Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Struktur Beton Bertulang II ini merupakan kelanjutan dari perkuliahan


Struktur Beton Bertulang I. Berbeda dari bahan kuliah Struktur Beton
Bertulang I yang lebih menekankan pembahasan tentang perilaku elemen
balok beton bertulang, bahan kuliah Struktur Beton. Bertulang II ini lebih
menekankan pada elemen kolom Struktur Beton Bertulang.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang teknik sipil


saat ini yang begitu pesat, hal tersebut sangat membantu manusia dalam
melakukan analisis struktural yang rumit dan menggunakan waktu yang lama
menjadi analisis yang mudah dan cepat. Dalam mendesain bangunan seorang
perencana dituntut untuk mendesain suatu bangunan dengan kualitas yang
baik dengan biaya yang seefisien mungkin serta memenuhi fungsi dan
kebutuhan bangunan. Selain itu seorang perencana juga diharuskan untuk
memilih bahan bangunan yang tepat untuk perencanaannya.

Dalam perencanaan konstruksi saat ini dikenal dua bahan material yang
cukup populer dalam perencanaan konstruksi gedung bertingkat yaitu beton
dan baja. Struktur yang dihasilkan kedua material ini cukup baik, struktur ini
memiliki struktur yang stabil, cukup kuat, mampu layan, awet serta
memberikan kemudahan dalam pelaksanaan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dari rangkuman mata kuliah Struktur Beton II adalah:


1. Apa itu desain braket dan korbel?
2. Apa yang diketahui mengenai kolom langsing, desain kolom bergoyang
dan kolom tidak bergoyang?
3. Apa itu konsep desain sistem rangka pemikul momen?
1.3. Tujuan

Tujuan dari rangkuman ini adalah:


1. Untuk mempelajari materi tentang desain braket dan korbel.
2. Untuk mempelajari materi kolom langsing, desain kolom bergoyang
dan kolom tak bergoyang.
3. Unutk mempelajari mengenai konsep desain sistem rangka pemikul
momen.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah SI-3212
Struktur Beton II.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsol Pendek atau Bracket dan Corbel


Konsol pendek adalah kantilever yang mempunyai rasio bantang geser (a)
terhadap tinggi efektif (d) ≤ 1 atau a/d ≤ 1. Konsol pendek cenderung bekerja
seperti rangka batang sederhana (simple truss), dengan membentuk ‘bentang’
tekan dan tari katau seperti balok tinggi, jadi berbeda dengan struktur
kantilever biasa (struktur lentur dengan geser lentur)

Struktur kantilever dengan beban P yang berada di dekat tumpuan jepit


sehingga a/d < 1 akan berprilaku sebagai konsol pendek jika beban P lebih
dominan disbanding berat sendiri (q).

Geometric Konsol Pendek :


Tinggi konsol pendek pada tepi luar daerah tumpuan tidak boleh kurang dari
d/2. Konsol pendek boleh dibebani atau harus diperhitungkan terhadap gaya
tarik horizontal Nuc sebesar : 0,2*Vu < Nuc < Vu
Penampang pada muka tumpuan harus direncanakan untuk memikul xecara
bersamaan suatu geser Vu, suatu momen Vua + Nuc (h-d), dan suatu gaya
tarik horizontal Nuc
Factor reduksi ϕ = 0,75

Aksi Struktur Konsol Pendek


Konsol pendek akan beraksi seperti simple truss dengan gaya desak pada
strut dan gaya tarik pada tie. Konsol pendek tersebut dapat gagal oleh :
- Retak sepanjang bidang kontak setara kolom dan konsol
- Lelhnya baja tarik (tie)
- Kehancuran desak pada strut
- Kegagalan tumpu secara local atau geser di bawah bearing plate

Geser Friksi
Geser friksi adalah geser yang arah retaknya disalurkan melalui bidang-
bidang tertentu, seperti : bidang kontak antara bahan-bahan yang berlainan
atau bidang kontak antara dua beton yang dicor pada waktu yang berbeda.
Keadaan ini dapat terjadi pada konsol pendek.
Persayaratan ϕ*Vn > Vu harus terpenuhi
- Jika tulangan geser friksi dipasang tegak lurus arah retak :
Vn = Avf * fy *µ
- Untuk tulanan geser friksi yang membentuk sudut :
Vn = Avf * fy *( µ * sin αf + cos αf )
- Nilai Vn dibatasi maksimum. 0,2 * fc’ * Ac dan 5,5 * Ac (dalam N), dengan
Ac = luas penampang beton yang menahan geser ( Ac = bw * d ), dalam mm2
Koefisien Friksi µ :

Dengan λ = 1,0 untuk beton normal, 0,85 untuk beton ringan-pasir dan, 0,75
untuk beton ringan-total. Jika dilakukan penggantian pasir secara persial
makan nilai λ bias didapatkan dengan menggunkana interpolasi linier dari
kedua harga tersebut di atas.

