Gambar 3-2: Elemen pegas linier dengan geseran pada simpul (nodal displacement) positif
dan konvensi gaya
• Titik referensi 1 dan 2 berada di ujung elemen. Titik-titik ini disebut nodes
(simpul) dari elemen pegas.
• 𝑓መ1𝑥 dan 𝑓መ2𝑥 → gaya-gaya simpul lokal (local nodal forces) elemen pegas yang
berhubungan dengan sumbu-𝑥ො lokal.
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Gambar 3-2: Elemen pegas linier dengan geseran pada simpul (nodal
displacement) positif dan konvensi gaya
(3-6)
• 𝑘𝑖𝑗 merepresentasikan gaya 𝐹𝑖 pada derajat kebebasan (DOF) ke-i karena unit
geseran 𝑑𝑗 di derajat kebebasan (DOF) ke-j sedangkan geseran lain bernilai nol.
→ jika 𝑑𝑗 =1; 𝑑𝑘 =0 untuk 𝑘 ≠ 𝑗 → 𝐹𝑖 = 𝑘𝑖𝑗
Perumusan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 1: Pemilihan tipe elemen
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)
Step 3: Pendefinisian Hubungan Regangan (Strain) / Geseran (Displacement) dan
Tegangan (Stress) /Regangan (Strain)
Step 4: Perumusan matriks kekakuan elemen dan persamaan
Step 5: Penyusunan persamaan elemen untuk mendapatkan persamaan global dan
pengenalan syarat batas
Step 6: Penyelesaian untuk geseran pada simpul (nodal displacements)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 1: Pemilihan tipe elemen
Untuk element pegas linier, dapat digambarkan sbb:
𝑢ො = 𝑎1 + 𝑎2 𝑥ො (3-7)
❖ Secara umum, jumlah koefisien a = jumlah derajat
kebebasan elemen
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)
Gbr. 3-4: (a) Elemen pegas yang menunjukkan plot dari (b) fungsi geseran 𝑢ො dan
fungsi bentuk (shape function) (c) 𝑁1 dan 𝑁2 terhadap domain elemen
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)
➢ Jumlah total derajat kebebasan = 2 geseran aksial pada setiap simpul (node)
dari 2 simpul elemen.
➢ Fungsi geseran 𝑢ො diungkapkan sebagai fungsi dari simpul geseran 𝑑መ1𝑥 dan
𝑑መ 2𝑥 , dengan menerapkan secara langsung syarat batas fisik di geseran pada
simpul (nodal displacement), maka:
(3-9)
(3-10)
atau dengan menyelesaikan pers. (3-9) untuk nilai 𝑎2 , maka:
(3-11)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)
→ Dengan memasukkan pers.(3-11) dan (3-9) ke pers. (3-7), maka:
(3-12)
(3-13)
→ Atau
(3-14)
→ Dimana:
(3-15)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)
(3-16)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 3: Pendefinisian HubunganRegangan (Strain) / Geseran (Displacement) dan
Tegangan (Stress) /Regangan (Strain)
→ Dari pers. (3-16) disimpulkan bahwa deformasi total adalah perbedaan geseran
simpul (nodal displacement) pada arah-𝑥.
