Anda di halaman 1dari 9

Solusi Umum dan Solusi Khusus PD:

Pengaplikasian Persamaan Diferensial Orde Dua

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Muhammad Nurbarkah 41117310026

Anwar Widiyanto Nugroho 41117310027

Ananda Rizki 41117310028

Alfan Gilang Samudra 41117310029

Maulika Alifia 41117310030

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA

2018
Persamaan Diferensial Orde Dua
• Pengertian :

Persamaan Diferensial Orde dua adalah persamaan yang dapat ditulis dalam bentuk :

F(x, y, y’, y”) = 0 atau y” = F (x, y, y’).

Karena persamaan differensial orde dua mengandung turunan kedua, maka untuk
menentukan solusinya, diperlukan dua kali proses integrasi. Oleh karena itu, solusi
persamaan differensial orde dua akan mempunyai dua buah konstanta

Bentuk Umum
• Bentuk Umum :

Bentuk umum persamaan differensial orde dua adalah :

y + p(x)y + g(x)y = r(x)

Dimana p(x) dan g(x) disebut konstanta.

Bila variabel bebas dan turunan – turunannya mempunyai pangkat tertinggi sama
dengan 1, maka persamaan differensial tersebut adalah persamaan differensial linier.

Persamaan Differensial Orde Dua Homogen


Perhatikan kembali persamaan differensial orde dua berikut ini :

y + p(x)y + g(x)y = r(x)

Jika r(x) bernilai nol [r(x) = 0], maka persamaan differensial tersebut dinamakan
persamaan differensial orde dua homogen, karena tiap sukunya mengandung variabel y
atau turunannya. Tetapi jika r(x) tidak sama dengan nol, maka persamaan differensial
tersebut dinamakan persamaan differensial tak homogen, karena ada suku yang tidak
bergantung y atau turunannya.
Penerapan dalam Rangkaian Listrik
1. Rangkaian RLC

Dengan mengaplikasikan hukum tegangan Kirchhoff pada rangkaian RLC untuk muatan
Q pada kapasitor, yang diukur dalam coulomb, akan diperoleh persamaan diferensial
orde dua,

L d2Q/dt2 + R dQ/dt + 1/C Q = E(t) ............................................(1)

dan untuk arus I = dQ/dt, yang diukur dalam ampere, akan diperoleh persamaan
diferensial,

L d2I/dt2 + R dI/dt + 1/C I = dE(t)/dt ................................................(2)

Gambar 1. Rangkaian RLC

CONTOH KASUS

Bilamana tegangan E(t) konstan = E0, maka dE/dt = 0 dan persamaan (2) menjadi,

L d2I/dt2 + R dI/dt + 1/C I = 0


d2I/dt2 + R/L dI/dt + 1/CL I = 0

Penyelesaian umum dari persamaan homogen di atas adalah,

Ih(t) = C1 er1t + C2 er2t ...................................................(3)

dimana r1 dan r2 adalah akar-akar persamaan karakteristik,


r 2 + R/L r + 1/CL = 0

yang dapat ditulis dalam bentuk r1 = – α + β dan r2 = – α – β dimana,


R 1 4L
α = 2L , β = 2L R2 -
√C

Penyelesaian Model Sistem Gerak Bebas Tak Teredam


Model Sistem Gerak Bebas TakTeredam adalah Sistem Gerak dengan Gaya Luar F(t)=0
dan Peredam d=0 . Model ini menghasilkan persamaan diferensial orde- 2. Penyelesaian
model ini dilakukan dengan menentukan akar Persamaan Karakteristik PD orde-2.
Penyelesaian Model Sistem Gerak Bebas TakTeredam pada bahasan ini dapat
ditunjukkan parameter amplitudo, sudut fasa, frekuensi dan periode gerak benda.
Berikut penjelasannya:

Model sistem gerak harmonik bebas takteredam:

𝑑2 𝑦
𝑚 𝑑𝑡 2 + 𝑘𝑦 = 0

Gerak benda didapatkan dengan menyelesaikan PD di atas. Jika persamaan

dibagi dengan m, maka PD menjadi:

𝑑2𝑦 𝑘
+ 𝑦=0
𝑑𝑡 2 𝑚

𝑑2𝑦 2
𝑘
+ 𝜔 0 𝑦 = 0, 𝜔 0 = √
𝑑𝑡 2 𝑚

Persamaan karakteristik PD di atas : 𝑟 2 + 𝑤02 = 0

Akar – akar persamaan karakteristik : 𝑟1,2 = ± 𝑖𝑤0

Sehingga penyelesaian umum PD yang menggambarkan gerak benda :

