Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN FINAL PROJECT

KOMPUTASI GEOFISIKA TG2204

PENERAPAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL UNTUK


SIMULASI PENJALARAN GELOMBANG SEISMIK

Oleh:
Johannes Kevin Simanjuntak 119120045

Asisten :
Nugroho Prasetyo, S.T.
Rizki Wulandari, S.T.
Wisnu Prayudha, S.T.
Irma G Pangaribuan 118120119
Muhammad Ichsan 12117143

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
BAB I
TUJUAN

Adapun tujuan dari final project ini ialah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu menyelesaikan permasalahan persamaan differensial


parsial dalam permasalahan gelombang elastic.
2. Mahasiswa mampu memodelkan surface untuk medium isotropi dan
anisotropi.
BAB II
DASAR TEORI

Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan-persamaan yang


memuat satu atau lebih turunan parsial. Persamaan itu harus melibatkan
paling sedikit dua variabel bebas. Orde persamaan diferensial parsial adalah
tingkat turunan tertinggi pada persamaan itu. (Rodiah, 2018)
Pandanglah variable bebas (𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 ) dan variable terikat
𝑢(𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 ) adalah fungsi yang tidak diketahui, maka bentuk umum
persamaan differensial parsial dapat ditulis sebagai berikut:
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑛 𝑢
𝑓 (𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 , 𝑢, , ,…, , , , , , ,…, )
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 𝜕𝑥𝑛 𝜕𝑥1 2 𝜕𝑥2 2 𝜕𝑥1 𝑥2 𝜕𝑥2 𝑥1 𝜕𝑥3 𝜕𝑥𝑛
=0
Persamaan diferensial parsial yang timbul dalam masalah fisis
mempunyai banyak penyelesaian, maka akan dipilih satu penyelesaian
dengan menetapkan syarat- syarat bantu. Syarat-syarat bantu akan
dirumuskan untuk menentukan penyelesaian tunggal. Syarat-syarat ini
terjadi secara fisis dalam dua peubah, yaitu syarat awal dan syarat batas.
Syarat awal menentukan keadaan fisis pada waktu t0. Bentuk
persamaan syarat awal adalah 𝑢(𝑥, 𝑡0 ) = 𝜙(𝑥 ), dimana 𝑥 = (𝑥, 𝑦) dan
𝜙(𝑥 ) = 𝜙(𝑥, 𝑦) adalah fungsi yang diberikan. (Hua, Guo, Xue-Feng, Xin-
Ding, & Burns, 2013)
Syarat batas menentukan keadaan fisis di x0 pada domain D.
terdapat 3 jenis syarat batas yang cukup penting, yaitu:

1. Syarat batas Dirichlet, yaitu jika u diketahui. Syarat batas Dirichlet


dapat ditulis sebagai
u(x, t) = g(x, t),

dimana g(x, t) adalah fungsi yang diberikan yang biasanya disebut data
batas.
𝜕𝑢
2. Syarat batas Neumann, yaitu jika turunan normal diketahui. Syarat
𝜕𝑁
batas Neumann dapat ditulis:
𝜕𝑢
(𝑥, 𝑡) = 𝑔(𝑥, 𝑡)
𝜕𝑁
𝜕𝑢
3. Syarat batas Robin, yaitu jika 𝜕𝑁 + 𝑎𝑢 diketahui. Syarat batas Robin ditulis

menjadi persamaan:
𝜕𝑢
(𝑥, 𝑡) + 𝑎𝑢(𝑥, 𝑡) = 𝑔(𝑥, 𝑡)
𝜕𝑁
Bentuk umum persamaan differensial parsial orde 2 dengan dua variable
bebas adalah:
𝐴𝑢𝑥𝑥 + 2𝐵𝑢𝑥𝑦 + 𝐶𝑢𝑦𝑦 + 𝐷𝑢𝑥 + 𝐸𝑢𝑦 + 𝐹𝑢 = 𝑆

Berdasarkan nilai koefisien A, B, dan C dari persamaan di atas, maka


persamaan diferensial parsial linear orde 2 dengan dua variabel bebas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bentuk berikut:

1. Jika 𝐵2 − 4𝐴𝐶 < 0 dalam domain D, maka disebut PDP eliptik

2. Jika 𝐵2 − 4𝐴𝐶 = 0 dalam domain D, maka disebut PDP parabolic

3. Jika 𝐵2 − 4𝐴𝐶 > 0 dalam domain D, maka disebut PDP hiperbolik


Gelombang seismik adalah gelombang yang merambat melalui bumi.
Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang
seismic disebut juga disebut gelombang elastic karena isolasi partikel-partikel
medium terjadi akibat interak antara gaya gangguan (gradient stress) melawan
gaya elastic. (Sun, Zhang, Xu, & Chen, 2017)
Secara umum gelombang seismik dapat dikelompokkan menjadi dua tipe
yang bergantung pada perpindahan partikel alami yaitu:
1. Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang
menjalar melalui bagian dari dalam bumi dan biasa disebut free wave
karena dapat menjalar ke segala arah di dalam bumi. Terdiri dari:
a. Gelombang longitudinal (gelombang P) disebut juga gelombang
kompresi, yaitu gelombang yang arah getar (osilasi) partikel-
partikel medium searah dengan arah perambatan.
b. Gelombang transversal (gelombang S) disebut juga gelombang
shear yaitu gelombang yang arah getarnya (osilasi) tegak lurus
terhadap arah perambatannya. Gelombang ini dibedakan atas dua
yaitu gelombang SV dan gelombang SH.
2. Gelombang permukaan (surface wave) merupakan gelombang elastic
yang menjalar disepanjang permukaan. Gelombang ini terdiri dari
gelombang rayleigh, gelombang love, dan gelombang stonely.
Metode finite difference (beda hingga) adalah salah satu metode yang
dapat digunakan untuk melakukan pemodelan perambatan gelombang dalam
suatu medium. pemodelan finitr difference, mediumnya didiskritisasi menjadi
grid dengan elemen yang berbentuk persegi yang terstruktur. Bentuk grid yang
demikian beserta dengan pendekatab finite difference yang cukup sederhana,
menghasilkan algoritma pemodelan yang sederhana. (Kokalanov, 2008)
BAB III
METODOLOGI
1. Import Pustaka
 Pertama kita import Pustaka numpy sebagai np, numpy (numerical python)
adalah Pustaka python yang focus pada scientific computing.
 Lalu import linalg sebagai Pustaka linear algebra
 Lalu, import Pustaka matplotlib.pyploy sebagai plt, matplotlib digunakan
sebagai memvisualkan data secara 2D ataupun 3D di dalam python dan
menghasilkan gambar berkualitas dalam berbagai format.

2. Membuat Model Medium


 Pertama ketik IT_DISPLAY = 10
 Lalu, untuk dimensi model nyatakan nx = 401, nz = 401, dx = 10, dz = 10
 Setalah itu, untuk vp = 2789.0 * np.ones ((nz,nx)) dan vs = vp / 1.732
 Lalu, untuk densitas rho = 790.0 * np.ones(vp.shape)
 Lalu, untuk parameter lame lam = rho * (vp**2 – 2*vs**2) dan mu = rho *
vs**2

3. Membuat Time Stepping


 Pertama, ketik t_total = 1
 Lalu nyatakan turunan waktu dt = 0.8/(vp.max() * np.sqrt(1.0/dx**2 +
1.0/dz**2))
 Maka, dapat dibuat nt = round(t_total/dt)
 Lalu, nyatakan t = range(0,nt) * dt

