Anda di halaman 1dari 44

TUGAS BESAR

MATEMATIKA TEKNIK II

Resume & Contoh Soal


z Materi Persamaan Dibuat Oleh:
Hardian
Diferensial, Integral, Syaputra
3332150030
Respon Sistem Dinamis,
dan Transformasi Laplace
Teknik Elektro
Untirta
z
Persamaan Diferensial
 Persamaan diferensial (PD)/differential equation (DE) adalah
sebuah persamaan yang terdiri dari sebuah fungsi yang tidak
diketahui dan turunannya

 Sebuah PD dikatakan `PD biasa' (ordinary differential


equation) jika fungsi yang dimaksud hanya bergantung pada
satu variabel bebas. Jika bergantung pada dua atau lebih
variable bebas, maka PD tersebut dikatakan`parsial' (partial
differential equation)

 Orde dari sebuah PD adalah turunan tertinggi dari fungsi yang


ada pada PD tersebut
z
Contoh Membedakan PD, PD Parsial,
PDB Berorde

1. y'  x 2  y 2 PDB orde 1


 2u  2u
2.   6 xyex  y PDP
x 2
y 2

3. y'  3t 3  t 5  17; y  f (t ) Bukan PD


4. y ' ' y ' Cos( x)  3 y  Sin (2 x) PDB orde 2
5. 2 y ' ' '2 y '  1  y ' ' PDB orde 3
6. f ' ( x)  x 2  x  4 Bukan PD
7. u  2u 2  u
2
PDP
 3Sin( x  t )  2  (1  x ) 2
t x y
8. 2 dy  x 2 y  y  0 PDB orde 1
dx
z
Mencari Solusi Atas PDB
 Solusi PDB :
1. solusi analitik : salah satunya dengan teknik
integral
2. solusi numerik : menggunakan metode
hampiran.
 Solusi Numerik :
mencari nilai fungsi di xr+1, dimana r
menunjukkan jumlah langkah atau iterasi.
 Langkah/iterasi memiliki jarak yang sama (h)
xr = x0 +rh; r = 0,1,2,…,n
z
Persamaan Diferensial Biasa Orde 1

Bentuk Baku PDB:


dy  f ' ( x)  y'  f ( x, y)
dx

Contoh :
100  xy
2 y ' xy  100; y (0)  1  y ' 
2
 xy  2 y  y ' y; y (1)  1  y '   xy  2 y y
x x

Metode penyelesaian :
 Euler
 Heun
 Runge Kutta
z
Contoh Soal
Cari penyelesaian umum PD berikut:
𝑑𝑦
= 1+𝑥 2+𝑦
𝑑𝑥
Penyelesaian
1
𝑑𝑦 𝑥+ 𝑥 2
‫ ׬‬1+𝑦 = ‫ ׬‬1 + 𝑥 𝑑𝑥 ln 1 + 𝑦 = ln 𝐶 𝑒 2

1
1 2 𝑥+ 𝑥 2
ln 1 + 𝑦 = 𝑥 + 𝑥 + ln 𝐶 1 + 𝑦 = ln 𝐶 𝑒 2
2

1 𝑥+1𝑥 2 1
𝑥+2𝑥 2
ln 1 + 𝑦 = 𝑥 + 𝑥 2 + ln 𝐶 𝑦 = ln 𝐶 𝑒 -1
2
z
Persamaan Diferensial Orde Dua

Persamaan diferensial orde-n adalah persamaan yang melibatkan


x; y; dan turunan-turunan y; dengan yang paling tinggi adalah
turunan ke-n:
𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑦 ′ , 𝑦", … , 𝑦^𝑛

Persamaan Differensial Biasa linier orde dua homogeny dengan


koefisien konstan, memiliki bentuk umum :

y”+ ay’ + by = 0

dimana a, b merupakan konstanta sebarang.


