Anda di halaman 1dari 51

PERHITUNGAN BATANG TEKAN DAN

BATANG TARIK PADA STRUKTUR


BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN
METODE LRFD

Oleh : DIANA NINGRUM , SPd,. MT


Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
KONSEP LRFD UNTUK DESAIN BAJA
 Dua Filosofi yang sering digunakan dalam
perencanaan berdasarkan kekuatan ijin (Allowable
Strength Design/ASD) dan perencanaan kondisi batas
/ limit states design (Load and Resistance Factor
Design/LRFD).
 Metode ASD dalam perencanaan struktur baja telah
digunakan dalam kurung waktu kurang lebih 100
tahun. Dan dalam waktu 20 tahun terakhir prinsip
perencanaan struktur baja mulai beralih ke konsep
LRFD yang jauh lebih rasional dengan berdasarkan
pada konsep probabilitas
 Pada SNI 2015, metode LRF diistilahkan sebagai
Desain Faktor Beban dan Ketahanan (DFBK)
Sedangkan metode ASD diistilahkan sebagai Desain
Kekuatan Ijin (DKI).
STRUKTUR TEKAN (KOLOM)
 Struktur tekan adalah bagian struktur yang
menerima gaya normal tekan.
 Beban yang cenderung membuat batang
bertambah pendek akan menghasilkan tegangan
tekan pada batang tersebut
 Struktur tekan terdapat pada bangunan-
bangunan
 Jembatan Rangka
 Rangka kuda-kuda atap
 Rangka menara
 Kolom pada portal bangunan gedung
STRUKTUR TEKAN (KOLOM)
 Perbedaan terpenting antara struktur tarik dan
tekan
 Pada struktur tarik, beban tarik membuat batang
tetap lurus pada sumbunya, sedangkan pada
struktur tekan, beban tekan cenderung membuat
batang tertekuk sehingga bahaya tekuk harus
diperhatikan.
 Pada struktur tarik, adanyan lubang-lubang baut
pada sambungan akan mengurangi luas penampang
yang memikul beban tarik tersebut, sedangkan pada
struktur tekan, baut dianggap mengisi lubang,
sehingga penampang penuh (bruto) yang memikul
beban tekan
PROFIL YANG BIASA DIPAKAI
KATEGORI PENAMPANG KOLOM
 Penampang Kompak (“Compact Section”) : b/t ≤ p
Penampang dapat mencapai tegangan plastis, sebelum
menekuk.
 Penampang tidak kompak (“Non Compact Section”) : p  b/t
≤ r
Penampang dapat mencapai tegangan leleh disebagian
tempat (belum seluruh penampang), sebelum menekuk.
 Penampang langsing (“Slender Compression Element”) : b/t
> r
Sangat tidak ekonomis untuk kolom, sehingga tidak boleh
dipakai sebagai kolom

“Untuk kolom, penampang harus memenuhi kategori


“compact” atau “non compact”  b/t ≤ r
NILAI BATAS R UNTUK BERBAGAI TIPE
PENAMPANG
NILAI BATAS R UNTUK BERBAGAI TIPE
PENAMPANG
NILAI BATAS R UNTUK BERBAGAI TIPE
PENAMPANG

Batas Kelangsingan komponen struktur tekan  < 200


KUAT TEKAN RENCANA

Nu ≤  N n
 Dimana
Nu = gaya normal tekan akibat beban berfaktor
Nn = kuat nominal tekan
 = faktor reduksi (0,85)
KUAT TEKAN RENCANA (SNI)

Nn = daya dukung nominal


Ag = luas penampang utuh
fcr = tegangan kritis penampang
fy = tegangan leleh material
KUAT TEKAN RENCANA (SNI)
Dengan besarnya  ditentukan oleh c, yaitu :

Untuk c ≤ 0,25   = 1  Kolom pendek

Untuk 0,25 < c < 1,2   =  Kolom menengah

Untuk c ≥ 1,2   = 1,25c2  Kolom panjang


KUAT TEKAN RENCANA (AISC)

Nn = daya dukung nominal


Ag = luas penampang utuh
fcr = tegangan kritis penampang
Untuk perumusan fcr ada 2 persamaan :

Untuk c ≤ 1,5

Untuk c > 1,5


ANGKA KELANGSINGAN

 Dimana
 = Angka kelangsingan
Lk = Panjang tekuk
i = jari-jari girasi
kc = faktor panjang tekuk
L = Panjang batang
 Panjang tekuk adalah jarak antara 2 “inflection point” (titik
dengan M = 0) pada sebuah batang tekan.
 Faktor panjang tekuk (kc) nilainya tergantung pada
tahanan rotasi dan tahanan translasi ujung-ujung batang
tekan.
 Nilai faktor panjang tekuk untuk tahanan ujung-ujung
batang “ideal” ditunjukkan pada gambar 3.1
GAMBAR 3.1
NILAI FAKTOR PANJANG TEKUK (KC)
UNTUK KOLOM PADA STRUKTUR PORTAL