Penulangan Konsol Pendek :


1. Tulangan tarik (As)
Tulangan Af untuk menahan momen lentur :
Mu = Vu * a + Nuc * (h-d)
Dan tulangan An pada posisi sama denagn Af untuk menahan beban tarik Nuc
sehingga :
𝑵𝒖𝒄
𝑨𝒏 =
(𝝓 ∗ 𝒇𝒚 )
dengan Nuc > 0,2 * Vu
jadi tulangan tarik total :
𝑨𝒔 = 𝑨𝒇 + 𝑨𝒏
Dan dibatasi minimum
𝟐 𝒇𝒄 ′
∗ 𝑨𝒇 + 𝑨𝒏 atau 𝟎, 𝟎𝟒 ∗ 𝒃𝒘 ∗ 𝒅 ∗ ( )
𝟑 𝒇𝒚
2. Tulangan Sengkang tertutup (Ah)
Ah disyaratkan > 0,5 * (As – An)
Sengkang ini dipasang pada daerah 2/3 * d bersebelahan dan sejajar dengan
tulangan As

Pada permukaan unjung konsol pendek, tulangan As harus diangkur dengan


1. Tulangan yang dipasang tegak lurus padanya (diameter sama atau lebih besar)
dan dilas dengan kekuatan las sama dengan kekuatan tulangan sebanyak As.
2. Menekuk tulangan tari As sebesar 180°.
3. Cara lain yang memberikan pengangkuran yang baik.
2.2. Materi Kolom Langsing, Desain Kolom Bergoyang dan Kolom Tak
Bergoyang
A. Kolom Langsing
Apabila angka kelangsingan kolom melebihi batas untuk kolom pendek maka
kolom tersebut akan mengalami tekuk sebelum mencapai batas limit
kegagalan material. Kolom tersebut adalah jenis kolom langing yang
mengalami momen tambahan akibat efek PΔ dimana P adalah beban aksial
dan Δ adalah defleksi akibat kolom tertekuk pada penampang yang ditinjau.
1. Besarnya k dapat dihitung dengan persamaan-persamaan dari peraturan ACI
(E.G Nawy., 1998) antara lain :
- Batas atas terfaktor panajng efektif untuk batang tekan terpengaku diambil
dari nilai terkecil antara persamaan berikut
𝒌 = 𝟎, 𝟕 + 𝟎, 𝟎𝟓(𝝍𝑨 + 𝝍𝑩 ) ≤ 𝟏, 𝟎
𝒌 = 𝟎, 𝟖𝟓 + 𝟎, 𝟎𝟓 𝝍𝒎𝒊𝒏 ≤ 𝟏, 𝟎
Dimana 𝝍𝑨 dan 𝝍𝑩 adalah 𝜓 pada ujung kolom dan 𝝍𝒎𝒊𝒏 adalah yang
terkecil dari kedua harga tersebut
𝑬𝑰
𝚺(
) 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
𝑰𝒖
𝝍=
𝑬𝑰
𝚺 ( 𝑰 ) 𝒃𝒂𝒍𝒐𝒌
𝒖

