GETARAN BEBAS
SISTEM BERDERAJAT KEBEBASAN TUNGGAL
2.1 Pendahuluan
Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas mempunyai kemampuan untuk mengalami
getaran bebas, yaitu getaran yang terjadi tanpa adanya gaya eksitasi dari luar. Perhatian utama
dalam getaran bebas adalah penentuan frekuensi alami atau frekuensi pribadi sistem (natural
frequency). Pada bab ini akan dipelajari bagaimana menurunkan persamaan gerak (equation of
motion) untuk sistem berderajat kebebasan tunggal (single degree of freedom / SDOF) sebagai
fungsi dari massa dan kekakuan sistem. Pendekatan Hukum II Newton diterapkan secara luas
dalam penurunan persamaan gerak di bab ini. Namun demikian di bab ini metoda energi juga
diperkenalkan dan diterapkan secara terbatas untuk menurunkan persamaan gerak pada sistem-
sistem yang tanpa melibatkan redaman.
Pada bab ini pengaruh redaman juga akan dibahas. Dalam skala moderat redaman akan
memberikan pengaruh yang cukup kecil terhadap frekuensi alami sehingga adakalanya diabaikan
dalam perhitungan. Efek utama dari keberadaan redaman adalah mengakibatkan amplitudo getaran
yang meluruh dengan pertambahan waktu. Berdasarkan respon yang meluruh ini kemudian
dikembangkan model pendekatan peluruhan logaritmik (logarithmic decrement) yang sangat
berguna untuk memperkirakan rasio redaman dan frekuensi pribadi sistem teredamnya. Perlu
dicatat bahwa keberadaan redaman juga sangat berpengaruh pada stabilitas sistem. Namun
demikian, meskipun terdapat banyak model redaman akan tetapi hanya model yang memberikan
prosedur analitik yang sederhana yang dipertimbangkan. Oleh karena itu, pada bab ini kita hanya
akan mendiskusikan secara luas model redaman viskos.
Beberapa sistem mekanis dan struktural dapat diidealkan sebagai sistem derajat kebebasan tunggal.
Dalam banyak sistem praktis, massa merupakan besaran yang terdistribusi, tetapi untuk analisis
sederhana massa dapat didekati dengan satu titik massa. Demikian pula elastisitas sistem, yang
dapat didistribusikan ke seluruh sistem, juga dapat diidealkan sebagai pegas tunggal. Sebagai
ilustrasi kita akan melakukan analisis getaran transversal menara air seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.1. Untuk keperluan tersebut selanjutnya menara air diperlakukan sebagai sistem
berderajat kebebasan tunggal (SDOF).
Diasumsikan massa menara jauh lebih kecil dibanding massa air dan penampungnya. Sebagai
konsekwensi maka menara dianggap hanya berkontribusi terhadap kekakuan sedang air dan
penampungnya hanya berkontribusi terhadap massa sistem sehingga menara air dapat
diidealisasikan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2a. Jadi, idealisasi menara air tersebut
merupakan kantilever vertikal dengan ujung bawah sebagai bagian tumpuan jepit dengan massa
tergumpal di ujung bebasnya (bagian atas). Selanjutnya dengan merujuk Tabel 1.1 kekakuan pegas
elemen elastik kantilever (dengan mengambil a = L) dinyatakan dengan k = 3EI/L3. Oleh karena
itu menara air sebagai sistem SDOF dapat dinyatakan sebagai sistem pegas-masa (Gambar 2.2b),
dengan keq = 3EI/L3 dan meq = M.
Gambar 2.1
x(t)
keq
meq
(b)
(a)
Gambar 2.2 (a) Idealisasi bangunan menara air dan (b) model sistem ekuivalen
2.3 Getaran Bebas Sistem Berderajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam
Untuk membangun model matematis sistem getaran bebas tak teredam sistem berderajat kebebasan
tunggal (SDOF) terlebih dahulu perhatikan skema sistem pegas-massa yang ditunjukkan pada
Gambar 2.3. Pada model Gambar 2.3 tersebut tampak bahwa sistem tidak mengandung baik
elemen redamanan maupun gaya eksitasi.
L k
Δ
m Kesetimbangan
statis
x(t)
Jika pada sistem pada Gambar 2.3 diberi simpangan awal dari kondisi kesetimbangannya kemudian
dilepas maka massa akan bergerak translasi bolak-balik melalui titik kesetimbangannya. Dengan
kata lain sistem akan mengalami getaran. Selanjutnya untuk menyusun persamaan gerak, beberapa
asumsi berikut diberlakukan, yaitu:
1. Sistem hanya mengalami gerak dalam arah vertikal saja. Tidak ada rotasi terhadap sumbu
mananpun.
