Anda di halaman 1dari 24

Erwin SchrÖdinger (1887 –

1961), warga Austria,


walaupun ia tidak sepaham
dengan tafsiran probabilistik
yang kemudian diterapkan
pada pekerjaannya. Ia berjasa
dalam mengembangkan teori
matematik mekanika
gelombang partikel yang
untuk pertama kalinya
memungkinkan dihitungnya
perilaku gelombang dari
berbagai sistem fisis.

PERSAMAAN SCHRÖDINGER

BAB III : Persamaan Schrodinger 67


3.1. Pendahuluan

Perbedaan pokok antara mekanika (Newton) dan


mekanika kuantum terletak pada cara menggambarkannya.
Dalam mekanika klasik, masa depan partikel telah ditentukan
oleh kedudukan awal, momentum awal serta gaya-gaya yang
beraksi padanya. Dalam dunia makroskopik, kuantitas ini
semuanya dapat ditentukan dengan ketelitian yang cukup
sehingga mendapatkan ramalan mekanika Newton yang cocok
dengan pengamatan.
Mekanika kuantum juga menghasilkan hubungan antara
kuantitas yang teramati, tetapi prinsip ketidakpastian menyaran-
kan bahwa kuantitas teramati bersifat berbeda dalam kawasan
atomik. Sebab dan akibat masih berhubungan dengan
mekanika kuantum tetapi memerlukan tafsiran yang hati-hati.
Dalam mekanika kuantum ketentuan tentang karakteristik masa
depan seperti pada mekanika Newton tidak mungkin diperoleh,
karena kedudukan dan momentum awal partikel tidak dapat
diperoleh dengan ketelitian yang cukup.
Kuantitas yang hubungannya dijelajahi oleh mekanika
kuantum ialah peluang (probability). Kita belum dapat
memastikan, misalnya jari-jari orbit elektron dalam keadaan
dasar atom hidrogen selalu tepat sama dengan 5,3 x 10-11 m,
mekanika kuantum memberikan jari-jari dengan peluang
terbesarnya. Jika melakukan eksperimen yang cocok, banyak
percobaan yang menghasilkan harga yang berbeda, bias lebih
besar atau lebih kecil, tetapi sebagian besar berpeluang besar
didapatkan sama dengan 5,3 x 10-11 m.
Sepintas kita dapat mengira bahwa mekanika kuantum
merupakan pengganti yang jelek dari mekanika klasik. Akan
tetapi, pemeriksaan yang lebih teliti mengungkapkan kenyataan
yang mengejutkan : mekanika klasik tisak lain dari pada versi
aproksimasi dari mekanika kuantum. Kepastian yang
dinyatakan oleh mekanika klasik hanya merupakan bayang-
bayang, dan kecocokan dengan eksperimen timbul sebagai
konsekuensi kenyataan bahwa benda makroskopik terdiri dari

68 FISIKA KUANTUM
banyak atom individu yang menyimpang dari perilaku rata-rata
tidak teramati. Sebagai ganti kumpulan prinsip fisis, salah satu
untuk alam makroskopik dan yang lain untuk alam mikroskopik,
ternyata hanya ada satu kumpulan, dan mekanika kuantum
mengungkapkan usaha kita yang terbaik sampai saat ini untuk
merumuskannya.

3.2. Fungsi dan Persamaan Gelombang SchrÖdinger

Seperti yang diterangkan pada pembahasan materi


sebelumnya, kuantitas yang diperlukan dalam mekanika
kuantum ialah fungsi gelombang  dari benda itu, maka pada
bagian ini akan ditunjukkan bahwa Persamaan gelombangnya
harus memenuhi persyaratan dan memiliki banyak solusi.
Walaupun  sendiri tidak mempunyai tafsiran fisis, kuadrat
besaran mutlaknya ||2 (atau sama dengan * jika 
kompleks) yang dicari pada suatu tempat tertentu pada suatu
saat berbanding lurus dengan peluang untuk mendapatkan
benda itu di tempat itu pada saat itu. Momentum, momentum
sudut dan energi dari benda dapat diperoleh dari . Persoalan
mekanika kuantum adalah untuk menentukan  dari benda itu
bila kebebasan gerak dibatasi oleh aksi gaya eksternal.
Dalam kejadian itu, fungsi gelombang  adalah
kompleks, dengan bagian real maupun imajiner, kerapatan
peluang ||2 diberikan oleh hasil kali * dari  dan Konjugate
Kompleks *. Konjugate kompleks dari sembarang fungsi
diperoleh dengan mengganti i (= − 1 ) dengan – 1 di manapun
konjugate kompleks tadi tampil dalam fungsi. Setiap fungsi
kompleks  dapat ditulis dalam bentuk

