Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PERSAMAAN DEFFERENSIAL

1.1. Pendahuluan
Banyak masalah penting dalam bidang rekayasa maupun sains yang dapat
diturunkan dalam sebuah persamaan yang melibatkan fungsi tak diketahui beserta
turunannya, yang dikenal sebagai persamaan deferensial. Fungsi tak dikenal tersebut
dapat bergantung hanya pada satu peubah bebas saja maupun lebih dari satu peubah.
Dalam kasus yang melibatkan satu peubah bebas, persamaannya dikenal dengan
persamaan defferensial biasa, sedangkan yang melibatkan lebih dari satu peubah bebas
dikenal sebagai persamaan defferensial parsial.
Suatu eksperimen menunjukkan bahwa suatu bahan radioktif pada setiap saat
mengurai dengan laju sebanding dengan banyaknya bahan yang tersisa. Pada saat awal
(t=0) suatu bahan radioaktif dengan massa 2 gram mengurai, apa yang dapat kita katakan
mengenai banyaknya bahan yang tersisa pada waktu t kemudian ? Misalnya y(t) adalah
banyaknya bahan yang masih tersisa pada waktu t dan laju perubahannya adalah y’
(dy/dt). Maka menurut hukum fisika yang mengatur proses radiasi diperoleh, dy/dt
sebanding dengan y. yang model matematikanya adalah : dy/dt = k y ; y(0); k =
konstanta …………………. (1.1)
contoh yang lain misalkan kita punya uang akan investasi (y) selama t tahun, maka y(t)
adalah banyaknya investasi selama t tahun, sedangkan perubahannya menjadi y’ (dy/dt.)
= Ky ; y(0) : k = konstanta
Permasalahannya disini adalah kita akan mencari penyelesaian persamaan defferensial
tersebut diatas.
Permasalahan yang lain misalnya saja dalam suatu rangkaian listrik RLC, jika
Q(t) adalah muatan pada kapasitor dengan kapasitansi C, tahanan sebesar R, dan
indukstansi sebesar L, serta daya gerak listrik E(t), maka diperoleh persamaan
defferensial
Menentukan besar muatan Q pada setiap saat Q(t) dan besarnya arus listrik I pada setiap
saat I(t)
Rancangan model matematisnya adalah :
Menurut hukum ohm
ER  I .R menyatakan gaya sepanjang resistor
dI
EL  L menyatakan gaya sepanjang inductor
dt
Q
EC  menyatakan gaya sepanjang kapasitor, dengan Q = muatan listrik
C
dQ
karena : I  maka :
dt
dQ
ER  R
dt

1
Gambar : RL
sehingga menurut Hukum kirchoff :
EL  ER  EC  E (t )
d 2Q dQ Q
L 2
R   E (t )..............................(1.2)
dt dt C
Seperti Gb berikut :

Gambar : RLC

1.2. Pengertian Persamaan Defferensial dan PD Variabel Terpisah


1. Definisi : PD adalah sebuah persamaan yang merupakan hubungan antara
hasil bagi defferensial dari satu peubah tak bebas terhadap satu atau lebih
peubah bebas.
2. PD Biasa : adalah PD yang hanya mengandung satu peubah bebas
3. PD Parsial : adalah PD yang mengandung lebih dari satu peubah bebas.
4. Tingkat dan derajat suatu PD : Jika turunan yang tertinggi yang terdapat
dalam persamaan adalah tingkat n maka PD itu disebut tingkat n (orde n). Jika
persamaan itu seluruhnya rasional dan bulat dalam hasil bagi hasil bagi
defferensial itu, maka pangkat dari turunan tertingi dalam persamaan disebut
DERAJAT PD itu
Contoh :
dy y 3
1)   PD tk. 1, derajad 1
dx x x
d2y dy
2) 2
 4  2y  0 PD tk. 2, derajad 1
dx dx
2
 dy  dy
3)    y x PD tk. , derajad
 dx  dx
2 3
 d3y   d2y 
4)  3    2   2 xy  6 PD tk. , derajad
 dx   dx 
5. Penyelesaian suatu PD : adalah suatu fungsi eksplisit ataupun implicit yang
tidak lagi memuat derivative dan yang memenuhi PD tersebut.
Contoh :

2
PD biasa :
dy
1)  2 xy  2 x 2  1
dx
d2y dy
2) 2
 3  2 y  x2
dx dx

PD Parsial :
2 z
1)  2 xy
xy
2 z 2  z
2

2) a 0
x 2 y 2
6. Penyelesaian Umum PD (PUPD) adalah penyelesaian PD yang memuat
konstanta esensial sebarang yang banyaknya sama dengan tingkat dari PD.
Jadi pada PD tingkat n, penyelesaian umumnya memuat n buah konstanta
esensial sebarang.
7. Penyelesaian Partikulir PD (PPPD) adalah Penyelesian PD yang didapat dari
PUPD jika pada konstanta-konstantanya sebarang diberi harga tertentu.