Penerapan PD Biasa pada Rangkaian
z
Listrik RLC
Sebuah rangkaian listrik sederhana, dengan L= 2 henry, R= 6 ohm dan sebuah
baterai yang menyediakan suatu voltase konstanta sebesar 12 volt. Jika I= 0 pada
saat t = 0 (bilamana saklar Sditutup), tentukan Ipada saat t.

Penyelesaian:

Persamaan diferensialnya

faktor integral

Kedua ruas dikalikan dengan faktor integral

Syarat awal I = 0 pada saat t = 0, diperoleh C = -2

Jika t bertambah maka arus cenderung menuju suatu arus


sebesar 2 amper
z
Persamaan Diferensial Parsial

PD yang mengandung lebih dari satu peubah bebas.

Tingkat (orde) dan Derajat PD

 Turunan tertinggi yang terdapat dalam persamaan disebut


tingkat (orde) dari PD.

 Pangkat dari turunan tertinggi dalam persamaan diferensial


disebut derajat dari PD.
Persamaan deferensial parsial dapat dibedakan menjadi tiga :
z
A. Persamaan deferensial parabolik : biasanya tergantung pada waktu dan
penyelesaiannya menggunakan kondisi awal dan batas. Dikatakan hiperbolik jika
memenuhi harga diskriminan :

B. Persamaan deferensial hiperbolik : biasanya tergantung


pada getaran/permasalahan yang diskontinue dalam waktu. Dikatakan
hiperbolik jika memenuhi harga diskriminan

C. Persamaan deferensial eliptik : biasanya berhubungan dengan


kesetimbangan/kondisi permanen (tidak tergantung waktu) dan penyelesaiannya
memerlukan kondisi batas disekeiling daerah tinjauan.Dikatakan eliptik jika
memenuhi harga diskriminan :
z
Contoh Persamaan Diferensial Parsial
z
Nilai Eksktrim : Maksimum Dan Minimum

Nilai-nilai ekstrim (optimum) dari sebuah fungsi yang


mengandung lebih dari satu variabel bebas dapat dicari
dengan pengujian sampai derivatif.

Syarat di atas adalah syarat yang diperlukan (necessary


condition) agar fungsinya mencapai titik ekstrim.
z
Guna mengetahui apakah titik ekstrim itu berupa titik maksimum
atau titik minimum, dibutuhkan syarat yang mencukupkan (sufficient
condition), yakni:
z
Lagrange Equation

Salah satu metode untuk perhitungan nilai ekstrim sebuah fungsi


yang menghadapi kendala berupa sebuah fungsi lain.

Cara:

Membentuk fungsi baru, disebut fungsi Lagrange

Fungsi Lagrange Penjumlahan dari fungsi yang hendak


dioptimumkan ditambah hasil kali pengganda Lagrange λ dengan
fungsi kendalanya.
 Pengganda Lagrange λ : variabel tak tentu yang
z
hanya bersifat sebagai pembantu.

 •Untuk mengetahui jenis nilai ekstrim, maksimum atau


minimum, masih harus disidik melalui derivatif
parsial keduanya, yang merupakan syarat yang
mencukupkan atau sufficient condition.

 •Nilai ekstrim nya adalah:


INTEGRAL
z

 INTEGRAL GANDA

Integral untuk fungsi satu variable, kita membentuk suatu partisi dari
interval [a,b] menjadi interval-interval yang panjangnya Δxk , k = 1, 2,
3, ….n
b n

 f ( x) dx  lim  f(x
a
n 
k 1
k ) x k

Dengan cara yang sama, Kita definisikan integral untuk fungsi dua
variable.
Misalkan fungsi z = f(x,y) didefinisikan pada suatu daerah tertutup R
di bidang xoy. Kemudian daerah ini dibagi atas n buah sub daerah
yang masing-masing luasnya A1 , A2 , A3 …… An
z
 Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik Pk(xk, yk )

 dan bentuklah jumlah :

 f ( x , y ) A  f ( x , y ) A  f ( x , y ) A  .......  f ( x , y ) A
k 1
k k k 1 1 1 2 2 2 n n n