 = A + iB
Dengan A dan B adalah fungsi real. Konjugate kompleks *
dari  adalah

* = A – iB

BAB III : Persamaan Schrodinger 69


Dengan demikian

* = A2 – i2B2 = A2 + B2

Karena i2 = -1. Jadi * akan selalu berupa kuantitas real


positif.
Bahkan, sebelum kita meninjau perhitungan awal dari
, kita dapat membangun persyaratan yang harus dipenuhinya.
Karena ||2 berbanding lurus dengan kerapatan peluang P
untuk mendapatkan benda yang diperikan (digambarkan) oleh
, integral ||2 ke seluruh ruang harus berhingga – benda
harus didapatkan pada suatu tempat. Jika

 dV = 0
2

−

Partikel itu tidak ada, dan integralnya jelas tidak bisa  dan
tetap berarti sesuatu; ||2 tidak bisa negatif atau kompleks
karena cara didefinisikannya, sehingga satu-satunya
kemungkinan yang tertinggal ialah suatu kuantitas yang
berhingga supaya  memang memberikan benda real.
Biasanya untuk memudahkan, kita ambil ||2 sama
dengan kerapatan (densitas) peluang P untuk mendapatkan
partikel yang digambarkan oleh , ketimbang hanya
berbanding lurus dengan P. jika ||2 sama dengan P, maka
benar bahwa

 dV =1
2
(3.1)
−
Karena

 P dV =1
−
Ialah suati pernyataan matematis bahwa partikel itu ada di
suatu tempat untuk setiap saat. Jumlah semua peluang yang
mungkin harus tertentu.

70 FISIKA KUANTUM
Fungsi gelombang yang memenuhi Persamaan (3.1)
dinamakan ternormalisasi. Setiap fungsi gelombang yang bisa
dipakai dapat dinormalisasikan dengan mengalikannya dengan
tetapan yang sesuai; kita akan melihat hal ini dengan segera
bagaimana hal ini dilakukan.
Di samping bisa dinormalisasi,  harus berharga
tunggal, karena P hanya berharga tunggal pada tempat dan
waktu tertentu, dan kontinu. Peninjauan momentum memberi
syarat bahwa turunan parsial

  
, ,
x y z

Harus berhingga, kontinu dan berharga tunggal. Hanya fungsi


gelombang dengan sifat-sifat tersebut dapat memberikan hasil
yang berarti fisis jika dipakai dalam perhitungan, jadi hanya
fungsi gelombang yang ”berperilaku baik” yang diizinkan
sebagai representasi matematis dari benda nyata.
Jika kita sudah mempunyai fungsi gelombang  yang
ternormalisasi dan dapat diterima, peluang (kemungkinan)
partikel dapat ditemukan pada suatu daerah tertentu ialah
integral kerapatan peluang ||2 dalam daerah itu terhadap
volume. Untuk partikel yang geraknya terbatas pada arah – x,
maka peluang untuk mendapatkan partikel antara x1 dan x2
ialah
x2

Peluang =  |  |2 dx (3.2)
x1

Persamaan SchrÖdinger yang merupakan Persamaan


pokok dalam mekanika kuantum serupa dengan hukum gerak
kedua yang merupakan Persamaan pokok dalam mekanika
Newton, adalah Persamaan gelombang dalam variabel .
Sebelum kita menangani Persamaan SchrÖdinger, terlebih
dahulu kita tinjau ulang Persamaan gelombang.

BAB III : Persamaan Schrodinger 71


2 y 1 2 y
= (3.3)
 x2 v2  t 2

Yang menentukan gelombang dengan kuantitas variabel y yang


menjalar dalam arah x dengan kelajuan v. Dalam kasus
gelombang pada tali terbentang, y menyatakan pergeseran tali
dari sumbu x ; dalam kasus gelombang bunyi, y menyatakan
perbedaan tekanan, dalam kasus gelombang cahaya, y
menyatakan besarnya medan listrik atau elektronon.
Persamaan gelombang seperti di atas diturunkan dalam buku
mekanika untuk gelombang mekanis dan dalam buku kelistrikan
dan kemagnetan gelombang elektromagnetik.

Contoh 3.1.

Fungsi gelombang suatu partikel yang bergerak sepanjang


sumbu x adalah :

 (x) = Ce - | x | sin  x
a. Tentukan konstanta C jika fungsi gelombang ternormalisasi.
b. Jika  = , hitung kemungkinan untuk mendapatkan partikel
berada di sebelah kanan x = 1.

