kecocokan non parametrik,
karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Uji ini digunakan
untuk menguji simpangan/selisih terbesar antara peluang pengamatan (empiris)
dengan peluang teoritis. Uji ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Hitung nilai selisih maksimum antara distribusi teoritis dan distribusi empiris
dengan persamaan
Dimana:
Membandingkan nilai Acr dan Amaks dengan ketentuan apabila: Acr >
Amaks maka distribusi tidak diterima.
Dimana:
ROMINSEN BILI
2018520143
at
Perkerasan
Asî›al dan Delon Dafu bata. pavırq O,7D - 09s O,5D - 0 10
A1ap 0,70 — 0 95
rJalaman. lana h beraf
Dalar 2%
C uram 7%
Halaman kerera apı
Taman empat I>=rmaın
Taman, ç•ekub uran U,1U — U ûi5
Hufan
Dalar. Q — 5% OLD - 0@O
Tw•ah
DergelornDang. 5 — 1Q% 0,29-0s0
DerbuluL 1Q — 30"A O,3D-060
ROMINSEN BILI
2018520143
Tabel 2.1 Nilai koefìsien limpasan yang digunakan dalam pehitungan
0 50 — 70 2528 @ Ha
t Jutsn lf.
(Ü
• Pcnonicn lf.l
l
Î-teMn1ÇM1an lf.
dl
” »/ tanaman lf.GI
Y
Sıınıbcr : Has sin3, t 1995) dalam
Sılrip in (2 X2)
Tabel 2.3 Nilai koefisien limpasan Metode Hassing
2.3.4. Metode United States Forest Service
Koefisien limpasan ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan beberapa jenis
penggunaan lahan dengan sedikit mempertimbangkan kondisi topografi, tanah, dan
vegetasi penutup. Masing-masing jenis penggunaan lahan memiliki rentang nilai
koefisien limpasan seperti yang terdapat pada tabel Tabel 2.4.
ROMINSEN BILI
2018520143
Fin,'i,lrML-‹tx ir,3-iJ NJ
a. Metode Cook
Koefisien limpasan diperoleh melalui penggabungan beberapa karakteristik fisik DAS yang
terdiri dari topografi, infiltrasi tanah, vegetasi dan simpanan permukaan. Masingmasing
karakteristik fisik memiliki klasifikasi dengan bobot yang berbeda seperti yang terdapat
pada Tabel 3. Apabila masing-masing parameter terdiri dari beberapa klasifikasi maka
dilakukan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana :
C = koefisien limpasan
C1, 2, n = koefisien aliran parameter
A1, 2, n = luas parameter
b. Penentuan Parameter DAS
Beberapa parameter fisik DAS berperan dalam menentukan bentuk hidrograf satuan
selain karakteristik hujan. Parameter fisik DAS tersebut adalah luas DAS,
kemiringan, pola drainase, dan lain-lain. Parameter-parameter fisik DAS itulah yang
akan dipergunakan untuk menetapkan besarnya hidrograf satuan dari DAS yang
bersangkutan dengan metode hidrograf satuan sintetik (Slamet 2006). Keuntungan
dari penggunaan hidrograf satuan sintetik adalah bisa mensintesasikan hidrograf
dari DAS yang terukur dan menggunakannya untuk DAS yang tidak terukur.
ROMINSEN BILI
2018520143
Kelemahan dari hidrograf satuan sintetik adalah karena persamaan hidrograf satuan
sintetik dibuat secara empiris dengan data yang diperoleh pada tempat-tempat
lokal. Oleh karena itu, persamaan tersebut terbatas pada kawasan dengan kondisi
geografis yang serupa dengan kawasan dimana persamaan tersebut diperoleh
(Slamet 2006). Model-model hidrograf satuan sintetik yang telah dikembangkan
diantaranya adalah:
c. Model HSS Snyder
Snyder mengembangkan model dengan koefisien-koefisien empirik yang
menghubungkan unsur-unsur hidrograf satuan dengan karakteristik DAS. Hal tersebut
didasarkan pada pemikiran bahwa pengalihragaman hujan menjadi aliran baik pengaruh
translasi maupun tampungannya dapat dijelaskan dipengaruhi oleh sistem DAS-nya
(Siswoyo, 2011). Hidrograf satuan tersebut ditentukan dengan unsur yang antara lain Qp
(m³ /detik), Tb (jam), dan tp (jam) dan tr (jam). Unsur- unsur hidrograf tersebut
dihubungkan dengan:
A = luas DAS (km² )
L = panjang aliran sungai utama (km)
Lc = panjang sungai utama diukur dari tempat pengukuran (pelepasan) sampai
titik di sungai utama yang terdekat dengan titik berat DAS (km).