4. Membuat Sumber Gelombang


 Selanjunya nyatakan CFL = vp.max() * dt * np.sqrt(1.0/dx**2 + 1.0/dz**2)
 Lalu, untuk frekuensi gelombang f0 = 10
 Selanjutnya, untuk periode gelombang t0 = 1.20 / f0
 Lalu, untuk amplitude gelombang atau fakto pengali gelombang factor =
1e+10
 Lalu, untuk sudut gaya angle_force = 90
 Selanjutnya, untuk indeks lokasi sumber
Jsrc = round(nz / 2)
Isrc = round(nx / 2)
 Untuk kecepatan sudut gelombang a = np.pi * np.pi * f0 * f0
 Lalu, nyatakan dt2rho_src = dt**2 / rho[jsrc, isrc]
 Selanjutnya, untuk source term gaussian
Source_term = factor * np.exp(-a * (t – t0)**2)
Untuk turunan pertama source_term = - factor * 2.0 * a * (t – t0) * np.exp(-
a * (t – t0)**2)
Untuk turunan kedua sorce_term = factor * (1.0 – 2.0 * a * (t – t0)**2 *
np.exp(-a * (t – t0)**2)
 Selanjutnya, untuk gaya komponen x force_x = np.sin(angle_force * np.pi /
180) * source_term * dt2rho_src / (dx * dz)
Untuk gaya komponen z force_z = np.cos(angle_force * np.pi / 180) *
source_term * dt2rho_src / (dx * dz)
 Setelah itu, nyatakan min_wavelengh = 0.5 * ((vs >
300).choose(a,330)).min() / f0
5. Membuat syarat batas
 Pertama kita buat persamaan ketebalan lapisan yaitu abs_thick =
min(np.floor(0.15 * nx), np.floor(0.15 * nz)
 Lalu, nyatakan abs_rate = 0.3 / abs_thick
 Lalu nyatakan lmargin = [abs_thick abs_thick]
 Untuk rmargin = [abs_thick abs_thick]
 Dimana weight = ones(nz+2, nx+2)
 Setelah itu lakukan perulangan for terhadap iz = 1 dengan range nx + 2
 Lakukan Kembali perulangan for terhadap ix = 1 dengan range nx + 2
 Setalah itu, nyatakan i, j, k = 0
 Lalu, gunakan fungsi if (ix < lmargin[0] + 1), maka i = lmargin[0] + 1 – ix
 Lalu, gunakan kembali fungsi if (iz < lmargin[1] + 1), maka k = lmargin[1]
+ 1 – iz
 Lalu, gunakan lagi fungsi if (nx - rmargin[0] < ix), maka i = ix – nx +
rmargin[0]
 Lalu, gunakan fungsi if (nz - lmargin[0] < iz), maka k = iz – nz +rmargin[1]
 Lalu, gunakan fungsi if (I == 0 and j == 0 and k == 0), maka continue
 Setelah itu, nyatakan rr = abs_rate * abs_rate * np.double(i * i + j * j + k *
k)
 Lalu ketik weight[iz,ix] = np.exp(-rr)
6. Membuat Matriks untuk Vektor Komponen
 Pertama untuk medan gelombang di t ux3 = np.zeros((nz + 2, nx + 2)) dan
uz3 = np.zeros((nz + 2, nx + 2))
 Lalu untuk medan gelombang di t-1 ux2 = np.zeros((nz + 2, nx + 2)) dan
uz2 = np.zeros((nz + 2, nx + 2))
 Kemudian untuk medan gelombang t-2 ux1 = np.zeros((nz + 2, nx + 2)) dan
uz1 = np.zeros((nz + 2, nx + 2))

7. Membuat Koefisien untuk Turunan Solusi Numerik


 Pertama buat co_dxx = 1 / dx**2
 Lalu, nyatakan co_dzz = 1 / dz**2
 Lalu, nyatakan co_dxz = 1 / (4.0 * dx * dz)
 Lalu, nyatakan co_dzx = 1 / (4.0 * dx * dz)
 Lalu, buat dt2rho = (dt**2) / rho
 Selanjutnya, nyatakan lam_2mu = lam + 2 * mu
8. Melakukan looping tiap waktu
 Pertama kita akan melakukan perulangan dari waktu ke waktu, lakukan
perulangan for terhadap iter dengan range (1,nt)
 Maka ux3 = np.zeros(ux2.shape) dan uz3 = np.zeros(uz2.shape)
 Untuk turunan orde kedua pada ux dinyatakan dengan
dux_dxx = co_dxx * (ux2[1:-1,0:-2] – 2* ux2[1:-1,1:-1] + ux2[1:-1,2:])
dux_dzz = co_dzz * (ux2[0:-2,1:-1] – 2* ux2[1:-1,1:-1] + ux2[2:,1:-1])
dux_dxz = co_dxz * (ux2[0:-2,2:] – ux2[2:,2:] - ux2[0:-2,0:-2] + ux2[2:,0:-
2)
 Pada uz dinyatakan dengan
duz_dxx = co_dxx * (uz2[1:-1,0:-2] – 2* uz2[1:-1,1:-1] + uz2[1:-1,2:])
duz_dzz = co_dzz * (uz2[0:-2,1:-1] – 2* uz2[1:-1,1:-1] + uz2[2:,1:-1])
duz_dxz = co_dxz * (uz2[0:-2,2:] – uz2[2:,2:] - uz2[0:-2,0:-2] + uz2[2:,0:-
2)
 Selanjutnya untuk stress dinyatakan sebagai berikut
sigmas_ux = lam_2mu * dux_dxx + lam * duz_dxz + mu * (dux_dzz +
duz_dxz)
sigmas_uz = mu * (dux_dxz + duz_dxx) + lam * dux_dxz + lam_2mu *
duz_dzz