Penyelesaian :
a. Secara eksplisit  (x) diberikan oleh

Ce x sin  x, Untuk x < 0


 (x) =
Ce - x sin  x, Untuk x > 0
Sehingga

C2 e 2x sin2  x, Untuk x < 0


| (x)|2
= C2 e -2x sin2  Untuk x > 0
x,

72 FISIKA KUANTUM
Tampak bahwa fungsi terakhir adalah fungsi genap, karena
itu
  0

 |  | dx = 1 = C  e sin  x dx + C e sin 2  x dx
2 2 −2 x 2 2 2x

− 0 −

= 2 C 2  e −2 x sin 2  x dx
0
Untuk menghitung integral terakhir ini, tuliskan fungsi
sinus dalam bentuk eksponensial dan diperoleh

 − 4 e 
1 ( 2i − 2)
1 = 2C 2 + e − ( 2 i  + 2 ) − 2 e − 2 x dx
0

C e ( 2i − 2) x e − ( 2i − ) x
2

=−  − + e −2x 
2  2i − 2 2i + 2 0
C2  1 1 
=  − + 1
2 2i − 2 2i + 2 
C 2  −4 
=  + 1
2 4  + 4 
2

Diperoleh konstanta normalisasi C :

C=
(
2 1+  2 )
 2

Sehingga

 ( x) =
(
2 1+  2 )e − | x|
sin  x
 2

BAB III : Persamaan Schrodinger 73


b. Besar kemungkinan partikel berada di x  1

P (x  t ) =  | ( x) |
2
dx
1

2 (1 +  2 )
e sin 2  x dx
−2x
=
 2
1

1+  
2
e
= 2
+ sin 2  − cos 2 
2 2

Untuk  = ,
P (x  t ) =
1
= 0,068
2e 2

3.2.1. Persamaan SchrÖdinger : Bergantung – Waktu


Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang 
bersesuaian dengan variabel gelombang y dalam gerak
gelombang umumnya. Namun,  tidak seperti y, bukanlah
suatu kuantitas yang dapat terukur, sehingga dapat berupa
kuantitas kompleks. Karena itulah kita akan menganggap 
dalam arah x dinyatakan oleh

 = A e − i (t − x / v ) (3.4)

Jika kita ganti  dalam rumus di atas dengan 2  dan v


dengan   , diperoleh

 = A e − 2i (t − x /  ) (3.5)


Yang bentuknya menguntungkan, karena kita telah mengetahui
hubungan  dan  dinyatakan dalam energi total E dan
momentum p dari partikel yang diperikan oleh . Karena
h 2 
E = h = 2   dan = =
p p

74 FISIKA KUANTUM
Diperoleh
 = A e − ( i /  ) ( E t − p x) (3.6)

Persamaan (3.6) merupakan penggambaran matematis


gelombang ekivalen dari partikel bebas yang berenergi total E
dan bermomentum p yang bergerak dalam arah +x.
Pernyataan fungsi gelombang  yang diberikan dalam
Persamaan (3.6) hanya berlaku untuk partikel yang bergerak
bebas, sedangkan kita lebih tertarik pada situasi dengan gerak
partikel yang dipengaruhi berbagai pembatasan. Yang harus
kita lakukan sekarang adalah mendapatkan Persamaan
diferensial pokok untuk , kemudian memecahkan  untuk
situasi yang khusus. Persamaan ini, yang disebut Persamaan
SchrÖdinger dapat diperoleh dengan berbagai cara, tetapi
semuanya mengandung kelemahan yang sama : Persamaan itu
tidak dapat diturunkan secara ketat dari prinsip fisis yang ada
karena Persamaan itu menyatakan sesuatu yang baru. Apa
yang akan dilakukan di sini adalah menunjukkan suatu cara
untuk memperoleh Persamaan gelombang , kemudian
membahas pentingnya hasil tersebut.
Kita mulai dengan mendiferensiasi Persamaan (3.6) dua
kali terhadap x yang menghasilkan

 2 p2
= −  (3.7)
 x2 2

dan sekali terhadap t, diperoleh


 iE
=−  (3.8)
t 

Untuk kelajuan yang kecil terhadap kelajuan cahaya, energi


total partikel E ialah jumlah dari energi elektrono p2/2m dan
energi potensial V, dengan V pada umumnya merupakan fungsi
kedudukan x dan waktu t :

