BAB III
PENGUJIAN DEFLEKSI
3.1 PENDAHULUAN
Deflection a sudden change in the direction that something is moving in, usually after it
has hit something; the act of causing something to change direction.
(https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/american_english/deflection)
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y dari sembarang titik di sumbu
balok akibat adanya pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Perhitungan
defleksi merupakan bagian penting di dalam analisis dan desain structural . Sebagai contoh,
mecari defeleksi adalah hal penting dalam analisis struktur statis tak tentu. Defleksi juga
penting dalam analis dinamik dan untuk pertimbangan perhutingan harga batas toleransi. Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan metode pengujian defleksi sederhana dengan menggunakan
sebuah balok. Deformasi pada balok sangat mudah dan dapat dijelaskan berdasarkan defleksi
balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral
awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
15
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
balok-balok lantai tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh
psikologis yang tidak diinginkan pada para penghuni dan untuk memperkecil atau mencegah
kekecewaan dengan bahan-bahan jadi yang rapuh. Begitu pula keterangan mengenai
karakteristik deformasi dari bagian struktur adalah penting untuk mempelajari getaran mesin
seperti juga dengan bangunan-bangunan stasioner dan penerbangan. (reef. 2 hal 385)
Gambar 1(a) memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan
Gambar 1(b) adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi
pembebanan.
Gambar 1. (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi terdeformasi.
Sumber : http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/KekuatanBahan
Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam penerapan, kadang kita
harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang balok. Hubungan ini dapat ditulis
dalam bentuk persamaan yang sering disebut persamaan defleksi kurva dari balok.
16
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
Rumus perhitungan :
1. Persamaan kelengkungan
1 𝑑𝜃 𝑑 2 𝑣 𝑀
𝑘= = = =
𝜌 𝑑𝑥 𝑑𝑥 2 𝐸𝐼
Dimana :
ρ = Radius kelengkungan
M = Momen lentur
E = Modulus elastisitas
I = Momen inersia balok
v = nilai defleksi
x = nilai jarak dari ujung
θ = sudut kemiringan kurva
2. Persamaan rumus eksak untuk kelengkungan
𝑑2𝑣
1 𝑑𝑥 2 𝑣 ′′
𝑘= = 3/2
=
𝜌 𝑑𝑣 2 [1 + (𝑣 ′ )2 ]3/2
[1 + ( ) ]
𝑑𝑥
Digunakan, jika kurva defleksi suatu balok mempunyai kemiringan besar.
3. Persamaan diferensial alternatif untuk balok prismatis
Persamaan momen lentur :
𝑑2 𝑣
𝑀 = 𝐸𝐼 2 = 𝐸𝐼𝑣 ′′
𝑑𝑥
Persamaan gaya geser :
𝑑𝑀 𝑑 𝑑2 𝑣
𝑉= = (𝐸𝐼 2 ) = (𝐸𝐼𝑣 ′′ )′
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Persamaan beban :
𝑑𝑉 𝑑2 𝑑2 𝑣
−𝑞 = = (𝐸𝐼 2 ) = (𝐸𝐼𝑣 ′′ )′′
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2 𝑑𝑥
Metode Superposisi
Pernyataan konsep : “Defleksi suatu balok yang dihasilkan oleh beberapa beban yang
bekerja secara simultan dapat diperoleh dengan mensuperposisikan defleksi yang dihasilkan
oleh beban yang sama yang bekerja secara terpisah”.
17
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
Dengan menggunakan metode superposisi maka dapat ditentukan persamaan nilai defleksi
pada sebuah batang sebagai berikut :
Untul beban yang terdistribusi merata pada balok
11𝑃𝐿3
𝑣=
384𝐼𝐸
Sehingga,
11𝑃𝐿3
𝐸=
384𝐼𝑣
Untuk Engsel-Rol
𝑃 (4𝑥 3 − 3𝐿2 𝑥)
𝑣̅ =
48 𝐸 𝐼
Untuk Jepit-Rol dan Jepit-Jepit
𝑃 𝑥 2 (11𝑥 − 9𝐿)
𝑣̅ =
96 𝐸 𝐼
Dengan nilai error :
|𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙|
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100%
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Sumber : Gare & Timoshenko dalam Buku Mekanika Bahan Jilid 2 Ed.4 th.1997
18
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
Alat peraga atau alat uji yang digunakan merupakan produk yang terdiri dari beberapa
elemen yang memiliki fungsinya masing-masing untuk menunjang kegiatan uji defleksi pada
batang balok.
7
1
8
2
9
3
10
Keterangan :
1. Kerangka 7. Tumpuan II
2. Shaft Lintasan 8. Bandul (Tumpuan)
3. Dial Indikator Analog Pembebanan
4. Tumpuan I 9. Kunci L
5. Spesimen Uji 10. Neraca Digital
6. Beban
19
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
20
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
X = 100 mm
No P(N) 𝜐̅ (mm)
1 2 3 4 5
1 0.125
2 0.25
3 0.5
4 1.0
5 1.25
21
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
X = 150 mm
No P(N) 𝜐̅ (mm)
1 2 3 4 5
1 0.125
2 0.25
3 0.5
4 1.0
5 1.25
X = 100 mm
No P(N) 𝜐̅ (mm)
1 2 3 4 5
1 0.125
2 0.25
3 0.5
4 1.0
5 1.25
22
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
X = 150 mm
No P(N) 𝜐̅ (mm)
1 2 3 4 5
1 0.125
2 0.25
3 0.5
4 1.0
5 1.25
X = 100 mm
No P(N) 𝜐̅ (mm)
1 2 3 4 5
1 0.125
2 0.25
3 0.5
4 1.0
5 1.25
23
LABORATORIUM GETARAN DAN DIAGNOSA MESIN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
X = 150 mm
No P(N) 𝜐̅ (mm)
1 2 3 4 5
1 0.125
2 0.25
3 0.5
4 1.0
5 1.25
24