2. Tidak ada redaman histeresis dari pegas
3. Redaman udara diabaikan
4. Pegas dianggap tidak bermassa
Jika Δ menyatakan simpangan statik sistem, yaitu simpangan yang semata-mata diakibatkan oleh
gaya berat, k menyatakan koefisien kekakuan pegas, m menyatakan massa pemberat dan g
menyatakan percepatan gravitasi setempat maka dalam kondisi setimbang statik berlaku
k mg 0 (2.1)
Jika sistem diberi simpangan sebesar x dari posisi setimbangnya maka diagram benda bebas
kondisi kesetimbangannya dapat dilukiskan seperti pada Gambar 2.4.
k(Δ+x)
)
m ≡ m
x(t) mg 𝑥ሷ (𝑡)
Dengan merujuk Hukum II Newton yang menyatakan bahwa resultan gaya yang bekerja pada
sebuah benda proporsional terhadap massa dikalikan dengan percepatannya, maka untuk benda
yang mengalami gerak planar dimana geraknya hanya dalam satu arah berlaku
F m x (2.2)
m g k x mx
(2.3)
mx mg k kx 0
mx kx 0 (2.4)
Pers. (2.4) merupakan persamaan gerak getaran bebas sistem SDOF yang berbentuk persamaan
diferensial biasa homogen orde-2. Dapat dilihat bahwa sekalipun sistem bergerak dalam arah
vertikal pengaruh percepatan gravitasi tidak muncul.
Persamaan gerak (2.4) di atas juga dapat diturunkan dengan menerapkan prinsip konservasi energi
sebagai berikut. Jika pada sisitem yang ditinjau tidak ada disipasi energi maka sistem tersebut
dikatakan konservatif. Jika pada sistem konservatif tidak ada kerja oleh gaya luar (selain gravitasi)
dilakukan pada sistem maka total energi sistem berharga konstan. Jika T dan V masing-masing
menyatakan energi kinetik dan energi potensial maka prinsip konservasi energi dapat dinyatakan
sebagai:
T V konstan (2.5)
atau
d
T V 0 (2.6)
dt
1 1
m x 2 k x2 konstan (2.7)
2 2
Jika Pers. (2.7) diturunkan terhadap waktu (sesuai dengan Pers. (2.6)) diperoleh
x mx k x 0 (2.8)
x 0
maka,
m x k x 0
Solusi Pers. (2.4) dapat diperoleh dengan menerapkan metoda standar. Mula-mula kita tentukan
persamaan karakteristik dari Pers. (2.9), yaitu
m2 k 0
k
1, 2 i (2.9)
m
Dimana i adalah bilangan imajiner. Besaran baru √(k/m) ini didefinisikan sebagai “frekuensi
alami” (natural frequency) atau sering disebut juga “frekuensi pribadi” dari sistem dalam bentuk
frekuensi angular (dalam rad/s) dan dinotasikan sebagai n , sehingga
k
n (2.10)
m
n 2 f
Maka frekuensi natural sistem (dalam cycle/s or Hz) diberikan oleh persamaan
1 k
fn (2.11)
2 m
Dengan definisi frekuensi pribadi Pers. (2.10), persamaan gerak pada Pers. (2.4) secara umum
dapat dituliskan kembali dalam bentuk
k eq
n (2.12b)
meq
Dimana keq dan meq masing-masing menyatakan kekakuan ekuivalen dan massa ekuivalen sistem.
Karena akar-akar karakteristiknya berupa bilangan imajiner sebagaimana ditunjukkan pada Pers.
(2.9) maka solusi umum Pers. (2.4) adalah
A1 dan A2 adalah konstanta yang ditentukan berdasarkan kondisi awal. Selanjutnya kita terapkan
simpangan dan kecepatan awal sebagai kondisi awal
x 0
x(t ) sin n t x0 cos n t (2.15)
n
Pers. (2.16) menyatakan respon getaran bebas sistem SDOF tak teredam, dimana A menyatakan
amplitudo, yaitu simpangan maksimum yang terjadi, dan 𝜑 adalah sudut fase.
Karena A sin n t A sin n t cos A cosn t sin maka dengan membandingkan dengan
Pers. (2.15) diperoleh A cos x0 / n dan A sin x0 , sehingga untuk Pers. (2.16) haruslah
Secara grafis respon getaran bebas SDOF tak teredam ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Respon getaran bebas sistem SDOF Pers. (2.16) juga dapat dituliskan sebagai
dengan
x 0
0 tan 1 (2.20b)
n x0
Adapun representasi grafisnya baik menggunakan Pers.(2.16) maupun (2.19) persis sama,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.5
Gambar 2.5 Representasi grafis respon getaran bebas sistem SDOF tak teredam
Pada respon getaran bebas SDOF tak teredam yang dinyatakan dengan Pers. (2.17) atau (2.19) dan
Gambar 2.5 terdapat tiga parameter utama, yaitu: Amplitudo, A, sudut fasa, 𝜑, dan frekuensi, 𝜔n.
Dua parameter pertama, yaitu: amplitudo dan sudut fase tergantung pada kondisi awal yang
diberikan (baik kecepatan awal maupun simpangan awal), sebagaimana ditunjukkan pada Pers.