BAB III : Persamaan Schrodinger 75


p2
E= +V (3.9)
2m

Fungsi V menyatakan pengaruh dari sisa semesta pada


partikel. Tentu saja, hanya sebagian dari semesta yang
berinteraksi dengan partikel ; misalnya dalam kasus elektron
dalam atom hidrogen, hanya medan listrik inti yang diperhitung-
kan.
Dengan mengalikan kedua suku Persamaan (3.9)
dengan fungsi gelombang , akan menghasilkan :

p2 
E = +V (3.10)
2m

Dari Persamaan (3.7) dan (3.8), dapat dilihat bahwa

 
E = − (3.11)
i t
Dan
 2
p2  = −2 (3.12)
 x2

dengan mensubstitusikan pernyataan untuk E  dan p 2



dalam Persamaan (3.10) akan diperoleh
 2 2 
i =− +V (3.13)
t 2m  x2

Persamaan terakhir ini adalah Persamaan SchrÖdinger yang


Bergantung – Waktu. Dalam tiga dimensi, Persamaan
SchrÖdinger bergantung – waktu diberikan oleh

 2  2  2  2  
i =−  + + + V  (3.14)
t 2m  x
2
 y2  z 2 

76 FISIKA KUANTUM
Di mana energi potensial partikel V merupakan fungsi dari x, y,
z, dan t.
Persamaan gerak kuantum partikel di dalam potensial V (x, t)
diberikan oleh

  ( x, t ) 2 2
i =−   ( x , t ) + V  ( x, t ) (3.15)
t 2m

Setiap pembatasan yang dapat membatasi gerak partikel dapat


mempengaruhi fungsi energi potensial V. Sekali bentuk V
diketahui, Persamaan Schrodinger – nya dapat dipecahkan
untuk mendapatkan fungsi gelombang partikel , sehingga
kerapatan peluang ||2 dapat ditentukan untuk x, y, z, dan t
tertentu.
Di sini Persamaan SchrÖdinger diperoleh mulai dari
fungsi gelombang partikel yang bergerak bebas. Perluasan
Persamaan SchrÖdinger untuk kasus khusus partikel bebas
(energi potensial V = konstan) ke kasus umum dengan sebuah
partikel yang mengalami gaya sembarang yang berubah
terhadap ruang dan waktu [ V = V(x, y, z, t )] merupakan suatu
kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada satu cara “a
priori” yang membuktikan perluasan itu benar. Yang bisa kita
lakukan hanyalah mengambil postulat bahwa Persamaan
SchrÖdinger berlaku, pecahkan untuk berbagai situasi fisis dan
bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen. Jika hasilnya
sesuai, maka postulat yang terkait dalam Persamaan
SchrÖdinger sah ; jika tidak sesuai, postulatnya harus dibuang
dan pendekatan yang lain harus dijejaki. Dengan kata lain,
Persamaan SchrÖdinger tidak bisa diturunkan dari ”prinsip
pertama”, tetapi Persamaan itu merupakan prinsip
pertama.
Dalam kenyataannya, Persamaan SchrÖdinger telah
menghasilkan ramalan yang sangat tepat mengenai hasil
eksperimen yang diperoleh. Tentu saja, harus kita ingat bahwa
Persamaan (3.14) hanya bisa dipakai untuk persoalan non –
relativistik dan rumusan yang lebih memakan pikiran diperlukan

BAB III : Persamaan Schrodinger 77


jika kelajuan partikel yang mendekati kecepatan cahaya tertkait.
Karena Persamaan itu bersesuaian dengan eksperimen dalam
batas-batas berlakunya, kita harus mengakui bahwa
Persamaan SchrÖdinger menyatakan suatu postulat yang
berhasil mengenai aspek tertentu dari dunia fisis.

3.2.2. Persamaan SchrÖdinger : Keadaan Stasioner


(Tunak)

Dalam banyak situasi, energi potensial sebuah partikel


tidak bergantung dari waktu secara eksplisit ; gaya yang beraksi
padanya ; jadi V, hanya berubah terhadap kedudukan partikel.
Jika hal itu benar, Persamaan SchrÖdinger dapat
disederhanakan dengan meniadakan kebergantungan terhadap
waktu t.
Mula-mula kita perhatikan bahwa fungsi gelombang 
satu dimensi partikel bebas dapat ditulis

 = A e − (i /  ) ( E t − p x ) = A e − (iE /  ) t e (ip /  ) x
=  e − (iE /  ) t (3.16)

Ini berarti,  merupakan hasil kali fungsi bergantung – waktu


e–(iE/ħ)t dan fungsi yang bergantung kedudukan .
Kenyataannya, perubahan terhadap waktu dari semua fungsi
partikel yang mengalami aksi dari gaya tunak mempunyai
bentuk yang sama seperti partikel bebas. Dengan
mensubstitusikan  dari Persamaan (3.16) ke Persamaan
SchrÖdinger yang bergantung – waktu, diperoleh