Apabila durasi hujan efektif tr tidak sama dengan durasi standar tD, maka:
Dimana:
tpR = waktu dari titik berat durasi hujan tr ke puncak hidrograf satuan
(jam)
Le = jarak antara titik kontrol ke titik yang terdekat dengan titik berat
DAS (km)
ROMINSEN BILI
2018520143
d. Model HSS Nakayasu
Perhitungan hidrograf satuan sintetis ini dikembangkan oleh Nakayasu.
Hidrograf satuan sintetik Nakayasu dikembangkan berdasarkan hasil pengamatan
dari hidrograf satuan alami yang berasal dari sejumlah besar DAS yang ada di
jepang. Mungkin karena sungai di Jepang relatif pendek dengan kemiringan
besar, time lag menjadi lebih kecil dan puncaknya relatif tajam (Natakusumah, 2014).
Tr O 0,5 tg sampai tg
Dimana:
ROMINSEN BILI
2018520143
Tp — peak time (jam)
Tg — time lag yaitu waktu terjadinya hujan sampai terjadinya debit puncak
(jam) Tr — satuan waktu curah hujan (jam)
L = panjang sungai
c) Debit Puncak untuk hujan efektif 1 mm pada daerah seluas A km2 Jika
harga waktu puncak dan waktu dasar diketahui, maka debit puncak
hidrograf satuan sintetis akibat tinggi hujan satu satun Re=l mm yang jatuh
selama durasi hujan satu satuan Tr=1 jam, dapat dihitung, sebagai berikut:
Dimana:
Qp = debit puncak banjir (m3 /det)
¿› - r_›, J"
Dimana:
Q(t) — limpasan sebelum mencari debit puncak (m3 )
t = waktu (jam)
• Pada waktu kurva turun
ROMINSEN BILI
2018520143
Selang nilai: Tp < t ž (Tp + T0.3)
ROMINSEN BILI
2018520143
T, - s7 413a T,' x "'”" s,›"’ ’“of :‹ "
Qp = debit puncak (dengan waktu pada debit puncak dianggap t=0), dalam
m3 /detik .
1) Data geometri
3) Data hidrolika
c. Setelah didapat data penampang melintang seperti elevasi banjir dan elevasi
ROMINSEN BILI
2018520143
tanggul, maka dapat diletahui apakah penampang tersebut mampu menampung
air
Dimana:
R = A/P
Q = .I .
Dimana:
a. Aliran steady.
b. Aliran yang uniform.
2.4.2 Perhitungan Penampang Saluran Ekonomis
Saluran terdiri dari saluran tertutup dan saluran terbuka. Saluran tertutup contohnya
saluran yang menggunakan pipa, dan saluran terbuka contohnya saluran air untuk drainase
kota. Menurut Triatmodjo B., (1993) saluran terbuka yang ekonomis adalah saluran yang
dapat mengalirkan debit yang besar dan keliling basah mininum. Bentuk saluran yang
demikian dapat diperoleh dari penampang berbentuk setengah lingkaran.
Saluran yang berpenampang dengan bentuk setengah lingkaran sangat sulit
ROMINSEN BILI
2018520143
B
(2) didapat:
, a-» , _
a. Saluran Segiempat
Perencanaan saluran dengan model segiempat banyak dipilih untuk talang jaringan irigasi di
daerah perkotaan besar. Penggunaan tebing yang tegak menjadikan model saluran ini
lebih dihindari dari saluran model trapesium. Hal ini disebabkan untuk membuat dinding
yang tegak memerlukan konstruksi yang kuat dan lebih mahal. Saluran dengan model
segiempat ini dipilih karena ada dua kelebihan yaitu memiliki nilai estetika dan cocok untuk
lahan yang terbatas.Untuk saluran segiempat dapat dihitung sebagai berikut:
ROMINSEN BILI
2018520143
Luas penampang basah:
Keliling basah:
Jari-jari hidraulis:
A_ U}'
Debit aliran akan maksimum apabila jari-jari hidraulis maksimum dan bila P nyaminimum maka
ROMINSEN BILI
2018520143
c. Perencanaan Saluran Stabil
Faktor utama yang berpengaruh pada perencanaan saluran adalah kecepatan dan
tegangan geser (shear stress). Dalam praktek, tegangan geser sangat susahditentukan.
Oleh karna itu, kecepatan diterima sebagai faktor yang paling penting dalam
perencanaan saluran yang stabil. Jika kecepatan maksimum telah dipilisedemikian
rupa, sehingga tidak terjadi gerusan (scouring) pada kondisi kecepatan sama atau lebih
kecil dari kecepatan maksimum, maka permasalahan di anggap teratasi.
