Anda di halaman 1dari 17

BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 1

BAB III

PERENCANAAN TEKNIS

PERHITUNGAN PELAT BETON BERTULANG

3.1 Landasan Teori


Pelat beton bertulang dibuat untuk menyediakan suatu permukaan
horizontal yang rata pada lantai bangunan atap, jembatan atau jenis struktur
lainnya. Pelat beton dapat ditumpu oleh dinding, balok, kolom atau dapat
juga terletak langsung di atas tanah (slab on ground).

3.2 Jenis-jenis Pelat


Pada umumnya struktur pelat beton dalam suatu bangunan gedung dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :
1. One way slab (pelat satu arah)
Pelat dinyatakan sebagai pelat satu arah apabila perbandingan sisi
panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari 2,
dengan lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek.Sehingga
struktur pelat satu arah dapat didefinisikan sebagai pelat yang didukung
pada dua tepi yang berhadapan sedemikian sehingga lenturan timbul
hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap
arah dukungan tepi.
2. Sistem pelat rusuk (Joist construction)
Sistem pelat rusuk terdiri dari pelat beton dengan ketebalan 50 hingga
100 mm, yang ditopang oleh sejumlah rusuk dengan jarak beraturan.
Rusuk mempunyai lebar minimum 100 mm dan mempunyai tinggi
tidak lebih dari 3,5 kali lebar minimumnya. Rusuk biasanya bersisi
miring dan disusun dalam jarak tertentu yang tidak melebihi 750 mm.
Rusuk ditopang oleh balok induk utama yang langsung menumpu pada

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 2

kolom. Sistem pelat rusuk cocok digunakan untuk struktur pelat dengan
bentang 6-9 m serta memikul beban hidup sebesar 3,5-5,5 kN/m2
3. Two way slab (pelat dua arah).
Pelat dinyatakan sebagai pelat dua arah apabila pelat didukung
sepanjang keempat sisinya, dimana lenturan akan timbul pada dua arah
yang saling tegak lurus.ly/lx< 2, dimana ly bentang yang panjang dan lx
bentang yang pendek.

3.3 Desain dan Perhitungan Pelat Beton Bertulang


Langkah-langkah dalam melakukan pendesainan dan perhitungan pelat
beton bertulang adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jenis tumpuan pelat beton bertulang
Tidak ada balok pemikul dan ikatan antara pelat dan balok :
- Tumpuan terjepit elastis : Kekakuan balok relatif tidak kaku
- Tumpuan terjepit penuh : Kekakuan balok relatif kaku

2. Menentukan tebal pelat beton bertulang


- Untuk pelat atap tebal minimum 7 cm.
- Untuk pelat lantai tebal minimum 12 cm.
Tebal pelat harus memenuhi persyaratan berikut :
𝑓𝑦
ln (0,8+ )
1500
- ℎ≥ 1
36+5 𝛽[𝛼𝑚 −0,12 (1+𝛽)]

𝑓𝑦
ln (0,8+ )
1500
- ℎ≥
36+9 𝛽
𝑓𝑦
ln (0,8+ )
1500
- ℎ≤
36
Dengan keterangan :
h = tebal pelat (mm)
ln = bentang bersih terkecil (lk) (mm)
fy = tegangan leleh baja tulangan (MPa)

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 3

𝑙𝑛𝑦 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑦𝑎𝑛𝑔𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
β =𝑙 =
𝑛𝑥 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑦𝑎𝑛𝑔𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
𝐸 . 𝐼𝑏
α = 𝐸𝑐𝑏
𝑐𝑝 . 𝐼𝑝

Ecp = modulus elastisitas beton pelat


Ecb = modulus elastisitas beton balok (T)
Ib = inersia balok (T)
1
Ip = inersia pelat = 12 . 𝑡 3 . 𝑙

- 𝛼𝑚 = 𝛼 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

α2
α1 α3

α4

𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4
𝛼𝑚 =
4

Dengan keterangan :

: Menunjukan sisi menerus

Rumus dari berbagai jenis pelat pada gambar di atas adalah sebagai

berikut :

Pelat A

𝑙1 + 𝑙4 1
𝛽𝑠 = =
2 . (𝑙1 + 𝑙4 ) 2

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 4

Pelat B

2. 𝑙4 + 𝑙2
𝛽𝑠 =
2. (𝑙4 + 𝑙2 )

Pelat E

2. 𝑙5 + 2. 𝑙2
𝛽𝑠 = =1
2 . (𝑙5 + 𝑙2 )

