DAFTAR ISI
1 Pendahuluan.................................................................................................1-1
5 Formulasi elemen.........................................................................................5-1
5.1 Fungsi interpolasi untuk elemen garis....................................................5-1
5.2 Fungsi interpolasi untuk elemen segitiga...............................................5-3
5.3 Integrasi numeriK dari elemen garis ......................................................5-4
5.4 Integrasi numeriK dari elemen segitiga .................................................5-5
5.5 Turunan dari fungsi bentuk ....................................................................5-6
5.6 Perhitungan matriks kekakuan elemen...................................................5-7
6 Referensi .......................................................................................................6-1
Lampiran B - Simbol
i
MANUAL DASAR TEORI
ii PLAXIS Versi 8
PENDAHULUAN
1 PENDAHULUAN
Dalam Manual Dasar Teori ini diberikan latar belakang dari teori dan metode numerik
yang menjadi dasar dari peogram PLAXIS. Manual ini memuat beberapa bab mengenai
teori deformasi, teori aliran air tanah dan teori konsolidasi, serta formulasi elemen
hingga yang berkaitan dan aturan integrasi untuk berbagai jenis elemen yang digunakan
dalam PLAXIS. Dalam Lampiran A diberikan prosedur perhitungan secara global untuk
analisis deformasi.
Manual ini masih memiliki karakteristik dari edisi sebelumnya. Karena itu, manual ini
belum lengkap dan akan dilengkapi di masa mendatang. Informasi lebih lanjut tentang
latar belakang teori dan metode numerik dapat ditemukan dalam literatur yang diberikan
dalam Bab 6. Untuk informasi yang mendetil mengenai tegangan, regangan, pemodelan
konstitutif dan jenis model tanah yang digunakan dalam program PLAXIS, pembaca
dapat mengacu pada Manual Model Material.
1-1
MANUAL DASAR TEORI
2 TEORI DEFORMASI
Dalam bab ini persamaan dasar untuk deformasi statis dari massa tanah diformulasikan
dalam kerangka kerja mekanika kontinum. Pembatasan dilakukan pada deformasi yang
dianggap kecil. Hal ini memungkinkan sebuah formulasi yang mengacu pada geometri
awal yang belum terdeformasi. Deskripsi kontinum didiskretisasi menurut metode
elemen hingga.
LT + p = 0 (2.1)
Persamaan ini menghubungkan turunan ruang dari enam buah komponen tegangan, yang
disusun dalam vektor , menjadi tiga buah komponen tegangan yang tersusun dalam
vektor p. LT adalah transpos dari operator diferensial, yang didefinisikan sebagai:
0 0 0
x y z
L = 0
T
0 0 (2.2)
y x z
0 0 0
z y x
= Lu (2.3)
Persamaan ini menyatakan enam buah komponen regangan yang tersusun dalam
vektor , seperti turunan ruang dari tiga buah komponen perpindahan yang tersusun
dalam vektor u, dengan menggunakan operator diferensial L yang telah didefinisikan
sebelumnya. Hubungan antara Pers. (2.1) dan (2.3) dibentuk oleh hubungan konstitutif
yang menyatakan perilaku material. Hubungan konstitutif, yaitu hubungan antara
perubahan tegangan dan perubahan regangan, dibahas secara ekstensif dalam Manual
Model Material. Hubungan tersebut secara umum diulangi disini untuk melengkapi :
Kombinasi Pers. (2.1), (2.3) dan (2.4) akan menghasilkan persamaan diferensial parsial
ordo-dua untuk perpindahan u.
Namun demikian tidak digunakan kombinasi secara langsung, melainkan persamaan
keseimbangan tersebut diformulasikan kembali dalam "bentuk lemah" (weak form)
menurut prinsip variasi Galerkin (lihat juga Zienkiewicz, 1967) :
2-1
MANUAL DASAR TEORI
uT (LT + p) dV = 0 (2.5)
Dalam formulasi ini u menyatakan variasi perpindahan yang secara kinematis dapat
diterima (kinematically admissible). Dengan menerapkan teorema Green untuk integrasi
parsial pada suku pertama dalam Pers. (2.5) akan diperoleh :
T dV = uT p dV + uT t dS (2.6)
Persamaan ini menerapkan batas integrasi dimana terdapat batas traksi. Ketiga
komponen dari batas traksi disusun dalam vektor t. Pers. (2.6) disebut sebagai
persamaan kerja virtual.
