Anda di halaman 1dari 18

RUMUSAN

HASIL – HASIL KETETAPAN


KONFERENSI CABANG XI

“Kader Multitalenta Dalam Manifestasi Tri


Khidmat PMII”

PENGURUS CABANG
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
KOTA CILEGON
MASA KHIDMAT 2018-2019
AGENDA ACARA
KONFERCAB XI PMII Kota Cilegon
Minggu, 01 April 2018
NO WAKTU ACARA KETERANGAN
01. 09.00-10.30 Check in Peserta Panitia OC
Go to Location
Persiapan Opening Ceremony All
02. 10.30-12.30 Opening Ceremony MC
Pembukaan
o Pembacaan Kalam Illahi & Sholawat Badar FAISAL ANSHORI
o Menyanyikan Lagu Indonesia Raya & Mars PMII MELINDA NURJANNAH
o Laporan Ketua Pelaksana HARDIAN SAPUTRA
o Sambutan dan Orasi Pergerakan
 Ketua Umum PC. PMII Kota Cilegon ANDRA IMAM PUTRA
 Ketua IKA PMII Cilegon TATAN SPARTAN
 Mabincab PC. PMII Kota Cilegon H. HABIBI HALIBURTON
(Sekaligus Membuka Acara)
o Penutup/Do’a SAFANDI

04. 12.30-13.30 ISTIRAHAT All


05. 13.30-16.00 Pleno I
1. Registrasi Peserta Panitia SC
2. Pembahasan Agenda Acara KONFERCAB XI SC
3. Pembahasan Tata Tertib KONFERCAB XI SC
4. Pemilihan Pimpinan Sidang SC
06. 16.00-16.15 ISTIRAHAT All
07. 16.15-18.00 Pleno II
1. Penyampaian LPJ PC. PMII Kota Cilegon PENGURUS CABANG
2018-2019
2. Pandangan Khusus Delegasi Peserta Penuh
3. Pernyataan Demisioner Pimpinan Sidang

08. 19.30-20.00 Pleno III Pimpinan Sidang


Pembagian Sidang Komisi
a. Komisi A membahas materi tentang Strategi dan
Pengembangan Organisasi
b. Komisi B membahas materi tentang Kerangka
Umum dan Arah Kebijakan
c. Komisi C membahas materi tentang Pokok-
pokok Pikiran dan Rekomendasi
d. Komisi D membahas materi tentang Kesetaraan
dan Partisipasi Gender

09. 20.00-21.00 Pleno IV Pimpinan Sidang


Penetapan Hasil-hasil Sidang Komisi
10. 21.00-21.15 Pleno V Pimpinan Sidang
Penyampaian Penetapan Calon Ketua Umum SC Konfercab XI
Penyampaian Visi – Misi Calon Ketua Umum Calon Ketua Umum
11. 21.15-22.00 Pleno VI Pimpinan Sidang
Musyawarah Penetapan Ketua Umum dan Formatur
PC. PMII Kota Cilegon Masa Khidmat 2018 – 2019
12. 22.00-selesai Closing Ceremony Panitia

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


TATA TERTIB
KONFERENSI CABANG (KONFERCAB) XI
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Kota Cilegon
Masa Khidmat 2018-2019

BAB I
Ketentuan Umum

Pasal 1
1. Konferensi Cabang (KONFERCAB) PMII Kota Cilegon, untuk selanjutnya disebut KONFERCAB XI adalah
pemegang kedaulatan tertinggi pada tingkat Cabang yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang (PC)
PMII Kota Cilegon Masa Khidmat 2016-2017, setelah melewati tahapan-tahapan yang ditetapkan oleh Panitia
Pengarah (SC)
2. KONFERCAB XI adalah forum musyawarah tertinggi di tingkat cabang , peserta Konferensi Cabang
(KONFERCAB) PMII Kota Cilegon sebagaimana diatur dalam pasal-pasal tata tertib ini
3. KONFERCAB XI dianggap sah apabila dihadiri 2/3 peserta utusan yang direkomendasikan oleh tiap-tiap
Komisariat/Rayon dibawah naungan PC PMII Kota Cilegon
4. Apabila ayat 1 dan 2 diatas dalam pasal ini tidak tercapai, maka sidang di skor dalam 1 kali 15 menit dan
sidang dibuka tanpa harus memperhatikan quorum

BAB II
Tugas dan Wewenang

Pasal 2
KONFERCAB XI mempunyai wewenang:
1. Menilai dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban PC. PMII Kota Cilegon Masa Khidmat 2016-2017
2. Menyusun dan menetapkan draft rekomendasi program kerja PC. PMII Kota Cilegon Masa Khidmat 2018-
2019
3. Memilih dan menetapkan ketua Umum PC. PMII Kota Cilegon Masa Khidmat 2018-2019 dan tim formatur
(ART BAB 11 pasal 29 ayat 4)
BAB III
Peserta, Peninjau dan Bakal Calon

Pasal 3
Peserta
1. KONFERCAB XI terdiri dari peserta penuh (memiliki hak suara dan hak bicara) dan peserta biasa (hanya
memiliki hak bicara)
2. Peserta penuh terdiri dari 1 (SATU) orang utusan Pengurus komsariat dan 1 (SATU) orang utusan rayon atau
yang telah disahkan oleh panitia pengarah (SC) setelah melihat ketetapan (rekomendasi/SK) dari masing-
masing ketua komPK/PR. Sedangkan peserta biasa adalah para pengurus Cabang PC. PMII Kota Cilegon
beserta Komisarat dan Rayon yang berada dinaungannya

Pasal 4
Peninjau
1. Peninjau hanya memiliki hak bicara
2. Peninjau adalah para alumni dan kader PMII yang telah mendapat persetujuan dari Panitia Pengarah (SC)
dan forum KONFERCAB XI untuk mengikuti forum.