(2.18) atau (2.20). Karena itu kedua besaran tersebut merupakan faktor eksternal yang sekalipun
untuk sistem yang sama harganya berubah ubah, tergantung kondisi awal yang diberikan. Adapun
untuk besaran ketiga, yaitu frekuensi, akan selalu berharga konstan sekalipun kondisi awal yang
diberikan berbeda-beda. Sehingga besaran tersebut merupakan faktor internal yang oleh karena
alasan tersebut 𝜔n disebut dengan frekuensi alami atau frekuensi pribadi.
Tampak dari Gambar 2.5 bahwa amplitudo (A) adalah simpangan maksimum yang terjadi
sedangkan sudut fasa (𝜑), jika menggunakan Pers. (2.17), berkaitan dengan waktu maju, yaitu
selisih waktu ketika simpangan berharga nol sebelumnya dengan saat t = 0. Sedangkan jika yang
digunakan Pers. (2.19), sudut fase ini berkaitan dengan waktu tunda, yaitu selisih antara t = 0
dengan saat simpangan mencapai maksimum di depannya. Pada Gambar 2.5 besaran 2 / n
menyatakan waktu yang diperlukan untuk bergetar satu siklus, disebut dengan perioda, T,
karenanya frekuensi alamiah juga dinyatakan dengan
1
fn (2.21)
T
Dari Pers. (2.17) atau (2.19) dan Gambar 2.5, dapat disimpulkan bahwa manakala sistem tanpa
redaman dikenai eksitasi awal (simpangan awal dan/atau kecepatan awal) maka sistem akan
bergetar dengan amplitudo konstan terus menerus. Hal ini disebabkan karena pada sistem tidak
terjadi disipasi maupun penambahan energi sistem bersifat konservatif.
Contoh 2.1
Sebuah mesin dapat dipasang dengan beberapa metoda. Diketahui bahwa utuk tiga metode yang
berbeda masing-masing memberikan defleksi statis 0.1 mm, 1 mm dan 10 mm. Jika diketahui
percepatan gravitasi setempat adalah 9.81 m/s2, tentukan frekuensi alami untuk masing-masing
metode pemasangan.
Solusi
Pers. (2.1) dapat disusun kembali menjadi k / m g / . Substitusi ke Pers. (2.11) diperoleh
frekuensi pribadi untuk masing-masing metode pemasangan sebagai berikut
g 9.81
n1 313.21 rad/s
1 0.1 10 3
g 9.81
n 2 99.05 rad/s
2 1.0 10 3
g 9.81
n 3 31.32 rad/s
3 10 10 3
Contoh 2.2
Seseorang dengan massa 100 kg berdiri tegak. Anggap bahwa seluruh beban ditumpu oleh tulang
tibia (lihat Gambar 2.6). Tibia memiliki panjang 40 cm dan dimodelkan sebagai tabung berongga
dengan diameter dalam 2.4 cm dan diameter luar 3.4 cm. Diketahui pula modulus elastisitas Young
bahan tulang adalah 2 x 1010 N/m2. Perkirakan frekuensi pribadi getaran aksial tulang tibia orang
tersebut. Anggap percepatan gravitasi setempat g = 9.81 m/s2.
Solusi
Mula-mula akan ditentukan defleksi statis tulang tibia. Anggap berat orang terdistribusi merata
pada dua kaki sehingga beban yang diterima tiap tulang tibia adalah
mg 1009.81
F 490.5 N
2 2
Karena tulang tibia mendapatkan beban aksil maka dengan merujuk Tabel 1.1, konstanta pegas
ekuivalennya untuk batanag dengan beban aksial adalah
EA
2 10 4 0.034 0.024
10 2 2
F 490.5
21.53 10 6 m
k 22.78 10 6
Contoh 2.3
Gambar 2.7 menunjukkan batang kantilever dengan massa tergumpal m di ujung bebasnya. Jika
panjang kantilever adalah L sedang modulus ekastisitas Young dan momen inersia luas masing-
masing dinyatakan dengan E dan I, dan massa kantilever diabaikan, tentukan frekuensi pribadi
kantilever tersebut.
Solusi
Konstanta pegas ekuivalen untuk batang kantilever (dengan mengambil gaya terkonsentrasi di
ujung bebasnya) adalah
3EI
k
L3
3EI
n
mL3
mg mgL3
k 3EI
g 3EI
n
mL3
m
EI Δ
x(t)
Sebuah manometer tabung U berisi cairan tertentu dengan densitas ρ (lihat Gambar 2.8). Jika A
adalah luas penampang tabung manometer, L adalah panjang total kolom cairan dan percepatan
gravitasi setempat adalah g, tentukan persamaan gerak dan perioda osilasi.