 2 − (i E /  ) t  2
E e − ( iE /  ) t
=− e + V e − (i E /  ) t
(3.17)
2m  x2

Sehingga, jika dibagi dengan faktor eksponensial itu,

78 FISIKA KUANTUM
 2 2 m
+ 2 ( E −V ) = 0 (3.18)
 x2 

Persamaan (3.18) merupakan bentuk keadaan – tunak


Persamaan SchrÖdinger. Dalam tiga dimensi menjadi

 2  2  2 2 m
+ + + 2 ( E −V ) = 0 (3.19)
 x2  y2  z 2 

Pada umumnya, Persamaan keadaan – tunak SchrÖdinger


dapat dipecahkan hanya untuk harga E tertentu. Dalam
pernyataan itu tidak ditimbulkan oleh kesukaran matematis
yang mungkin ada, tetapi oleh sesuatu yang lebih mendasar
(fundamental). ”Memecahkan” Persamaan SchrÖdinger untuk
suatu sistem berarti memperoleh suatu fungsi gelombang 
yang tidak saja memenuhi Persamaan dan syarat batas yang
ada, tetapi juga harus memenuhi syarat bisa diterimanya fungsi
gelombang – yaitu turunannya harus kontinu, berhingga,
dan berharga tunggal. Bila tidak terdapat fungsi gelombang
seperti itu, system itu tidak mungkin berada dalam keadaan
tunak.
Jadi kuantisasi energi muncul dalam mekanika
gelombang sebagai unsur wajar dari teori tadi, dan kuantisasi
energi dalam dunia fisis dinyatakan sebagai gejala universal
yang merupakan ciri dari semua sistem yang mantap.
Suatu analogi yang sangat dekat dan sudah dikenal
bagaimana kuantisasi energi timbul dalam memecahkan
Persamaan SchrÖdinger ialah dalam tali terpentang yang
panjangnya L yang keduanya ujungnya terikat. Dalam hal ini,
sebagai ganti gelombang tunggal yang menjalar terus-menerus
dalam satu arah, gelombang akan menjalar dalam arah +x dan
–x secara serentak dengan syarat bahwa pergeseran y selalu
nol pada kedua ujung tali. Suatu fungsi y (x, t) yang dapat
diterima untuk menyatakan pergeseran (simpangan) dengan
turunannya, harus seperti  yang berperilaku baik dengan

BAB III : Persamaan Schrodinger 79


turunannya, dan lagi harus real karena y menyatakan suatu
kuantitas yang dapat diukur langsung. Satu-satunya
pemecahan Persamaan gelombang

2 y 1 2 y
=
 x2 v2  t 2

Yang sesuai dengan berbagai pembatasan itu ialah pemecahan


yang panjang gelombangnya memenuhi

2L
n= ; n = 0, 1, 2, 3, …..
n +1

Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1.

 = 2L

=L

 = 2/3
L
 = 1/2
L
L
Gambar 3.1. Gelombang berdiri dalam tali terpentang
dengan kedua ujung terikat

Kombinasi Persamaan gelombang dan pembatasan yang


merupakan syarat pemecahannyalah yang mendorong kita
untuk menyimpulkan bahwa y (x, t) hanya dapat ada untuk
panjang gelombang tertentu n.

Contoh 3.2. :
Sebuah partikel bergerak yang memenuhi Persamaan :
 (x, t ) = 5,0 e i (30 x − 50 t )

80 FISIKA KUANTUM
Hitunglah energi dan momentum partikel tersebut.

Penyelesaian :

p op  ( x, t ) = i 
x
(
5,0 e i (30 x − 50 t ) )
=  (30) (5,0) e i (30 x − 50 t )

=  (30)  (x, t ) = 1,055  10 −34  30  (x, t )


= 31,65  10 − 34  (x, t )

Jadi besarnya energi yang dimiliki partikel tersebut adalah :


31,65 x 10 – 34 J.

E op  ( x, t ) = − i 
t
(
A e i (k x −  t ) )
=  (50)  (x, t ) = 52,75  10 − 34  (x, t )
– 34
Jadi momentum dari partikel tersebut adalah : 52,75 x 10 kg
m/s.