Pasal 5
Bakal Calon
1. Bakal calon adalah kader PMII PC. PMII Kota Cilegon yang siap mengabdikan dirinya untuk menjadi Calon
ketua umum masa khidmat 2018-2019
2. Bakal calon di anggap sah, apabila telah mendaftarkan diri sesuai dengan ketentuan Panitia Pengarah (SC)
3. Bakal Calon Mengikuti Persyaratan yang telah ditetapkan oleh PB PMII sesuai hasil KONSOLNAS dan
MUSPIMNAS PB PMII 2014 - 2016

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


BAB IV
Musyawarah dan Rapat-rapat
Pasal 6
Jenis-jenis musyawarah dan rapat-rapat KONFERCAB XI terdiri dari:
1. Sidang pleno yang dihadiri oleh seluruh peserta rapat
2. Sidang komisi yang dihadiri oleh ketua dan anggota komisi yang terdiri dari peserta KONFERCAB XI Sidang
komisi merupakan kelompok kerja yang mengkaji serta membahas materi-materi KONFERCAB XI yang
dibagai menjadi 4 komisi yaitu :
a. Komisi A : Strategi dan Pengembangan Organisasi
b. Komisi B : Kerangka Umum dan Arah Kebijakan Organisasi
c. Komisi C : Pokok-pokok Pemikiran dan Rekomendasi
d. Komisi D : Kesetaraan dan Partisipasi Gender
3. Rapat-rapat yang isinya dianggap perlu dan bermanfaat bagi KONFERCAB XI

BAB V
Penyelenggara
Pasal 7
Penyelenggara KONFERCAB XI adalah kepanitiaan yang dibentuk oleh PC. PMII Kota Cilegon dengan ketetapan
SK (Surat Keputusan) Kepanitiaan oleh Pengurus Cabang
Pasal 8
Penyelenggara KONFERCAB XI bertanggung jawab atas :
1. Ketertiban dan kelancaran penyelenggaraan KONFERCAB XI
2. Berlangsungnya KONFERCAB XI dalam nuansa kebersamaan dan permusyawaratan untuk mufakat
BAB VI
Pimpinan Sidang

Pasal 9
1. Pimpinan sidang tetap terdiri dari satu orang ketua merangkap anggota dan didampingi oleh 2 orang anggota
yang dipilih dan ditetapkan dari dan oleh peserta sidang KONFERCAB XI
2. Pimpinan sidang komisi terdiri dari ketua dan sekretaris komisi yang dipilih dari dan oleh komisi yang
bersangkutan

Pasal 10
Tugas dan Wewenang
Pimpinan sidang mempunyai tugas dan wewenang :
1. Memimpin jalannya sidang agar tetap dalam nuansa kebersamaan dalam permusyawaratan untuk mufakat
2. Mendengarkan, menganalisa dan mengarahkan jalannya sidang-sidang sesuai dengan ketentuan kontstitusi
organisasi PMII
3. Menyimpulkan pembicaraan dan mendudukkan pembicaraan yang sebenarnya serta mengembalikan
jalannya sidang kepada pokok pembicaraan
4. Menetapkan hasil-hasil persidangan sesuai dengan kesepakatan forum.
5. Mengingatkan peserta dan peninjau yang melanggar tata tertib atau norma-norma persidangan
KONFERCAB XI maupun konstitusi organisasi PMII
6. Apabila BAB VI Pasal 10 ayat 5 tersebut diatas tidak dihiraukan, maka pimpinan sidang berhak mengeluarkan
Peserta Penuh dan atau Peserta Peninjau dari ruangan sidang.

Pasal 11
Hak dan kewajiban pimpinan sidang.
1. Mengatur urutan pembicaraan
2. Menertibkan pembicaraan dan menetapkan pembatasan waktu bagi pembicara
3. Menyimpulkan pembicaraan-pembicaraan
4. Mengumumkan tiap-tiap hasil keputusan

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


Pasal 12
Tugas dan wewenang sidang komisi
1. Menyusun dan mengambil keputusan mengenai ha-hal yang menjadi lingkup tugasnya
2. Melaporkan hasil-hasil sidang komisi KONFERCAB XI kepada sidang pleno setelah ditanda tangani olah
ketua sidang komisi bersangkutan

BAB VII
Hak dan Kewajiban Peserta dan Peninjau.

Pasal 13
Setiap peserta mempunyai hak dan kewajiban yaitu :
1. Menjaga ketertiban dan kebersamaan di dalam ruang persidangan
2. Setiap peserta berhak untuk mengeluarkan pendapatnya dengan tertib dan beradab
3. Untuk pengambilan keputusan secara voting setiap peserta penuh mempunyai hak satu suara yang dapat
dipergunakan dalam pengambilan keputusan
Pasal 14
Peninjau mempunyai hak dan kewajiban yaitu :
1. Menjaga ketertiban dan kebersamaan didalam maupun diluar ruang persidangan
2. Setiap peninjau berhak untuk mengeluarkan pendapatnya dengan tertib dan beradab serta tidak keluar dari
pembahasan yang berlangsung

