2.1 Pengantar
Untuk merencanakan sustu mesin atau bagian mesin dengan baik yang dikenakan
dengan getaran paksa, maka perlu diketahui frekuensi pribadinya guna mencegah
resonansi. Pada kebanyakan system yang bergetar akan bekerja sejumlah tipe peredam,
namun jika efeknya kecil maka dapat diabaikan.
Hukum II Newton
Prinsip D Alembert
Metoda Energi
Jufri Sialana,ST.,MT
Persamaan diferensial muncul dalam berbagai bidang sains dan teknologi, bilamana
hubungan deterministik yang melibatkan besaran yang berubah secara kontinu
(dimodelkan oleh fungsi matematika) dan laju perubahannya (dinyatakan sebagai
turunan) diketahui atau dipostulatkan. Ini terlihat misalnya pada mekanika klasik, di
mana gerakan sebuah benda diperikan oleh posisi dan kecepatannya terhadap waktu.
Hukum Newton memungkinkan kita mengetahui hubungan posisi, kecepatan, percepatan
dan berbagai gaya yang bertindak terhadap benda tersebut, dan menyatakannya sebagai
persamaan diferensial posisi sebagai fungsi waktu. Dalam banyak kasus, persamaan
diferensial ini dapat dipecahkan secara eksplisit, dan menghasilkan hukum gerak.
Contoh pemodelan masalah dunia nyata menggunakan persamaan diferensial adalah
penentuan kecepatan bola yang jatuh bebas di udara, hanya dengan memperhitungkan
gravitasi dan tahanan udara. Percepatan bola tersebut ke arah tanah adalah percepatan
karena gravitasi dikurangi dengan perlambatan karena gesekan udara. Mencari kecepatan
sebagai fungsi waktu mensyaratkan pemecahan sebuah persamaan diferensial. Contoh
lain adalah untuk simulasi gerak dinamis atau simulasi dinamis
Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaan yaitu:
1. Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang
tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal. Dalam
bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi
kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi vektor maupun matriks.
Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi
dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut.
2. Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di mana fungsi
yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan
tersebut juga melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefinisikan seperti pada
persamaan diferensial biasa, namun klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik,
hiperbolik, dan parabolik, terutama untuk persamaan diferensial linear orde dua,
Jufri Sialana,ST.,MT
sangatlah penting. Beberapa pesamaan diferensial parsial tidak dapat digolongkan
dalam kategori-kategori tadi, dan dinamakan sebagai jenis campuran.
Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier
atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang tidak
diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu (hasil kali tidak dibolehkan). Bila
tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier
x x x
Jufri Sialana,ST.,MT
2.4 Jawaban PDG
Perhatikan kembali PDG dari sistem massa dan pegas (pada penentuan PDG/pertemuan
sebelumnya) :
m ̈ = kx = 0
̈ + k/m . x = 0 k/m = ɷn2
̈ + ɷn 2 . x = 0 ɷn = √
x = A cosɷn1 + B sin ɷn1
= A1 sin (ɷn1 + Ø1 ) dimana : A,B,A,A2, Ø1 dan Ø2 = konstanta yang
ditentukan dari kondisi awal
= A2 cos (ɷn1 + Ø2 )
Kondisi awal : x = X0
Pada t = 0 masukan pada salah satu jawaban diatas
̇ =0
x = A cosɷn1 + B sin ɷn1 X0 = A .1 + B . 0 A = Y0
̈ = - Aɷn sinɷn1 + B ɷn scos ɷn1 0 = - Aɷn . 0 + Bɷn . 1 B=0
x T=2𝜋 /ωn
X = X0 = cos ωn1
X0
m
Frekuensi Pribadi : fn = ωn / 2 = ½ √ =½ √
: fn = ½ √ ; mg = k . Δ
Jufri Sialana,ST.,MT
Prinsip D’Alembert
Sebuah alternatif pendekatan untuk mendapatkan persamaan adalah penggunaan Prinsip
D’Alembert yang menyatakan bahwa sebuah sistem dapat dibuat dalam keadaan
keseimbangan dinamis dengan menambahkan sebuah gaya fiktif pada gaya-gaya luar
yang biasanya dikenal sebagai gaya inersia.
Jawab persamaan differential gerak
mx + kx = 0
Misal jawab
x = A sin ωt + B cos ωt
x = ω Acos ωt - ω B sin ωt
x = - ω2 Acos ωt - ω 2 B sin ωt
x = - ω2 x
m (- ω2 x) + kx = 0
(k - m ω2)x = 0
Getaran terjadi , jika x # 0. oleh karena itu (k - mω2 ) = 0 dan akibatnya
Gambar 2.1 Kombinasi pegas (a) pegas parallel, (b) pegas seri
Jufri Sialana,ST.,MT