 Jika jumlah sub daerah makin besar (n→∞), maka


integral rangkap (lipat dua) dari fungsi f(x,y) atas daerah
R didefinisikan :
n

 f ( x, y)dA  lim  f ( x , y )
R
n
k 1
k k k A
z APLIKASI INTEGRAL LIPAT DUA

 Aplikasi integral lipat dua yang bentuk umumnya :

 f ( x, y) dA
R

dapat dijelaskan sbb :

1. LUAS

 Luas bidang dapat dipandang sebagai integral lipat


dua jika f(x,y) = 1 , sehingga integral lipat dua menjadi :

A   dA atau A   dxdy   dydx


R R R
2  2
z
contoh : A   dA     d d
R  
1  1

1. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh y = 0, x + y = 2


dan 2y = x + 4
2. Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh
parabola-parabola : y2 = 4 – x dan y2 = 4 – 4x

3. Hitung : A   dA
R

dengan R adalah daerah dikuadran pertama yang


berada diluar lingkaran r=2 dan di dalam
kardioda r = 2(1+cos ѳ)
z 2. VOLUME
 Jika z=f(x,y) adalah persamaan permukaan , maka:

V   f ( x, y ) dxdy
R

adalah volume benda antara permukaan dan bidang xoy.

 Contoh :

Hitung volume benda yang dibatasi oleh selinder

x2 + y2 = 4 dan bidang-bidang y + z = 4 dan z = 0


z 3. Massa
Jika f(x,y) dipandang sebagai massa jenis (massa persatuan luas ),
maka :

 f ( x, y)dxdy
R

merupakan massa dari benda itu.

contoh :

Sebuah lamina (pelat tipis) dengan kerapatan f(x,y)=xy dibatasi oleh


sumbu x, garis x = 2 dan kurva y=x3

Tentukan massa totalnya.


z INTEGRAL LIPAT TIGA

Integral lipat tiga


 f ( x, y, z)dV
R dari suatu fungsi tiga variabel bebas
thd. daerah R, dimana fungsi bernilai

tunggal dan kontinu, merupakan suatu pengembangan

dari integral tunggal dan integral lipat dua.

Jika f(x,y,z) = 1, maka integral menjadi :

 f ( x, y, z)dV   dV


R
dapat diartikan pengukuran

volume daerah R
z
Dalam koordinat tegak lurus , integral tersebut dapat

dinyatakan dalam bentuk :

x2 y2 ( x ) z2 ( x , y )

 f ( x, y, z)dV   
R

x1 y1 ( x ) z1 ( x , y )
f(x, y, z)dzdydx

dimana :

x1 ≤ x ≤ x2

y1 (x) ≤ y ≤ y2(x)

z1 (x,y) ≤ z ≤ z2(x,y)
Respon Sistem Dinamis
z
Respon sistem Orde Satu

Dari model matematis sebuah sistem, orde dari suatu sistem dapat dilihat dari
besar pangkat varibel s (dalam transformasi Laplace). Suatu sistem dikatakan
ber-orde satu jika fungsi alihnya mempunyai variabel s dengan pangkat tertinggi
satu. Bentuk fisisnya bisa berupa rangkaian listrik RC, sistem termal, atau sistem
lainnya. Model sistem orde satu secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut,

 Dengan T : konstanta waktu sistem orde satu

 Respon dari sistem dengan masukan sinyal tangga satuan (step), dalam
bentuk transformasi Laplace R(s)=1/s, sehingga persamaan 3.1 menjadi
Dengan menguraikan C(s) pada persamaan menjadi pecahan persial diperoleh,
z

dengan transformasi Laplace balik, persamaan sebagai berikut,

Keluaran c(t) mula-mula nol kemudian akhirnya menjadi satu. Salah satu
karakteristik penting dari kurva tanggapan eksponensial c(t) tersebut adalah pada
saat t=T (periode) harga c(t) adalah 0,632 (63,2 % dari perubahan totalnya). Hal ini
dapat diperhatikan dari Gambar di bawah,
Nilai respn sistem orde 1
z

