6 Shaft (Poros)
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu
dipegang oleh poros.
Untuk perencanaan poros dengan beban bending murni adalah sebagai berikut:
𝑀×𝑦
𝜎=
𝐼
𝑑
𝑀×2
𝜎=
𝜋 × 𝑑4
64
32 × 𝑀
𝜎=
𝜋 × 𝑑3
3 32 × 𝑀
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √
𝜋×𝜎
2. Poros Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban
utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah
deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
Untuk perencanaan poros dengan beban punter murni adalah sebagai berikut:
𝑇×𝜌
𝜏=
𝐽0
𝑑
𝑇×2
𝜏=
𝜋 × 𝑑4
32
16 × 𝑇
𝜏=
𝜋 × 𝑑3
3 16 × 𝑇
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √
𝜋×𝜏
3. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya ditransmisikan
kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley sabuk atau sprocket rantai, dll.
Gambar 2.xx Poros transmisi crankshaft
Sumber : Khurmi, R.S. (2005, p.530)
Untuk perencanaan poros denan beban gabungan antara momen puntir dan momen
bending adalah sebagai berikut:
𝜎𝑥 + 𝜎𝑦 𝜎𝑥 − 𝜎𝑦 2 2
𝜎𝑚𝑎𝑥,𝑚𝑖𝑛 = √
± ( ) + (𝜏𝑥𝑦 )
2 2
𝜎𝑥 𝜎𝑥 2 2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = + √( ) + (𝜏𝑥𝑦 )
2 2
16 × 𝑀 16 × 𝑀 2 16 × 𝑇 2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = √
+ ( ) +( )
𝜋 × 𝑑3 𝜋 × 𝑑3 𝜋 × 𝑑3
16
𝜎𝑚𝑎𝑥 = [𝑀 + √(𝑀)2 + (𝑇)2 ]
𝜋 × 𝑑3
3 16
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √ [𝑀 + √(𝑀)2 + (𝑇)2 ]
𝜋×𝜎
2. Tumpuan Sendi
Tumpuan Sendi adalah tumpuan yang menahan gaya-gaya di arah vertical dan juga
gaya-gaya di arah horizontal tetapi momen di bebaskan. Contoh dari tumpuan sendi di dunia
permesinan adalah deep groove ball bearing, dan bearing axial.
3. Tumpuan Jepit
Tumpuan Jepit adalah tumpuan yang menahan gaya-gaya di arah vertical maupun horizontal
dan juga menahan momen. Tumpuan jenis ini banyak diaplikasikan di konstuksi bangunan
dan jembatan. Contoh dari tumpuan ini adalah sambungan las, sambungan paku keeling atau
bolt dan nut.
∑𝐹 = 0
𝑅𝑨 − 2𝑃 + 𝑅𝐵 − 𝑃 = 0
5
𝑅𝑨 = 2𝑃 − 𝑃 + 𝑃
2
1
𝑅𝑨 = 𝑃
2
2. Peramaan Gaya Geser dan Momen Bending tiap Potongan
1
a. Potongan I (0 ≤ 𝑋 ≤ 3 𝐿)
∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
1 1
𝑉𝑥 − 2 𝑃 = 0 𝑀𝑥 − 2 𝑃(𝑥) = 0
1 1
𝑉𝑥 = 2 𝑃 𝑀𝑥 = 2 𝑃(𝑥)
𝑥=0→𝑀=0
1 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = 6 𝑃𝐿
1 2
b. Potongan II (3 𝐿 ≤ 𝑋 ≤ 3 𝐿)
∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
1 1 1
𝑉𝑥 − 2 𝑃 + 2𝑃 = 0 𝑀𝑥 − 2 𝑃(𝑥) + 2𝑃(𝑥 − 3 𝐿) = 0
1 1 1
𝑉𝑥 = 2 𝑃 − 2𝑃 𝑀𝑥 = 2 𝑃(𝑥) − 2𝑃(𝑥 − 3 𝐿)
3 1 1
𝑉𝑥 = − 2 𝑃 𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = 6 𝑃𝐿
2 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = − 3 𝑃𝐿
2
c. Potongan III (3 𝐿 ≤ 𝑋 ≤ 𝐿)
∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
𝑉𝑥 − 𝑃 = 0 𝑀𝑥 + 𝑃(𝐿 − 𝑥) = 0
𝑉𝑥 = 𝑃 𝑀𝑥 = −𝑃(𝐿 − 𝑥)
2 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = − 3 𝑃𝐿
𝑥=𝐿→𝑀=0
3. Diagram Gaya Geser dan Momen Bending
a b
Gambar 2.xx (a) Alur Pasak Profil dan Alur Pasak Luncuran (b) Contoh Fillet Tajam dan Fillet
Bulat Halus
Sumber : Robert L. Mott, PE (2004, p.506)
b. Fillet Bahu
Bila akan ada perubahan diameter pada poros untuk membuat bahu sebagai
pembatas dudukan sebuah elemen mesin, maka konsentrasi tegangan yang diberikan
bergantung pada rasio dari kedua diameter tersebut dan jari fillet yang dibuat.
Disarankan agar jari-jari fillet sebesar mungkin, tujuannya untuk memperkecil
konsentrasi tegangan, tetapi kadang-kadang rancangan roda gigi, bantalan, atau elemen
lain memengaruhi jari-jari yang dapat digunakan.
Untuk tujuan perancangan, kita mengelompokkan fillet kedalam dua
kategori: tajam (Kt = 2,5) dan bulat halus (Kt = 1,5).
c. Alur Cincin Penahan
Cincin penahan digunakan dalam berbagai jenis usaha penempatan dalam aplikasi
poros. Cincin dipasang dalam alur poros setelah elemen mapan pada tempatnya.
Geometri alur ditentukan oleh pabrikan cincin. Biasanya konfigurasinya adalah alur
dangkal dengan sisi-sisi dinding dan dasar yang lurus dan jari-jari filet yang kecil
pada dasar dipasang berdekatan. Jadi, faktor konsentrasi tegangan pada alur adalah
cukup tinggi. Sebagai perancangan awal, kita akan menggunakan Kt= 3,0 untuk
tegangan lengkung pada alur cincin penahan dengan menganggap jari-jari filet agak
tajam.