Anda di halaman 1dari 11

2.

6 Shaft (Poros)
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu
dipegang oleh poros.

2.6.1 Macam-macam Poros


Poros untuk meneruskan daya diklasifikan menurut cara pembebanannya sebagai berikut
:
1. Poros Gandar
Poros seperti yang dipasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat
beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya
mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga.

Gambar 2.xx Poros gandar pada roda kereta api


Sumber : Khurmi, R.S. (2005, p.541)

Untuk perencanaan poros dengan beban bending murni adalah sebagai berikut:
𝑀×𝑦
𝜎=
𝐼
𝑑
𝑀×2
𝜎=
𝜋 × 𝑑4
64
32 × 𝑀
𝜎=
𝜋 × 𝑑3
3 32 × 𝑀
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √
𝜋×𝜎
2. Poros Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban
utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah
deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

Gambar 2.xx Poros spindle pada mesin bor


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Untuk perencanaan poros dengan beban punter murni adalah sebagai berikut:
𝑇×𝜌
𝜏=
𝐽0
𝑑
𝑇×2
𝜏=
𝜋 × 𝑑4
32
16 × 𝑇
𝜏=
𝜋 × 𝑑3
3 16 × 𝑇
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √
𝜋×𝜏

3. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya ditransmisikan
kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley sabuk atau sprocket rantai, dll.
Gambar 2.xx Poros transmisi crankshaft
Sumber : Khurmi, R.S. (2005, p.530)

Untuk perencanaan poros denan beban gabungan antara momen puntir dan momen
bending adalah sebagai berikut:

𝜎𝑥 + 𝜎𝑦 𝜎𝑥 − 𝜎𝑦 2 2
𝜎𝑚𝑎𝑥,𝑚𝑖𝑛 = √
± ( ) + (𝜏𝑥𝑦 )
2 2

𝜎𝑥 𝜎𝑥 2 2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = + √( ) + (𝜏𝑥𝑦 )
2 2

16 × 𝑀 16 × 𝑀 2 16 × 𝑇 2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = √
+ ( ) +( )
𝜋 × 𝑑3 𝜋 × 𝑑3 𝜋 × 𝑑3
16
𝜎𝑚𝑎𝑥 = [𝑀 + √(𝑀)2 + (𝑇)2 ]
𝜋 × 𝑑3
3 16
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √ [𝑀 + √(𝑀)2 + (𝑇)2 ]
𝜋×𝜎

2.6.2 Macam-macam Tumpuan


1. Tumpuan Rol
Tumpuan Rol adalah jenis tumpuan yang hanya menahan gaya-gaya di arah vertical dan
membebaskan momen dan gaya di arah horizontal. Contoh dari tumpuan rol di dunia
permesinan adalah sliding contact bearing, dan rolling contact bearing.
Gambar 2.xx Reaksi Tumpuan Roll

2. Tumpuan Sendi
Tumpuan Sendi adalah tumpuan yang menahan gaya-gaya di arah vertical dan juga
gaya-gaya di arah horizontal tetapi momen di bebaskan. Contoh dari tumpuan sendi di dunia
permesinan adalah deep groove ball bearing, dan bearing axial.

Gambar 2.xx Reaksi Tumpuan Sendi

3. Tumpuan Jepit
Tumpuan Jepit adalah tumpuan yang menahan gaya-gaya di arah vertical maupun horizontal
dan juga menahan momen. Tumpuan jenis ini banyak diaplikasikan di konstuksi bangunan
dan jembatan. Contoh dari tumpuan ini adalah sambungan las, sambungan paku keeling atau
bolt dan nut.

Gambar 2.xx Reaksi Tumpuan Jepit


2.6.3 Menggambar Diagram Gaya Geser dan Momen Lentur pada Poros

Gambar 2.xx Sketsa Poros X

Gambar 2.xx Permodelan Poros X

Gambar 2.xx Diagram Benda Bebas Poros X

1. Menghitung Reaksi Tumpuan


∑ 𝑀|𝐴 = 0
1 2
(2𝑃 × 𝐿) − (𝑅𝐵 × 𝐿) + (𝑃 × 𝐿) = 0
3 3
2 1
(𝑅𝐵 × 𝐿) = (2𝑃 × 𝐿) + (𝑃 × 𝐿)
3 3
2 5
(𝑅𝐵 × 𝐿) = 𝑃𝐿
3 3
5
𝑅𝐵 = 𝑃
2

∑𝐹 = 0
𝑅𝑨 − 2𝑃 + 𝑅𝐵 − 𝑃 = 0
5
𝑅𝑨 = 2𝑃 − 𝑃 + 𝑃
2
1
𝑅𝑨 = 𝑃
2
2. Peramaan Gaya Geser dan Momen Bending tiap Potongan
1
a. Potongan I (0 ≤ 𝑋 ≤ 3 𝐿)

Gambar 2.xx Diagram Benda Bebas Potongan I

∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
1 1
𝑉𝑥 − 2 𝑃 = 0 𝑀𝑥 − 2 𝑃(𝑥) = 0
1 1
𝑉𝑥 = 2 𝑃 𝑀𝑥 = 2 𝑃(𝑥)

𝑥=0→𝑀=0
1 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = 6 𝑃𝐿
1 2
b. Potongan II (3 𝐿 ≤ 𝑋 ≤ 3 𝐿)

Gambar 2.xx Diagram Benda Bebas Potongan II

∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
1 1 1
𝑉𝑥 − 2 𝑃 + 2𝑃 = 0 𝑀𝑥 − 2 𝑃(𝑥) + 2𝑃(𝑥 − 3 𝐿) = 0
1 1 1
𝑉𝑥 = 2 𝑃 − 2𝑃 𝑀𝑥 = 2 𝑃(𝑥) − 2𝑃(𝑥 − 3 𝐿)
3 1 1
𝑉𝑥 = − 2 𝑃 𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = 6 𝑃𝐿
2 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = − 3 𝑃𝐿
2
c. Potongan III (3 𝐿 ≤ 𝑋 ≤ 𝐿)

