Disusun Oleh :
Kelompok 4
2018
Persamaan Diferensial Orde Dua
• Pengertian :
Persamaan Diferensial Orde dua adalah persamaan yang dapat ditulis dalam bentuk :
Karena persamaan differensial orde dua mengandung turunan kedua, maka untuk
menentukan solusinya, diperlukan dua kali proses integrasi. Oleh karena itu, solusi
persamaan differensial orde dua akan mempunyai dua buah konstanta
Bentuk Umum
• Bentuk Umum :
Bila variabel bebas dan turunan – turunannya mempunyai pangkat tertinggi sama
dengan 1, maka persamaan differensial tersebut adalah persamaan differensial linier.
Jika r(x) bernilai nol [r(x) = 0], maka persamaan differensial tersebut dinamakan
persamaan differensial orde dua homogen, karena tiap sukunya mengandung variabel y
atau turunannya. Tetapi jika r(x) tidak sama dengan nol, maka persamaan differensial
tersebut dinamakan persamaan differensial tak homogen, karena ada suku yang tidak
bergantung y atau turunannya.
Penerapan dalam Rangkaian Listrik
1. Rangkaian RLC
Dengan mengaplikasikan hukum tegangan Kirchhoff pada rangkaian RLC untuk muatan
Q pada kapasitor, yang diukur dalam coulomb, akan diperoleh persamaan diferensial
orde dua,
dan untuk arus I = dQ/dt, yang diukur dalam ampere, akan diperoleh persamaan
diferensial,
CONTOH KASUS
Bilamana tegangan E(t) konstan = E0, maka dE/dt = 0 dan persamaan (2) menjadi,
𝑑2 𝑦
𝑚 𝑑𝑡 2 + 𝑘𝑦 = 0
𝑑2𝑦 𝑘
+ 𝑦=0
𝑑𝑡 2 𝑚
𝑑2𝑦 2
𝑘
+ 𝜔 0 𝑦 = 0, 𝜔 0 = √
𝑑𝑡 2 𝑚
𝑐1 𝑐2
𝑦(𝑡) = √𝑐1 2 + 𝑐2 2 [ cos 𝑤0 𝑡 + sin 𝑤0 𝑡]
√𝑐1 2 + 𝑐2 2 √𝑐1 2 + 𝑐2 2
Jika didefinisikan :
𝑅 = √𝑐1 2 + 𝑐2 2
𝑐1
cos 0 =
√𝑐1 2 + 𝑐2 2
𝑐2
sin 0 =
√𝑐1 2 + 𝑐2 2
Atau
𝑘
𝒘𝟎 disebut frekuensi = √𝑚
Jika satu siklus gerak harmonik yang terjadi digambarkan dalam unit waktu 2π, maka
frekuensi didefinisikan menjadi
w0 2π 𝑚
𝑓= , maka periode gerak harmonik T = 1/f = 𝑤 = 2π√ 𝑘
2π 0
Sistem Gerak
Sistem gerak diilustrasikan dengan benda bermassa m yang tergantung pada suatu
pegas, didasarkan pada Hukum Newton II, yaitu:
F = m.a
dengan:
m = massa benda
1. Fg = m.g, Fg adalah gaya tarik gravitasi benda, m : massa benda dan g : gravitasi. Arah
gaya ini ke bawah karena pengaruh gravitasi. Gaya ini sering disebut sebagai berat
benda.
3. Fd = -d. dy/dt, Fd adalah gaya redam, arah gaya berlawanan dengan gerak benda. d :
konstanta redaman, dy/dt : kecepatan benda. Jika d > 0 sistem disebut Sistem
Teredam(Damped System), jika d = 0 sistem disebut Sistem Tak Teredam(Undamped
System)
4. Fe = F(t), Fe adalah gaya eksternal, arah gaya dapat ke atas atau ke bawah.
Penerapan gaya ini langsung pada benda atau pegas.
F = m.a
𝑑2 𝑦
F adalah gaya – gaya yang bekerja pada benda, 𝑎 = adalah percepatan benda,
𝑑𝑡 2
sehingga :
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦 𝑑2 𝑦
𝐹𝑔 + 𝐹𝑠 + 𝐹𝑑 + 𝐹𝑒 = 𝑚. atau 𝑚. 𝑔 + −𝑘(𝑦 + ∆𝐿) − 𝑑. 𝑑𝑡 + 𝐹(𝑡) = 𝑚.
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2
𝑑𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
−𝑘 − 𝑑. + 𝐹(𝑡) = 𝑚. atau 𝑚. + 𝑑. + 𝑘𝑦 = 𝐹(𝑡)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
Model persamaan terakhir menghasilkan persamaan diferensial orde-2. Persamaan
diferensial orde-2 di atas menggambarkan sistem gerak benda pada pegas. Jika F(t) = 0
(tanpa gaya eksternal) sistem disebut sistem gerak bebas (unforced), jika F(t) ≠ 0
disebut sistem gerak paksa (forced). Jika d = 0 maka sistem disebut sistem tak teredam
(undamped) dan jika d > 0 maka sistem disebut sistem teredam (damped).