- Batas atas factor Panjang efektif untuk batang tekan tenpa pangaku yang
tertahan pada kedua unjungnya diambil sebesar :
Untuk 𝜓m < 2
𝟐𝟎 − 𝝍𝒎
𝐤= √𝟏 + 𝝍𝒎
𝟐𝟎
Untuk 𝜓m ≥ 2
𝒌 = 𝟎, 𝟗√𝟏 + 𝝍𝒎
Dimana 𝜓m adalah harga 𝜓 rata-rata dari kedua ujung batang tertekan trsebut
- Batas atas factor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang
kedua ujungnya sendi diambil sebesar
𝒌 = 𝟐, 𝟎 + 𝟎, 𝟑 𝝍
2. Pengaruh kelangsingan
SNI (1991) mensyaratkan pengaruh kelangsingan boleh diabaikan apabila
- Untuk komponen struktur takan yang ditahan terhadap goyangan kesamping.
𝒌𝑰𝒖 𝑴𝟏𝒃
≤ 𝟑, 𝟒 − 𝟏𝟐
𝒓 𝑴𝟐𝒃
- Untuk komponen struktur tekan yang tidak ditahan terhadap goyang
kesamping
𝒌𝑰𝒖
≤ 𝟐𝟐
𝒓
M1b dan M2b adalah momen pada ujung-ujung yang berlawanan pada kolom
dengan M2b adalah momen yang lebih besar dan M1b adalah momen yang
lebih kecil.
3. Metode pembesaran momen
Pembesaran momen bergantung pada kelangsingan batang, desain
panampang dan kekuatan seluruh rangka portal bergoyang. Komponen
struktur tekan harus direncanakan menggunakan beban aksial terfaktor dan
momen terfaktor yang diperbesar.
𝑴𝒔
𝜹𝒔 𝑴𝒔 =
𝚺𝒑𝒖
𝟏−
𝟎, 𝟕𝟓𝚺𝒑𝒄
Dengan
𝝅𝟐 𝑬𝑰
𝑷𝒄 =
(𝒌𝑰𝒖 )𝟐
𝟎, 𝟒𝑬𝒄 𝑰𝒈
𝑬𝑰 =
𝟏 + 𝜷𝒅
𝑬𝒄 = (𝑾𝒄 )𝟏,𝟓 𝟎, 𝟎𝟒𝟑√𝒇′𝒄
𝒎𝒐𝒎𝒆𝒏 𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂
𝜷𝒅 = ≤𝟏
𝒎𝒐𝒎𝒆𝒏 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏
Dimana 𝚺𝒑𝒖 adalah beban vertical terfaktor pada suatu tingkat dan 𝚺𝒑𝒄 adalah
kapasitas tekan total kolom-kolom pada suatu tingkat.
4. Kuat geser
a. Perencanaan kolom lurus
Mempertimbangkan gaya geser yang bekerja antara lain:
Komponen struktur yang menerima beban aksial tekan
𝑵𝒖 √𝒇′ 𝒄
𝑽𝒄 = (𝟏 + )( ) 𝒃𝒘 𝒅
𝟏𝟒𝑨𝒈 𝟔
𝑵
Dimana besaran 𝑨 𝒖 harus dalam Mpa.
𝒈

b. Kuat geser boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih rinci yaitu

𝑽𝒖 𝒅 𝒃 𝒘 𝒅
𝑽𝒗 = [√𝒇′ 𝒄 + 𝟏𝟐𝟎𝝆𝒘 ]
𝑴𝒖 𝟕

𝑽𝒖 𝒅
Dengan nilai Mm menggantikan Mu dan nilai boleh diambil lebih daripada
𝑴𝒖

1,0 dengan
(𝟒𝒉 − 𝒅)
𝑴𝒎 = 𝑴𝒖 − 𝑵𝒖
𝟖
Tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar dari pada

𝟎, 𝟑𝑵𝒖
𝑽𝒄 = 𝟎, 𝟑√𝒇′ 𝒄𝒃𝒘 𝒅 ∗ √𝟏 +
𝑨𝒈

Bila geser Vu lebih besar dari pada kuat geser ϕVc maka harus disediakan
tulangan geser
𝑨𝒔 𝒇𝒚 𝒅
𝑽𝒔 =
𝑺
Dimana
𝟕𝟓√𝒇′ 𝒄 𝒃𝒘 𝑺
𝑨𝒗 =
(𝟏𝟐𝟎𝟎) 𝒇𝒚
Tidak boleh kurang dari
𝟏𝒃𝒘 𝑺
𝟑 𝒇𝒚
Dengan bw dan S dalama (mm).
Kuat geser Vs tidak boleh diambil dari
𝟐 ′
√𝒇 𝒄 𝒃𝒘 𝒅
𝟑
𝟏
Jika 𝑽𝒔 > 𝟑 √𝒇′ 𝒄 𝒃𝒘 𝒃, maka spasi tulangan geser yang dipasang tegak lurus

terhadap sumbu aksial komponen struktur tidak boleh lebih dari d/2 atau 600
mm.
B. Desain kolom bergoyang
Direncanakan bakolom dengan ukuran 40/40 cm
f’c = 30 Mpa
fy = 320 MPa
Hasil perhitungan momen dari SAP 2000 V 14.1
Hasil momen diperoleh dari perhitungan portal 2, frame/batang no 71, akibat
beban kombinasi 3
(COMB3)