Terbentuknya kondisi tegangan dapat dianggap sebagai proses yang meningkat secara
bertahap :
Dalam hubungan ini, i menyatakan kondisi tegangan aktual yang tidak diketahui dan
i-1 menyatakan kondisi tegangan sebelumnya yang telah diketahui. Peningkatan
tegangan adalah perubahan tegangan yang diintegrasikan pada peningkatan waktu
yang kecil.
Jika Pers. (2.6) ditinjau sebagai kondisi aktual i, maka tegangan i yang tidak diketahui
dapat dieliminasi dengan menggunakan Pers. (2.7) :
T dV = uT pi dV + uT ti dS T i-1 dV (2.8)
Perlu diperhatikan bahwa seluruh besaran yang muncul dalam Pers. (2.1) hingga (2.8)
merupakan fungsi dari posisi dalam ruang tiga dimensi.
Sesuai dengan metode elemen hingga, sebuah kontinum dibagi menjadi sejumlah
elemen (volumetrik). Setiap elemen memiliki sejumlah titik nodal. Setiap titik nodal
mempunyai sejumlah derajat kebebasan yang berkaitan dengan nilai diskret dari variabel
yang tidak diketahui dalam permasalahan nilai batas yang akan diselesaikan. Dalam
kasus teori deformasi ini, derajat kebebasan berkaitan dengan komponen perpindahan.
Di dalam sebuah elemen, u diperoleh dari nilai diskret dari titik nodal dalam sebuah
vektor v dengan fungsi interpolasi yang tersusun dalam matriks N :
u = Nv (2.9)
Fungsi interpolasi dalam matriks N sering disebut sebagai fungsi bentuk. Substitusi dari
Pers. (2.9) ke dalam hubungan kinematis (2.3) menghasilkan :
= LNv = Bv (2.10)
Dalam hubungan ini, B adalah matriks interpolasi regangan, yang memuat turunan ruang
dari fungsi interpolasi. Pers. (2.9) dan (2.10) dapat digunakan dalam bentuk bervariasi,
bentuk peningkatan maupun bentuk perubahan.
Pers. (2.8) sekarang dapat diformulasikan kembali dalam bentuk diskret berikut :
(B v )
T
( ) i
( ) ( )
dV = N v T p dV + N v T t i dS B v T i-1 dV (2.11)
T i
vT B dV = vT N T p dV + vT N T t t dS vT BT i-1 dV (2.12)
Karena Pers. (2.12) berlaku untuk setiap variasi perpindahan yang secara kinematis
dapat diterima, vT, persamaan tersebut dapat ditulis ulang menjadi :
T i T T T
B dV = N p dV + N t i dS B i -1 dV (2.13)
= De ( p) (2.14)
e
Dalam hubungan ini D menyatakan matriks kekakuan elastis dari material untuk
peningkatan tegangan saat ini. Peningkatan regangan diperoleh dari peningkatan
perpindahan v dengan menggunakan matriks interpolasi regangan B, serupa dengan
matriks dalam Pers. (2.10).
Untuk perilaku material yang elastis, peningkatan regangan plastis p adalah nol.
Sedangkan untuk perilaku material yang plastis, peningkatan regangan plastis dapat
ditulis, menurut Vermeer (1979), sebagai berikut :
2-3
MANUAL DASAR TEORI
g
i -1
g
i
p = ( 1 ) + (2.15)
Dalam persamaan ini adalah peningkatan dari faktor pengali plastis dan adalah
sebuah parameter yang mengindikasikan jenis integrasi waktu. Untuk = 0 integrasi
disebut eksplisit dan untuk = 1 integrasi disebut implisit.
Vermeer (1979) telah menunjukkan bahwa penggunaan integrasi implisit ( = 1)
mempunyai beberapa kelebihan utama, karena integrasi ini mengatasi kebutuhan akan
pembaharuan tegangan untuk bidang leleh dalam kasus transisi dari perilaku elastis ke
plastis. Selain itu, dapat dibuktikan bahwa integrasi implisit, di bawah kondisi tertentu,
akan menghasilkan matriks diferensial / yang simetris dan positif, yang
berpengaruh baik bagi prosedur iterasi. Karena kelebihan-kelebihan utama ini, maka
pembahasan disini akan dibatasi hanya pada integrasi implisit dan integrasi waktu jenis
lainnya tidak akan disinggung.