Sedangkan tanggapan sistem orde satu dengan masukan sinyal


landai (ramp), dapat menimbulkan terjadinya kesalahan keadaan
tunak. Kesalahan keadaan tunak makin kecil, jika T juga makin kecil.
Respon Sistem Orde 2
z
Sistem orde dua mempunyai fungsi alih dengan pangkat s tertinggi dua.
Biasanya dinyatakan dengan rasio redaman C , frekuensi alami tak teredam ω
n, yang dinyatakan dalam bentuk fungsi alih sebagai berikut,

Blok diagram sistem sebagai berikut

Perilaku dinamika sistem orde dua dapat digambarkan dalam suku dua
parameter ζ dan ωn. Jika 0< ζ <1, maka loop tertutup merupakan konjugat
kompleks dan berada pada setengah sebelah kiri bidang s. Dalam hal ini
sistem dikatakan dalam keadaan teredam, dan tanggapan transien berosilasi.
Jika ζ =1, maka sistem dikatakan dalam keadaan teredam kritis. Sedangkan ζ
>1 sistem atas redaman (overdamped).
z
z
Transformasi Laplace

X ( s)   x(t ).e dt  st

0
  j
1
x(t )  
st
X ( s).e ds
2j   j
s    j

 X(s) = ζ[x(t)]

 x(t) = ζ-1[X(s)]
Transformasi Laplace

x(t) X(s) ROC


δ(t) 1 Semua s
u(t) 1 Re(s)>0
s
n! Re(s)>0
tn u(t)
s n 1
1
e-at u(t) Re(s)+Re(a)>0
sa
s Re(s)>0
u(t) Cos ω0t s 2   02
0 Re(s)>0
u(t) Sin ω0t s 2   02
Sifat-sifat Transformasi Laplace
Sifat x(t) X(s)

Kelinearan a x(t) + b y(t) a X(s) + b Y(s)


1 s
Penskalaan x(at) X 
a a

Geseran waktu x(t-a) e-sa X(s)

Geseran frekuensi e-at x(t) X(s+a)

Konvolusi waktu x(t) * y(t) X(s) Y(s)


Sifat-sifat Transformasi Laplace
Sifat x(t) X(s)

Konvolusi frekuensi 1
x(t) y(t) X (s) * Y (s)
(modulasi) 2j
Diferensiasi dn
(-t)n x(t) n
X (s )
frekuensi ds
dn n 1
Diferensiasi waktu n
x(t ) s X ( s )   s n 1 k x((0k) )
n
dt k 0

s n X (s )
Untuk TL dua sisi
Sifat-sifat Transformasi Laplace
Sifat x(t) X(s)

X (s)
Integrasi waktu  x(t )dt
0
s
 0
X ( s) 1
 x(t )dt   x(t )dt
 s s 
Teorema nilai awal lim x (t ) lim sX ( s )
t 0 s 

Teorema nilai
lim x(t ) lim sX ( s )
akhir t  s0
z
Transformasi Laplace
Contoh soal
1
X (s) 
s ( s 2  2 s  2)
A A s  A3
X (s)  1  2 2
s s  2s  2
A1 ( s 2  2 s  2)  s ( A2 s  A3 )
X (s) 
s ( s 2  2 s  2)
( A1  A2 ) s 2  (2 A1  A3 ) s  2 A1
X (s) 
s ( s 2  2 s  2)
1
A1 
2
1
A2  
2
A3  1
z
Transformasi Laplace

