Anda di halaman 1dari 44

METODE ELEMEN HINGGA

Rahmat Riza, S.T., M.Sc.M.E.


Definisi Matriks Kekakuan

• Untuk sebuah elemen, matriks kekakuan/stiffness (𝑘) adalah matriks dimana:
෠ ෠෡
𝑓 = 𝑘𝑑 (3-1)
෠ ෡
➢ dimana 𝑘 menghubungkan geseran pada simpul (𝑑) koordinat lokal 𝑥, ො 𝑦,
ො 𝑧Ƹ

dengan gaya lokal (𝑓) dari elemen tunggal.

Gbr. 3-1: Sistem oordinat lokal 𝑥,


ො 𝑦,
ො 𝑧Ƹ dan koordinat global 𝑥, 𝑦, 𝑧
Definisi Matriks Kekakuan
• Untuk media yang kontinu atau perbandingan struktur satu seri elemen,
matriks kekakuan/stiffness matrix 𝐾 menghubungkan koordinat global
𝑥, 𝑦, 𝑧 geseran pada simpul, 𝑑 dengan gaya global 𝐹 dari media keseluruhan
atau struktur.
• Perumusan menggunakan pendekatan kesetimbangan langsung
• Pegas yang memenuhi hukum Hooke menahan gaya hanya pada arah
pegas.

Gambar 3-2: Elemen pegas linier dengan geseran pada simpul (nodal displacement) positif
dan konvensi gaya
• Titik referensi 1 dan 2 berada di ujung elemen. Titik-titik ini disebut nodes
(simpul) dari elemen pegas.
• 𝑓መ1𝑥 dan 𝑓መ2𝑥 → gaya-gaya simpul lokal (local nodal forces) elemen pegas yang
berhubungan dengan sumbu-𝑥ො lokal.
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas

Gambar 3-2: Elemen pegas linier dengan geseran pada simpul (nodal
displacement) positif dan konvensi gaya

• Sumbu lokal beraksi searah dengan pegas


→ bisa mengukur secara langsung geseran (displacement) dan gaya
sepanjang pegas.

• 𝑑መ1𝑥 dan 𝑑መ 2𝑥 → geseran pada Simpul (nodal displacement) lokal untuk


elemen pegas.

• Geseran pada simpul → derajat kebebasan (degrees of freedom) tiap simpul

• k → konstanta atau kekakuan (stiffness) pegas

• Arah positif untuk gaya dan geseran


→ searah 𝑥-positif
ො (dari node 1 ke node 2)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
• Analogi kontanta pegas sebenarnya pada masalah-masalah keteknikan:
» batang prismatik uniaksial
→ 𝑘 = 𝐴𝐸Τ𝐿 (3-2) - A = Luas penampang batang
- E = Modulus elastisitas
- L = Panjang batang

» batang prismatik berpenampang bulat


→ 𝑘 = 𝐽𝐺Τ𝐿 (3-3) - J = momen inersia polar
- G = modulus geseran material
» Konduksi panas 1-dimensi
→ 𝑘 = 𝐴𝐾𝑥𝑥ൗ𝐿 (3-4) - 𝐾𝑥𝑥 = Konduktivitas panas material.

» Aliran fluida 1-dimensi


→ 𝑘 = 𝐴𝐾𝑥𝑥ൗ𝐿 (3-5) - 𝐾𝑥𝑥 = Koeffisien permeabilitas material.
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
• Hubungan antara simpul gaya dan simpul geseran (displacement) untuk elemen
pegas adalah matriks kekakuan (stiffness matrix), yaitu:

(3-6)