Solusi
Anggap viskositas fluida yang digunakan cukup kecil sehingga dapat diabaikan dan sistem
dianggap bersifat konservatif. Jika simpangan permukaan cairan yang terjadi adalah x maka selisih
ketinggian permukaan cairan pada tabung adalah 2x, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8,
sehingga gaya pembaliknya (restoring force) adalah
Fres Ag 2 x
Gaya pembalik bertanda negatif karena selalu berlawanan dengan arah gerak. Berdasar Hukum II
Newton
F mx
dimana m adalah massa seluruh fluida pada manometer atau m AL , maka
Ag 2 x ALx
Persamaan di atas dapat disusun kembali menjadi
2g
Lx 2 gx 0 atau x x0
L
Persamaan juga dapat dturunkan menggunakan metoda energi. Energi potensial sistem diakibatkan
adanya simpangan permukaan cairan terhadap titik setimbangnya, berharga positif jika di atas titik
setimbang dan berharga negatif jika berasa di bawahnya. Sehingga energi potensialnya adalah
x x
V Agx Agx( ) Agx 2
2 2
Energi kinetik sistem
1
T ALx 2
2
Maka
d 1
(T V ) ALx 2 Agx 2 ALxx 2 Agxx Ax Lx 2 gx 0
d
dt dt 2
Karena x 0 maka
Lx 2 gx 0
yang sama persis dengan persamaan yang diperoleh sebelumnya. Jadi, frekuensi pribadi dan
periodanya adalah
2g L
n dan T 2
L 2g
Contoh 2.5
Tentukan frekuensi natural dari sistem yang ditunjukkan pada Gambar 2.9a. Asumsikan katrol licin
dan massa dapat diabaikan.
Karena katrol tidak ada gesekan maka besar gaya pada masing-masing tali adalah W seperti
ditunjukkan oleh diagram benda bebas pada Gambar 2.9b. Jika perpindahan titik pusat katrol A
dan B masing-masing x1 dan x2 dan perpindahan yang dialami balok adalah x maka haruslah
berlaku
x 2x1 x2 (a)
2W
Pada katrol A: k1 x1 2W x1 (b)
k1
2W
Pada katrol B: k 2 x 2 2W x2 (c)
k2
W
Pada balok massa: k eq x W x (d)
k eq
W 2W 2W k k2 k1 k 2
2 4W 1 → k eq (e)
k eq k1 k2 k1 k 2 4k1 k 2
k1 k 2
mx x0
4k1 k 2
k1 k 2
n
4mk1 k 2
Contoh 2.6
Sistem seperti disketsakan pada Gambar 2.10 diasumsikan tidak ada gesekan pada semua
permukaan kontak. JIka M = 3m tentukan persamaan gerak dan frekuensi alami angular getaran
bebas sistem.
Diagram benda bebas sistem ditunjukkan pada Gambar 2.11, dengan S menunjukkan gaya pada
tali
6k 3k
n
4m 2m
Untuk menurunkan persamaan gerak getaran bebas tak teredam sistem rotasional pandang sebuah
batang tak bermassa dengan panjang l. Salah satu ujungnya ditumpu dengan engsel tanpa gesekan
sedang pada ujung bebasnya diberi gumpalan massa m seperti ditunjukkan pada Gambar 2.12a.
Jika batang diberi simpangan kemudian dilepas maka batang akan berayun dan mengalami getaran
bebas. Gambar 2.12b menunjukkan diagram benda bebas untuk sistem keseluruhan, sedangkan
diagram bebas untuk gumpalan massa ditunjukkan pada Gambar 2.13. Dengan memperhatikan
diagram benda bebas yang ditunjukkan pada Gambar 2.13 dan dengan mengabaikan hambatan
udara maka kesetimbangan torkanya dapat dituliskan sebagai:
M O I 0 ;
(2.22)
m g l sin I 0
Dengan I0 adalah momen inersia massa terhadap O. Pers. (2.22) dapat disusun kembali menjadi
I 0 m g l sin 0 (2.23)
Untuk sudut yang cukup kecil berlaku, sin θ ≈ θ, sehingga Pers. (2.23) menjadi
mgl mgl
n2 atau n (2.25)
I0 I0
Dengan cara yang sama dengan sistem translasional, solusi umum untuk sistem getaran rotasional
berbentuk
t A sin n t (2.26)
m ≡ m
mg sin θ
mg cos θ
mg
Sebuah roda dan ban mobil akan dilakukan uji getar torsional dengan menggantungkan pada
sebuah poros baja seperti ditunjukkan pada Gambar 2.14. Roda diberi simpangan sudut yang cukup
kecil kemudian dilepas sehingga pada roda tersebut terjadi 10 osilasi dalam 30.2 s. Jika diameter
dan panjang poros masing-masing adalah 0.50 cm dan 2 m sedangkan modulus geser baja adalah
80 x 109 N/m2, tentukan momen inersia polar roda dan ban.