1 s 1 1
X (s)   2 2 2
s s  2s  2
1 1 s2
X (s)  2

s 2 ( s  1) 2  12
1 1 s 1 1 1
X (s)  2

s 2 ( s  1)  1 2 ( s  1) 2  12
2 2

x(t )  12  12 e t Cos(t )  12 e t Sin (t )


t 0
z
Transformasi Laplace
s
X (s) 
( s  1)( s  2) 2
A A A12
X ( s )  1  11 
s  1 s  2 ( s  2) 2
s
A1   1
( s  2) 2
s  1
1 d s 1
A11   1
(2  1)! ds s  1 s  2 ( s  1) s  2
2

1 s
A12  2
(2  2)! s  1 s  2
1 1 2
X (s)   
s  1 s  2 ( s  2) 2
x(t )  e t  e  2t  2te 2t
t 0
z
Transformasi Laplace

  
y  7 y  10 y  x  3x
dengan
t
x(t )  e , t  0

y (0 )  1


y (0 )  1
2
 2  
 
.
  
 s Y ( s )  sy ( 0 )  y ( 0 )   7 sY ( s )  y ( 0 )  10Y ( s )  sX ( s )  x ( 0 )  3 X (s)

walaupun x(0  )  e 0  1, x(0  )  0 karena belum ada masukan


s Y (s)  s   7sY (s)  1  10Y (s)  sX (s)  3 X (s)
2 1
2

s  7s  10Y (s)  s  7  s  3X (s)


2 1
2

s  7s  10Y (s)  s  7  s  3 s 1 1
2 1
2

( s  3)
( s 1)  s  152
Y ( s) 
s  7 s  10
2

( s  3) s  152
Y ( s)   2
( s  1)( s  7 s  10) ( s  7 s  10)
2

( s  3) s  152
Y ( s)  
( s  1)( s  2)( s  5) ( s  2)( s  5)
 12  13  16   112 5 
Y ( s )         2 
 ( s  1) ( s  2) ( s  5)   ( s  2) ( s  5) 
y (t )  12 e t  13 e t  16 e t  112 e t  52 e t
z
Respons Sistem (1)
Latihan:

Gambarkan respons step dari sistem di bawah

=2 =2
TEL-2419 Sistem Kendali
2 - 39
z
Respons Sistem (2)
5

Controlled Variable
4

0
0 5 10 15 20 25
time

5
Manipulated Variable

1
TEL-2419 Sistem Kendali

0
0 5 10 15 20 25
time
2 - 40
z
Respons Sistem (3)
Latihan:

Gambarkan respons step dari tiap sistem di bawah dan bandingkan


hasilnya

Kasus 1 ?
=2 =2 =2 =2
TEL-2419 Sistem Kendali

Kasus 2 ?
=2 =2&=2 =1 =1
2 - 41
z
Respons Sistem (4)
 Dua plant dapat memiliki variabel intermediate yang
berbeda dan mempunyai perilaku input-output yang sama!
TEL-2419 Sistem Kendali
2 - 42
z
Ringkasan Sesi

 Pemahaman yang baik terhadap proses yang


dikendalikan sangat penting untuk menghasilkan hasil
kendali yang baik.

 Model proses dapat peroleh melalui pendekatan fisik,


identifikasi dan kombinasinya.

 Banyak dinamika proses-proses di industri dapat


direpresentasikan dengan model matematis sederhana
TEL-2419 Sistem Kendali

orde 1, orde 2 (dengan waktu mati).


2 - 43
z
Daftar Pustaka

1. http://sabri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/55182/pert3+kalkulus+4+-
+Persamaan+Diferensial.pdf

2. https://ilkomitt.files.wordpress.com/2011/12/9-persamaan-differensial-biasa1.ppt

3. https://www.academia.edu/13522308/PERSAMAAN_DIFFERENSIAL_ORDE_2

4. http://blog.ub.ac.id/senailham82/2013/09/21/persamaan-diferensial-parsial/

5. https://aturipanama.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2015/06/8.-Optimasi-Diferensial-
Parsial.pdf

6. http://ediskm.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36123/Integral+Rangkap-edi.ppt

7. http://mohay.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7863/Lecture3_Transformasi+Lapl
ace.ppt

Anda mungkin juga menyukai