Karena itu, untuk = 1 Pers. (2.15) dapat direduksi menjadi :
i
p g
= (2.16)
Substitusi Pers. (2.16) ke dalam Pers. (2.14) dan kemudian ke dalam Pers. (2.7) akan
menghasilkan :
i
g
= D
i tr e
dengan : tr = i-1 + De (2.17)
Dalam hubungan ini tr adalah vektor tegangan penolong, yang disebut sebagai
tegangan elastis atau tegangan coba-coba, yang merupakan kondisi tegangan baru saat
meninjau perilaku material yang murni linier elastis.
Peningkatan dari faktor pengali plastis , seperti yang digunakan dalam Pers. (2.17),
dapat diselesaikan dari kondisi dimana kondisi tegangan yang baru telah memenuhi
kondisi leleh :
f( i) = 0 (2.18)
Untuk model hardening yang plastis sempurna dan linier, peningkatan dari faktor
pengali plastis dapat dituliskan sebagai :
=
( )
f tr
(2.19)
d +h
dimana :
tr
i
f e g
d = D (2.20)
Simbol h menyatakan parameter hardening, yang bernilai nol untuk model plastis
sempurna dan bersifat konstan untuk model hardening linier. Dalam kasus hardening
linier, kondisi tegangan yang baru dapat diformulasikan sebagai :
( )
f tr g
D e
i
i = tr (2.21)
d +h
Kurung "" disebut sebagai "kurung McCauley", yang memiliki perjanjian berikut :
Substitusi dari hubungan antara peningkatan tegangan dan peningkatan regangan, yaitu
= M , ke dalam Pers. (2.13) akan menghasilkan :
K i vi = f i f i 1 (2.22)
ex in
j 1
K j v j = f i f (2.23)
ex in
n
v i = v j (2.24)
j =1
dimana n adalah jumlah iterasi dalam langkah i. Matriks kekakuan K, seperti yang
digunakan dalam Pers. (2.23), menyatakan perilaku material secara pendekatan.
Semakin akurat matriks kekakuan, semakin sedikit jumlah iterasi yang diperlukan untuk
mencapai keseimbangan dalam toleransi tertentu.
2-5
MANUAL DASAR TEORI
Dalam bentuknya yang paling sederhana, K menyatakan respon linier elastis. Dalam
kasus ini matriks kekakuan dapat diformulasikan sebagai :
Dalam bab ini akan dibahas teori dari aliran air tanah yang digunakan dalam PLAXIS.
Sebagai tambahan terhadap penjelasan aliran tanah secara umum, pembahasan akan
difokuskan pada formulasi elemen hingga.
Aliran dalam suatu media yang berpori dapat dijelaskan oleh hukum Darcy. Dengan
meninjau aliran dalam suatu bidang x-y yang vertikal, berlaku persamaan berikut :
qx = -kx qy = -ky (3.1)
x y
Persamaan tersebut menyatakan bahwa debit spesifik, q, tergantung dari koefisien
permeabilitas, k, dan gradien dari tinggi tekan air tanah. Tinggi tekan, , didefinisikan
sebagai :
= y p / w (3.2)
dimana y adalah posisi atau elevasi vertikal, p adalah tegangan dalam air (fluida) pori
(bernilai negatif untuk tekan) dan w adalah berat isi dari air pori. Pada aliran statis,
kondisi yang berkesinambungan berlaku :
q x q y
+ = 0 (3.3)
x y
Pers. (3.3) menyatakan bahwa tidak terdapat aliran yang masuk maupun keluar di dalam
sebuah bidang elementer, seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.1.
3-1
MANUAL DASAR TEORI
Tinggi tekan air tanah pada setiap elevasi di dalam sebuah elemen dapat dinyatakan
dalam nilai pada titik nodal dari elemen tersebut :
(, ) = N e (3.4)
dimana N adalah vektor dengan fungsi interpolasi dan serta adalah koordinat lokal di
dalam elemen. Sesuai Pers. (3.1), debit spesifik didasarkan pada gradien dari tinggi
tekan air tanah. Gradien ini dapat ditentukan dengan menggunakan matriks B, yang
mengandung turunan ruang dari fungsi interpolasi. Untuk menyatakan aliran pada tanah
yang jenuh (di bawah garis freatik) maupun pada tanah tak jenuh (di atas garis freatik),
sebuah fungsi reduksi K r diterapkan dalam hukum Darcy (Desai, 1976; Li & Desai,
1983; Bakker, 1989) :
qx = -K r kx qy = -K r ky (3.5)
x y
Fungsi reduksi mempunyai nilai sebesar 1 di bawah garis freatik (tegangan air pori
bersifat kompresif atau tekan) dan mempunyai nilai yang lebih rendah di atas garis
freatik (tegangan air pori bersifat tarik). Dalam zona transisi di atas garis freatik, nilai
dari fungsi semakin berkuran hingga mencapai nilai minimum sebesar 10-4.