Solusi
Dengan merujuk Hukum II Newton, persamaan gerak untuk sistem getar torsional dinyatakan
dengan
J k t → J k t 0
dengan J dan kt masing-masing menyatakan momen inersia massa polar roda dan kekakuan
torsional poros. Selanjutnya kekakuan inersia porosnya dapat dinyatakan dengan
GI p
kt Nm
L
Dimana G adalah modulus geser material poros, L panjang poros dan Ip menyatakan momen inersia
polar penampang poros yang dinyatkan dengan I p d 4 / 32 , dengan d menyatakan diameter
kt
G( d 4 / 32) 80 109 0.5 102
4
2.455 Nm
/ 32
L 2
Frekuensi alami angular sistem adalah 𝜔n = (2𝜋)(10/30.2) = 2.081 rad/s. Sehingga
k t 2.455 2.455
n2 2.0812 → J 0.567 kg m2
J J 2.0812
Jadi momen inersia massa polar rodanya adalah J = 0.567 kg m2.
Contoh 2.8
Tentukan frekuensi pribadi sistem batang-balok-pegas seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Solusi
Persoalan akan kita selesaikan dengan metoda energi. Energi potensial sistem adalah
2
1 L 11
V k kL2 2
2 3 29
Jika Jcg adalah momen inersia massa terhadap titik pusat massa batang maka dengan teorema
sumbu sejajar momen inersia massa terhadap C dapat dinyatakan dengan
2 2
2 1 1 1 1
J C J cg m L L mL2 m L mL2
3 2 12 6 9
Energi kinetiknya
2
1 1 2 11 4
T J C 2 M L mL2 ML2 2
2 2 3 29 9
d
T V d 1 1 mL2 4 ML2 2 1 1 kL2 2
dt dt 2 9 9 29
1 4 1
mL2 ML2 kL2
9 9 9
0
1 2 4 2 1 2 k
mL ML kL 0 atau 0
9 9 9 m 4M
Contoh 2.9
Tentukan persamaan gerak dan frekuensi pribadi angular sistem piringan-balok-pegas seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.16a.
Solusi
Pertama-tama persoalan akan kita selesaikan menggunakan Hukum II Newton. Untuk keperluan
tersebut kita gunakan diagram benda bebas seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16b. Pada balok m
berlaku
Misalkan pada kondisi setimbang statis gaya pembalik pegas adalah Fres, maka pada piringan
berlaku
krθ
k r
R . O
θ
M
(a) T
T
m
(b) mg
Dengan merujuk Hukum II Newton, resultan momen terhadap titik O pada piringan dapat
dinyatakan dengan
J O
mR 2 kr 2 0 atau
kr 2
M 2 m R 2
0
kr 2
n
M 2 m R 2
Kedua, sistem yang sama kita selesaikan dengan metoda energi. Energi kinetik sistemnya adalah
1 1 1 1
T m( R) 2 J O 2 mR 2 MR 2 2
2 2 2 2
Dengan anggapan simpangan cukup kecil maka energi potensialnya semata-mata ditimbulkan oleh
pegas, sehingga
k r kr 2 2
1 1
V
2
2 2
Maka
d
T V d 1 mR 2 1 MR 2 2 1 kr 2 2 mR 2 1 MR 2 kr 2 0
dt dt 2 2 2 2
Karena 0 , haruslah
1 2
mR MR kr 0
2 2
2
Pandang sistem SDOF dengan redaman viskos seperti ditunjukkan pada Gambar 2.17. Pada
redaman viskos gaya redamannya proporsional terhadap kecepatan dan diformulasikan dalam
bentuk
Fd c.x (2.27)
Pada Pers. (2.27) Fd menyatkan gaya peredaman dan c menyatakan koefisien redaman. Tanda
negatif pada Pers. (2.27) menunjukkan bahwa arah gaya berlawanan dengan arah kecepatan.
Δ
m Kesetimbangan
statis
x(t)
Gambar 2.17 Sistem SDOF dengan elemen redaman
Untuk menurunkan persaman gerak sistem getaran teredam, terlebih dahulu perhatikan diagram
benda bebas sistem seperti ditunjukkan pada Gambar 2.18 di bawah. Dengan mengingat penurunan
persamaan gerak getaran bebas sistem SDOF tak teredam dimana pada kondisi setimbang statiknya
berlaku kΔ = mg maka dengan cara yang sama diperoleh persamaan gerak getaran bebas SDOF
teredam dalam bentuk
k(Δ+x)
)
m ≡ m
x(t) mg 𝑥ሷ (𝑡)
Secara teoritis sistem dengan x mempunyai tendensi untuk meluruh dengan pertambahan waktu.
Secara fisis keberadaan redaman pada sistem akan mereduksi/menghambat gerakan. Oleh karena
itu dapat diasumsikan bahwa solusinya mempunyai fungsi decay Aest sebagai berikut (dimana A
dan s adalah konstanta-konstanta yang akan ditentukan)
x Ae s t
x s Ae s t (2.29)
x s 2 Ae s t
ms 2
cs k Ae s t 0 (2.31)
Seperti yang telah dijelaskan pada sistem getaran bebas SDOF tak teredam bahwa Aest ≠ 0,
sehinggapada Pers. (2.31) haruslah
m s 2 cs k 0 (2.32)
Pers. (2.32) dikenal sebagai persamaan karakteristik (characteristic equation) dari Pers. (2.28).