BAB XI
Quorum dan Tata Cara Pengambilan Keputusan
Pasal 15
Quorum
1. Setiap sidang pleno danggap sah apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah peserta yang ada
2. Sidang komisi dianggap sah apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah anggota komisi tersebut
3. Apabila ayat 1 dan 2 diatas dalam pasal ini tidak tercapai, maka sidang diskor dalam 1 kali 15 menit dan
sidang dibuka tanpa harus memperhatikan quorum
4.
Pasal 16
Pengambilan keputusan
1. Semua keputusan disahkan dengan melalui musyawarah untuk mufakat
2. Jika keputusan tidak dapat diambil secara musyawarah dan mufakat maka dilakukan voting
3. Apabila hasil pemungutan suara seimbang maka dilakukan pemungutan suara ulang maksimal 3 (tiga) kali
4. Jika pemungutan suara tetap seimbang maka dilakukan dengan cara lobi, apabila lobi menemukan jalan
buntu maka sidang diskorsing sampai batas waktu yang tidak ditentukan
5. Pemungutan suara dilakukan secara Jujur , Bebas , Rahasia , Langsung dan Adil
BAB XI
Laporan Pertanggung Jawaban

Pasal 17
1. Laporan Pertanggung Jawaban PC. PMII Kota Cilegon Masa Khidmat 2018-2019 disampaikan dalam sidang
pleno KONFERCAB XI
2. Peserta KONFERCAB XI PMII Kota Cilegon menyatakan hak pandangan umum dan perpandangan khusus
3. Penilaian Laporan Pertanggung Jawaban disampaikan melalui pandangan khusus dalam persidangan

Pasal 18
Pengesahan laporan pertanggung jawaban PC. PMII Kota Cilegon Masa Khidmat 2016 -2017 dilakukan setelah
melalui proses seperti tersebut diatas pada pasal 15 dan 16 tata tertib ini

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


BAB X
Berita Acara Persidangan

Pasal 19
1. Seluruh pelaksanaan sidang baik sidang pleno maupun sidang komisi, harus mempunyai berita acara yang
terdiri dari:
a. Waktu, tempat dan tanggal persidangan
b. Topik persidangan
c. Jumlah peserta sidang menandatangani daftar hadir
d. Pimpinan sidang
e. Risalah notulensi jalannya persidangan
f. Dokumentasi persidangan
2. Semua keputusan dan ketetapan KONFERCAB XI harus ditandatangani oleh Pimpinan Sidang

BAB XI
Penutup

Pasal 20
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Tata Tertib ini diserahkan pada sidang pleno KONFERCAB XI sesuai
dengan Konstitusi dan norma-norma yang berlaku

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


KOMISI A

STRATEGI DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

KONFERENSI CABANG (KONFERCAB) XI

PMII KOTA CILEGON

Sejak kelahirannya pada 17 April 1960 (21 Syawal 1379 H) di Surabaya, harus diakui PMII telah menjalani proses
perjalanan yang tidak ringan. Sebagai sebuah organ gerakan yang berskala nasional, PMII tidak dapat dipisahkan
dengan perjalanan kenegaraan dan kebangsaan Indonesia.

Sikap Independen PMII dengan maksud untuk mengubah atau menyempurnakan organsasi dan gerak
langkahnya. Dengan ini diharapkan akan lebih kritis terhadap struktur kekuasaan (state) yang semakin
menghegemoni kebebasan rakyat. Sudah tentu harus ada strategi sebagai pilihan gerakan PMII, strategi yang
dimaksud adalah sikap yang senantiasa berpihak pada keadilan, kebenaran serta seantiasa menjaga hak-hak
masyarakat yang selalu di selewengkan. Oleh karena itu suatu keharusan bahwa konsoldasi gerakan mahasiswa
diarahkan untuk mendorong terwujdnya pemerintahan yang bersih (good governance and clean government) dan
mewujudkan welfare society (masyarakat sejahtera)

Bahwa pada gilirannya pemaknaan gerakan yang sebenarnya itu wujud dari kilasan historis PMII menjadi double
standar, dimana diterjemahkan secara mendasar dalam dimensi kultur dan teologis yang bermuara pada makna
independensinya melalui pendekatan epistemology. Kultur yang mengarah pada kemandirian corak gerak dan
langkah PMII sendiri, sehingga pemaknaan ahlussunnah secara kultur itu dimaknai dengan kritik nalar secara
universal dan tidak kaku atau stagnan bagi dimensi sosial masyarakat, kemudian disisi lain metamorfosis
independensinya mengalami percepatan sehingga mencapai pada titik gejolak yang mengarah pada kekuatan
masyarakat untuk melakukan penyadaran diri pada kritik konstruktif bagi proses demokrasi.

Pembacaan Realitas Internal

1. Realitas Kader

a. Keberadaan kader masih melalui pendekatan kuantitatif dan belum dirasakan secara berarti yang
mengarah pada pendekatan kualitatif.
b. Latar belakang kader PMII Kota Cilegon terbagi menjadi dua, yaitu kader yang berlatar belakang kampus
umum dan kampus yang barbasis Agama.
c. Implementasi potensi diri masih mengalami inferior complex dengan masih mengedepankan sikap
toleransi yang berlebihan pada kader yang mbalelo (berkhianat) sehingga melupakan tugas utama untuk
melakukan kaderisasi kemudian melihat keluar untuk kerjasama dan berhadapan dengan pihak luar yang
masih kurang optimal, maka pada gilirannya masih berkutat secara kompetitif pada tingkat internal saja.
d. Berkurangnya secara drastis kader perempuan PMII yang aktif dan faham tentang makna gender.
e. Keberperanan yang bertolak pada skill yang spesifik masih mengalami stagnasi sehingga pencapaian
profesionalitas secara utuh belum terwujud secara optimal.
f. Sulitnya public sphare yang belum bisa mengakomodir pencapaian aktualisasi potensi yang mengarah
pada profesionalitas kader.