3. Menentukan momen tumpuan dan lapangan pada pelat menggunakan metode

marcus

- Pelat ditumpu bebas keempat sisinya memikul beban terbagi rata q t/m2

𝑞 . 𝑙𝑥 2
Mx (momen lapangan pada arah lx) = 𝑐 . 𝑘𝑥 . 8

𝑞 . 𝑙𝑦 2
My (momen lapangan pada arah ly) = 𝑐 . 𝑘𝑦 . 8

5 𝑘2
Dimana : c = 1 − 6 1+ 𝑘 4

𝑙
k = 𝑙𝑦
𝑥

- Pelat dijepit pada keempat sisinya

𝑞 . 𝑙𝑥 2
Bentang pendek lx : Mtx =−𝑘𝑥 . 12

𝑞 .𝑙𝑥 2
Mlx = c’. −𝑘𝑥 . 12

𝑞 . 𝑙𝑦 2
Bentang panjang ly : Mty = −𝑘𝑦 . 12

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 5

𝑞 . 𝑙𝑦 2
Mly = c’. −𝑘𝑦 . 24

5 𝑘2
𝑐′ = 1 − ∙
18 1 + 𝑘 4

𝑙𝑦
𝑘=
𝑙𝑥

Untuk tumpuan-tumpuan yang lainnya dapat dilihat dalam tabel Marcus

di bawah ini.
TABEL MARCUS

(Momen-momen pada pelat)


𝑙𝑦
k=
𝑙𝑥
, 𝑙𝑦 = bentanq terbesar

Momen lapanqan Ml Faktor koreksi untuk M. Momen tumpuan Mt


Kondisi 𝒒𝒙 𝒒𝒚
No kx = 𝒒 ky = 𝒒 Lapangan
Perletakan
Mlx Mly C’x C’y Mtx Mty
1 𝑘4 1 1 1 5 𝑘2 5 𝑘2
l
𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2 1− 1− - -
1 + 𝑘4 1 + 𝑘4 8 𝑥 𝑥 8 𝑦 𝑦 6 1 + 𝑘4 6 1 + 𝑘4

2
- l

5𝑘 4 2 9 1 75 𝑘2 5 𝑘2 1
𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2 1− 1− 𝑞 .𝑙 2 -
2 + 5𝑘 4 2 + 5𝑘 4 128 𝑥 𝑥 8 𝑦 𝑦 32 2 + 5𝑘 4 3 2 + 5𝑘 4 8 𝑥 𝑥

3 5𝑘 4 1 1 1 25 𝑘 2 5 𝑘2 1
𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2 1− 1− 𝑞 .𝑙 2 -
1 + 5𝑘 4 1 + 5𝑘 4 24 𝑥 𝑥 8 𝑦 𝑦 18 1 + 𝑘 4 6 1 + 5𝑘 4 12 𝑥 𝑥

4 𝑘4 1 9 9 15 𝑘 2 15 𝑘 2 1 1
𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2 1− 1− 𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2
1 + 𝑘4 1 + 𝑘4 128 𝑥 𝑥 128 𝑦 𝑦 32 1 + 𝑘 4 32 1 + 𝑘 4 8 𝑥 𝑥 8 𝑦 𝑦

5 2𝑘 4 1 1 9 5 𝑘2 15 𝑘 2 1 1
𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2 1− 1− 𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2
1 + 2𝑘 4 1 + 2𝑘 4 24 𝑥 𝑥 128 𝑦 𝑦 9 1 + 2𝑘 4 32 1 + 2𝑘 4 12 𝑥 𝑥 8 𝑦 𝑦

6 𝑘4 1 1 1 5 𝑘2 5 𝑘2 1 1
𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2 1− 1− 𝑞 .𝑙 2 𝑞 .𝑙 2
1 + 𝑘4 1 + 𝑘4 24 𝑥 𝑥 24 𝑦 𝑦 18 1 + 𝑘 4 18 1 + 𝑘 4 12 𝑥 𝑥 12 𝑦 𝑦

Catatan :

Perletakan sendi Perletakan jepit

Tabel 3.1. Jenis Momen-momen Pada Pelat

Dari gambar tersebut didapat keterangan sebagai berikut :


k : Koefisien momen yang tergantung dari Ly/Lx dan kondisi
tumpuan (Tabel MARKUS)
q : Beban merata di atas pelat(kg/m2)

lx : Panjang Bentang Terpendek (m)

ly : Panjang Bentang Terpanjang (m)

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 6

mtx : Momen tumpuan arah x persatuan lebar pelat (kg.m)

mty : Momen tumpuan arah y persatuan lebar pelat (kg.m)

mlx : Momen lapangan arah x persatuan lebar pelat (kg.m)

mly : Momen lapangan arah y persatuan lebar pelat (kg.m)