Dari hasil diatas diambil:


Pu = 524.724,60 N dari frame 71
Mu1 = 16.927,21 Nm = 16.927.210,00 dari frame 70
Mu2 = 290.230,86 Nm = 290.230.860,00 dari frame 70
a. Perhitungan kekakuan
Elastisitas beton (SNI 10.5)
𝑁
𝐸𝑐 = 4700 ∗ √𝑓 ′ 𝑐 = 4700 ∗ √30 = 25,742 𝑀𝑝𝑎 = 25,742
𝑚𝑚2
Inersia panampang utuh kolom
𝑏𝑥ℎ³ 400𝑥400³
𝐼𝑔 = = = 2.133.333.333 𝑚𝑚²
12 12
Panjang nominal kolom
𝐿𝑛 (𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚) = 5500 − (0,5𝑥400) = 5300 𝑚𝑚
Inersia penampang utuh balok → (balok 25/40)
𝑏𝑥ℎ3 250𝑥4003
𝐼𝑔 = = = 1.333.333.333 𝑚𝑚2
12 12
Panjang nominal kolom
𝐿𝑛 (𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) = 6000 − (0,5𝑥(400 + 400)) = 5600 𝑚𝑚
Momen akibat COMB 1 = 1,2 MD = 8,545 Nm
Momen akibat COMB 3 = 1,2 MD + 1,6 ML = 16,927 Nm
Jadi
1,2𝑀𝐷 8,545
𝛽𝑑 = = = 0,505
1,2𝑀𝐷 + 1,6𝑀𝐿 16,927
0,7𝐸𝑐 𝐼𝑔 0,7𝑥25,742𝑥2.133.333.333
𝐸𝐼𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = (1+𝛽 ) = (1+0,505)
= 2,55𝑥1013 N/mm2
𝑑

0,35𝐸𝑐 𝐼𝑔 0,35𝑥25,742𝑥2.133.333.333
𝐸𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = (1+𝛽𝑑 )
= (1+0,505)
= 7,98𝑥1013 N/mm2

b. Menentukan Panjang tekuk kolom


Dianggap portal bergoyang
Kolom bagian bawah → 𝜓B = 1 (karena perletakan ujung jepit)
Kolom bagian atas
Σ𝐸𝐼 2,55𝑥1013 2,55𝑥1013
𝐿𝑛 (𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚) ( )+( )
5300 5300
𝜓𝐴 = = = 6,79
Σ𝐸𝐼 7.98𝑥1013
𝐿𝑛 (𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) ( )
5600
𝜓𝐴 + 𝜓𝐵 6,76 + 1
𝜓𝑚 = = = 3,88
2 2
𝜓𝑚 > 2 → 𝑘 = 0,9𝑥√1 + 𝜓𝑚 = 0,9𝑥√1 + 3,88 = 1,99
Jadi Panjang tekuk kolom kc = k x Ln = 1,99 x 5300 = 10,547 mm
c. Cek terhadap faktor kelangsingan
Nilai r untuk balok adalah

d. Perhitungan pembesaran momen

e. Mencari rasio tulangan dengan diagram interaksi kolom


f. Penulangan kolom

Karena gaya geser pada frame no 70 (kolom) < gaya geser pada frame 68
(balok), maka tulangan geser/Sengkang yang dipakai untuk kolom sama
dengan yang di pakai [ada balok, yaitu D10-100 mm pada daerah tumpuan
dan pada daerah lapangan dipakai tulangan D10-175 mm.
2.3. Konsep Desain Sitem Rangka Pemikul Momen
A. SRPMB
B. SRPMM
C. SRPMK