2. Pembacaan Struktur Organisasi

a. Pembentukan organisasi tetap mengacu pada aturan yang berlaku dan mempertimbangkan situasi dan
kondisi yang ada.
b. Bangunan Struktur pengurus masih mengacu pada referensi tingkat pengkaderan,belum mengacu
secara utuh pada potensi kader.

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


c. Kebutuhan Kesekretariatan (base camp) secara permanen belum dimiliki padahal sekretariat merupakan
pusat pergerakan.

3. Strategi dan Solusi Permaslahan

1. Penguatan SDM (Capacity Building)


Pembangunan eksistensi kader melalui pengkaderan formal maupun nonformal secara intens dan
terarah.
2. Peguatan Institusi (Institusional Building)
Penguatan struktur organisasi dengan mengoptimalkan peran sesuai dengan peraturan yang berlaku,
kalau perlu membentuk lembaga pendukung
3. Pengembangan Jaringan
Pengembangan jaringan dengan institusi pemerintah, swasta dan stake holder yang ada, membuat
kerjasama dengan lembaga lain untuk kepentingan organisasi dan masyarakat
4. Pendanaan (Foundrising)
Menggali dana secara halal dengan mengoptimalkan segala potensi kader, kalau perlu membentuk
lembaga ekonomi (waralaba) untuk sumber pendanaan organisasi

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


KOMISI B

KERANGKA UMUM DAN ARAH KEBIJAKAN

KONFERENSI CABANG (KONFERCAB) XI

PMII KOTA CILEGON

I. IFTITAH

Fakta Bahwa Kota Cilegon merupakan daerah penyangga Ibu kota, sebagai gerbang lintasan memasuki
daerah metropolis dan pulau Sumatera tentunya merupakan wilayah strategis bagi perkembangan daerah
secara agraris. Yang menuntut untuk terus berkembang dan berkompetisi dengan daerah-daerah lain. Dan
bahwa PMII merupakan organisasi kader tempat menempa segenap potensi diri kader sampai ia memiliki
kesiapan spiritual, intelektual sesuai dengan disiplin keilmuannya serta kematangan kepemimpinan (skill
leadership) untuk mewujudkan kader yang beradab,bermartabat dan dipandang oleh harga diri public sphare.
Rumusan ideal secara lebih terukur, profil warga yang di inginkan dari pengkaderan PMII adalah :
Pertama, sosok agamawan muda, yang mampu mengakses dan senantiasa kritis pada upaya penyelesaian-
penyelesaian problem sosial keagamaan tanpa kekerasan baik intern maupun antar umat beragama.
Kedua, sosok intelektual organik, yang mampu berfikir dan bertindak serta menganalisis secara cermat tentang
problem keumatan secara universal.
Ketiga, sosok pekerja sosial, yang mampu melaksanakan kerja-kerja sosial kemanusiaan dan kemasyarakatan
(secara profesional).

II. IDENTIFIKASI PROBLEM

Problem eksternal
1. Sosial Keagamaan
a. Akhir-akhir ini muncul isu formalisasi syari’at Islam dalam konstitusi Negara baik berupa perda
maupun perundang-undangan yang notabene bahwa agama hanya dijadikan alat kekuasaan.
b. Munculnya teror mental kepada umat Islam terutama yang berada di pesantren (Sijnul Mukmin) akibat
kesalahpahaman dalam penafsiran JIHAD
c. Berkembangnya aliran yang tidak bersumber pada keutuhan Al-Quran & Al-Hadits
d. Bangkitnya semangat MUI dalam mengeluarkan Fatwa haram (Rokok, Golput = Nasional dan Debus
= Daerah) padahal kajian secara mendalam masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.
e. Eksploitansi Agama/Lembaga/organisasi masyarakat agama sebagai kendaraan politik oleh
kepentingan elit, sehingga memposisikan agama sebagai simbol dan epas dari substansi agama itu
sendiri sebagai ruh yang ingin membentuk masyarakat yang bermoral dan beradab.
2. Kebangsaan
a. Tersumbatnya komuniasi antar Pemerintah/Negara (State) dengan masyarakat sehingga akan terjadi
kebuntuan masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya.
3. Sosial Budaya
a. Akulturasi yang menimbulkan liberasi budaya,sehingga pudar budaya lokal dan menjadi subur
budaya global.
b. Pudarnya pemaknaan budaya secara epistemologi dan teologis sehingga kebebasan budaya menjadi
tersumbat.
c. Hilangnya hak paten budaya lokal yang sudah ratusan tahun menjadi tradisi yang di klaim menjadi
budaya Negara luar (kasus Tari Pendet-Bali bahkan Debus-Banten).
4. Good Governance
a. Kurangnya transparansi pemerintah dalam pengelolaan anggaran (APBD/APBN)
b. Maraknya budaya korupsi di pemerintahan.
c. Sulitnya masyarakat mengakses projek pelayanan public pemerintah, sehingga fungsi control dari
pemilik sah tanah ini (masyarakat) tidak terjadi.

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


5. Demokratiasi dan Hak Asasi Manusia (Human Right)
a. Masih terjadinya konflik dikarenakan agama, suku dan masih kentalnya budaya feodalis.
b. Tidak adanya perlindungan hukum yang nyata bagi para TKI di luar negeri, sehingga kasus kekerasan
bagi pekerja Indonesia terus terulang.