 Setelah itu untuk menghitung Menghitung U(t) = 2*U(t-1) - U(t-2) + 𝜎


dt2/rho dinyatakan sebagai berikut

ux3[1:-1,1:-1] = 2.0 * ux2[1:-1,1:-1] – ux1[1:-1,1:-1] + sigmas_ux * dt2rho

uz3[1:-1,1:-1] = 2.0 * uz2[1:-1,1:-1] – uz1[1:-1,1:-1] + sigmas_uz * dt2rho

 Lalu, untuk menambahkan sumber dinyatakan sebagai berikut


ux3 = [jsrc, isrc] = ux3[jsrc, isrc] + force_x[iter]
uz3 = [jsrc, isrc] = uz3[jsrc, isrc] + force_z[iter]
 Selanjutnya, Menukar data antara t-2 (1), t-1 (2) dan t (3) serta menerapkan
ABS dinyatakan sebagai berikut
ux1 = ux2 * weight
ux2 = ux3 * weight
uz1 = uz2 * weight
uz2 = uz3 * weight
 Terakhir kita akan plotting hasilnya pertama print time step
 Lalu, nyatakan u = (ux3**2 + uz3**2)**0.5
 Setelah itu, buat plt.imshow(u, cmap = ‘rainbow’, aspect = ‘equal’)
 Terakhir ketik plt.show()
FLOWCHART

mulai

Melakukan pemodelan
terhadap model dimensi,
parameter elastic, dan
parameter lame

Melakukan
pencacahan waktu

Memformulasikan
sumber

Menentukan syarat
batas

Megalokasikan
medan gelombang

Membuat koefisien
untuk turunan

Memformulasikan loop
over time

Output hasil
penjalaran gelombang

selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gelombang elastis diluncurkan ke bumi dan berinteraksi dengan batuan yang


terkubur di bawah permukaan. Interaksi gelombang dengan lapisan batuan yang
diselidiki. Untuk masalah ini, bumi dapat dimodelkan sebagai large half-space,
dibatasi oleh permukaan bebas. Di bawah kondisi yang dipertimbangkan di sini,
bumi dapat diperkirakan sebagai isotropik dan elastis sempurna.

Formulasi tegangan-kecepatan orde pertama dipilih untuk model beda hingga.


Di sini, persamaan gerak dan hubungan tegangan-regangan didiskritisasi, yang
mengarah ke sistem persamaan dierensial parsial orde pertama. Karena hanya
komponen medan dalam bidang x-z yang dieksitasi, satu-satunya komponen medan
bukan nol adalah tiga komponen tegangan yang tidak diketahui 𝜎𝑥𝑥 , 𝜎𝑥𝑧 , 𝜎𝑧𝑧 , dan
dua kecepatan partikel yang tidak diketahui vx dan vz. Karena invariansi dalam
arah y, semua turunan yang terkait dengan y lenyap. Gerak gelombang kemudian
dijelaskan secara lengkap dengan sistem yang terdiri dari lima persamaan
dffierential parsial.

𝜕𝑣𝑥 𝜕𝜎𝑥𝑥 𝜕𝜎𝑥𝑧


𝜌 = +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑧

𝜕𝑣𝑧 𝜕𝜎𝑥𝑧 𝜕𝜎𝑧𝑧


𝜌 = +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑧

𝜕𝜎𝑥𝑥 𝜕𝑣𝑥 𝜕𝑣𝑧


= (𝜆 + 2𝜇) +𝜆
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑧

𝜕𝜎𝑧𝑧 𝜕𝑣𝑧 𝜕𝑣𝑥


= (𝜆 + 2𝜇) +𝜆
𝜕𝑡 𝜕𝑧 𝜕𝑥

𝜕𝜎𝑥𝑧 𝜕𝑣𝑥 𝜕𝑣𝑧


= 𝜇( + )
𝜕𝑡 𝜕𝑧 𝜕𝑥

Dimana 𝜌 adalah densitas material dan 𝜆 dan 𝜇 adalah konstanta lame.