𝑦(𝑡) = 𝑐1 𝑐𝑜𝑠 𝑤0 𝑡 + 𝑐2 sin 𝑤𝑜 𝑡

Jika persamaan dikali dan dibagi dengan √𝑐12 + 𝑐22 maka :

𝑐1 𝑐2
𝑦(𝑡) = √𝑐1 2 + 𝑐2 2 [ cos 𝑤0 𝑡 + sin 𝑤0 𝑡]
√𝑐1 2 + 𝑐2 2 √𝑐1 2 + 𝑐2 2
Jika didefinisikan :

𝑅 = √𝑐1 2 + 𝑐2 2
𝑐1
cos 0 =
√𝑐1 2 + 𝑐2 2

𝑐2
sin 0 =
√𝑐1 2 + 𝑐2 2

Maka persamaan menjadi :

𝑦(𝑡) = 𝑅 [𝑐𝑜𝑠 0 𝑐𝑜𝑠 𝑤0 𝑡 + sin 0 sin 𝑤𝑜 𝑡]

Atau

y (t) = R cos (𝒘𝒐 𝒕 – 0)

Dengan : R disebut amplitudo sistem gerak harmonik

0 disebut sudut fasa

𝑘
𝒘𝟎 disebut frekuensi = √𝑚

Jika satu siklus gerak harmonik yang terjadi digambarkan dalam unit waktu 2π, maka
frekuensi didefinisikan menjadi

w0 2π 𝑚
𝑓= , maka periode gerak harmonik T = 1/f = 𝑤 = 2π√ 𝑘
2π 0
Sistem Gerak
Sistem gerak diilustrasikan dengan benda bermassa m yang tergantung pada suatu
pegas, didasarkan pada Hukum Newton II, yaitu:

F = m.a

dengan:

F = gaya-gaya yang bekerja pada benda

m = massa benda

a = percepatan gerak benda

Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang tergantung pada pegas:

1. Fg = m.g, Fg adalah gaya tarik gravitasi benda, m : massa benda dan g : gravitasi. Arah
gaya ini ke bawah karena pengaruh gravitasi. Gaya ini sering disebut sebagai berat
benda.

2. FS = -k (k + ∆L) , FS adalah gaya pegas, k : konstanta pegas, y : posisi benda, ∆L :


perubahan panjang pegas. Arah gaya pegas ke atas dan ke bawah. Jika pegas ditarik
FS negatif, arah gaya ke atas dan jika pegas ditekan FS positif, arah gaya ke bawah.

3. Fd = -d. dy/dt, Fd adalah gaya redam, arah gaya berlawanan dengan gerak benda. d :
konstanta redaman, dy/dt : kecepatan benda. Jika d > 0 sistem disebut Sistem
Teredam(Damped System), jika d = 0 sistem disebut Sistem Tak Teredam(Undamped
System)
4. Fe = F(t), Fe adalah gaya eksternal, arah gaya dapat ke atas atau ke bawah.
Penerapan gaya ini langsung pada benda atau pegas.

Berdasarkan Hukum Newton II diatas, maka :

F = m.a

𝑑2 𝑦
F adalah gaya – gaya yang bekerja pada benda, 𝑎 = adalah percepatan benda,
𝑑𝑡 2
sehingga :

𝑑2 𝑦 𝑑𝑦 𝑑2 𝑦
𝐹𝑔 + 𝐹𝑠 + 𝐹𝑑 + 𝐹𝑒 = 𝑚. atau 𝑚. 𝑔 + −𝑘(𝑦 + ∆𝐿) − 𝑑. 𝑑𝑡 + 𝐹(𝑡) = 𝑚.
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2

Untuk sistem dalam keseimbangan m.g = k∆L, sehingga persamaan menjadi :

𝑑𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
−𝑘 − 𝑑. + 𝐹(𝑡) = 𝑚. atau 𝑚. + 𝑑. + 𝑘𝑦 = 𝐹(𝑡)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
Model persamaan terakhir menghasilkan persamaan diferensial orde-2. Persamaan
diferensial orde-2 di atas menggambarkan sistem gerak benda pada pegas. Jika F(t) = 0
(tanpa gaya eksternal) sistem disebut sistem gerak bebas (unforced), jika F(t) ≠ 0
disebut sistem gerak paksa (forced). Jika d = 0 maka sistem disebut sistem tak teredam
(undamped) dan jika d > 0 maka sistem disebut sistem teredam (damped).

Anda mungkin juga menyukai