Gambar 2.xx Diagram Benda Bebas Potongan II

∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
𝑉𝑥 − 𝑃 = 0 𝑀𝑥 + 𝑃(𝐿 − 𝑥) = 0
𝑉𝑥 = 𝑃 𝑀𝑥 = −𝑃(𝐿 − 𝑥)
2 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = − 3 𝑃𝐿

𝑥=𝐿→𝑀=0
3. Diagram Gaya Geser dan Momen Bending

Gambar 2.xx Diagram Gaya Geser Poros X

Gambar 2.xx Diagram Momen Bending Poros X

2.6.3 Konsentrasi Tegangan dan Safety Factor


1. Konsentrasi Tegangan
Analisis perancangan poros harus mempertimbangkan konsentrasi tegangan. Tetapi satu
masalah muncul karena nilai perancangan sebenarnya dari faktor konsentrasi tegangan, Kt,
tidak diketahui pada saat awal proses perancangan . Sebagian besar nilai ini bergantung pada
diameter poros dan pada geometri filet dan alur, dan inilah tujuan dari perancangan poros.
Masalah ini dapat anda atasi dengan membuat sekumpulan nilai rancangan awal
untuk faktor konsentrasi tegangan umum, yang dapat digunakan untuk menghasilkan
perkiraan awal diameter minimum poros. Setelah memilih ukuran, anda dapat menganalisis
geometri akhir dengan nilai awal yang memungkinkan dengan menilai tingkat kelayakan
dari perancangan tersebut.
Nilai rancangan awal Kt ditinjau dari jenis-jenis diskontinuitas geometri yang paling
sering ditemukan dalam poros yang mentransmisikan daya, yaitu: alur pasak, filet bahu
poros, dan alur cincin penahan.
a. Alur Pasak
Alur pasak adalah irisan alur memanjang pada poros untuk menempatkan pasak,
yang memungkinkan pemindahan torsi dari poros ke elemen yang mentransmisikan
daya, atau sebaliknya. Menurut buku “Machine Element in Mechanical Design” oleh
Robert L.Mott. Dua jenis alur pasak yang paling sering digunakan adalah jenis profil
dan jenis luncuran. Kt = 2.0 (Profil) ; Kt = 1.6 (luncuran).

a b

Gambar 2.xx (a) Alur Pasak Profil dan Alur Pasak Luncuran (b) Contoh Fillet Tajam dan Fillet
Bulat Halus
Sumber : Robert L. Mott, PE (2004, p.506)

b. Fillet Bahu
Bila akan ada perubahan diameter pada poros untuk membuat bahu sebagai
pembatas dudukan sebuah elemen mesin, maka konsentrasi tegangan yang diberikan
bergantung pada rasio dari kedua diameter tersebut dan jari fillet yang dibuat.
Disarankan agar jari-jari fillet sebesar mungkin, tujuannya untuk memperkecil
konsentrasi tegangan, tetapi kadang-kadang rancangan roda gigi, bantalan, atau elemen
lain memengaruhi jari-jari yang dapat digunakan.
Untuk tujuan perancangan, kita mengelompokkan fillet kedalam dua
kategori: tajam (Kt = 2,5) dan bulat halus (Kt = 1,5).
c. Alur Cincin Penahan
Cincin penahan digunakan dalam berbagai jenis usaha penempatan dalam aplikasi
poros. Cincin dipasang dalam alur poros setelah elemen mapan pada tempatnya.
Geometri alur ditentukan oleh pabrikan cincin. Biasanya konfigurasinya adalah alur
dangkal dengan sisi-sisi dinding dan dasar yang lurus dan jari-jari filet yang kecil
pada dasar dipasang berdekatan. Jadi, faktor konsentrasi tegangan pada alur adalah
cukup tinggi. Sebagai perancangan awal, kita akan menggunakan Kt= 3,0 untuk
tegangan lengkung pada alur cincin penahan dengan menganggap jari-jari filet agak
tajam.

Gambar 2.xx Alur Cincin Penahan


Sumber : Alibaba.com
2. Factor of Safety
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxx

2.6.4 Kegagalan Perencanaan pada Poros


Berikut adalah kegagalan yang dapat terjadi pada poros :
a. Poros mengalami bending
Poros mengalami bending terjadi ketika sudah tidak dalam keadaan lurus, atau sudah
terjadi penyimpangan. Lendutan pada poros mengakibatkan tidak mengigitnya gigi pada
transmisi, serta ada gaya yang hilang tersebar, dan adanya getaran pada poros.
 Penyebab
Mengalami momen bending yang begitu besar dan material dari poros memiliki
keuletan yang tinggi
 Solusi
Material poros dibuat dari material yang tingkat keuletannya lebih rendah dan
mengurangi momen bending pada poros.
b. Poros terpuntir
Poros terpuntir mengakibatkan hilangnya kekuatan dari poros tersebut sehingga tidak
dapat mentransmisikan daya dengan baik.
 Penyebab
Transmisi daya yang tidak seimbang antara, seperti beratnya beban puntir
dibandingkan tenaga puntir dan dimensi poros, apabila dibiarkan terus-menerus, poros bisa
terpuntir. Bisa juga karena material dari poros memiliki tingkat keuletan yang tinggi.
 Solusi
Membuat material yang kuat, namun mengurangi keuletannya, serta dimensi poros
yang diperbesar, dan penyeimbangan pembebanan puntir pada poros.

Anda mungkin juga menyukai