4. Mensentukan penulangan pelat


Menghitung nilai d, untuk arah x berlaku :
dx = h – s – ½ Ø

untuk arah y berlaku :


dy = h – s – Ø – ½ Ø

5. Menghitung nilai ratio tulangan ρ :

1.4
min 
fy

0.85  f' c 1 600


b  
fy (600  f y )

maks  0.75b

Rasio tulangan perlu :

Mn
Rn 
.b.d 2

0.85f' c  2.Rn 

  1 1 
fy  0,85f' c 

6. Menentukan luas tulangan (As) yang diperlukan :


As    b  d

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 7

7. Memilih diameter tulangan (Ø) yang akan digunakan dengan penampang


dihitung dengan persamaan:
1
Astulangan    2
4
Menghitung jumlah tulangan :
As
n
1 / 4. . 2
Spasi antar tulangan :
1000
x
n 1

syarat jarak antar tulangan : x < 3h dan < 500mm

Perhitungan penulangan dilakukan terhadap arah x dan arah y

3.4 Perhitungan Pelat Lantai Beton Bertulang


Lokasi proyek : Kota Bandung
Tipe pelat : Pelat dua arah
Pelat yang akan dihitung dalam laporan ini didapat dari shop drawing
“Denah Lantai Atap”. Dengan denah dan gambar pola lantainya terlampir di
dalam laporan ini.
Berikut gambar pola lantai atap gedung yang akan diperhitungkan dalam
laporan kerja praktik ini :

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 8

3.4.1 Data perhitungan pelat beton bertulang

1. Menentukan dimensi pelat lantai beton bertulang

Dari gambar pola lantai atap gedung tersebut, tebal pelat dihitung dari

slab nomor 1 (S1).

40 30
𝑙𝑛1 = 400 − ( + ) = 365 𝑐𝑚
2 2

40 40
𝑙𝑛2 = 535 − ( + ) = 495 𝑐𝑚
2 2

𝑙𝑛1 365
𝛽= = = 0,74
𝑙𝑛2 495

Tebal pelat tidak boleh lebih kecil dari :


𝑓𝑦 320
ln (0,8+ ) 495 (0,8+ )
1500 1500
- ℎ≥ 36+9 𝛽
= 36+9 .0,74
= 11,76 𝑐𝑚

Tebal pelat tidak boleh lebih besar dari :


𝑓𝑦 320
ln (0,8+ ) 495 (0,8+ )
1500 1500
- ℎ≤ = = 13,93 𝑐𝑚
36 36

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 9

Maka dari perhitungan tersebut, tebal pelat yang digunakan adalah = 12 cm.

Berikut ini gambar denah lantai atap bangunan Gedung Pusat Pembelajaran
ARNTZ-GEISE Universitas Katolik Parahyangan Bandung :

Gambar 3.1. Gambar denah lantai atap bangunan Gedung Pusat Pembelajaran
ARNTZ-GEISE Universitas Katolik Parahyangan Bandung

2. Data dimensi pelat beton bertulang


Data-data sebagai berikut :
- Tebal pelat lantai h = 0,12 (m)
- Panjang pelat (S1) LY = 10,70 (m)
- Lebar pelat (S1) LX = 8,00 (m)
- Panjang pelat (S2) LY = 5,35 (m)
- Lebar pelat (S2) LX = 4,00 (m)

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 10

3. Data Pembebanan Pelat Beton Bertulang


Perhitungan pembebanan pelat :
Perhitungan pembebanan diasumsikan
Beban Mati
B.s pelat : 2400. 0,12 = 288 Kg/m2
Berat flapon dan penggantung : (11 + 7) = 18 Kg/m2
Penutup lantai (ubin) : 24 = 24 Kg/m2
Adukan semen : 21 = 21 Kg/m2
qd = 351 Kg/m2
Beban Hidup

Beban hidup pada lantai : 250 = 250 Kg/m2

ql = 250 Kg/m2
Beban terfaktor
qu = 1,2 qd + 1,6 ql
qu = 1,2 .351 + 1,6 .250= 821,2 Kg/m2
Tinjauan satu arah qu = 821,2 Kg/m2 . 1 m = 821,2 Kg/m

4. Data bahan elemen struktur pelat


Mutu beton f’c = 25 Mpa
Mutu baja fy = 320 Mpa

3.4.2 Perhitungan Momen Lapangan dan Tumpuan


Perhitungan momen tumpuan dan momen lapangan
Slab 1 (S1)