Dalam zona transisi, fungsi dinyatakan dengan menggunakan hubungan logaritma-linier
berikut :
K r = 10 4 h / hk 10-4 K r 1
atau
10
log (K r) = [4h / hk] (3.6)
dimana h adalah tinggi tekan tekanan dan hk adalah tinggi tekan tekanan dimana fungsi
reduksi telah mencapai nilai minimum sebesar 10-4. Dalam PLAXIS, hk mempunyai nilai
pra-pilih sebesar 0.7 m (tidak tergantung dari satuan panjang yang dipilih).
Dalam formulasi numerik, debit spesifik, q , dituliskan sebagai :
q = -K r R B e (3.7)
dimana :
q x k x 0
q = dan R = (3.8)
q y 0 k y
0.1
0.01
Kr (log)
0.001
0.0001
0.00001
1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
h/hk
(a)
0.8
0.6
Kr
0.4
0.2
0
1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
h/hk
(b)
Gambar 3.2 Penyesuaian permeabilitas di antara zona (a) jenuh dan (b) tak jenuh
(K r = rasio dari permeabilitas terhadap permeabilitas jenuh)
3-3
MANUAL DASAR TEORI
Dari debit spesifik dalam titik integrasi, q , debit pada titik nodal Q e dapat
diintegrasikan sesuai dengan :
Q e = - BT q dV (3.9)
dimana BT adalah transpos dari matriks B. Pada tingkat elemen, berlaku persamaan
berikut :
Qe = K e e dengan K e = K r BT R B dV (3.10)
Pada tingkat global, kontribusi dari seluruh elemen ditambahkan dan kondisi batas (baik
pada tinggi tekan air tanah ataupun pada debit) diterapkan. Hal ini menghasilkan
sejumlah n buah persamaan dengan n buah variabel yang tidak diketahui :
Q = K (3.11)
dimana K adalah matriks aliran global dan Q memuat debit yang ditentukan yang
diberikan oleh kondisi batas.
Dalam kasus garis freatik tidak diketahui (permasalahan aliran tak terkekang),
digunakan metode Picard untuk menyelesaikan sistem persamaan secara iteratif. Bagian
yang linier diselesaikan dalam bentuk peningkatan (incremental form) dan proses iterasi
dapat diformulasikan sebagai :
dimana j adalah nomor iterasi dan r adalah vektor tak seimbang (unbalance vector).
Dalam setiap iterasi, peningkatan tinggi tekan air tanah dihitung dari ketidakseimbangan
dalam debit pada titik nodal dan ditambahkan pada tinggi tekan aktif.
Dari distribusi tinggi tekan air tanah yang baru, debit spesifik dihitung dengan
menggunakan Pers. (3.7), yang dapat diintegrasikan kembali ke dalam debit pada titik
nodal. Proses ini dilanjutkan hingga norma atau panjang dari vektor tak seimbang, yaitu
kesalahan dalam debit pada titik nodal, lebih kecil daripada kesalahan yang ditoleransi.
Elemen antarmuka diperlakukan secara khusus dalam perhitungan air tanah. Elemen-
elemen ini dapat diaktifkan maupun dinonaktifkan. Saat elemen dinonaktifkan, terjadi
hubungan penuh terhadap derajat kebebasan tekanan air pori. Saat elemen antarmuka
diaktifkan, maka tidak terjadi aliran dari sisi elemen antarmuka ke sisi lainnya (saringan
kedap air).
4 TEORI KONSOLIDASI
Dalam bab ini akan ditinjau teori konsolidasi yang digunakan dalam PLAXIS. Selain
deskripsi umum dari teori Biot untuk konsolidasi terhubung (coupled consolidation),
perhatian difokuskan pada model tanah tingkat lanjut dalam analisis konsolidasi
(konsolidasi elastoplastis).
dimana :
& = ( & xx & yy & zz & xy & yz & zx )T (4.5)
4-1
MANUAL DASAR TEORI
u = Nv p = N pn = Bv (4.6)
dimana v adalah vektor perpindahan titik nodal, pn adalah vektor tekanan air pori,
u adalah vektor perpindahan menerus (continuous displacement vector) di dalam sebuah
elemen dan p adalah tekanan air pori (berlebih). Matriks N memuat fungsi interpolasi
dan B adalah matriks interpolasi regangan.