 Untuk kolom pada struktur portal, faktor


panjang tekuknya (kc) dipengaruhi oleh nilai G
pada ujung-ujung kolom. Nilai G pada salah satu
ujung adalah ratio jumlah kekakuan semua
kolom terhadap jumlah kekakuan semua balok
yang bertemu di ujung tersebut yang ditulis
dengan rumus;
RUMUS MENCARI NILAI G
TAMBAHAN UNTUK NILAI G
 Untuk komponen struktur tekan yang dasarnya
tidak terhubungkan secara kaku pada pondasi (
contohnya tumpuan sendi), maka nilai G ≥ 10
 Untuk komponen struktur tekan yang dasarnya
terhubungkan secara kaku pada pondasi (
tumpuan jepit ), maka nilai G ≥ 1
TABEL NOMOGRAM
KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN

 Komponen struktur tekan dapat tersusun dari dua


atau lebih profil, yang disatukan dengan menggunakan
pelat kopel.
 Analisis kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu
bahan dan sumbu bebas bahan. Sumbu bahan adalah
sumbu yang memotong semua elemen komponen
struktur tersebut, sedangkan sumbu bebas bahan
adalah sumbu yang sama sekali tidak, atau hanya
memotong sebagian dari elemen komponen struktur
tersebut.
KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN
 Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x) dihitung dengan :
𝑘. 𝑙𝑥
𝜆𝑥 =
𝑖𝑥
 Dan pada arah sumbu bebas bahan harus dihitung kelangsingan ideal :
𝑚
𝜆𝑖𝑦 = 𝜆𝑦 2 + 𝜆𝑙2
2
𝑘. 𝑙𝑦
𝜆𝑦 =
𝑖𝑦
𝐿𝑙
𝜆𝑙 =
𝑖𝑚𝑖𝑛

 Dimana
Lx,Ly = Panjang komponen struktur tekan arah x dan arah y
k = Faktor Panjang tekuk
i = jari-jari girasi
m = konstantan yang besarnya ditentukan dalam peraturan
Ll = jarak antar pelat kopel pada arah komponen struktur tekan
KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN

 Pelat Kopel yang digunakan harus cukup kaku


sehingga memenuhi persamaan :
𝐼𝑝 𝐼𝑙
≥ 10
𝑎 𝐿𝑙
 Dimana
1
Ip = Momen inersia Pelat Kopel 𝐼𝑝 = 2 × 12 𝑡ℎ3
Il = Momen inersia minimum satu buah profil
a = jarak antar dua pusat titik berat elemen komponen
struktur
KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN

 Selain ketentuan tersebut diatas, untuk menjaga


kestabilan elemen-elemen penampang komponen
struktur tersusun, maka harga x, iy, dan l harus
memenuhi :
𝜆𝑥 ≥ 1,2𝜆𝑙
𝜆𝑖𝑦 ≥ 1,2𝜆𝑙
𝜆𝑖 ≤ 50
 Pelat kopel harus dihitung dengan menganggap bahwa
pada seluruh panjang komponen struktur tersusun
tersebut bekerja gaya lintang yang besarnya :
𝐷𝑢 = 0,02𝑁𝑢
STRUKTUR LENTUR (BALOK)
 Balok adalah bagian dari struktur bangunan
yang menerima beban tegak lurus () sumbu
memanjang batang (beban lateral  beban
lentur)
KUAT TEKAN RENCANA

Mu ≤  M n
 Dimana
Mu = Momen lentur berfaktor
Mn = kuat nominal penampang
 = faktor reduksi (0,90)
KUAT NOMINAL LENTUR PENAMPANG,
PENGARUH “TEKUK LOKAL”
ELEMEN LENTUR
Klasifikasi Kekompakan Elemen

Kompak Tidak Kompak Langsing

 <=  p  p <  <=  r  >r


170 370
Fy Fy  70

2550
Fy
Fy dalam MPa
Fy dalam ksi

1680
Fy
ELEMEN LENTUR

Profil Profil Profil


Kompak Tak Kompak Langsing

= Batas kelangsingan (Lihat tabel)


ELEMEN LENTUR
ZONE-ZONE TEKUK LOKAL PADA PENAMPANG ELEMEN LENTUR

Mn
Profil Mn =Profil
Mp = Zx fy  1.5 Profil
My
Kompak Tak-Kompak Langsing

Mp   p 
M n = M p  (M p  M r )  
   
 r p

2

Mn = M r  r 
Mr  f

p r (harga kelangsingan)
 Dimana :
Zx = Modulus penampang plastis sumbu x
fy = tegangan leleh baja
My = Sx . fy
Sx = Modulus penampang elastis sumbu x
Mr = Sx . ( fy – fr )
fr = Tegangan residu / tegangan sisa
70 MPa  penampang buatan pabrik
115 Mpa  penampang buatan di las
KUAT NOMINAL LENTUR PENAMPANG,
PENGARUH “TEKUK LATERAL”

q Z

(a) Balok Lentur


Z Y

(b) Tampak Samping


Y
X (d) Potongan Penampang

LTB
(c) Tampak Atas
KATEGORI PENAMPANG LENTUR MENURUT
JARAK LATERAL BRACINGNYA (PENAHAN
LATERAL)