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 11

𝐿 10,7
𝑘 = 𝐿𝑌 = = 1,34
𝑋 8

𝑘𝟒 1,34𝟒
𝑘𝑿 = = = 0,76
1 + 𝑘 4 1 + 1,344
1 1
𝑘𝑌 = 4
= = 0,24
1+𝑘 1 + 1,344

qx = kx . qu = 0,76 . 821,2 = 624,11 Kg/m


qy = ky . qu = 0,24 . 821,2 = 197,10 Kg/m

Perhitungan momen lapangan :


1 1
𝑀𝑙𝑥 = . 𝑞𝑥 . 𝐿𝑥 2 = . 624,11 . 82 = 1664,29 𝐾𝑔 𝑚
24 24
1 1
𝑀𝑙𝑦 = . 𝑞𝑦 . 𝐿𝑦 2 = . 197,10 . 10,72 = 940,25 𝐾𝑔 𝑚
24 24

Perhitungan momen tumpuan :


1 1
𝑀𝑡𝑥 = . 𝑞𝑥 . 𝐿𝑥 2 = . 624,11 . 82 = 3328,60 𝐾𝑔 𝑚
12 12
1 1
𝑀𝑡𝑦 = . 𝑞𝑦 . 𝐿𝑦 2 = . 197,10 . 10,72 = 1880,50 𝐾𝑔 𝑚
12 12

Faktor koreksi untuk momen lapangan :

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 12

5 𝑘2 5 1,342
𝐶′𝑥 = 1 − . = 1 − . = 0,88
18 1 + 𝑘 4 18 1 + 1,344

5 𝑘2 5 1,342
𝐶′𝑦 = 1 − . = 1 − . = 0,88
18 1 + 𝑘 4 18 1 + 1,344

3.4.3 Perhitungan Tulangan

Asumsi tulangan :
Arah x, Dx = 10 mm
Arah y, Dy = 10 mm
Tinggi efektif
Arah x, Dx = h – s – ½ Ø
= 120 – 40 – ½ 10 = 75 mm
Arah y, Dy = h – s – ½ Ø
= 120 – 40 – ½ 10 = 75 mm
Digunakan lebar per meter panjang b = 1 m = 1000 mm.

Tulangan lapangan arah X Slab 1 (S1) :

Mlx = 1664,29 𝐾𝑔 𝑚 = 16642900 Nmm

1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 320 = 0,0044
𝑓𝑦

0,85 .𝑓′ 𝑐 .𝛽1 600 0,85 .25 .0,85 600


𝜌𝑏 = . (600+𝑓𝑦) = . (600+320) = 0,040
𝑓𝑦 320

𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏 = 0,75. 0,040 = 0,030

Rasio tulangan perlu :

𝑀𝑛 16642900
𝑅𝑛 = = = 3,70 𝑁/𝑚𝑚
𝜑. 𝑏. 𝑑2 0,8.1000. 752

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 13

0,85 . 𝑓′𝑐 2. 𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = . (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 . 𝑓′𝑐

0,85 .25 2.3,70


𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = . (1 − √1 − ) = 0,013
320 0,85 .25

Dimana  perlu   min   maks maka yang digunakan adalah

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,013 karena lebih besar dari  min

𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏 . 𝑑 = 0,013 .1000 .75 = 975 𝑚𝑚2

Digunakan tulangan 12 mm

1 1
𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = . 𝜋 . 𝜑 2 = . 𝜋 . 122 = 113,15 𝑚𝑚2
4 4

Menghitung jumlah tulangan yang digunakan :

𝐴𝑠 975 𝑚𝑚2
𝑛=1 = = 8,61 = 9 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔/𝑚
. 𝜋 . 𝜑2 113,15 𝑚𝑚2
4

Spasi antar tulangan :

1000 1000
𝑥= = = 125 𝑚𝑚
𝑛−1 9−1

Jadi tulangan yang digunakan D 12 – 125

Tulangan lapangan arah Y Slab 1 (S1)

Mly = 940,25 𝐾𝑔 𝑚 = 9402500 Nmm


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 320 = 0,0044
𝑓𝑦

0,85 .𝑓′ 𝑐 .𝛽1 600 0,85 .25 .0,85 600


𝜌𝑏 = . (600+𝑓𝑦) = . (600+320) = 0,040
𝑓𝑦 320

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 14

𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏 = 0,75. 0,040 = 0,030

Rasio tulangan perlu :

𝑀𝑛 9402500
𝑅𝑛 = = = 2,10 𝑁/𝑚𝑚
𝜑. 𝑏. 𝑑2 0,8.1000. 752

0,85 . 𝑓′𝑐 2. 𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = . (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 . 𝑓′𝑐