A. SRPMB (Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa)


Sitstem Rangka Pemikul Momen Biasa merupakan sitem yang memiliki
deformasi inelastic dan tingkat daktalitas yang paling kecil tapi memiliki
kekuatan yang besar, oleh karena itu desain SRPMB dapat mengabaikan
persyaratan “strong column weak beam” yang dipakai untuk mendesain
struktur yang mengandalkan daktalitas yang tinggi. System ini masih jarang
digunakan untuk wilayah gempa yang besar namun efektif untuk wilayah
gempa yang kecil.
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur Gedung yang masuk pada
zona 1 dan zona 2 yaitu wilayah dengan tingkat kegempaan rendah
Factor Reduksi Gempa (R) = 3,5
Persyaratan SRPMB
Kombinasi pembebanan yang digunakan :
- U1 = 1,4 D
- U2 = 1,2 D + 1,6 L
- U3 = 1,2 D + 0,5 L ± E
- U4 = 0,9 D ± E
Dimana D adalah beban mati, L adalah beban hidup, dan E adalah beban
gempa
Komponen-komponen struktur direncanakan sesuai desain kapasitas (load
and resistance factor design) dimana pengaruh aksi terfaktor (Ru) tidak
boleh melebihi kuat nominal komponen (Rn) dengan factor reduksi (𝜙)
sesuai persamaan:
𝑅𝑢 ≥ 𝜙𝑅𝑛
Kecukupan kapasitas komponen belaok diperiksa terhadap persamaan
lentur dan geser
𝑀𝑢 𝑉𝑢
+ 0,625 ≤ 1,375
𝜙𝑀𝑛 𝜙𝑉𝑛
Dimana Mu dan Vu adalah momen dan gaya lintang ultimate, Mn dan Vn
adalah momen dan gaya lintang nominal penampang dan 𝜙 adalah factor
reduksi. Selanjutnya komponen kolom diperiksa terhadap persamaan
interaksi lentur dan gaya aksial
𝑁𝑢
Untuk < 0,2
(𝜙𝑁𝑛 )

𝑁𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ + ≤ 1,00
2𝜙𝑁𝑛 𝜙𝑏 𝑀𝑛𝑥 𝜙𝑏 𝑀𝑛𝑦
𝑁
Untuk (𝜙𝑁𝑢 ) ≥ 0,2
𝑛

𝑁𝑢 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ { + } ≤ 1,00
𝜙𝑁𝑛 9 𝜙𝑏 𝑀𝑛𝑥 𝜙𝑏 𝑀𝑛𝑦
Dimana Nu dan Nn adalah gaya aksial terfaktor dan kuat nominal penampang
terhadap gaya aksial, Mux dan Mny adalah momen lentur terfaktor terhadap
sumbu x dan y, Mnx dan Mny adalah kuat nominal penampang terhadap
sumbu x dan y, sedangkan 𝜙b adalah factor reduksi kuat lentur diambil =
0,90

B. SRPMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah)


Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah adalah suatu metode
perencanaan struktur sitem rangka pemikul momen yang menitik beratkan
kewaspadaannya terhadap kegagalan struktur akibat keruntuhan geser.
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur Gedung yang masuk pada
zona 3 dan zona 4 yaitu wilayah dengan tingkat kegempaan sedang
Faktor Reduksi Gempa (R) = 5,5

Persyaratan untuk sistem rangka pemikul momen menengah SRPMM


(SNI 03-2847-2002 pasal 23.10)
1. Kuat geser
Kuat geser rencana balok, koloom dan konstruksi pelat dua arah yang
memikul beban gempa tidak boleh kurang daripada :
 Jumlah gaya lintang yang timbul akibat termobilitasnya kuat lentur
nominal komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya
dan gaya lintang akibat beban gravitasi terfaktor
 Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban
rencana termasuk pengaruh beban gempa (E) dimana nilai E diambil
sebesar dua kali nilai yang ditentukan dalam perencanaan tahan
gempa

2. Balok
a. Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak
boleh lebih kecil dari sepertiga kuat lentur negatifnya pada muka
tersebut
b. Pada kedua ujung komponen struktur lentur tersebut harus dipasang
Sengkang sepanjang jarak dua kali tinggi komponen struktur diukur dari
muka perletakan kearah tengan bentang. Dengan jarak Sengkang
pertama tidak boleh kecil dari 50 mm dari muka perletakan.
Spasi maksimum Sengkang tidak boleh melebihi
 d/4
 delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil
 24 kali diameter Sengkang
 300 mm
c. Sengkang harus dipasang di sepanjang bentang balok dengan spasi tidak
melebihi d/2
3. Kolom
a. Spasi maksimum sengkat ikat yang dipasang pada rentang I0 dari muka
hubungan balok-kolom adalah S0.
Spasi S0 tersebut tidak boleh melebihi :
 Delapan kali diameter Sengkang ikat
 24 kali diameter Sengkang ikat
 Setengah dimensi penampang terkecil komponen struktur
 300 mm
Panjang I0 tidak boleh kurang dari niali terbesar berikut
 Seperenam tinggi bersih kolom
 Dimensi terbesar penampang kolom
 500 mm
b. Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 0,5 S0
dari muka hubungan balok-kolom
c. Tulangan hubungan balok-kolom harus memenuhi
Pada sambungan elemen portal ke kolom harus disediakan tulangan
lateral dengan luas tidak kurang dari