3.2.3. Harga Ekspektasi, Operator, Fungsi dan Harga


Eigen

Sekali lagi, seandainya fungsi gelombang  sudah


diperoleh, kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan lagi.
Misalnya, di manakah partikel sering berada atau berapa
momentum rata-rata partikel? Jawaban atas pertanyaan ini
diberikan oleh teorema Ehrenfest.
Karena kita tidak dapat lagi berbicara dengan suatu
kepastian tentang kedudukan partikel, maka kita tidak dapat
pula menjamin kepastian hasil satu kali pengukuran suatu
besaran fisika yang bergantung pada kedudukannya. Namun
demikian, jika kita dapat menghitung probabilitas yang
berkaitan dengan setiap koordinat, maka kita dapat
menemukan hasil yang mungkin dari suatu pengukuran satu

BAB III : Persamaan Schrodinger 81


kali atau rata-rata hasil dari sejumlah besar pengukuran berkali-
kali. Sebagai contoh, andaikanlah kita ingin mencari rata-rata
kedudukan sebuah partikel dengan mengukur koordinat x –
nya. Dengan melakukan sejumlah besar pengukuran berkali-
kali, kita dapati bahwa dengan mengukur nilai x1 sebanyak n1
kali, x2 sebanyak n2, dan seterusnya, maka dengan cara yang
lazim, kita dapat memperoleh nilai rata-ratanya, yaitu

n1 x1 + n2 x 2 + .........  ni x i
x= =
n1 + n2 + ..........  ni

Jika kita mempersoalkan sebuah partikel, kita harus


mengganti bilangan ni dari partikel xi dengan peluang Pi
bahwa partikel itu bisa didapatkan dalam selang dx di xi. Besar
peluang ini adalah

Pi = | i |2 dx

Dengan i merupakan fungsi gelombang partikel yang diambil


pada x = xi. Dengan substitusi ini dan mengubah jumlah
dengan integral, kita lihat bahwa harga rata-rata kedudukan
partikel tunggal ialah

 x|  |
2
dx
−
x = 
(3.20)

 |  | dx
2

−

Jika  merupakan fungsi gelombang yang ternormalisasi,


penyebut dalam Persamaan (3.20) sama dengan peluang
bahwa partikel itu terdapat di suatu tempat antara x = -  dan
x = , sehingga harganya = 1. Dalam kasus ini

82 FISIKA KUANTUM

x =  x|  |
2
dx (3.21)
−

Persamaan (3.21) ini menyatakan harga bahwa x terletak


pada pusat massa ( elektronon begitu) dari ||2 ; jika ||2
diplot terhadap x pada suatu grafik dan bidang yang dibatasi
kurva dan sumbu x digunting, titik setimbangnya ialah x.
Nilai rata-rata yang dihitung menurut Persamaan (3.21) dikenal
sebagai harga ekspektasi (expectation values).
Prosedur yang sama dengan yang telah dilakukan di
atas dapat dipakai untuk memperoleh harga ekspektasi G(x)
dari suatu kuantitas [misalnya, energi potensial V(x)] yang
merupakan fungsi dari kedudukan partikel x yang digambarkan
oleh fungsi gelombang . Hasilnya adalah


G (x ) =  G (x ) |  |
2
dx (3.22)
−

Harga ekspektasi momentum p tidak dapat dihitung


dengan cara biasa yang demikian sederhana, karena sesuai
dengan prinsip ketidakpastian, tidak ada fungsi seperti p(x)
yang dapat berlaku. Jika kita menentukan x, sehingga dengan
demikian x = 0, kita tidak dapat menentukan p yang
bersesuaian karena x p  h/2. Masalah yang sama terjadi
untuk harga ekspektasi energi E.
Pada bagian sebelumnya kita lihat bagaimana harga
ekspektasi dapat diperoleh dari kuantitas yang merupakan
fungsi posisi x dari partikel yang dinyatakan oleh fungsi
gelombang . Jadi kita dapat memperoleh harga ekspektasi
pada setiap saat t dari harga x, dan energi potensial partikel
V(x), keduanya merupakan bagian dari pemerian yang lengkap
dari keadaan partikel. Kuantitas dinamis yang lain, seperti
momentum p dan energi E, tidak dapat diperlakukan dengan
cara yang sama. Harga Ekspektasi dari p dan E harus dihitung
dari :