Persamaan di atas didiskritisasi menggunakan metode centered finite-difference.
𝑉𝑧𝑘+0,5 (𝑖 − 0.5, 𝑗 − 0.5) − 𝑉𝑥𝑘−0.5 (𝑖 − 0.5, 𝑗 − 0.5)
𝜌
Δ𝑡
𝑘( 𝑘(
𝑇𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 − 0.5) − 𝑇𝑥𝑥 𝑖 − 1, 𝑗 − 0.5)
=
Δ𝑥
𝑘( 𝑘(
𝑇𝑥𝑧 𝑖 − 0.5, 𝑗) − 𝑇𝑥𝑧 𝑖 − 0.5, 𝑗 − 1)
+
Δ𝑧
𝑘+0.5 ( 𝑘(
𝑇𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 − 0.5) − 𝑇𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 − 0.5)
∆𝑡
𝑉𝑥𝑘+0.5 (𝑖 + 0.5, 𝑗 − 0.5) − 𝑉𝑥𝑘+0.5 (𝑖 − 0.5, 𝑗 − 0.5)
= (𝜆 + 2𝜇)
Δ𝑥
𝑉𝑧𝑘+0.5 (𝑖, 𝑗) − 𝑉𝑧𝑘+0.5 (𝑖, 𝑗 − 1)
+𝜆
Δ𝑧

Di sini, huruf kapital menandai nilai numerik dari komponen bidang


koresponden di lokasi diskrit dalam ruang dan waktu. Misalnya, 𝑉𝑧𝑘+0.5 (𝑖 − 0.5, 𝑗 −
0.5) adalah nilai numerik kecepatan partikel vx pada (𝑥, 𝑧) = ((𝑖 − 0.5)Δ𝑥, (𝑗 −
0.5)Δ𝑧) pada waktu 𝑡 = (𝑘 + 0.5)Δ𝑡. Mengetahui 𝑉𝑥𝑘−0.5 , 𝑇𝑥𝑥
𝑘 𝑘
dan 𝑇𝑥𝑥 , persamaan
di atas dapat diselesaikan untuk 𝑉𝑥𝑘+0.5 yaitu pada kenaikan waktu 𝑡 = (𝑘 + 0.5)Δ𝑡.

𝑉𝑥𝑘+0.5 (𝑖 − 0.5, 𝑗 − 0.5)


= 𝑉𝑥𝑘−0.5 (𝑖 − 0.5, 𝑗 − 0.5)
Δ𝑡
+ (𝑇 𝑘 (𝑖, 𝑗 − 0.5) − 𝑇𝑥𝑥
𝑘(
𝑖 − 1, 𝑗 − 0.5))
𝜌Δ𝑥 𝑥𝑥
Δ𝑡
+ (𝑇 𝑘 (𝑖 − 0.5, 𝑗) − 𝑇𝑥𝑧
𝑘(
𝑖 − 0.5, 𝑗 − 1))
𝜌Δ𝑧 𝑥𝑧

𝑘+1
Demikian pula, 𝑇𝑥𝑥 diperoleh dari Persamaan sebelumnya

𝑘+0.5 (
𝑇𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 − 0.5)
𝑘(
= 𝑇𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 − 0.5)
Δ𝑡 𝑘+0.5
+ (𝜆 + 2𝜇) (𝑉 (𝑖 + 0.5, 𝑗 − 0.5)
Δ𝑥 𝑥
− 𝑉𝑥𝑘+0.5 (𝑖 − 0.5, 𝑗 − 0.5))
Δ𝑡 𝑘+0.5
+𝜆 (𝑉 (𝑖, 𝑗) − 𝑉𝑧𝑘+0.5 (𝑖, 𝑗 − 1))
Δ𝑧 𝑧
Dengan cara yang sama persamaan diskrit dapat diperoleh untuk semua
komponen bidang.. Perhatikan bahwa komponen kecepatan dan komponen
tegangan tidak diketahui pada posisi yang sama dalam ruang dan waktu, tetapi
Δ𝑡 Δ𝑥 Δ𝑧
diimbangi oleh dalam waktu dan oleh dan dalam ruang. Ini mengarah pada
2 2 2