Dan dipasang didalam kolom sejauh tidak kurang dari tinggi bagian
sambungan
d. Spasi Sengkang ikat pada sembarang penampang kolom tidak boleh
melebihi Sg
C. SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus)
Adalah komponen struktur yang mampu memikul gaya akibat eban gempa
dan direncanakan untuk memikul lentur, komponen struktur tersebut juga
harus memenuhi syarat-syarat berikut :
 Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak boleh
melebihi 0,1 Ag f’c
 Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali
tinggi efektifnya
 Perbandingan antar lebar dan tinggi tidak boleh kurang dari 0,3
 Lebarnya tidak boleh kurang dari 250 mm dan lebih dari lebar
komponen struktur pendukung (diukur pada bidang tegak lurus terhadap
sumbu longitudinal komponen struktur lentur) ditambah jarak pada tiap
sisi komponen struktur pendukung yang tidak melebihi seperempat
tinggi komponen struktur lentur.
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur Gedung yang masuk pada
zona 5 dan zona 6 yaitu wilayah dengan tingkat kegempaan tinggi.
Faktor Reduksi Gempa (R) = 8,5

Persyaratan untuk system rangka pemikul momen khusus SRPMK


Komponen struktur lentur pada SRPMK (SNI 03-2847-2002 pasal
23.3)
1. Tulangan longitudinal
a. Tiap irisan penampang komponen struktur lentur
 sJumlah tulangan atas dan bawah tidak boleh kurang dari
√𝑓′𝑐
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 𝑏 𝑑
4𝑓𝑦 𝑤
 Tidak boleh kurang dari
1,4𝑏𝑤 𝑑
𝑓𝑦
 Rasio tulangan tidak boleh melebihi 0,025
 Sekurang-kurangnya harus ada dua batang tulangan atas dan
dua batang tulangan bawah yang dipasang secara menerus
b. Kuat lentur positif komponen strukutr pada muka kolom tidak boleh
lebih kecil dari setengah kuat lentur negatifnya pada muka tersebut.
Baik kuat lentur negative maupun kuat lentur positif pada setiap
penampang di sepanjang benatng tidak boleh kurang dari
seperempat kuat lentur terbesar yang disediakan pada kedua muka
kolom tersebut
c. Sambungan lawatan pada tulagan lentur hanya diizinkan jika ada
tulangan spiral atau Sengkang tertutup yang mengikat bagian
sambungan lewatan tersebut. Spasi Sengkang yang mengikat daerah
sambungan lewatan tidak melebihi d/4 atau 100 mm. sambungan
lewatan tidak boleh digunakan pada :
 Daerah hubungan balok kolom
 Daerah hingga jarak dua kali tinggi dari muka kolom
 Tempat-tempat yang berdasarkan ananlisis, memperlihatkan
kemungkinana terjadinya leleh lentur akibat perpindahan
lateral inelastic struktur rangka
2. Tulangan transversal
a. Senkang tertutup harus dipasang pada komponen struktur pada
daerah-daerah dibawah ini :
 Pada daerah hingga dua kali tinggi balok diukur dari muka
tumpuan kea rah tengah bentang, di kedua ujung komponen
struktur lentur
 Disepanjang daerah dua kali tinggi balok pada sisi dari suatu
penampang dimana leleh lentur diharapkan dapat terjadi
sehubungan dengan terjadinya deformasi inelastic struktur
rangka
b. Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak melebihi dari 50
mm dari muka tumpuan. Jarak maksimum antara Sengkang tertutup
tidak boleh melebihi ;
 d/4
 delapan kali diameter terkecil telangan memanjang
 24 kali diameter batang tulangan Sengkang tertututp
 300 mm
c. Pada daerah yang memerlukan Sengkang tertututp, tulangan
memanjang pada perimeter harus mempunyaki pendukung lateral
d. Pada daerah yang tidak memerlukan Sengkang tertutup, Sengkang
dengan kait gempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan
spasi tidak lebih dari d/2 di sepanjang bentang komponen struktur
e. Sengkang atau Sengkang ikat yang diperlukan untuk memikul geser
harus dipasang di sepanjang komponen struktur
f. Sengkang tertutup dalam komponen struktur lentur diperbolehkan
teridiri dari dua unit tulangan yaitu : sebuah Sengkang dengan kait
gempa pada kedua ujung dan ditutup oleh pengikat silang. Pada
pengikat silang yang berurutan yang mengikat tulangan memanjang
yang sama, kait 90 derajat harus dipasang secara berselang-seling.
Jika tulangan memanjang yang diberi pengikat silang dikekang oleh
pelat lantai hanya pada satu sisi saja maka kait 90 derajatnya harus
dipasang pada sisi yang dikekang.

