Anda di halaman 1dari 24

METODE ELEMEN HINGGA

INTRODUCTION TO THE STIFFNESS


(DISPLACEMENT) METHOD spring
element
(Daryl.L.Logan)

Introduction
Dalam bab ini akan dijelaskan konsep dasar
mengenai matriks kekakuan, dimana dicontohkan
dengan menggunakan elemen pegas, elemen yang
paling sederhana.
Dimulai dari pengertian matriks kekakuan, cara
mendapatkan matriks kekakuan elemen,
menggabungkan matriks-matriks kekakuan elemen
tersebut menjadi matriks kekakuan global yang
berlaku untuk seluruh keseluruhan struktur yang
dianalisa

Definition of the Stiffness Matrix


Matriks kekakuan adalah matriks yang
memenuhi hubungan antara gaya yang
diberikan (f) dengan perpindahan /
displacement (d) yang dihasilkan, melalui
persamaan :
f=kd

For an element ,
^k relates local-coordinate (^x; ^y; ^z) nodal displacements ^d
f k.d where
To local forces ^ f of a single element.
For a continuous medium or structure,

F K .d

a stiffness matrix K relates global-coordinate (x; y; z) nodal


displacements d to global forces F of the whole medium or structure

Derivation of the Stiffness Matrix


for a Spring Element
Node/titik/joint

Positive sign
Local nodal displacement
(degree of freedom/DOF)
Local nodal forces
relate the nodal force matrix to the nodal displacement matrix as follows :
where the element stiffness coefficients kij of the ^k
matrix in Eq. are to be determined

1. Diskritisasi dan menentukan tipe elemen

Elemen pegas linier dibebani beban tarik T searah


sumbu aksial pegas ^x
Tiap elemen diberi nomor dan label pada titik nodalnya
Jarak antara 2 nodal/titik sebelum deformasi adalah L
Sifat/Properties material elemen(konstanta kekakuan
pegas) adalah k.

2. Menentukan fungsi diplacemen/perpindahan/peralihan


untuk elemen aksial 1 dimensi asumsikan bahwa peralihan u di sembarang titik
Pada elemen merupakan fungsi linier dari x, seperti berikut ini
(2.2.2)

Jumlah total koefisien sama dengan jumlah derajat kebebasan elemen


Jumlah derajat kebebasan elemen sama dengan 2 perpindahan aksial di
kedua titik nodal elemen
Dalam bentuk matriks,
(2.2.3)

Dimana u merupakan fungsi perpindahan dari perpindahan nodal d1x dan d2x
(2.2.4)
(2.2.5)
Sehingga, didapat :

(2.2.6)

Dengan mensubstitusi pers. (2.2.4) dan (2.2.6) ke dalam pers. (2.2.2),


didapat :
(2.2.7)

Dalam bentuk matriks,


(2.2.8)

(2.2.9)

(2.2.10)

Dimana Ni disebut shape function/fungsi bentuk peralihan atau disebut juga


Interpolation function

3. Mendefinisikan hubungan gaya dan deformasi


Gaya tarik T menghasilkan deformasi total pada pegas. Untuk pegas linier,
Hubungan T dan dalam hukum Hooke, adalah

(2.2.11)

(2.2.12)

Sehingga, didapat :
(2.2.13)

4. Mendapatkan matriks kekakuan elemen


Matriks kekakuan elemen diperoleh dari :
Sesuai aturan tanda didapat :

(2.2.14)
Menggunakan pers. (2.2.13) dan (2.2.14)
(2.2.15)
(2.2.16)

Aturan tanda :

Dalam bentuk matriks:


(2.2.17)

Sehingga :

(2.2.18)

Nilai f dan d positif searah sumbu positif x

Dimana
adalah matriks kekakuan
lokal elemen

5. Menyusun matriks kekakuan global dan memasukkan


kondisi batas
(2.2.19)

6. Memecahkan/menyelesaikan perpindahan nodal

7. Memecahkan/menyelesaikan gaya-gaya elemen

Example of a Spring Assemblage


Struktur seperti rangka batang, portal gedung, dan jembatan terdiri dari
komponen elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu
struktur secara keseluruhan. Sehingga untuk menganalisa struktur
tersebut, kita harus menentukan matriks kekakuan total struktur elemenelemen yang saling terhubung.

Untuk elemen 1

Untuk elemen 2
(2.3.1)

(2.3.2)

Selain itu, elemen 1 dan elemen 2 harus tetap terhubung pada titik nodal 3. Hal ini
disebut continuity atau compatibility requirement
(2.3.3)

Berdasarkan gambar free body diagram di atas dan fakta bahwa gaya
eksternal harus sama dengan gaya internal di tiap nodal, dapat dituliskan :

Menggunakan pers. (2.3.1) (2.3.6), didapat :

Dalam bentuk matriks:

Global nodal
forces matrix

Global nodal
Disp. matrix

Cara 2 : Assembling the Total Stiffness Matrix


by Superposition (Direct Stiffness Method)
Matriks kekakuan elemen pada gambar 2.6 di atas dapat dituliskan sbb (lihat
persamaan 2.3.1 dan 2.3.2) :

Untuk elemen 1, matriks kekakuan dapat dipanjangkan menjadi sbb :

Notasi d2x yang tidak berhubungan dengan k(1) elemen baris kolomnya = 0

Dengan cara yang sama, untuk elemen 2 didapatkan :

Boundary Conditions (kondisi batas)


We must specify boundary (or support) conditions for
structure models
Without our specifying adequate kinematic constraints or
support conditions, the structure will be free to move as a
rigid body and not resist any applied loads
Boundary conditions/kondisi batas umumnya dibagi menjadi 2
macam, yaitu :
- Homogeneous boundary conditions tipe yang paling
umum, terjadi pada lokasi/titik yang dicegah/dihalangi untuk
terjadi perpindahan, misal : tumpuan jepit, sendi, dsb
- Nonhomogeneous boundary conditions terjadi ketika
terdapat nilai tertentu displacemen/perpindahan, misalnya
terjadi penurunan/settlement tumpuan

Boundary Conditions
Homogeneous boundary conditions

Non homogeneous boundary conditions

Therefore, when dealing with nonhomogeneous boundary conditions, we cannot


initially delete row 1 and column 1 of Eq. (2.5.7), corresponding to the nonhomogeneous
boundary condition because we are multiplying each element by a nonzero number

Dapat disimpulkan sifat-sifat dari matriks kekakuan


adalah :
1. Matriks K adalah matriks simetri
2. Matriks K adalah matriks singular, dimana matriks
tersebut tidak mempunyai nilai invers sebelum
diberlakukan kondisi-kondisi batas/boundary
conditions
3. Bagian diagonal dari matriks K selalu bernilai positif

Anda mungkin juga menyukai