Secara umum fungsi interpolasi untuk perpindahan dapat berbeda dari fungsi interpolasi
untuk tekanan air pori. Dalam PLAXIS, namun demikian, fungsi yang sama digunakan
untuk perpindahan dan tekanan air pori.
Dimulai dari persamaan peningkatan keseimbangan (incremental equilibrium equation)
dan dengan menerapkan pendekatan elemen hingga di atas, akan diperoleh :
BT d dV = NT df dV + NT dt dS + r0 (4.7)
dengan :
r0 = NT f0 dV + NT t0 dS BT 0 dV (4.8)
dimana f adalah gaya massa (body force) akibat berat sendiri dan t menyatakan traksi
permukaan. Secara umum vektor gaya residual, r0, akan bernilai nol, tetapi solusi dari
langkah beban sebelumnya mungkin tidaklah akurat. Dengan menambahkan vektor gaya
residual maka prosedur perhitungan akan dapat melakukan koreksi dengan sendirinya.
Suku dV mengindikasikan integrasi terhadap volume dari massa (body) yang ditinjau
dan dS mengindikasikan integrasi permukaan.
Dengan memisahkan tegangan total menjadi tekanan air pori dan tegangan efektif, serta
dengan menerapkan hubungan konstitutif, maka akan dihasilkan persamaan
keseimbangan titik nodal :
K dv + L d p = dfn (4.9)
n
dimana K adalah matriks kekakuan, L adalah matriks penghubung dan dfn adalah vektor
peningkatan beban :
K = BT M B dV (4.10a)
L = BT m N dV (4.10b)
dfn = NT df dV + NT dt dS (4.10c)
p
T R (w y pstabil p) / w mT + n / Kw = 0 (4.11)
t t
dimana R adalah matriks permeabilitas :
k x 0
R = (4.12)
0 k y
dan n adalah porositas, Kw adalah modulus bulk dari fluida dalam pori dan w adalah
berat isi dari fluida dalam pori. Persamaan kontinuitas ini mengikutsertakan perjanjian
tanda bahwa pstabil dan p dianggap positif untuk tegangan tarik.
Karena solusi statis (steady state) didefinisikan oleh persamaan :
T R (w y pstabil) / w = 0 (4.13)
maka persamaan kontinuitas mempunyai bentuk berikut :
p
T R p / w + mT n / Kw = 0 (4.14)
t t
Dengan menerapkan diskretisasi elemen hingga dengan menggunakan prosedur
Galerkin dan mengikutsertakan kondisi batas yang ditentukan akan diperoleh :
dv d pn
-H p + LT S = q (4.15)
n dt dt
dimana :
H = ( N)T R N / w dV S = n / Kw NT N dV (4.16)
dan q adalah suatu vektor yang berkaitan dengan aliran keluar yang ditentukan pada
daerah batas. Namun dalam PLAXIS Versi 8 tidak dimungkinkan untuk mempunyai batas
dengan aliran keluar tertentu yang tidak nol. Batas selalu tertutup atau terbuka dengan
tekanan air pori berlebih nol. Karena itu q = 0. Dalam kenyataan, modulus bulk dari air
sangat tinggi sehingga kompresibilitas dari air dapat diabaikan jika dibandingkan
dengan kompresibilitas tanah.
Dalam PLAXIS, modulus bulk dari fluida dalam pori dihitung secara otomatis menurut
persamaan (lihat juga Manual Acuan) berikut :
3 ( u )
Kw / n = K (4.17)
(1 2 u ) (1+ ) skeleton
4-3
MANUAL DASAR TEORI
dimana u mempunyai nilai pra-pilih 0.495. Nilai ini dapat diubah dalam program
Masukan berdasarkan parameter B dari Skempton. Untuk material terdrainase dan
material yang baru saja diaktifkan, modulus bulk fluida dalam pori diabaikan.
Persamaan keseimbangan dan kontinuitas dapat dinyatakan dalam suatu blok persamaan
matriks berikut :
dv
K L dt d f
0 0 v n
T = + dt (4.18)
L S d p 0 H p n
n q n
dt
Sebuah prosedur integrasi lengkah-demi-langkah yang sederhana digunakan utnuk
menyelesaikan persamaan ini. Dengan menggunakan simbol untuk notasi peningkatan
tertentu (finite increments), integrasi akan menghasilkan :
K v 0 v 0 n
L f
0
= + (4.19)
T *
L S p n 0 t H p n 0 t q*
n
dimana :
S* = t H + S q* = q + q (4.20)
n n0 n
dan v0 serta pn0 menyatakan nilai-nilai pada awal dimulainya sebuah langkah waktu.