pengenalan grid stranggere dan yang disebut algoritma leapfrog. Dalam algoritma
leapfrog, komponen medan diperbarui secara berurutan pada saat komponen
kecepatan dihitung terlebih dahulu, kemudian komponen tegangan dari komponen
kecepatan, komponen kecepatan kembali menggunakan komponen tegangan dan
seterusnya. Jadi, mengetahui komponen medan di seluruh ruang pada waktu 𝑡0 dan
𝑡0 + 0.5Δ𝑡, masing-masing, komponen medan dapat ditentukan untuk semua waktu
kemudian 𝑡 > 𝑡0 .

Saat menerapkan skema finite-difference, kondisi batas harus diperlakukan


secara khusus. Tiga jenis batas yang berbeda muncul, yaitu titik sumber, batas
internal (yaitu batas dalam media yang ditandai dengan perubahan sifat material),
dan batas luar (yaitu tepi bingkai).

Sumber titik normal akan diimplementasikan pada permukaan bebas. Ini


dilakukan dengan memaksa satu komponen lapangan untuk mengasumsikan
ketergantungan waktu tertentu. Di sini, komponen tegangan normal 𝜎𝑧𝑧 dieksitasi
oleh pulsa Gaussian yang terdiferensiasi.

Kondisi di batas internal, yaitu di antarmuka antara media yang berbeda,


biasanya dipenuhi secara implisit. Namun, untuk memastikan stabilitas numerik,
properti material harus dirata-ratakan untuk komponen di perbatasan. Sementara
densitas material 𝜌 yang muncul dalam persamaan gerak, dirata-ratakan secara
langsung, konstanta Lame invers, 𝜆 dan 𝜇 dari hubungan tegangan-regangan, harus
dirata-ratakan. Untuk transisi di antara material serupa, rata-rata dapat dihilangkan.
Namun, ini mutlak diperlukan pada antarmuka antara media dengan sifat material
yang sangat berbeda

Empat batas luar muncul di empat tepi bingkai luar. Di tepi atasnya, separuh
ruang dibatasi oleh permukaan bebas. Karena kontinuitas tegangan normal,
komponen tegangan normal lenyap pada permukaan bebas. Untuk memenuhi
kondisi ini, baris tambahan harus disisipkan ke dalam kisi beda hingga satu langkah
di luar batas permukaan bebas. Adapun hasil finite-difference pad gelombang
elastic sebagai berikut:
dari gambar di atas, untuk medium isotropi menunjukkan bentuk slowness
surface yang bulat simetri, artinya kecepatan untuk tiap arah sama atau dengan kata
kecepatan tidak bergantung pada arah pengukuran dan medium ini disebut medium
isotropi karena parameter anisotropinya sama dengan nol.

LINK: https://colab.research.google.com/drive/1lut9Bu-
TnWD6r9YEXPuFtOu-hmaFK8O3?usp=sharing
BAB V
SIMPULAN

Setelah melakukan pemograman Bahasa python untuk Persamaan Differensial


Partial, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut bahwa Metode finite
difference (beda hingga) adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
melakukan pemodelan perambatan gelombang dalam suatu medium. pemodelan
finitr difference, mediumnya didiskritisasi menjadi grid dengan elemen yang
berbentuk persegi yang terstruktur. Dari hasil pemograman terbentuk pola bulat
simetris yang berar bahwa kecepatan gelombang semua arah adalah sama.
References
Hua, w., Guo, T., Xue-Feng, S., Xin-Ding, F., & Burns, D. R. (2013). Stability of Finite
Difference Numerical Simulations of Acoustic Logging-While-Drilling with
Differen Perfectly Matched Layer Schemes. Applied Geophysics, 384-396.

Kokalanov, V. (2008). Numerical Simulation of Absorbing Boundary Condition. Bochum:


Ruhr.

Rodiah. (2018). Komputasi dengan Python. Jakarta: Gunadarma.

Sun, Y. C., Zhang, W., Xu, J. K., & Chen, X. (2017). Numerical Simulation of 2-D Seismic
Wave Propagation in the Presence of A Topographic Fluid-Solid Interface at The
Sea Bottom By The Curveliniear Grid Finite-Difference Method. Geopysical
Journal International, 1721-1738.

Anda mungkin juga menyukai