Kecepatan Maksimum yang Diijinkan
Jika kecepatan rata-rata yang dipilih lebih kecil dari kecepatan maksimum yang
dijinkan,maka saluran dianggap stabil. Kebanyakan investigator dalam menentukan
kecepatan yang diijinkan dengan mengaitkan dengan tekstur tanah. Tekstur tanah
merupakan perrbandingan relatif dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu
massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi- fraksi liat, lempung dan pasir. Yang
tergolong material tanah adalah partikel mineral yang mempunyai diameter lebih kecil
dari 2 mm, atau lebih kecil dari kerikil tabel. Jadi, partikel tanah meliputi pasir, lempung
atau geluh, dan liat. Distribusi partikel tanah ditentukan dengan hygrometer untuk partikel
halus (liat). Tekstur tanah dikelompokkan kedalam 12 kelas tekstur menurut USDA
sebagaimana tertera pada Gambar 2.12 dibawah.
Tabel 2.5 Klasifìkasi Butir-butir Primer Tanah
Kelas Diameter
mm Phi
i 4
Vb 2 D9 p 1
Dimana :
D diameter butiran, mm
ROMINSEN BILI
2018520143
Vb kecepatan maksimum yang diijinkan pada dasar, ft/detik
Tabel 2.6 Kecepatan maksimum yang diiyinkan yang diwsulkan oleh Fortier dan
Scobey
(dalam Simon dan Senturk, 1992)
taranyadisajikan di bawah ini (dalam Simon dan Senturk, 1992).
Dimana :
3) Neill (1967)
er - 2,5 (
gD
Dimana :
4) Mirtskhulava, T.E.
og ) 4h )D
per
ROMINSEN BILI
2018520143
Dimana :
h—
0,5/s
dimana
ROMINSEN BILI
2018520143
Tabel 2.7 Kemiringan dinding saluran yang direkomendasikan oleh
USBR (dalam Kinori, 19701
Nilai
No. Tipe tanah
Kedalaman sampai Kedalaman saluran >
1,2 m 1,2 m
1 Turf 0
2 Lempung keras 0,5 1
Geluh kelempungan dan geluh
3 keliatan 1 1,5
Dimana:
R = jari-jari hidraulik
(m)Se = kemiringan energi
0,75Yh
ROMINSEN BILI
2018520143
0,75Y
0,97Yh
ROMINSEN BILI
2018520143
kecil tegangan geser yang terjadi. Tentu saja kemiringan dinding terbesar
tidak boleh melebihi sudut geser dalam (natural angle of repose) tanah
asli.
tidak kohesif yang menempel pada dinding saluran terdiri dari gaya geser
(gaya angkat dan gaya drag), dan berat partikel.
Gaya berat partikel Is dapat diuraikan menjadi dua komponen, yaitu normla
dan paralel dinding saluran. Komponen gaya paralel dinding Ws sin o
cenderung membawa partikel menggelinding ke bawah dan komponen
gaya normal Ws cos o menekan partikel ke dinding dan cenderung
mempertahankannya di tempat (Gambar 2.15). Gaya geser yang bekerja
ROMINSEN BILI
2018520143
pada partikel pada arah aliran adalah isa. Resultan dua gaya yang
membawa kecenderungan partikel terlepas adalah
Rs (W s sin a) 2
(10)
2
+ ( sa)
2
(W s sin a) + ( ' sa)2
Ws cos a tan ‹p
atau
Didasar saluran atau pada sembarang titik pada bidang horizontal di mana
o = 0, kita dapatkan persamaan berikut :
Ws
tan ‹p = phs
(15)
Nisbah antara tegangan geser pada dinding dan dasar saluran dinamakan
nisbahgaya tarik dengan persamaan berikut ini:
C
K ' +b
ROMINSEN BILI
2018520143
K — cos at(1 — ) 1(1 — )
tan ‹p sin ‹p
Mari kita uji tegangan geser per satuan panjang saluran dengan perimeter yang
mempunyai kurva menerus (Gambar 2.16). Gaya tarik, Ft, yang ditimbulkan oleh air
setinggi h, selebar dx dengan panjang 1 adalah:
Ft = YySdx
Gaya ini bekerja pada bidang luasan berikut:
cdx’ + dy‘
/ dy2-]-dy2(18) = y y cos a
aan
/(1 hs
tan ‹p
aan
/(1 hs
tan ‹p
Dengan menyusun kembali persamaan (19), kita hasilkan persamaan lengkung:
tan
tan tan
tan ‹p tan ‹p
atau
(20)
tan
*)
y = h cos a
h
(21)
Dimana:
ROMINSEN BILI
2018520143
$ sudut geser dalam alamiah
ROMINSEN BILI
2018520143