Permasalahan PMII Kota Cilegon (Internal)

1. Realitas Warga PMII


a. Heteroginitas latar belakang secara geografis maupun pendidikan, sehingga diperlukan spesialisasi
disiplin ilmu tertentu untuk mewujudan warga PMII terjun ke dunia profesional karena mayoritas
warga PMII cendrung ke politik yang berekses kurang baik terhadap organisasi.
b. Masih ada (kemungkinan mayoritas) kader PMII yang menjadi pengurus aktif namun sudah
memposisikan diri menjadi pengamat atau komentator bagi organ nya sendiri. ini di karena kan
bawaan karakter dan tidak pahamnya akan tugas dan fungsi sebagai kader PMII.

2. Hubungan dengan Alumni


a. Mendorong secepatnya di aktifkan wadah alumni (FOKSIKA / IKA PMII) sebagai wadah bertemu
berbagai kepentingan alumni yang benar-benar alumni “sesuai nilai-nilai Aswaja“ yang telah bayak
menduduki jabatan dipemerintahan, pengusaha, kiyai, politisi dsb.
b. Adanya hegemonik dan patron klien yang mengarah/mengarahkan kepada pendukungan secara
politis like and dislike, bagian ini yang cepat mendorong perpecahan dalam tubuh PMII dan ini yang
harus segera PMII Kota Cilegon sadarkan.

3. Konsolidasi Organisasi
a. Membentuk positif image (husnudzon) di kalangan warga pergerakan yang selama ini terjadi dan
tersumbatnya komunikasi antar warga PMII yang kemudian menimbulkan negaif image (su’udzon).
b. Tersumbatnya kemandirian dan independensi organsasi yang berpengaruh pada perkawinan PMII
dan lembaga/ institusi yang tidak searah gerakannya dengan PMII.

4. Pengkaderan dan Pelatihan


a. Minimnya follow-up kaderisasi formal seperti MAPABA dan PKD sehingga kader tidak terarahkan
secara baik.
b. Belum adanya alternatif pengkaderan informal yang mengarah kepada peningkatan dan
pengembangan skill seorang kader.
c. Masih sedikit kader PMII yang meng-ihlaskan dirinya mengurus kaderisasi, padahal ini bagian
terpenting bagi jatuh bangunnya PMII Kota Cilegon ke depan.
d. Minimnya kader Kota Cilegon yang telah mengikuti PKL dan pelatihan umum sehingga dalam
beberapa kesempatan kader Kota Cilegon tidak mampu unjuk gigi (seperti pencalonan ketua
ditingkatan PKC).

5. Pengembangan Jaringan (Networking)


a. Lemahnya Jaringan PMII secara organisatoris, selama ini jaringan hanya bersifat interpersonal.
b. Lemahnya kualitas identitas dan aktualisasi jati diri PMII.

III. Pembidangan dan Sasaran Program

a. Bidang Pengembangan Organisasi (Internal)


1. Mewujudkan pola pengkaderan yang mengarah kepada pengembangan skill dan profesionalitas
kader.
2. Melakukan pemberdayaan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) secara intensif dan
progresif.

b. Bidang Hubungan Organisasi Eksternal dan Pengabdian terhadap Masyarakat.


1. Menciptakan peluang bagi kader untuk beraktualisasi diri dan berpartisipasi dalam kehidupan
social kemasyarakatan.
2. Mewujudkan akses jaringan secara sistemik.
3. Pembentukan image building organisasi yang mengarah pada image positif organisasi.

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


c. Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi dan Hukum
1. Mendorong terwujudnya penghargaan akan pluralisme yaitu, perbedaan agama, suku dan strata
sosial yang memiliki hak yang sama sebagai manusia.
2. Mendorong pengembangan ekonomi dan program-program pemberdayaan yang berbasis kepada
kaum mustadz’afin.
3. Mendesak dilakukannya penegakan hukum bagi para pelaku kejahatan administrasi (korupsi,
nepotisme dan kolusi)
4. Penguatan terhadap peran warga sipil (ciXIl society) untuk mewujudkan kemandirian daerah

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


KOMISI C

POKOK-POKOK PIKIRAN DAN REKOMENDASI

KONFERENSI CABANG (KONFERCAB) XI

PMII KOTA CILEGON

I. IFTITAH

Realitas

Dunia telah berubah. Transformasi nilai dan wacana sebagai upaya melakukan perubahan adalah
kesepakatan kata di dalam pergerakan kita. Transformasi adalah cara perubahan sampai pada tingkat
pola berfikir. Orientasi struktural sebagai upaya melakukan pendekatan gerakan telah lama ditinggalkan.
Paradigma pembangunan yang menjadi sentral pemberdayaan masyarakat telah menjadi fosil,
dikarenakan telah terbukti bahwa ideologi pembangunan telah mengakibatkan manusia menjadi sangat
rakus dan menghancurkan struktur tatanan sosial kemasyarakatan

Dalam konteks perubahan dua sisi ini akan menjadi perdebatan secara terus menerus. Juga dalam
konteks perubahan yang dilakukan oleh PMII, eksplorasi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
konteks jaman berjalan dengan dinamis. Produk yang menjadi ruler of life PMII adalah hasil pertemuan
budaya antar mistitisme, tradisionalisme dan modernisme, produk ini mengalir deras dalam gerak
langkah warga PMII.