→ Koefisien kekakuan (stiffness) = 𝑘𝑖𝑗 → telah ditentukan

• 𝑘𝑖𝑗 merepresentasikan gaya 𝐹𝑖 pada derajat kebebasan (DOF) ke-i karena unit
geseran 𝑑𝑗 di derajat kebebasan (DOF) ke-j sedangkan geseran lain bernilai nol.
→ jika 𝑑𝑗 =1; 𝑑𝑘 =0 untuk 𝑘 ≠ 𝑗 → 𝐹𝑖 = 𝑘𝑖𝑗
Perumusan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 1: Pemilihan tipe elemen
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)
Step 3: Pendefinisian Hubungan Regangan (Strain) / Geseran (Displacement) dan
Tegangan (Stress) /Regangan (Strain)
Step 4: Perumusan matriks kekakuan elemen dan persamaan
Step 5: Penyusunan persamaan elemen untuk mendapatkan persamaan global dan
pengenalan syarat batas
Step 6: Penyelesaian untuk geseran pada simpul (nodal displacements)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 1: Pemilihan tipe elemen
Untuk element pegas linier, dapat digambarkan sbb:

Gbr. 3-3: Pegas linier yang dipengaruhi oleh gaya Tarik

dimana: L = Panjang pegas mula-mula; T = gaya Tarik;


𝑥ො = geseran lokal (dgn arah dari node 1 ke node 2)
𝑘 = Konstanta pegas
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)

• Dipilih fungsi matematika untuk mewakilkan bentuk yang


terdeformasi (deformed shape) dari pegas yang menderita
beban.
➢ Digunakan fungsi pendekatan, yang paling umum fungsi
polinomial
• Pegas hanya bisa menahan beban aksial dengan derajat
kebebasan lokal untuk elemen 𝑑መ1𝑥 dan 𝑑መ 2𝑥 searah sumbu-x.
• Fungsi 𝑢ො dipilih sebagai fungsi geseran, dimana:

𝑢ො = 𝑎1 + 𝑎2 𝑥ො (3-7)
❖ Secara umum, jumlah koefisien a = jumlah derajat
kebebasan elemen
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)

Gbr. 3-4: (a) Elemen pegas yang menunjukkan plot dari (b) fungsi geseran 𝑢ො dan
fungsi bentuk (shape function) (c) 𝑁1 dan 𝑁2 terhadap domain elemen
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)
➢ Jumlah total derajat kebebasan = 2 geseran aksial pada setiap simpul (node)
dari 2 simpul elemen.

➢ Bentuk matriks pers. (3-7):


(3-8)

➢ Fungsi geseran 𝑢ො diungkapkan sebagai fungsi dari simpul geseran 𝑑መ1𝑥 dan
𝑑መ 2𝑥 , dengan menerapkan secara langsung syarat batas fisik di geseran pada
simpul (nodal displacement), maka:
(3-9)

(3-10)
atau dengan menyelesaikan pers. (3-9) untuk nilai 𝑎2 , maka:

(3-11)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)
→ Dengan memasukkan pers.(3-11) dan (3-9) ke pers. (3-7), maka:

(3-12)

→ Pers.(3-12) dapat dibentuk dalam matriks sbb:

(3-13)

→ Atau

(3-14)

→ Dimana:

(3-15)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 2: Pemilihan Fungsi Geseran (Displacement Function)

→ Pers. (3-15) merupakan fungsi bentuk (shape function) karena 𝑁𝑖 ’s


mengungkapkan bentuk dari fungsi geseran (displacement function) terhadap
domain (koordinat-𝑥)
ො elemen yang diasumsikan ketika derajat kebebasan ke-i
mempunyai nilai dan semua derajat kebebasan lain adalah nol.

→ Pada kasus ini, 𝑁1 dan 𝑁2 → Fungsi Linier dengan


𝑁1 =1 pada node 1; 𝑁1 = 0 pada node 2 (Gbr. 3-4 (c))
𝑁2 =1 pada node 2; 𝑁2 = 0 pada node 1 (Gbr. 3-4 (d))

→ Untuk setiap koordinat aksial sepanjang batang berlaku: 𝑁1 + 𝑁2 = 1


→ 𝑁𝑖 ’s sering disebut fungsi interpolasi karena nilai fungsi antara nilai nodal yang
diberikan didapat dengan cara interpolasi.
→ Fungsi interpolasi bisa jadi berbeda dengan fungsi aslinya kecuali pada akhir titik
atau simpul/nodes, dimana fungsi interpolasi dan fungsi asli mesti mempunyai
nilai simpul spesifik yang sama.
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 3: Pendefinisian Hubungan Regangan (Strain) / Geseran (Displacement) dan
Tegangan (Stress) /Regangan (Strain)

→ Gaya T menghasilkan total pertambahan panjang (deformation) pegas (𝛿).