Bentuk umum akar-akar persamaan karakteristik diberikan oleh
c c 2 4k m
s (2.33)
2m
sehihgga diperoleh
ccr 2 k m (2.34)
c c
(2.35)
ccr 2 km
s 2 2 n s n2 0 (2.36)
Dimana n adalah frekuensi natural yang didefinisikan oleh Pers. (2.10). Dari Pers. (2.36)
diperoleh akar-akar karakteristik, yaitu
s1, 2 n n 2 1
(2.37)
Kasus 3 – teredam berlebih (overdamped), ζ > 1 (respon tidak mengalami osilasi, frekuensi
natural tereduksi)
Ketiga kasus tersebut akan kita bahas lebih rinci pada bagian berikut.
(i) Kasus teredam sebagian (0 < ζ < 1)
Untuk kasus ini akar-akar karakteristinya s1 dan s2 pada Pers. (2.37) berupa konjugat kompleks
dan dapat dituliskan dalam bentuk
s 1, 2 n j n 1 2
(2.38)
atau
s 1 n j d dan s2 n j d (2.39)
Bagian imajiner Pers. (2.39) menyatakan frekuensi natural teredam, 𝜔d, yang didifinisikan sebagai
d n 1 2 (2.40)
A1 dan B1 adalah konstanta yang ditentukan berdasarkan kondisi awal sebagai berikut
x(0) A1 x0 (2.42)
Pada t = 0
x 0 n x0
x 0 x (0) d B1 n A1 → B1 (2.43)
d
Respon getaran bebas sistem SDOF teredam sebagian yang dinyatakan dengan Pers. (2.41) juga
dapat dinyatakan dalam bentuk lain sebagai
Karena A sin d t A sin d t cos A cosd t sin , dengan membandingkan dengan
Pers. (2.41) diperoleh A cos B1 dan A sin A1 , sehingga untuk Pers. (2.44) berlaku
2
x n x 0
A 0 x 02 (2.45a)
d
x 0 d
tan 1 (2.45b)
x 0 n x0
Secara grafis respon getaran bebas SDOF tak teredam ditunjukkan pada Gambar 2.19.
Gambar 2.19 Respon bebas sistem SDOF teredam sebagian
Dari Gambar 2.19 tampak bahwa amplito respon mengalami peluruhan terhadap waktu sehingga
untuk t → ∞ maka x(t) → 0. Dari Pers. (2.44) tampak bahwa peluruhan amplitudonya mengikuti
fungsi e n t . Dari grafik tersebut juga tampak bahwa dua titik berurutan yang simpangannya
berharga nol tidak menunjukkan setengah perioda, ditunjukkan oleh α ≠ β. Hal ini berbeda dengan
respon bebas tak teredam. Dapat dilihat pula bahwa perioda teredamnya menunjukkan harga yang
lebih besar dari perioda tak teredam. Kondisi ini disebabkan kareana untuk sistem teredam
sebagian frekuensi pribadi teredamnya selalu berharga lebih kecil dibanding frekuensi pribadi tak
teredamnya.
Untuk sistem yang teredam kritis, akar-akar karakteristik pada Pers. (2.37) merupakan akar
kembar, yaitu
s1 s 2 n
Oleh karena itu solusi persamaan diferensial pada Pers. (2.28) berbentuk
Untuk t = 0 diperoleh
x(0) A1 x0
x (0) n A1 B1 x 0 → B1 x 0 n x0
Untuk kasus teredam berlebih akar-akar karakteristiknya berupa bilangan riil yang dengan merujuk
Pers. (2.37) dinyatakan sebagai
s1 n n 2 1
s2 n n 2 1
Dapat dilihat jika kedua akar tersebut berharga negatif. Dengan metoda baku penyelesaian
persamaan diferensial biasa maka solusi Pers. (2.28) dapat dituliskan berbentuk
xt A1 e B1e
s 1t s 2t
(2.48)
Untuk t = 0
x(0) A1 B1 x0 (2.49)
Untuk t = 0 diperoleh
x (0) A1 s1 B1 s 2 x 0 (2.50)
s 2 x0 x 0
A1 (2.51)
s 2 s1
dan
s1 x0 x 0
B1 (2.52)
s 2 s1
Tampak dari Pers. (2.48) karena baik s1 maupun s2 berharga negatif maka respon untuk sistem
teredam berlebih juga mengalami peluruhan sehingga x(t) → 0 untuk t → ∞. Dapat dilihat pula
bahwa pada respon bebas kondisi teredam berlebih tidak terjadi osilasi.
Gambar 220 menunjukkan grafik perbandingan respon bebas untuk sistem teredam sebagian,
teredam kritis dan teredam berlebih. Dari grafik tersebut juga dapat dilihat jika respon bebas untuk
sistem teredam kritis memberikan laju peluruhan yang tercepat dibanding dengan respon bebas
baik untuk sistem terdam sebagian maupun teredam berlebih.