Dalam upaya memberikan strategi pengembangan yang jitu dan berpengaruh besar terhadap publik
adalah dimilikinya berbagai sandaran pendukung yang memadai. Masalah sosialisasi menjadi sangat
penting untuk menetaskan wacana agar tersebar dan berkembang di masyarakat. Kekuatan ataupun
produk apapun yang dipunyai oleh suatu institusi atau komunitas tertentu tidak akan mampu mengalir
ataupun tertransformasikan kepada sasaran tanpa adanya sosialisasi. Sebagai upaya membangun
kekuatan dan meneruskan estafeta pergerakan maka dibutuhkan sebuah kederisasi

Argumen Idealis : Pewarisan Nilai-Nilai

1. Kaderisasi Sebagai Proses Pendidikan


Sebagai sesuatu yang ideal, Kaderisasi adalah media dimana nilai-nilai (dalam hal ini paling tidak nilai-
nilai aswaja) diwariskan kepada “generasi baru”. Karena merupakan “media dimana nilai diwariskan”.
Dan pewarisan itu tidak mungkin cukup dalam satu atau dua hari, maka pada dasarnya kaderisasi
merupakan suatu awal dimana proses pendidikan dimulai

2. Dampak Terhadap Asumsi


Dalam konteks argumenatsi diatas, Kaderisasi sering kali berkembang sebagai sebuah tempat dimana
indoktrinasi dilakukan. Jelas, akan selalu lahir sebuah asumsi bahwa PKD akan dijadikan ajang dimana
nilai-nilai, teori-teori dan gagasan-gagasan (yang oleh “panitia” dianggap baru dan progresif) diberikan,
tanpa ada upaya memetakan dan menganalisis kebutuhan yang sesungguhnya dibutuhkan oleh kader

3. Dampak Pada Implementasi


Sehingga dalam pelaksanaan dilapangan, PKD atau PKL selalu menjadi ajang “kuliah” dan “pertunjukan”
para senior yang dianggap lebih mengerti dan memahami nilai-nilai yang selama ini dijaga oleh
organisasi

Argumen Strategis : Pemberdayaan Individu (Anggota)

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


1. Kaderisasi Sebagai Jenjang Mobilitas Sosial
Kaderisasi jika dan terkadang harus dipandang strategis karena ia merupakan arena yang sering bisa
membantu seseorang mahasiswa dalam proses penyadaran dan pemberdayaan diri. Disadari atau tidak,
ditengah proses pemberdayaan dan penyadaran itu, terjadi juga sesuatu proses mobilitas sosial yang
akan berjalan baik secara horizontal naupun vertikal. Kaderisasi merupakan suatu awal dari proses
mobilitas sosial seorang mahasiswa

2. Dampak Terhadap Asumsi


Pada tataran asumsi, Signifikasi kaderisasi dalam argumentasi diatas akan melahirkan cara pandang
yang juga strategis di kalangan kader itu sendiri, bahwa dengan mengikuti sesuatu jenjang kaderisasi
maka ia akan bisa melewati jenjang-jenjang tertentu dalam suatu proses mobilitas sosial

3. Dampak Pada Implementasi


Dalam Implementasinya di lapangan, kaderisasi akan berdampak pada suatu proses pengkaderan yang
melulu berorientasi pada keinginan untuk mendorong dan mobilitas anggota

Sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang dituntut untuk berperan serta aktif dalam
pembangunan daerah sebagai ejawantah dari khilafah fil ardi, hal tersebut sesuai dengan risalah
kenabian, bahwa nabi diutus kemuka bumi untuk menciptakan masyarakat bermartabat da beradab
(Akhlaqul Karimah).
PMII sebagai kader Muda ahlussunnah waljamaah harus mampu menuangkan pokok-pokok pikiran dan
rekomendasi yang cemerlang baik untuk internal organisasi maupun buat kemaslahatan umat secara
umum

II. POKOK – POKOK PIKIRAN

A. Bidang Sosial, Agama dan Moral


1. Dalam konteks agama dan moral, Islam dengan Al-Quran sebagai kitabnya mengandung nila-
nilai universal menciptakan manusia sebagai mahkluk yang mempunyai akal dan kebebasan
berfikir
Perbedaan yang dijamin oleh Al-Quran haruslah dapat dipertahankan dalam melakukan proses
berbangsa dan bernegara
2. Pengamalan Islam (syari’at) haruslah dengan cara insiminasi melalui keragaman budaya tanpa
adanya campur tangan berlebihan dari Negara/pemerintah.
3. Fatwa yang di keluarkan dan yang sedang di bahas lembaga keagamaan sejenis MUI
hendaknya melihat unsur budaya, karakter masyarakat dan tidak meninggalkan unsur prepentif
bagi kenyamanan kehidupan masyarakat

B. Bidang Sosial Politik dan Budaya


1. Penguatan ciXIl society sebagai upaya kemandirian masyarakat dengan memberikan public
sphare terhadap masyarakat sehingga terwujud partisipasi masyarakat
2. Pengurangan peran Negara (state) dalam upaya menumbuhkan jiwa kemandirian politik
3. Penegakan law inforcement sebagai upaya menjamin pemerintahan yang bersih dan
berwibawa
4. Mewaspadai hegemoni baru negara melalui budaya-budaya kekerasan yang sengaja di
tampilkan oleh media, baik melalui institusi aparat keamanan maupun lembaga resmi lainnya,
sehingga tercipta iklmpemerintahan yang kondusif

C. Bidang Ekonomi
1. Menekankan sistem Ekonomi kerakyatan sebagai upaya peningkatan dan pengembangan
Usaha Kecil dan Menengah.
2. Bagi Pemerintah daerah (pemprop,pemkab,pemkot) supaya lebih menjamin keberadaan usaha
kecil dan Menengah terutama dalam pengadaan modal usaha.
3. Me-recall keluarga pejabat yang masuk dalam pengambil keputusan pada lembaga resmi
Negara.