Parameter adalah koefisien integrasi waktu. Pada umumnya, koefisien integrasi
dapat bernilai dari 0 hingga 1. Dalam PLAXIS digunakan kondisi implisit penuh dengan
nilai = 1.
Pada umumnya, saat model material yang non-linier digunakan, diperlukan iterasi untuk
mendapatkan solusi yang benar. Akibat terjadinya plastisitas atau perilaku kekakuan
yang bergantung pada tegangan, persamaan keseimbangan tidak perlu dipenuhi dengan
menggunakan teknik yang dijelaskan sebelumnya. Karena itu, persamaan keseimbangan
diperiksa disini. Pers. (4.9) yang merupakan persamaan keseimbangan tidak digunakan,
melainkan dituliskan dalam bentuk sub-peningkatan (sub-incremental form) berikut :
Kv + L p = rn (4.21)
n
rn = NT f dV + NT t dS BT dV (4.22)
dengan :
f = f0 + f dan t = t0 + t (4.23)
Dalam integrasi pertama dianggap bahwa = 0, yaitu tegangan pada awal dimulainya
suatu langkah. Iterasi selanjutnya digunakan berdasarkan tegangan saat ini yang dihitung
dari model konstitutif yang digunakan.
4-5
MANUAL DASAR TEORI
5 FORMULASI ELEMEN
Dalam bab ini fungsi interpolasi dari elemen hingga yang digunakan dalam PLAXIS akan
dijelaskan. Setiap elemen memuat sejumlah titik nodal. Setiap titik nodal mempunyai
sejumlah derajat kebebasan yang berkaitan dengan nilai diskret dari parameter yang
tidak diketahui dalam permasalahan nilai batas yang akan diselesaikan. Pada kasus teori
deformasi, derajat kebebasan berkaitan dengan komponen perpindahan, sedangkan
dalam kasus aliran air tanah derajat kebebasan adalah tinggi tekan air tanah. Untuk
permasalahan konsolidasi, derajat kebebasan berkaitan baik dengan komponen
perpindahan dan tekanan air pori (berlebih). Selain penjelasan fungsi interpolasi,
dibahas pula jenis integrasi numerik terhadap elemen yang digunakan dalam PLAXIS.
Dalam sebuah elemen, perpindahan u = (ux uy)T diperoleh dari nilai diskret titik nodal
dalam sebuah vektor v = (v1 v2 vn)T dengan menggunakan fungsi interpolasi yang
disusun dalam matriks N :
u = Nv (5.1)
Karena itu, fungsi interpolasi N digunakan untuk melakukan interpolasi nilai di dalam
sebuah elemen berdasarkan nilai-nilai yang diketahui pada titik-titik nodalnya. Fungsi
interpolasi juga dinotasikan sebagai fungsi bentuk.
Pertama, mari kita tinjau sebuah elemen garis. Elemen garis adalah basis dari elemen
geogrid, elemen pelat dan beban merata. Saat posisi lokal, , dari sebuah titik (umumnya
merupakan sebuah titik tegangan atau sebuah titik integrasi) yang telah diketahui,
komponen perpindahan u dapat dituliskan sebagai :
n
u() = Ni() vi (5.2)
i =1
dimana :
vi = nilai titik nodal,
Ni() = nilai dari fungsi bentuk pada titik nodal i pada posisi ,
u() = nilai hasil pada posisi dan
n = jumlah titik nodal pada tiap elemen.