BAB III : Persamaan Schrodinger 83


Persamaan ini sangat langsung, sampai kita menyadari
bahwa karena  =  (x, t), harus menyatakan p dan E sebagai
fungsi dari x dan t supaya kita dapat melakukan integrasi, tetapi
prinsip ketidakpastian mengakibatkan tidak terdapatnya fungsi
seperti p(x, t) dan E(x, t) ; sekali x, dan t ditentukan, hubungan

berarti bahwa kita tidak dapat, pada prinsipnya, menentukan


p dan E secara eksak.
Dalam fisika klasik tidak terdapat pembatasan seperti
itu, karena dalam dunia makroskopik prinsip ketidakpastian
dapat diabaikan. Jika kita terapkan hukum gerak kedua pada
gerak benda yang mengalami berbagai gaya, kita
mengharapkan untuk mendapatkan p(x, t) dan E(x, t) dari
solusinya seperti juga x(t) ; untuk memecahkan persoalan
tersebut dalam mekanika klasik pada pokoknya berarti
menentukan tempuhan masa depan gerak benda tersebut.
Dalam fisika kuantum, di pihak lain, semua yang kita dapatkan
secara langsung dari Persamaan SchrÖdinger dari gerak
partikel itu ialah fungsi gelombang , dan tempuhan masa
depan gerak partikel itu – seperti juga keadaan awalnya –
hanya diketahui peluangnya, alih-alih sesuatu yang sudah
tertentu.
Saran untuk mendapatkan dan dengan cara
yang benar ialah dengan mendiferensiasi fungsi gelombang
partikel – bebas  = A e – (i/ħ)(Et – px) terhadap x dan t. Diperoleh

84 FISIKA KUANTUM
yang dapat ditulis dengan cara

 
p=  (3.23)
i x

E  = i  (3.24)
t

Jelaslah kuantitas dinamis p dalam cara tertentu bersesuaian


dengan operator diferensial ( / i )  / x dan kuantitas dinamis
E bersesuaian dengan operator diferensial i   /  t (Operator
memberikan informasi kepada kita operasi apa yang harus
dilakukan pada kuantitas yang ditulis setelahnya. i   /  t
menginstruksikan kepada kita untuk mengambil turunan yang
terdapat setelahnya terhadap t dan hasilnya dikalikan dengan
i  ).
Kita biasa melambangkan operator dengan huruf tebal
tegak, sehingga p merupakan operator yang bersesuaian
dengan momentum p dan E ialah operator yang bersesuaian
dengan energi E. Dari Persamaan (3.23) dan Persamaan (3.24)
operator ini ialah

 
p= (Operator momentum) (3.25)
i x

E = i (Operator energi) (3.26)
t

BAB III : Persamaan Schrodinger 85


Walaupun kita hanya menunjukkan persesuaian yang
dinyatakan dalam Persamaan (3.25) dan Persamaan (3.26)
berlaku untuk partikel bebas, hubungan itu ternyata berlaku
umum yang kesahannya dengan kesahan Persamaan
SchrÖdinger. Untuk mendukung pernyataan ini, kita dapat
mengganti Persamaan E = T + V untuk energi total partikel
dengan Persamaan operator

E=T+V (3.27)

karena energi kinetik T dinyatakan dengan momentum p


menurut hubungan
p2
T =
2m
diperoleh
2
p2 1    2 2
T = =   = − (3.28)
2m 2m  i x 2 m  x2

yang kita sebut “operator energi – kinetik”.


Persamaan (3.27) dapat ditulis sebagai berikut.

 2 2
i =− +V (3.29)
t 2 m  x2

Sekarang kita kalikan identitas  =  dengan Persamaan


(3.29), diperoleh

 2 2 
i =− + V (3.30)
t 2 m  x2

yang merupakan Persamaan SchrÖdinger. Mempostulatkan


Persamaan (3.23) dan Persamaan (3.24) setara dengan
mempostulatkan Persamaan SchrÖdinger.

86 FISIKA KUANTUM
Karena p dan E dapat diganti dengan operator yang
bersesuaian dalam Persamaan, kita dapat memakai operator ini
untuk mendapatkan harga ekspektasi dari p dan E. Jadi harga
ekspektasi p ialah

       
p = 
−
 * p  dx = 
−
 *    dx =
 i x i 
−
*
x
dx (3.31)

dan harga ekspektasi untuk E adalah

      
E = −
 * E  dx =  −
 *  i 
 t 
  dx = i   −
*
t
dx (4.32)

keduanya Persamaan (3.31) dan Persamaan (3.32) dapat


dihitung untuk fungsi gelombang yang dapat diterima  (x, t).
Jelaslah bahwa kita perlu menyatakan harga ekspektasi
yang bersangkutan dengan operator dalam bentuk


p =  −
 * p  dx

Alternatif lain ialah


 
( *  ) dx =   *  −  = 0
 
−
p  *  dx =
i − x i

karena * dan  harus 0 di x =   dan

   
−
 *  p dx =
i 
−
* 
x
dx

tidak mempunyai arti. Dalam kasus kuantitas aljabar seperti x


dan V(x) urutan faktor dalam integran tidak penting, tetapi jika
operator diferensial terlibat, urutan yang benar dari faktor itu
harus diteliti.