→ Total pertambahan panjang umumnya pegas adalah sbb:

Gbr. 3-5: Pegas terdeformasi


𝑑መ1𝑥 = negative → arah pertambahan panjang berlawanan arah 𝑥-positif

𝑑መ 2𝑥 = positif
→ Deformasi pada pegas di ungkapkan sbb:

(3-16)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 3: Pendefinisian HubunganRegangan (Strain) / Geseran (Displacement) dan
Tegangan (Stress) /Regangan (Strain)

→ Dari pers. (3-16) disimpulkan bahwa deformasi total adalah perbedaan geseran
simpul (nodal displacement) pada arah-𝑥.

→ Untuk elemen pegas → gaya-deformasi bisa langsung dihubungkan
→ Hubungan regangan/geseran tidak perlu
→ Hubungan tegangan/regangan alih-alih bisa diungkapkan dalam hal hubungan
gaya/deformasi sebagai:

𝑇 = 𝑘𝛿 (3-17)

→ Dengan pers. (3-16) dan (3-17), maka:

𝑇 = 𝑘 𝑑መ 2𝑥 − 𝑑መ1𝑥 (3-18)
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 4: Perumusan matriks kekakuan elemen dan persamaan

→ Dengan konvensi tanda untuk gaya pada simpul dan kesetimbangan, maka:
(3-19)

→ Dengan pers. (3-18) dan (3-19), maka:

(3-20)

→ Pers. (3-20) dapat ditulis ulang sbb:

(3-21)

→ Bentuk matriks pers. (3-21) sbb:


(3-22)

→ Hubungan ini berlaku untuk pegas sepanjang sumbu-𝑥ො


Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 4: Perumusan matriks kekakuan elemen dan persamaan

→ Dari definisi dasar matriks kekakuan dan penerapan pers. (3-6) dan pers. (3-22),
maka matriks kekakuan untuk elemen pegas linier sbb:

𝑘 −𝑘
𝑘෠ = (3-23)
−𝑘 𝑘

dimana: 𝑘෠ = matriks kekakuan lokal untuk elemen.


= matriks persegi
= simetris → 𝑘𝑖𝑗 = 𝑘𝑗𝑖
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 5: Penyusunan persamaan elemen untuk mendapatkan persamaan global dan
pengenalan syarat batas

→ Matriks kekakuan global dan matriks gaya global disusun dari persamaan
kesetimbangan gaya pada simpul, gaya/deformasi dan persamaan
kompatibilitas dan metode kekakuan langsung. Langkah ini diterapkan untuk
struktur yang dibangun oleh lebih dari satu elemen, yaitu:

𝑒 𝑒
𝐾= 𝐾 = σ𝑁
𝑒=1 𝑘 ; 𝐹= 𝐹 = σ𝑁
𝑒=1 𝑓 (3-24)

dimana: 𝑘 dan 𝑓 adalah elemen kekakuan dan matriks gaya yang


diungkapkan pada bingkai referensi global
Penurunan Matriks Kekakuan untuk Elemen Pegas
Step 6: Penyelesaian untuk geseran pada simpul (nodal displacements)

→ Geseran (displacement) ditentukan dengan mengenakan kondisi batas seperti


kondisi pendukung dan menyelesaikan sistem persamaan 𝐹 = 𝐾𝑑 dengan
simultan

Step 7: Penyelesaian untuk elemen gaya

→ Elemen gaya ditentukan dengan men-substitusi balik yang diterapkan untuk


setiap elemen pada persamaan yang serupa dengan persamaan (3-21)
Contoh Susunan Pegas
Contoh kumpulan matriks kekakuan total yang cukup umum untuk menggambarkan
pendekatan kesetimbangan langsung untuk mendapatkan matriks kekakuan total
dari kumpulan matriks sbb:

Gbr. 3-6 : Kumpulan dua pegas

→ Node 1 dibuat tetap;


→ Menerapkan gaya aksial untuk 𝐹3𝑥 pada node 3, dan 𝐹2𝑥 pada node 2.
→ 𝑘1 dan 𝑘2 → kekakuan pegas elemen 1 dan 2.
→ Node-node pada susunan pegas dinomorkan 1, 3 dan 2 untuk pengeneral lebih
lanjut karena penomoran sekuensial umumnya tidak terjadi pada masalah-
masalah besar.
→ sumbu-𝑥 adalah sumbu global pada kumpulan.
→ Sumbu-𝑥 lokal setiap elemen bertepatan dengan sumbu global dari susunan.
Contoh Kumpulan Pegas
→ Untuk elemen 1, dengan pers.(3-21), maka:

(3-25)

→ Untuk elemen 2:
(3-26)

Lebih lanjut, elemen 1 dan 2 harus tetap berhubungan dengan node 3


umum melalui geseran → continuity or compatibility requirement.

→ Hasil dari compatibility requirement (keperluan kompatibilitas):


(3-27)

superscript pada tanda kurung diatas 𝑑 menunjukkan nomor elemen


Contoh Susunan Pegas
Diagram benda bebas untuk setiap elemen dan node ditunjukkan sbb:

Gbr. 3-7: Simpul gaya konsisten dengan konvensi tanda elemen gaya

➢ Berdasarkan diagram bebas pada setiap node pada gbr. 3-7 dan fakta bahwa
gaya-gaya eksternal harus sama dengan gaya-gaya internal pada setiap
node, persamaan kesetimbangan pada node adalah sbb:

(3-28)

(3-29)

(3-30)

∴ 𝐹1𝑥 = reaksi eksternal yang diterapkan pada tumpuan tetap.


Contoh Kumpulan Pegas
➢ Hukum III Newton 𝐹𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 → diterapkan pada pergerakan dari node ke
elemen yang berhubungan dengan node, dengan menggunakan pers. (3-24) s/d
(3-26) ke pers.(3-27) s/d (3-29), maka:

(3-31)

➢ Dalam bentuk matriks:


(3-32)
Contoh Kumpulan Pegas
→ Penyusunan ulang pers. (3-31), maka:

(3-33)

→ Penulisan pers. (3-32) dalam bentuk persamaan matriks tunggal:


𝐹 = 𝐾𝑑 (3-34)
dimana:

𝐹= → global nodal force matrix

𝑑= → global nodal displacement matrix

𝐾= → total or global system stiffness matrix


Contoh Kumpulan Pegas
Kesimpulan:
Penyusunan Matriks Kekakuan Total Dengan
Superposisi
• Merupakan metode yang berdasarkan superposisi yang sesuai dari individu
matriks-matriks kekakuan elemen
• Berdasarkan susunan dua pegas, maka:

1 2
𝑘 = ; 𝑘 = (3-34)

Penulisan 𝑑𝑖𝑥 diatas kolom dan baris berikutnya pada 𝑘 mengindikasikan


derajat kebebasan sehubungan dengan setiap elemen baris dan kolom

• 2 elemen matriks-matriks kekakuan pada pers. (3-34) tidak berhubungan


dengan derajat kebebasan yang sama, dimana:
✓ elemen 1 dihubungkan dengan geseran aksial (axial displacement) pada
node 1dan 3
✓ Elemen 2 dihubungkan dengan geseran aksial pada node 2 dan 3.
➢ Perbedaan bentuk ini menjadikan elemen matriks-matriks kekakuan
tidak bisa ditambahkan bersama-sama (menempatkan diatas /
superimpose)
Penyusunan Matriks Total Kekakuan Dengan
Superposisi

• Untuk melakukan superimpose/ menempatkan elemen matriks-


matriks diatas, mereka harus diperluas pada ukuran struktur total
(gabungan pegas) dari matriks2 kekakuan sehingga setiap elemen
matriks kekakuan berhubungan dengan semua derajat kebebasan dari
struktur.