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


III. REKOMENDASI

Nasional

1. Mencegah politisasi agama melalui formalisasi agama terhadap konstitusi Negara dengan
mempertimbangkan aspek pluralism, Hak Asasi Manusia (human right) dan demokrasi

2. Pemerintah harus segera menyelesaikan kasus TKI dan buruh


3. Pemberantasan korupsi dipemerintahan dengan memberi akses seluas-luasnya bagi
masyarakat untuk dapat mengkontrol

Regional

1. Mengawal Pendidikan bebas biaya (gratis) sampai tingkat SLTA (tanpa pungutan biaya apapun)
di seluruh Kota Cilegon
2. Menyikapi berbagai issue formalisasi syari’at Islam di Banten melalui dialektika kebangsaan
3. Menyikapi berbagai kasus di Kota Cilegon baik wilayah hukum maupun lingkungan

Internal

1. Selain pengambilan sumpah di pelantikan, semua pengurus mulai dari PR-PKC harus
menandatangani kontrak sosial & moral bagi keberlangsungan kepengurusan sebagai amanah
yang di emban
2. Merealisasikan wadah alumni (FOKSIKA/IKA PMII)
3. Merealisasikan keberadaan basecamp
4. Membuka jaringan ekonomi, politik melalui forum alumni dan lembaga lainnya
5. Mengoptimalkan kembali Lembaga keputrian PMII apapun bentuknya, yang selama tiga tahun
terakhir nyaris hilang

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


KOMISI D

KESETARAAN DAN PARTISIPASI GENDER

KONFERENSI CABANG (KONFERCAB) XI

PMII KOTA CILEGON

I. Pendahuluan

Gerakan Kesetaraan dan Partisipasi Gender

Diskursus tentang gender dalam women’s studies encyclopedia dijelaskan, gender adalah suatu konsep
cultural yang berupaya membuat perbedaan dalam peran, perilaku mental dan karakteristik emosional antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Bahkan lebih jauhnya menurut Elaine
Showater, bahwa mengartikan gender bukan lebih sekedar dari pembedaan antara laki-laki dan perempuan
dilihat dari konstruksi sosial budaya, tetapi menekankan sebagai konsep analisa dalam memahami dan
menjelaskan sesuatu.

Gender pada awalnya adalah hal langka. Ivan Illich sendiri ketika berbicara tentang gender mengatakan
“Tiap Lembaga modern, dari sekolah hingga keluarga dan dari perserikatan sampai peradilan, mengemban
amanat asumsi kelangkaan ini, dan begitu menebarkan dalil unisex kesegenap lapisan masyarakat, misalkan
laki-laki dan perempuan dengan sendrinya tumbuh dewasa. Dalam masyarakat tradisional mereka menjadi
matang tanpa harus memenuhi syarat-syarat pertumbuhan yang dianggap langka, kini lembaga-lembaga
pendidikan mengajar mereka bahwa pengajaran dan kompetisi adalah benda langka yang diperebutkan
antara laki-laki dan perempuan. Jadi pendidikan berubah dan jadi istilah yang artinya “belajar untuk hidup
dibawah asumsi tentang kelangkaan” (Illich,1998).

Kutipan diatas menampilkan dua hal penting. Pertama adalah kita bisa menyaksikan bagaimana Illich dan
pemikirannya yang sangat kritis, dan kedua adalah pandangan dia tentang kesetaraan gender.

Kemudian jika dianalisis lebih jauh tentang perspektif kesetaraan gender yang sebenarnya adalah
pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat dan dalam konteks kekinian,
kesetaraan diarahkan pada bentuk gerakan kesetaraan gender dengan menunjang kesadaran akan gender
equality dalam pembagian kerja, sehingga tidak terjadi adanya diskriminasi dan masing-masing mendapatkan
bagian yang sama diruang public atau lebih menekankan pada the women isn’t second man but is a patner
(mitra sejajar)

Maka pada gilirannya mitra kesejajaran yang didasari dengan kesadaran terhadap gender, tentunya akan
menampilkan bentuk atau patisipasi aktif didalam kehidupan dimensi sosial budaya masyarakat atau biasa
disebut partisifasi gender. sehingga penilaian terhadap keberadaan perempuan maupun laki-laki tidak
dilakukan melalui pendekatan sexisme, namun lebih mengedepankan pada bentuk potensi atau skill dari laki-
laki dan perempuan didalam pembagian kerja terutama dalam peranan domestic maupun wilayah publik.

Akan tetapi penterjemahan ini tidak sesederhana itu dikonfigurasikan apalagi diaplikasikan kedalam bentuk
gerakan, namun agar lebih sistematiknya tentang gerakan kesetaraan dan partisipasi gender dapat
diklasifikasikan dibawah ini.

II. Agenda Gerakan Kesetaraan dan Partisipasi Gender

1. Mengadakan penyadaran melalui pendekatan partisipatoris kepada masyarakat tentang urgennya


kesejajaran antara laki-laki dan perempuan.
2. Sosialisasi tentang pembagian kerja sekaligus peran antara laki-laki dan perempuan dengan pendekatan
pendampingan terhadap kelembagaan ditingkat masyarakat.
3. Dekonstruksi norma-norma atau produk hukum yang berkaitan dengan kebijakan publik yang
menempatkan perempuan pada posisi subjek, bukan objek.
4. Penguasaan pada opini publik yang mengarah kepada penyadaran terhadap kesetaraan atau mitra
kesejajaran pada wilayah publik.