ො
→ Untuk elemen pegas → gaya-deformasi bisa langsung dihubungkan
→ Hubungan regangan/geseran tidak perlu
→ Hubungan tegangan/regangan alih-alih bisa diungkapkan dalam hal hubungan
gaya/deformasi sebagai:
𝑇 = 𝑘𝛿 (3-17)
𝑇 = 𝑘 𝑑መ 2𝑥 − 𝑑መ1𝑥 (3-18)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 4: Perumusan matriks kekakuan elemen dan persamaan
→ Dengan konvensi tanda untuk gaya pada simpul dan kesetimbangan, maka:
(3-19)
(3-20)
(3-21)
→ Dari definisi dasar matriks kekakuan dan penerapan pers. (3-6) dan pers. (3-22),
maka matriks kekakuan untuk elemen pegas linier sbb:
𝑘 −𝑘
𝑘 = (3-23)
−𝑘 𝑘
→ Matriks kekakuan global dan matriks gaya global disusun dari persamaan
kesetimbangan gaya pada simpul, gaya/deformasi dan persamaan
kompatibilitas dan metode kekakuan langsung. Langkah ini diterapkan untuk
struktur yang dibangun oleh lebih dari satu elemen, yaitu:
𝑒 𝑒
𝐾= 𝐾 = σ𝑁
𝑒=1 𝑘 ; 𝐹= 𝐹 = σ𝑁
𝑒=1 𝑓 (3-24)
(3-25)
→ Untuk elemen 2:
(3-26)
Gbr. 3-7: Simpul gaya konsisten dengan konvensi tanda elemen gaya
➢ Berdasarkan diagram bebas pada setiap node pada gbr. 3-7 dan fakta bahwa
gaya-gaya eksternal harus sama dengan gaya-gaya internal pada setiap
node, persamaan kesetimbangan pada node adalah sbb:
(3-28)
(3-29)
(3-30)
(3-31)
(3-33)
1 2
𝑘 = ; 𝑘 = (3-34)
(3-35)
1 1 1
→ dimana 𝑑2𝑥 dan 𝑓2𝑥 tidak berhubungan dengan 𝑘
• Untuk elemen 2:
(3-36)
Penyusunan Matriks Total Kekakuan Dengan
Superposisi
• Pertimbangan kesetimbangan gaya pada setiap node, maka:
(3-37)
→ Pers. (3-37) adalah pers. (3-27) s/d pers. (3-29) dalam bentuk matriks.
• Dengan men-subtitusi-kan pers. (3-35) dan pers. (3-36) ke pers. (3-37), maka:
(3-38)
(3-39)
1 2
𝑘 = 𝑘 = (3-40)
𝐾= (3-41)
(4-42)
(3-43)
(3-44)
Nilai 𝐹1𝑥 tidak nol, → ditentukan setelah 𝑑2𝑥 dan 𝑑3𝑥 diselesaikan
• Setelah pers.(3-44) diselesaikan untuk mendapat nilai 𝑑2𝑥 dan 𝑑3𝑥 , maka:
(3-45)
• Nilai 𝑑2𝑥 dan 𝑑3𝑥 , disubstitusi ke persamaan pertama pada pers.(3-43) untuk
mendapatkan reaksi 𝐹1𝑥 sebagai:
𝐹1𝑥 = −𝑘1 𝑑3𝑥 (3-46)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung
• Gaya simpul pada node 1 (disebut reaksi) dalam hal gaya simpul yang bekerja
𝐹2𝑥 dan 𝐹3𝑥 dengan menggabungakan pers. (3-45) untuk 𝑑3𝑥 yang
disubstitusikan ke pers. (3-46), maka:
• Untuk semua syarat batas homogen, semua baris dan kolom yang sesuaian
dengan geseran nol derajat kebebasan dari set persamaan asli dan
menyelesaikan geseran yang tidak diketahui.
Syarat Batas / Kondisi Pendukung
Gbr. 3-8: Gabungan dua pegas dengan geseran 𝛿 pada node 1 diketahui
(3-48)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung
(3-49)
→ dimana 𝐹1𝑥 adalah reaksi dari kondisi pendukung yang bergerak dengan
besar 𝛿.
• Gaya pada node 2 dan 3 (𝐹2𝑥 dan 𝐹3𝑥 ) diketahui, maka:
(3-50)
(3-51)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung
(3-52)
• Dengan demikian, untuk syarat batas nonhomogen, baris 1 dan kolom 1 dari
pers. (3-48) yang disebabkan adanya syarat batas yang non-homogen seperti
pers. (3-51) dimana ada perkalian setiap elemen dengan bilangan bukan nol.
• Pengabaian komponen 𝑘1 𝛿 akan menyebabkan hasil geseran yang error.
• Untuk kasus non-homogen, komponen yang berhubungan dengan geseran yang
diketahui nilainya harus dipindahkan ke ruas kanan persamaan seperti pada
pers. (3-51).
• Pers. (3-52) bisa diselesaikan dengan cara yang sama untuk menyelesaikan
pers. (3-44)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung
Kesimpulan untuk beberapa properti/sifat dari matriks kekakuan seperti pers. (3-48)
Kesimpulan untuk beberapa properti/sifat dari matriks kekakuan seperti pers. (3-48)