• Untuk memperluas Setiap elemen dari matriks kekakuan dapat


diperluas ke order/ukuran matriks kekakuan total, maka baris dan
kolom nol ditambahkan untuk geseran2 yang tidak berhubungan
dengan elemen tertentu.
Penyusunan Matriks Total Kekakuan Dengan
Superposisi
• Bentuk ekspansi dari matriks kekakuan untuk elemen 1, adalah:

(3-35)

1 1 1
→ dimana 𝑑2𝑥 dan 𝑓2𝑥 tidak berhubungan dengan 𝑘

• Untuk elemen 2:
(3-36)
Penyusunan Matriks Total Kekakuan Dengan
Superposisi
• Pertimbangan kesetimbangan gaya pada setiap node, maka:

(3-37)

→ Pers. (3-37) adalah pers. (3-27) s/d pers. (3-29) dalam bentuk matriks.

• Dengan men-subtitusi-kan pers. (3-35) dan pers. (3-36) ke pers. (3-37), maka:

(3-38)

→ superscript pada d menunjukkan nomor elemen.


Penyusunan Matriks Total Kekakuan Dengan
Superposisi
• Bentuk sederhana pers. (3-38) :

(3-39)

∴ sama dengan persamaan (3-32)

→ superscript untuk nomor elemen yang berhubungan dengan nodal displacement


sudah dihilangkan karena:
1 2
𝑑1𝑥 = 𝑑1𝑥 ; 𝑑2𝑥 = 𝑑2𝑥

• Berdasarkan pers. (3-26), maka:


1 2
𝑑3𝑥 = 𝑑3𝑥 = 𝑑3𝑥
→ geseran node 3 dari gabungan total.
Penyusunan Matriks Total Kekakuan Dengan
Superposisi
• Elemen perluasan (expanded element) dari matrik2 kekakuan pada pers. (3-35)
dan (3-36) bisa langsung ditambahkan untuk mendapatkan matriks kekakuan
total dari struktur.
• Metode yang menyusun langsung elemen individu matriks2 kekakuan untuk
membentuk matriks kekakuan struktur total dan total set dari persamaan
kekakuan → metode kekakuan langsung (direct stiffness method)
→ langkah paling penting dalam metode elemen hingga
• Kelebihannya:
→ mudah untuk mengekspansi elemen matriks2 kekakuan dan kemudian
melakukan superimpose elemen tersebut untuk mendapatkan matriks
kekakuan total.
• Kekurangan:
→ Merepotkan untuk mengekspansi setiap elemen matriks kekakuan untuk
mendapatkan ukuran dari matriks kekakuan total yang melibatkan jumlah
derajat kebebasan dalam jumlah besar.
Penyusunan Matriks Total Kekakuan Dengan
Superposisi
• Solusi untuk konstruksi yang melibatkan derajat kebebasan dalam jumlah besar
adalah:
→ bentuk langsung (short-cut) metode kekakuan langsung untuk mendapatkan
matriks kekakuan total.
• Untuk contoh kumpulan pegas, baris2 dan kolom2 tiap elemen matriks kekakuan
dilabel sesuai dengan derajat kebebasan yang berhubungan dengan mereka,
sbb:

1 2
𝑘 = 𝑘 = (3-40)

• Matriks 𝐾 dibangun dengan menambahkan secara langsung bagian yang


1 2
berhubungan dengan derajat kebebasan pada 𝑘 dan 𝑘 ke lokasi derajat
kebebasan yang serupa berhubungan pada matriks 𝐾.
• Bagian baris 𝑑1𝑥 dan kolom 𝑑1𝑥 dari 𝐾 disumbangkan oleh elemen 1 saja karena
hanya elemen 1 yang mempunyai derajat kebebasan 𝑑1𝑥 , maka 𝑘11 = 𝑘1
• Baris 𝑑3𝑥 , kolom 𝑑3𝑥 dari 𝐾 mempunyai kontribusi dari elemen 1 dan 2 karena
derajat kebebasan 𝑑𝑥 diasosiasikan dengan kedua elemen.
→ 𝑘33 = 𝑘1 + 𝑘2
Penyusunan Matriks Total Kekakuan Dengan
Superposisi
• Dengan alasan yang sama, maka:

𝐾= (3-41)

→ Elemen2 pada 𝐾 terletak pada dasar bahwa derajat kebebasan di-orde-kan


pada peningkatan orde numerik simpul (node) untuk struktur total.
Syarat Batas / Kondisi Pendukung
• Syarat batas/kondisi pendukung untuk model struktur seperti gabungan pegas
pada Gbr. 3.6 harus ditentukan jika tidak, maka 𝐾 akan menjadi matriks singular
→ determinan 𝐾 = 0 → matriks inverse = tidak ada
→ sistem struktur tidak stabil.

• Sistem tanpa batasan kinematika yang cukup (kondisi pendukung)


→ struktur akan bebas bergerak sebagai benda kaku (rigid body) dan tidak
menahan beban yang bekerja

• Syarat batas ada 2 bentuk umum, yaitu


1. Syarat batas homogen, terjadi pada lokasi yang sepenuhnya dijaga tidak
bergerak
2. Syarat batas tidak homogen, terjadi pada geseran bernilai tidak nol
(ditentukan)
Contoh Kumpulan Pegas

Gbr. 3-6 : Kumpulan dua pegas


Syarat Batas / Kondisi Pendukung
• Sebagai contoh, penurunan untuk gabungan pegas Gbr. (3-6) yang mempunyai
model benda kaku tunggal dgn arah pergerakan sepanjang gabungan pegas.
→ Untuk kasus syarat batas homogen.
semua syarat batas adalah sedemikian hingga geseran adalah nol pada
node tertentu.
→ 𝑑1𝑥 = 0 → node 1 adalah tetap Dengan demikian, pers. (3-39) menjadi:

(4-42)

• Dalam bentuk ekspansi:

(3-43)

dimana: 𝐹1𝑥 → reaksi yang tidak diketahui


𝐹2𝑥 dan 𝐹3𝑥 → beban bekerja yang diketahui
Syarat Batas / Kondisi Pendukung
• Untuk syarat batas homogen, baris dan kolom yang bersesuaian dengan
geseran derajat kebebasan nol, maka baris 1 dan kolom 1 dihapus karena
dikalikan dengan 𝑑1𝑥 = 0, maka pers.(3-42) menjadi:

(3-44)

Nilai 𝐹1𝑥 tidak nol, → ditentukan setelah 𝑑2𝑥 dan 𝑑3𝑥 diselesaikan
• Setelah pers.(3-44) diselesaikan untuk mendapat nilai 𝑑2𝑥 dan 𝑑3𝑥 , maka:

(3-45)

• Nilai 𝑑2𝑥 dan 𝑑3𝑥 , disubstitusi ke persamaan pertama pada pers.(3-43) untuk
mendapatkan reaksi 𝐹1𝑥 sebagai:
𝐹1𝑥 = −𝑘1 𝑑3𝑥 (3-46)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung
• Gaya simpul pada node 1 (disebut reaksi) dalam hal gaya simpul yang bekerja
𝐹2𝑥 dan 𝐹3𝑥 dengan menggabungakan pers. (3-45) untuk 𝑑3𝑥 yang
disubstitusikan ke pers. (3-46), maka:

𝐹1𝑥 = −𝐹2𝑥 − 𝐹3𝑥 (3-47)

• Untuk semua syarat batas homogen, semua baris dan kolom yang sesuaian
dengan geseran nol derajat kebebasan dari set persamaan asli dan
menyelesaikan geseran yang tidak diketahui.
Syarat Batas / Kondisi Pendukung

→ Untuk kasus syarat batas non-homogen

• Beberapa geseran tertentu tidak bernilai nol → 𝑑1𝑥 = 𝛿; 𝛿 = nilai tertentu

Gbr. 3-8: Gabungan dua pegas dengan geseran 𝛿 pada node 1 diketahui

• Sehingga didapat persamaan berikut:

(3-48)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung

→ Untuk kasus syarat batas non-homogen

• Dalam bentuk ekspansi, pers. (3-48) dapat ditulis ulang sbb:

(3-49)

→ dimana 𝐹1𝑥 adalah reaksi dari kondisi pendukung yang bergerak dengan
besar 𝛿.
• Gaya pada node 2 dan 3 (𝐹2𝑥 dan 𝐹3𝑥 ) diketahui, maka:

(3-50)

• Komponen 𝛿 telah diketahui, maka:

(3-51)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung

→ Untuk kasus syarat batas non-homogen

• Pers. (3-51) dapat ditulis ulang dalam bentuk matriks sbb:

(3-52)

• Dengan demikian, untuk syarat batas nonhomogen, baris 1 dan kolom 1 dari
pers. (3-48) yang disebabkan adanya syarat batas yang non-homogen seperti
pers. (3-51) dimana ada perkalian setiap elemen dengan bilangan bukan nol.
• Pengabaian komponen 𝑘1 𝛿 akan menyebabkan hasil geseran yang error.
• Untuk kasus non-homogen, komponen yang berhubungan dengan geseran yang
diketahui nilainya harus dipindahkan ke ruas kanan persamaan seperti pada
pers. (3-51).
• Pers. (3-52) bisa diselesaikan dengan cara yang sama untuk menyelesaikan
pers. (3-44)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung

→ Untuk kasus syarat batas non-homogen

• Penyelesaian akhir untuk kasus non-homogen adalah mensubstitusi ulang nilai-


nilai dari komponen-komponen yang diketahui ke pers. (3-48), maka akan
diperoleh:

𝐹1𝑥 = 𝑘1 𝛿 − 𝑘1 𝛿3𝑥 (3-52)


• Pers. (3-52) mempunyai nilai 𝐹1𝑥 yang berbeda dengan hasil dari pers. (3-46)
Syarat Batas / Kondisi Pendukung

Kesimpulan untuk beberapa properti/sifat dari matriks kekakuan seperti pers. (3-48)

• 𝐾 adalah simetris karena setiap elemen matriks kekakuan


• 𝐾 adalah singular → tidak ada matriks inverse sampai syarat batas yang cukup
di terapkan untuk membuang singularitas dan mencegah gerak benda rigid/kaku
• Diagonal utama komponen 𝐾 selalu bernilai positif. Jika tidak gaya pada node 𝐹𝑖
bisa menghasilkan geseran 𝑑𝑖 bernilai negatif dimana sebuah karakter yang
berlawanan dengan karakter fisik dari struktur sebenarnya.
Syarat Batas / Kondisi Pendukung

Kesimpulan untuk beberapa properti/sifat dari matriks kekakuan seperti pers. (3-48)

• Umumnya, kondisi pendukung tertentu diperlakukan secara matematika dengan


mempartisi persamaan kesetimbangan global sbb:
𝐾11 𝐾12 𝑑1 𝐹1
= (3-53)
𝐾21 𝐾22 𝑑2 𝐹2
• Dengan menjadikan 𝑑1 tidak berhambatan atau geseran beban dan 𝑑2 menjadi
geseran yang ditentukan nilainya, maka:
𝐹11 𝑑1 = 𝐹1 − 𝐾12 𝑑2 (3-54)
𝐹2 = 𝐾21 𝑑1 + 𝐾22 𝑑2 (3-55)
Dimana:
→ 𝐹1 sebagai gaya pada simpul/node yang diketahui nilainya
→ 𝐹2 adalah gaya pada node yang tidak diketahui pada node geseran tertentu.
→ 𝐹2 didapat dari pers.(3-55) setelah 𝑑1 ditentukan dari pers. (3-54)
→ Pers. (3-54) dapat diselesaikan karena 𝐾11 diasumsikan tidak lagi singular

Anda mungkin juga menyukai