Gambar 2.20 Respon bebas untuk kasus teredam sebagian, teredam kritis dan teredam berlebih
Contoh 2.10
Tentukan persamaan gerak, frekuensi pribadi dan rasio redaman sistem yang ditunjukkan pada
Gambar 2.21. Anggap θ cukup kecil.
k
m
θ
c
L/4 3L/4
a
𝐿
𝑘 ൬ 𝜃൰
4
O
θ
𝐽𝑂 𝜃ሷ 3𝐿
𝑐 ൬ 𝜃ሶ൰
4
b
Solusi
Dengan menerapkan Hukum II Newton M O J O maka dari diagram benda bebas Gambar
2.21b diperoleh
3L 3L L L
c k J O (a)
4 4 4 4
Momen inersia massa batang terhadap O dapat dicari menggunakan teorema sumbu sejajar, yaitu
2
3L L 1 1 7
J O J cg m mL2 mL2 mL2 (b)
4 2 12 16 48
Substitusi (b) ke (a) dan disusun kembali diperoleh persamaan gerak sistem berikut
7 9 1
mL2 cL2 kL2 0
48 16 16
Frekuensi natural
1 2
kL
16 3k k
n 0.655 (c)
7 7m m
mL2
48
Redaman kritisnya
1 7 14
cc 2 k eq meq 2 kL2 mL2 kmL4 0.135L2 km (d)
16 48 768
9 2
ceq cL
16 c
2
4.166
cc 0.135L km km
Akibat adanya peluruhan amplitudo ini maka dikenalkan istilah peluruhan logaritmik (logaritmic
decrement) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.22. Secara matematis peluruhan logaritmis
diformulasikan dalam bentuk
x t
ln (2.53)
x t Td
Dengan Td menyatakan perioda osilasi untuk sistem SDOF teredam yang dinyatakan dengan
persamaan
2
Td (2.54)
d
Gambar 2.22 Peluruhan logaritmis
A e n t sin d t
ln
A e n ( t Td ) sin d (t Td )
Dengan mengingat nilai sinusnya tidak berubah jika waktu ditambah dengan perioda getaran
teredamnya maka
e n t 2n
ln ln e n Td n Td
e n ( t Td ) d
2
(2.55)
1 2
(2.56)
4 2 2
Dengan informasi rasio redaman maka koefisien redaman sistem dapat dihitung dengan persamaan
c 2 k m (2.57)
Peluruhan logaritmis juga dapat dihitung berdasarkan peluruhan amplitudo respon sistem, yaitu
A1 A A A
ln ln 2 ln n ln n
A2 A3 An1 An1
atau
A1
n ln
An1
sehingga
1 xt
ln
n xt nT
(2.58)
1 A
ln 1
n An1
Jika rasio redaman cukup kecil maka 1 2 1 sehingga Pers. (2.56) dapat didekati dengan
persamaan berikut
2 (2.59)
Perbandingan peluruhan logaritmik dengan pendekatan Pers.(2.55) dan (2.59) ditunjukkan pada
Gambar 2.23. Dari gambar tersebut tampak bahwa kedua pendekatan tersebut akan memberikan
harga yang saling mendekati untuk harga rasio redaman sampai ζ ≈ 0.2. Namun untuk ζ > 0.2 kedua
harga peluruhan logaritmik yang diberikan oleh Pers. (2.55) dan (2.59) sudah tidak saling
bersesuaian lagi.
5
Peluruhan logaritmik (δ)
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Rasio redaman (ζ)
Contoh 2.11
Gambar 2.23 merupakan sketsa perpindahan, x(t), dari sistem pegas-massa-peredam dengan rasio
peredam yang cukup kecil (ζ<< 1). Diketahui konstanta pegas k = 400 π2 N/m dan massa m = 1 kg.
Sistem dilepaskan dari posisi diam x = x0 tanpa benturan. Simpangan maksimum pertama x1 terjadi
setelah selang satu periode Td dan harganya hanya e-10 kali x0. Tentukan konstanta peredam (c) dan
amplitudu setelah bergetar selama lima kali perioda (x5).
Gambar 2.24 Simpangan sistem pegas-massa-peredam
Solusi
x x0 101 1
ln 0 ln 1
ln e
x1
10 10
x0 e
Anggap rasio redaman cukup kecil sehingga dapat diterapkan Pers.(2.59) dan rasio redamannya
dapat dinyatakan dengan
1 / 10
1
c
→ c
2
2 km 2 400 1
2 Ns/m
2 2 20 2 km 20 20
Contoh 2.12
Kaki manusia memiliki frekuensi alami terukur sekitar 20 Hz ketika dalam posisi kaku (lutut
mengunci) dalam arah longitudinal (yaitu, sepanjang tulang) dengan rasio redaman ζ = 0.224.