Gambar 2.3. Contoh Sengkang tertutup yang dipasang bertumpuk


3. Persyaratan kuat geser
a. Gaya rencana
 Gaya geser rencana (Ve) harus ditentukan dari peninjauan
gata static pada bagian komponen struktur antara dua muka
tumpuan
 Momen dengan tanda berlawanan sehubungan dengan kuat
lentur maksimum, Mpr harus dianggap bekerja pada muka-
muka tumpuan, dan komponen tersebut dibebani beban
gravitasi terfaktor sepanjang bentang
b. Tulangan transversal
Tulangan transversal sepanjang daerah yang ditentukan harus
dirancang untuk memikul geser gempa dengan menganggap Vc = 0,
bila
 Gaya geser akibat gempa dihitung sesuai dengan gaya
rencana
 Gaya aksial tekan terfaktor, termasuk akibat gempa, lebih
kecil dari Ag f’c / 20

Gambar 2.4. Perencanaan geseruntuk balok-kolom


Komponen struktur yang menerima kombinasi lentur dan beban
kombinasi aksial pada SRPMK (SNI 03-2847-2002 pasal 23.4)
a. Kuat lentur minimum kolom
 Kuat lentur kolom hrus memenuhi
ΣMe adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok – kolom,
sehubungan dengan kuat lentur nominal beton yang merangka
pada hubungan balok-kolom tersebut.
ΣMg adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok – kolom,
sehubungan dengan kuat lentur nominal beton yang merangka
pada hubungan balok-kolom tersebut / pada konstruksi balok-T.
b. Tulangan memanjang
Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0,01 dan tidak boleh lebih dari
0,006
c. Tulangan transversal
 Rasio tulangan volumetric tulangan spiral atau Sengkang Cincin
tidak boleh kerrang dari

.
Dan tidak boleh kurang dari

Dengan fy kuat leleh tulangan spiral, dan tidak boleh diambil


lebih dari 400 Mpa
 Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh
kurang dari

 Tulangan transversal harus berupa Sengkang tunggal atau


tumpuk tulangan pengikat silang dengan diameter dan spasi
yang sama dengan diameter spasi Sengkang tertutup boleh
dipergunakan
 Bila tebal selimut beton di luar tulangan transversal
pengengkang melebihi 100 mm, tulangan transversal tambahan
perlu dipasang dengan spasi melebihi 300 mm. tebal selimut
diluar tulangan transversal tambahan tidak boleh melebihi 100
mm

Gambar 2.5. Contoh tulangan transversal pada kolom


 Tulangan transversal harus diletakkan dengan spasi tidak
melebihi daripada.
a) ¼ dari dimensi terkecil komponen struktur
b) 6 kali diametertulangan longitudinal
350−ℎ𝑥
c) 𝑆𝑥 = 100 + 3