 Bentang Pendek : LB < LP


 Bentang Menengah: LP ≤ LB ≤ LR

 Bentang Panjang : LB > LR

LB = Jarak antar tumpuan lateral/pengekang lateral


LP ,LR = batas minimum dan maksimum pengekang
lateral
ELEMEN LENTUR

Plastis
Tekuk Inelastis Tekuk Elastis
Sempurna
Lb

Lp Lr

Lb = Panjang elemen tak terkekang, jarak antar tumpuan


lateral
Lp, Lr = Batas elemen terkekang
ELEMEN LENTUR
ZONE-ZONE TEKUK LATERAL PADA PENAMPANG ELEMEN LENTUR

Mn
Plastik Mn = Tekuk
Mp = Zx fy  1.5Tekuk
My
Sempurna Inelastik Elastik
  L  Lp  
M n = C b M p  (M p  M r )  Lb   M p
Mp  L 
  r p 

2
Mr p p E 
M n = M cr = Cb EI y GJ +   I y I w
Lb  Lb 
(untuk profil baja WF dan kanal ganda)

Lp Lr Lb (panjang tak terkekang)


KATEGORI PENAMPANG LENTUR MENURUT
JARAK LATERAL BRACINGNYA (PENAHAN
LATERAL)

Dimana :
J = Konstanta Puntir Torsi
Iw = Konstanta Puntir Lengkung
G = Modulus geser = 80.000 Mpa
A = Luas penampang profil
Cb = Koefisien Momen Lentur

≤ 2,30

Dimana :
Mmax = harga absolute momen maksimum pada segmen
Tanpa pengaku lateral pada sebuah balok (LB)
MA = harga absolute dari momen pada ¼ LB
MB = harga absolute dari momen pada ½ LB
MC = harga absolute dari momen pada ¾ LB
KUAT GESER NOMINAL (VN)

Vu ≤  V n
 Dimana
Vu = Gaya geser berfaktor
Vn = kuat nominal geser penampang
 = faktor reduksi (0,90)

Kalau persyaratan ini dilampaui. Pelat badan diberi


tambahan pelat dikiri dan kanannya (double plates)
KUAT GESER NOMINAL (VN)
1. Plastis

2. Inelastis

3. Elastis

Dimana : Aw = d . tw
d = tinggi profil
KOMBINASI ELEMEN TEKAN DAN LENTUR
Nu
 0.2
 .N n (1)
Normal Dominan

Nu 8  M ux M uy 
 1 Nu
+ . +  0 .2
 .N n 9  b M nx b M ny   .N n
(2)
Momen Dominan

Nu  M ux M uy 
+ +  1
2. .N n  b M nx b M ny 
PERBEDAAN SNI 1729-2002 DAN SNI
1729-2015
 Untuk Desain Komponen Struktur untuk Tekan
 Pada kedua peraturan untuk menghitung kekuatan tekan
nominal (Nn) menggunakan rumus yang sama.
 Akan tetapi, pada perhitungan tegangan kritis (Fcr)
terdapat perubahan ketentuan dan faktor ketahanannya
(c) berbeda seperti yang terlihat dibawah ini :
PERBEDAAN SNI 1729-2002 DAN SNI
1729-2015
PERBEDAAN SNI 1729-2002 DAN SNI
1729-2015
PERBEDAAN SNI 1729-2002 DAN SNI
1729-2015
 Desain Komponen Struktur Untuk Lentur
 Untuk menghitung kekuatan lentur nominal (Mn), terdapat
perubahan ketentuan seperti yang terlihat di bawah ini :

 Pada kedua peraturan, factor ketahanan (b) yang


digunakan sama.
 Untuk perhitungan factor modifikasi tekuk torsi lateral
(Cb) pada komponen struktur simetris tunggal dan simetris
ganda, kedua peraturan menggunakan rumus yang sama
akan tetapi pada SNI 1729-2015 tidak ada lagi batasan
untuk hasil perhitungan Cb
DAFTAR PUSTAKA
 Badan Standar Nasional. 2002. Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1729-2002). Jakarta : Departemen Pekerjaan
Umum.
 Setiawan,A. 2008. Perencanaan Struktur Baja Dengan
Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002).
Jakarta:Erlangga.
 AISC. 2010. “Spefication for Structural Steel Building
(ANSI/AISC 360-10)”, American Institute of Stell
Construction, Chicago, Illinois, June 2010.

Anda mungkin juga menyukai