BAB III : Persamaan Schrodinger 87


Setiap kuantitas yang teramati G yang merupakan
karakteristik suatu elektron fisis dapat dinyatakan dengan
operator mekanika – kuantum yang cocok G. Untuk
memperoleh operator ini, kita perlu menyatakan G dalam x dan
p dan mengganti p dengan ( / i )  /  x . Fungsi gelombang 
dari sistem diketahui, maka harga ekspektasi G(x, p) ialah


G (x, p ) =   * G  dx (3.33)
−

(Harga Ekspektasi Operator)

Hasil ini memperkuat pernyataan yang dibuat


sebelumnya bahwa dari  dapat diperoleh semua informasi
mengenai elektron yang diperbolehkan oleh prinsip
ketidakpastian.
Persyaratan bahwa variabel dinamis tertentu G terbatas
pada harga diskrit Gn – dengan kata lain G terkuantisasi – ialah
fungsi gelombang n dari elektron sedemikian sehingga
G n = Gn n (Persamaan Harga – Eigen) (3.34)
dengan G menyatakan operator yang bersesuaian dengan G
dan masing-masing Gn merupakan bilangan real. Bila
Persamaan (3.34) berlaku untuk fungsi gelombang sebuah
elektron, postulat pokok (kenyataannya, satu-satunya postulat
pokok) dari mekanika kuantum bahwa pengukuran G hanya
dapat menghasilkan satu harga Gn. Jika pengukuran G
dilakukan pada sejumlah elektron identik semua berada
dalam keadaan yang diperikan oleh fungsi – eigen k, masing-
masing pengukuran menghasilkan harga tunggal Gk.
Operator energi total E dari Persamaan (3.27) biasanya
ditulis sebagai,

2 2
H =− +V (3.35)
2 m  x2

88 FISIKA KUANTUM
dan disebut operator Hamiltonian; kuantitas itu merupakan
energi total elektron dinyatakan dalam koordinat dan
momentum. Jelaslah Persamaan SchrÖdinger keadaan – tunak
dapat ditulis sebagai berikut.

Enn = Hn (3.36)

Harga energi En supaya Persamaan keadaan – tunak


Schrodinger dapat dipecahkan disebut harga – eigen dan fungsi
gelombang yang bersesuaian n disebut fungsi eigen. (Istilah
ini berasal dari bahasa Jerman Eigenwert, yang berarti ”harga
karakteristik yang sesungguhnya”, dan Eigenfunktion, atau
”fungsi karakteristik sesungguhnya”).
Tingkat energi diskrit atom hydrogen

m e4  1 
En = − 2 2 2  2 
n = 1, 2, 3, ……..
32  0   n 

Merupakan contoh sekelompok harga – eigen. Kita akan lihat


pada Bab berikutnya mengapa harga tertentu E yang
menghasilkan fungsi gelombang dapat diterima untuk elektron
dalam atom elektronon.
Contoh penting variabel dinamis selain energi total yang
didapatkan terkuantisasikan dalam keadaan mantap ialah
momentum sudut. Dalam kasus atom elektron, kita akan
dapatkan bahwa harga–eigen besar momentum sudut di-
tentukan oleh

Li = l (l + 1)  l = 0, 1, 2, ……(n – 1)

Tentu saja, suatu variabel dinamis G boleh tidak terkuantisasi.


Dalam hal ini pengukuran G pada sejumlah elektron identik
tidak menghasilkan hasil yang unik melainkan harga yang
tersebar yang rata-ratanya merupakan harga ekspektasi

BAB III : Persamaan Schrodinger 89



G =  G | |
2
dx
−

Dalam atom elektron, kedudukan elektronon tidak


terkuantisasi, sehingga kita lec membayangkan elektronon
berada di sekitar inti dengan peluang tertentu ||2 per satuan
volume tetapi tanpa ada kedudukan tertentu yang dapat
diramalkan atau orbit tertentu menurut pengertian klasik.
Pernyataan peluang ini tidak bertentangan dengan kenyataan
bahwa eksperimen yang dilakukan pada atom elektronon
selalu menunjukkan bahwa atom itu selalu mengandung satu
elektron, bukan 27 persen elektron dalam satu daerah dan 73
persen di daerah lainnya; peluang itu menunjukkan peluang
untuk mendapatkan elektron, dan walaupun peluang ini
menyebar dalam ruang, elektronnya sendiri tidak.

***************************
**************

90 FISIKA KUANTUM

Anda mungkin juga menyukai