5-1
MANUAL DASAR TEORI
Gambar 5.1 Fungsi bentuk untuk elemen garis dengan 3 buah titik nodal
Dalam grafik diatas, diberikan sebuah contoh dari elemen garis dengan 3 buah titik
nodal, yang kompatibel terhadap elemen segitiga dengan 6 buah titik nodal dalam
PLAXIS, karena segitiga dengan 6 buah titik nodal memiliki tiga buah titik nodal pada
tiap sisinya. Fungsi bentuk Ni memiliki sifat sedemikian rupa sehingga fungsi tersebut
bernilai satu pada titik nodal i dan bernilai nol pada titik nodal lainnya. Untuk elemen
garis dengan 3 buah titik nodal, dimana titik nodal 1, 2 dan 3 masing-masing berada
pada = -1, 0 dan 1, fungsi bentuk diberikan sebagai berikut :
N1 = - (1 ) (5.3)
N2 = (1 + ) (1 )
N3 = (1 + )
Gambar 5.2 Fungsi bentuk untuk elemen garis dengan 5 buah titik nodal
Saat menggunakan elemen segitiga dengan 15 buah titik nodal, terdapat lima buah titik
nodal pada setiap sisinya. Untuk elemen garis dengan 5 buah titik nodal, dimana titik
nodal 1 hingga 5 masing-masing berada pada = -1, -, 0, dan 1, fungsi bentuk
adalah :
Untuk elemen segitiga terdapat dua buah koordinat ( dan ). Selain itu digunakan juga
koordinat penolong = 1 . Untuk elemen segitiga dengan 15 buah titik nodal,
fungsi bentuk dapat dituliskan sebagai berikut (lihat penomoran lokal dari titik nodal
yang ditunjukkan dalam Gambar 5.3) :
N1 = (4 1) (4 2) (4 3) / 6 (5.5)
N2 = (4 1) (4 2) (4 3) / 6
N3 = (4 1) (4 2) (4 3) / 6
N4 = 4 (4 1) (4 1)
N5 = 4 (4 1) (4 1)
N6 = 4 (4 1) (4 1)
N7 = (4 1) (4 2) 8/3
N8 = (4 1) (4 2) 8/3
N9 = (4 1) (4 2) 8/3
N10 = (4 1) (4 2) 8/3
N11 = (4 1) (4 2) 8/3
N12 = (4 1) (4 2) 8/3
N13 = 32 (4 1)
N14 = 32 (4 1)
N15 = 32 (4 1)
5-3
MANUAL DASAR TEORI
Serupa dengan fungsi di atas, untuk elemen dengan 6 buah titik nodal fungsi bentuk
adalah sebagai berikut :
N1 = (2 1) (5.6)
N2 = (2 1)
N3 = (2 1)
N4 = 4
N5 = 4
N6 = 4
Untuk memperoleh integral dari suatu garis atau bidang tertentu, integral secara numerik
diestimasi sebagai berikut :
1 k
F ( ) d F ( ) w
i=1
i i (5.7)
= 1
dimana F(i) adalah nilai dari fungsi F pada posisi i, dan wi adalah faktor bobot untuk
titik i. Digunakan total sebanyak k titik sampel. Dua buah metode sering digunakan
dalam PLAXIS, pertama adalah integrasi Newton-Cotes, dimana titik-titik i dipilih pada
posisi dari titik nodal, dan kedua adalah integrasi Gauss, dimana jumlah titik yang lebih
sedikit pada lokasi khusus dapat digunakan untuk memperoleh akurasi yang tinggi.
Posisi dan faktor bobot dari kedua jenis integrasi ini masing-masing diberikan dalam
Tabel 5.1 dan Tabel 5.2. Perhatikan bahwa jumlah dari faktor bobot adalah sebesar 2.
Seperti pada elemen garis, integrasi numerik dapat diformulasikan terhadap elemen
segitiga sebagai berikut :
k
F(, ) d d F(i, i) wi (5.8)
i =1
PLAXIS menggunakan integrasi Gauss untuk elemen segitiga. Untuk elemen dengan
6 buah titik nodal, integrasi didasarkan pada 3 buah titik sampel, sedangkan untuk
elemen dengan 15 buah titik nodal, digunakan 12 buah titik sampel. Posisi dan faktor
bobot dari titik integrasi diberikan dalam Tabel 5.3 dan 5.4. Perhatikan bahwa, berbeda
dengan elemen garis, jumlah dari faktor bobot adalah 1.
5-5
MANUAL DASAR TEORI
= Bi vi (5.9)
dimana :
N i
x 0 0
N i
0 0
y
N i
0 0
B = N z (5.10)
i N i
0
i
y x
N i N i
0
z y
N i N i
0
z x
Di dalam elemen, turunan dihitung sesuai sistem koordinat lokal (, , ). Hubungan
antara turunan lokal dan global melibatkan matriks Jacobi, J :
N i x y z N i N i
x x
N
N i = x y z N i
= J i (5.11)
y y
N x y z N i N i
i
z z
N i N i
x
N
i = J 1 N i (5.12)
y
N i N
i
z
Turunan lokal Ni/, dan lain-lain, dapat dengan mudah diturunkan dari fungsi bentuk
elemen, karena fungsi bentuk diformulasikan dalam koordinat lokal. Komponen Jacobi
diperoleh dari perbedaan pada koordinat titik nodal. Invers matriks Jacobi, J-1, diperoleh
dengan melakukan invers secara numerik terhadap J.