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


5. Membuat publik sphare baik pada tingkat domestik maupun publik bagi perempuan, dibidang politik,
budaya hukum dan ekonomi.

III. Agenda penguatan Institusi Perempuan.

1. Identifikasi peran publik yang dilakukan perempuan yang diarahkan untuk melakukan pembangunan
akses bagi gerakan perempuan dalam hal ekonomi, politik, budaya, hukum pendidikan dsb.
2. Mengadakan kerjasama antar lembaga yang konsen terhadap gerakan pemberdayaan perempuan,
untuk membuat programe building yang mengarah kepada bentuk penyadaran terhadap kesetaraan dan
partisipasi gender.
3. Membuat kelembagaan-kelembagaan secara sistematik, yang diarahkan kepada bentuk penyadaran
gender dalam kehidupan masyarakat.

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


TATA TERTIB
PEMILIHAN KETUA UMUM DAN FORMATUR
KONFERENSI CABANG (KONFERCAB) XI
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
KOTA CILEGON

Pasal 1
Ketentuan Umum
1. Pemilihan ini dinamakan pemilihan ketua umum dan KONFERCAB XI
2. Ketua Umum dan Tim Formatur dipilih oleh peserta KONFERCAB XI PMII Kota Cilegon yang
dianggap sah

Pasal 2
Kriteria Calon Ketua Umum
1. Merupakan pribadi Muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu,
cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen dalam memperjuangkan
cita-cita kemerdekaan Indonesia (ART Pasal 4)
2. Memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap PMII , siap menjaga nama baik almamater.
3. Telah di Verifikasi & ditetapkan oleh Panitia SC untuk menjadi Calon Ketua Umum
4. Tidak terlibat konflik dengan siapapun dan mampu mengayomi kader secara keseluruhan
5. memiliki gambaran konsep program kerja yang riil sesuai kondisi objektif PC PMII Kota Cilegon
selama satu periode (dipaparkan pada saat terpilih menjadi calon ketua umum)
6. Sehat jasmani dan rohani
7. Telah mengikuti Pelatihan Kader Lanjut (PKL) (MUSPIMNAS AMBON) dan telah mengikuti
pelatihan umum min 2x serta sanggup menjelaskan tentang NDP dan Aswaja
8. Maksimal berumur 25 Tahun
9. IPK Minimal 2,50 (Prodi Eksakta) dan IPK 3,00 (Prodi Umum)
10. Tidak sedang menjadi pengurus dalam partai politik apapun (ART BAB III BAGIAN V Pasal 9 Ayat
2)
11. Menyatakan kesediaannya secara tertulis dan lisan.
12. Siap berdomisili di sekretariat PC PMII Kota Cilegon dan Memiliki kendaraan pribadi minimal sepeda
13. Bersedia menjadi pengurus dan aktif baik kalah maupun menang dalam pemilihan

Pasal 3
Ketentuan Formatur KONFERCAB XI
1. Formatur KONFERCAB XI terdiri dari 7 (tujuh) orang
2. Formatur dipilih dari dan oleh peserta Konferensi Cabang (KONFERCAB) PMII Kota Cilegon
3. Formatur Konferensi Cabang (KONFERCAB) PMII Kota Cilegon terdiri dari:
a. Ketua Umum Demisioner
b. Ketua Umum terpilih
c. Tiga orang utusan Sahabat dan dua orang utusan Sahabati dari peserta KONFERCAB XI dari
Perwakilan Komisariat
4. Ketua umum terpilih dibantu oleh formatur menyusun kepengurusan dan kelengkapan struktur
organisasi

Pasal 4

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON


Teknik Pemilihan
1. Pemilihan Ketua Umum didahului dengan penetapan calon ketua umum oleh pimpinan sidang
(Melalui Penetapan dan Verifikasi Oleh SC dan OC)
2. Apabila Jumlah Calon tetap lebih dari satu maka Pemilihan dilaksanakan dengan cara pemungutan
suara (voting) , Apabila Jumlah Calon tetap hanya satu maka dilaksanakan prosesi Aklamasi
3. Calon Ketua umum yang sah/terpilih berhak mengajukan gagasannya dihadapan peserta Konferensi
Cabang (KONFERCAB) PMII Kota Cilegon maximal 300 detik
4. ketua umum yang sah adalah yang mendapatkan suara terbanyak , apabila terjadi persamaan
hitungan suara maka sidang di skors untuk diupayakan Lobby-Lobby
5. Pemungutan suara dilakukan secara Langsung , Umum , Bebas dan Rahasia yang sesuai dengan
hati nurani

Pasal 5
Tugas dan Wewenang
1. Tugas dan wewenang ketua umum dan formatur Konferensi Cabang (KONFERCAB) XI PMII Kota
Cilegon adalah menyusun komposisi kepengurusan secara lengkap paling lambat 3 x 24 jam
2. Komposisi kepengurusan yang telah lengkap diajukan kepada Pengurus Besar (PB PMII) dan
mengajukan Permohonan Rekomendasi kepada Pengurus Koordinator Cabang (PKC)

Pasal 6
Aturan Tambahan
1. Hal-hal yang belum diatur dan ditetapkan dalam tata tertib ini, akan diatur dikemudian hari
berdasarkan kesepakatan
2. Tata tertib ini berlaku sejak ditetapkan

KONFERENSI CABANG XI PC. PMII KOTA CILEGON

Anda mungkin juga menyukai