Nilai Sx tidak perlu lebih besar daripada 150 mm dan tidak


perlu lebih kecil daripada 100 mm
 Tulangan pengikat silang tidak boleh dipasang dengan spasi
lebih daripada 350 mm dari sumbu-ke-sumbu dalam arah tegak
lurus sumbu komponen struktur
 Tulangan transversal harus dipasang disepanjang Io dari setiap
muka hubungan balok-kolom dan juga sepanjang Io pada kedua
sisi dari setiap penampang yang berpontensi membentuk leleh
lentur akibat deformasi lateral
a) Tinggi panampang komponen struktur pada muka hubungan
balok-kolom atau pada segmen yang berpotensi membentuk
leleh lentur
b) 1/6 benatng bersih komponen struktur
c) 500 mm
Hubungan balok kolom (SNI 03-2847-2002 pasal 23.5)
a. Ketentuan umum
 Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan
balok-kolom harus ditentukan dengan menganggap bahwa
tegangan pada tulangan Tarik lentur adalah 1,25 fy
 Kuat hubungan balok-kolom harus direncanakan menggunakan
factor reduksi kekuatan
 Tulangan longitudinalbalok yang berhenti pada suatu kolom
harus diteruskan hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom
terkekang
 Bila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati
hubungan balok-kolo, dimensi kolom dalam arah parallel
terhadap tulangan longitudinal balok tidak boleh kurang dari 20
kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok untuk beton
normal. Bila digunakan beton ringan maka dimensi tersebut
tidak boleh kurang dari 26 kali diameter tulangan longitudinal
terbesar balok
b. Tulangan transversal
 Tulangan berbentuk Sengkang tertutup harus dipasang dalam
daerah hubungna balok-kolom
 Pada hubungan balok-kolom dimana balok-balok dengan lebar
setidaknya sebesar ¾ lebar kolom
 Pada hubungan balok kolom, dengan balok yang lebih besar
daripada kolom tulangan transversal harus dipasang pada
hubungan tersebut
c. Kuat geser
1) Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil
lebih besar dari ketentuan berikut
 Untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat
sisinya
 Untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua
sisi yang berlawanan

 Untuk hubungan lainnya

 luas efektif hubungan balok-kolom Af ditunjukan pada 2.6.

Gambar 2.6. Luas efektif hubungan balok-kolom


2) untuk beton ringan, kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak
boleh diambil lebih besar dari ¾ nilai-nilai yang diberikan
d. Panjang penyaluran tulangan Tarik
1) Panjang penyaluran Idh untuk tulangan Tarik dengan kait standard
90° dalam beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil
daripada 8db, 150 mm dan nilai yang ditentukan oleh

Untuk diameter tulangan sebesar 10 mm hingga 36 mm


Untuk beton ringan, Panjang penyaluran tulangan Tarik dengan kait
standart 90° tidak boleh lebih kecil dari 10db, 190 mm dan 1,25 kali
yang ditentukan.
2) Untuk diameter 10 mm hingga 36 mm, Panjang penyaluran tulangan
taril Id tanpa kait tidak boleh diambil lebih kecil dari
 Dua setengah klai penyaluran, bila ketebalan pengecoran
bdibawah tulangan tersebut kurang dari 300 mm
 Tiga setengah kali Panjang penyaluran, bila ketebalan beton
pengecoran dibawah tulangan tersebut melebihi 300 mm
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari materi yang telah di rangkum dapat disimpulkan yaitu:
1. Suatu struktur bangunan yang kokoh dan kuat tapi juga efisien
memerlukan suatu perencanaan struktur yang baik dengan menggunakan
peraturan – peraturan perencanaan secara tepat dan benar.
2. Pemodelan dan pembebanan sangat berpengaruh terhadap benar atau
tidaknya hasil perhitungan yang akan diperoleh. Kesalahan pada kedua
hal tersebut mengakibatkan kesalahan pada dimensi akhir walaupun
perhitungan yang telah dilakukan sudah benar.
DAFTAR PUSTAKA

Fuadi, Zikrul. KONSOL PENDEK (BRACKET, CORBEL).


https://www.academia.edu/35597486/KONSOL_PENDEK_BRACKET_CORBE
L (diakses tanggal 25 Mei 2019).

Muljana, Dewi. 2018. PERTEMUAN 6 Disain Kolom Langsing Konstruksi


Beton II. https://slideplayer.info/slide/12761467/ (diakses tanggal 26 Mei 2019).

Elluisa, Debora. 2015. Sistem rangka pemikul momen.


https://www.slideshare.net/DeboraElluisaa/sistem-rangka-pemikul-momen
(diakses tanggal 25 Mei 2019)

R. E. Pandaleke, J.D.Pangouw, L.K. Khosama. 2013. PERENCANAAN SISTEM


RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK–KOLOM
DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI. Jurnal Sipil Statik
Vol.1 No.10, September2013 (653-663) ISSN: 2337-6732
RANGKUMAN
SI-3212 STRUKTUR BETON II

Rangkuman sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah


SI-3212 Struktur Beton II

Dosen Pengampu

Sayed Ahmad Fauzan, S.T., M.Si.

Oleh

Gia Maysa Putri


21116044

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN
KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019

Anda mungkin juga menyukai