Tentukan respons ujung tulang kaki jika kecepatan awal v0 = 0.6 m/s dan perpindahan awal nol
(ini sesuai dengan getaran yang diinduksi saat mendarat dengan kaki Anda, dengan lutut terkunci
dari ketinggian 18 mm) . Kemudian hitung pula akselerasi maksimum yang dialami kaki dengan
asumsi tidak ada redaman.
Solusi
2
x n x0 0.6 0.224 125.66 0
A 0 x02 0 0.005 m
2
d 122.467
x 0 d
tan 1 tan 1 0 0 (karena x0 = 0)
x0 n x0
Sehingga responnya
0.006
0.004
0.002
x(t), m
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
-0.002
-0.004
-0.006
t (detik)
Jika dianggap tidak ada redaman maka responnya dihitung menggunakan Pers.(2.16) dan (2.17).
Jika simpangan awal berharga nol maka amplitudo getarannya adalah (lihat Pers. (2.17a))
x 0 0.6
A
n n
0.6
x maks A n2 n2 0.6 n 0.6 125.66 75.396 m/s2
n
Jika dinyatakan dengan g = 9.81 m/s2 maka percepatan maksimumnya adalah 75.396/9.81 = 7.69g.
2.6 Pengaruh Massa Pegas
Sejauh ini kita menganggap bahwa pegas tak bermassa. Untuk kasus-kasus tertentu anggapan
tersebut tidak berlaku dan massa pegas harus diperhitungkan. Untuk mengetahui pengaruh massa
pegas terhadap frekuensi alami sistem massa-pegas, kita menambahkan energi kinetik sistem ke
massa yang terpasang dan menggunakan metode energi untuk menentukan frekuensi alami.
Misalkan l sebagai panjang total pegas. Jika x menunjukkan perpindahan ujung bawah pegas (atau
perpindahan massa m), perpindahan pada jarak y dari tumpuan diberikan oleh y(x/l). Demikian
pula, jika x menunjukkan kecepatan massa m, kecepatan elemen pegas yang terletak pada jarak y
dari tumpuan diberikan oleh y ( x / l ) . Energi kinetik elemen pegas dengan panjang dy adalah
2
1m x
dTs s dy y (2.60)
2 l l
Dimana ms adalah massa pegas. Enrgi kinetik total sistem selanjutnya dapat diformulasikan
sebagai
2
1m x
l
1 1 1 ms 2
T mx 2 s dy y mx
2
x (2.61)
2 0
2 l l 2 2 3
1 2
U kx
2
k
n (2.62)
1
m ms
3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh massa pegas dapat dilibatkan dengan menambahkan
sepertiga massa pegas.
2.7 Analisis Stabilitas Sistem SDOF Teredam
Dengan memplot akar-akar karakteristik dalam bidang-s maka stabilitas sistem getaran yang
ditinjau dapat diketahui. Jika seluruh akar karakteristik terletak di bagian kiri sumbu imajiner
(semua bagian riilnya negatif) mengindikasikan bahwa redaman sistem berharga positif dan
mampu menyerap energi selama sistem bergetar. Kondisi yang demikian ini dikatakan bahwa
sistem stabil dan respon geteran bebasnya meluruh menuju nol (konvergen). Sebaliknya jika
seluruh akar karakteristik terletak di sebelah kanan sumbu imajiner (semua bagian riilnya positif)
menunjukkan bahwa redaman sistem berharga negatif dan tidak lagi menyerap energi melainkan
memberi tambahan energi selama sistem bergetar sehingga respon getaran bebas sistemnya akan
semakin membesar dan menuju ke tak hingga (divergen) dan sistem dikatakan tidak stabil.
Sedangkan jika akar-akar karakteristiknya terletak tepat di sumbu imajiner menunjukkan bahwa
sistem tidak mengandung redaman sehingga respon getaran bebasnya akan berosilasi harmonik
(sistem dalam kondisi netral). Jika seluruh akar-akar karakteristik terletak di sebelah kiri sumbu
imajiner, sistem dikatakan overdamped jika akar-akar terletak di sumbu riil dan dikatakan
undamped jika seluruh akarnya terletak tepat di sumbu imajiner. Perlu dicatan di sini bahwa jika
akar karakteristik kompleks maka selalu akan muncul bersama konjugatnya.
Plot akar-akar karakteristik dalam bidang-s ini dikenal dengan istilah tempat kedudukan akar atau
root locus yang lazim digunakan dalam bidang teknik kendali (control engineering) guna analisis
stabilitas sistem. Secara skematis tempat kedudukan akar ini beserta bentuk responnya
diilustrasikan pada Gambar 2.26.
Gambar S1.2
Gambar S1.3
Gambar S1.7
9. Tentukan redaman kritis dan frekuensi pribadi teredam sistem pada Gambar S1.9.
Gambar S1.9
10. Sebuah benda yang bergetar dengan redaman viskos membuat lima osilasi penuh per detik,
dan dalam 50 siklus amplitudonya berkurang hingga 10 persen. Tentukan penurunan
logaritmik dan rasio redaman. Berapa proporsi periode getaran akan berkurang jika redaman
dihilangkan?