0,85 .25 2.2,10


𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = . (1 − √1 − ) = 0,014
320 0,85 .25

Dimana  perlu   min   maks maka yang digunakan adalah

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,014 karena lebih besar dari  min

𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏 . 𝑑 = 0,014 .1000 .75 = 1050 𝑚𝑚2

Digunakan tulangan 12 mm

1 1
𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = . 𝜋 . 𝜑 2 = . 𝜋 . 122 = 113,15 𝑚𝑚2
4 4

Menghitung jumlah tulangan yang digunakan :

𝐴𝑠 1050 𝑚𝑚2
𝑛=1 = = 9,30 = 9 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔/𝑚
. 𝜋 . 𝜑2 113,15 𝑚𝑚2
4

Spasi antar tulangan :

1000 1000
𝑥= = = 125 𝑚𝑚
𝑛−1 9−1

Jadi tulangan yang digunakan D 12 – 125

Tulangan tumpuan arah X Slab 1 (S1)

Mtx = 3328,60 𝐾𝑔 𝑚 = 33286000 Nmm

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 15

1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 320 = 0,0044
𝑓𝑦

0,85 .𝑓′ 𝑐 .𝛽1 600 0,85 .25 .0,85 600


𝜌𝑏 = . (600+𝑓𝑦) = . (600+320) = 0,040
𝑓𝑦 320

𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏 = 0,75. 0,040 = 0,030

Rasio tulangan perlu :

𝑀𝑛 33286000
𝑅𝑛 = 2
= = 7,40 𝑁/𝑚𝑚
𝜑. 𝑏. 𝑑 0,8.1000. 752

0,85 . 𝑓′𝑐 2. 𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = . (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 . 𝑓′𝑐

0,85 .25 2.7,40


𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = . (1 − √1 − ) = 0,050
320 0,85 .25

Dimana  perlu   min   maks maka yang digunakan adalah

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,050 karena lebih besar dari  min

𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏 . 𝑑 = 0,050 .1000 .75 = 3750 𝑚𝑚2

Digunakan tulangan 12 mm

1 1
𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = . 𝜋 . 𝜑 2 = . 𝜋 . 122 = 113,15 𝑚𝑚2
4 4

Menghitung jumlah tulangan yang digunakan :

𝐴𝑠 3750 𝑚𝑚2
𝑛=1 = 2
= 33,14 = 33 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔/𝑚
. 𝜋 . 𝜑 2 113,15 𝑚𝑚
4

Spasi antar tulangan :

1000 1000
𝑥= = = 31,25 𝑚𝑚
𝑛 − 1 33 − 1

Jadi tulangan yang digunakan D 12 – 31,25

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 16

Tulangan tumpuan arah Y Slab 1 (S1)

Mty = 1880,50 𝐾𝑔 𝑚 = 18805000 Nmm


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 320 = 0,0044
𝑓𝑦

0,85 .𝑓′ 𝑐 .𝛽1 600 0,85 .25 .0,85 600


𝜌𝑏 = . (600+𝑓𝑦) = . (600+320) = 0,040
𝑓𝑦 320

𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏 = 0,75. 0,040 = 0,030

Rasio tulangan perlu :

𝑀𝑛 18805000
𝑅𝑛 = 2
= = 4,18 𝑁/𝑚𝑚
𝜑. 𝑏. 𝑑 0,8.1000. 752

0,85 . 𝑓′𝑐 2. 𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = . (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 . 𝑓′𝑐

0,85 .25 2.4,18


𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = . (1 − √1 − ) = 0,015
320 0,85 .25

Dimana  perlu   min   maks maka yang digunakan adalah

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,015 karena lebih besar dari  min

𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏 . 𝑑 = 0,015 .1000 .75 = 1145,51 𝑚𝑚2

Digunakan tulangan 12 mm

1 1
𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = . 𝜋 . 𝜑 2 = . 𝜋 . 122 = 113,15 𝑚𝑚2
4 4

Menghitung jumlah tulangan yang digunakan :

𝐴𝑠 1145,51 𝑚𝑚2
𝑛=1 = = 10,12 = 10 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔/𝑚
. 𝜋 . 𝜑2 113,15 𝑚𝑚2
4

Spasi antar tulangan :

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK II – 17

1000 1000
𝑥= = = 111,11 𝑚𝑚
𝑛 − 1 10 − 1

Jadi tulangan yang digunakan D 12 – 111,11

Gambar 3.2. Denah Penempatan Tulangan Pelat Slab 1 (S1)

Gambar 3.3. Potongan Pelat dan Penempatan Tulangan Slab 1 (S1)

Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise


Universitas Katholik Parahyangan Bandung

Anda mungkin juga menyukai