Komponen regangan Cartesius sekarang dapat dihitung dengan penjumlahan dari
kontribusi seluruh titik nodal adalah :
xx
yy v x ,i
zz
= B i v y ,i (5.13)
xy i v z ,i
yz
zx
dimana vi adalah komponen perpindahan dalam titik nodal i.
Untuk analisis regangan bidang, komponen regangan dalam arah-z secara definitif
adalah nol, yaitu zz = yz = zx = 0. Untuk analisis axi-simetri, berlaku kondisi zz = ux / r
dan yz = zx = 0 (r = radius atau jari-jari).
Matriks kekakuan elemen, e, dihitung dengan integral (lihat juga Pers. (2.25)) :
K e = B T D e B dV (5.14)
Integral diestimasi dengan integrasi numerik seperti dijelaskan pada Bab 5.3. Pada
kenyataannya, matriks kekakuan elemen terdiri dari sub-matriks K ije dimana i dan j
adalah titik nodal lokal. Proses perhitungan dari matriks kekakuan elemen dapat
diformulasikan sebagai berikut :
5-7
MANUAL DASAR TEORI
6 REFERENSI
[1] Aubry D., Ozanam O. (1988), Free-surface tracking through non-saturated models.
Proc. 6th International Conference on Numerical Methods in Geomechanics,
Innsbruck, pp. 757-763.
[2] Bakker, K.J. (1989), Analysis of groundwater flow through revetments. Proc. 3rd
International Symposium on Numerical Models in Geomechanics. Niagara Falls,
Canada. pp. 367-374.
[3] Bathe, K.J., Koshgoftaar M.R. (1979), Finite element free surface seepage analysis
without mesh iteration. Int. J. Num. An. Meth. Geo, Vol. 3, pp. 13-22.
[4] Biot, M.A. (1956), General solutions of the equations of elasticity and
consolidation for porous material. Journal of Applied Mechanics, Vol. 23, No. 2.
[5] Brinkgreve, R.B.J. (1994), Geomaterial Models and Numerical Analysis of
Softening. Disertasi. Delft University of Technology.
[6] Desai, C.S. (1976), Finite element residual schemes for unconfined flow. Int. J.
Num. Meth. Eng., Vol. 10, pp. 1415-1418.
[7] Li, G.C., Desai C.S. (1983), Stress and seepage analysis of earth dams. J.
Geotechnical Eng., Vol. 109, No. 7, pp. 946-960.
[8] Riks, E. (1979), An incremental approach to the solution of snapping and buckling
problems. Int. J. Solids & Struct. Vol. 15, pp. 529-551.
[9] van Langen, H. (1991), Numerical analysis of soil-structure interaction. Disertasi.
Delft University of Technology.
[10] van Langen, H., Vermeer P.A. (1990), Automatic step size correction for non-
associated plasticity problems. Int. J. Num. Meth. Eng. Vol. 29, pp. 579-598.
[11] Vermeer, P.A. (1979), A modified initial strain method for plasticity problems. In:
Proc. 3rd Int. Conf. Num. Meth. Geomech. Balkema, Rotterdam, pp. 377-387.
[12] Vermeer, P.A., De Borst R. (1984), Non-associated plasticity for soils, concrete
and rock. Heron, Vol. 29, No. 3.
[13] Vermeer, P.A., Van Langen H. (1989), Soil collapse computations with finite
elements. Ingenieur-Archiv 59, pp. 221-236.
[14] Zienkiewicz, O.C. (1967), The finite element method in structural and continuum
mechanics. McGraw-Hill, London, UK.
6-1
MANUAL DASAR TEORI
T
Bentuk vektor reaksi f
in
= B i-c1 dV
i
Hitung ketidakseimbangan f = f ex f in
Keseimbangan eq = i,c j -1 + De
( )
f tr e g
Konstitutif i,c j = tr
D
d
T
Bentuk vektor reaksi f
in
= B i,c j dV
i
Hitung ketidakseimbangan f = f ex f in
| f |
Hitung kesalahan e= i
| f ex |
A-1
MANUAL DASAR TEORI
LAMPIRAN B - SIMBOL
B-1
MANUAL DASAR TEORI