1.3. Persamaan Diferensial Variabel Terpisah


1) PD dengan peubah terpisah
Suatu persamaan defferensial tingkat satu disebut persamaan defferensial
terpisah jika persamaan deffrensial tersebut dapat ditulis sebagai :
dy
 f ( x) g ( y ) ...............(1.3)
dx
sedangkan cara memisahkan peubah pada persamaan diatas (1,3) menjadi :
dy
 g ( y)   f ( x)dx ...............(1.4)
kemudian dengan mengambil integral dari persamaan (1.4) akan diperoleh penyelesian
umum persamaan defferensial.
contoh : (1):

PD : xy'2 y  0 
dy
x  2y  0
dx
dy dx dy dx
 2  0  2
x 
xdy  2 ydx  0   0  ln y  2 ln x  ln c
y x y
ln y  2 ln x  ln c  ln y  ln c  ln x 2  y  cx 2

3
y' 2
y  cx  y 2
x
2x
y'
y '  2cx  c 
2x
1) PD : xy'2 y  0
2) PD : yy'   x
dy
3) PD : 9 yy'4 x  0  9 y  4x  0
dx
9 ydy  4 xdx  0  9 ydy  4 xdx   0
1 2 1 2 9 y2
9 y  4 x  c   2x2  c 
2 2 2
9 y 2  4 x 2  2c 

4) PD : y '  2 xy

2) PD dengan peubah peubah yang dapat terpisah


Bentuk :
f 1 ( x).g 2 ( y )dx  f 2 ( x).g1 ( y )dy  0 : f 2 ( x).g 2 ( y )
f1 ( x) g ( y)
dx  1 dy  0  solusi
f 2 ( x) g 2 ( y)
f1 ( x) g ( y)
f 2 ( x)
dx   1
g 2 ( y)
dy   0

contoh : (2):
PD : ( x  1) ydx  ( y  1) xdy  0   xy
( x  1) ( y  1)
dx  dy  0
x y
( x  1) ( y  1) 1 1
 x dx   y dy   0   (1  x )dx   (1  y )dy   0
x  ln x  y  ln y  c  x  y  ln xy  c

4
1.4. PD Bentuk : (ax  by  c)dx  ( px  qy  r )dy
PD seperti diatas ada 3 kasus :

1. PD. Homogen
Jika c dan r = 0, maka PD tersebut dikatakan PD homogen yang bentuk
umumnya adalah M(x,y) dx + N(x,y) dy =0 dikatakan PD Homogen jika M(x,y)
dan N(x,y) merupakan fungsi fungsi homogen yang berpangkat sama setiap harga
x dan y nya Diketahui:
PD = M (x,y) dx + N (x, y) dy = 0 PD tersebut dapat dirubah menjadi :
Bentuk : M  y  dx + N  y  dy =0
x x
Penyelesaiannya dengan substitusi
y = zx
dy = z dx + x dz
Maka PD menjadi
M(Z) dx + N(Z) (Zdx + xdZ) = 0
M (Z) dx + ZN(Z) dx + xN (Z) dZ = 0
M(Z) dx + Z N(Z) dx + x N(Z) dZ =0
dx N ( Z )dZ
+ = 0 merupakan PD terpisah
x M ( Z )  ZN ( Z )
Sehingga penyelesaian :
dx N (Z )
 x +  M (Z ) ZN (Z ) Z = 0
contoh : (3): PD Homogen
PD : (x+y) dx + x dy = 0

Penyelesaian :

Substitusi : y = zx

dy = z dx + x dz

(x+zx)dx + x (zdx + xdz) = 0

(x+zx)dx + zxdx + x 2 dz = 0

x ( 1 + 2z)dx + x 2 dz =0

dx dz
 x  1  2 z  0  ln x  12 ln(1  2 z )  ln c

x 2  2 xy  c

5
2. PD Persamaan garis
Jika c dan r tidak sama dengan nol maka ada dua kemungkinanya yaitu : dua garis
itu akan sejajar atau dua garis tersebut akan berpotongan.
 Jika dua garis sejajar diselesaikan dengan substitusi
u  ax  by
du  bdy
dx 
a
contoh : (4):
PD : (x+y) dx + ( 3x+3y-4) dy = 0

Penyelesaian :

Substitusi : u=x+y

dx=du-dy

u(du-dy) + (3u-4)dy = 0

u du + ( 2u-4) dy = 0

u du
 2u  4   dy  0
1
2
u  ln u  2  y  c
x  3 y  2 ln( x  y  2)  c

 Jika dua garis tersebut berpotongan maka diselesaikan dengan translasi


PD dengan bentuk (ax + by + c) dx + (px + qy + r) dy = 0
Jika dua garis yang saling berpotongan
a.q – b.p  0  ………..1
dengan substitusi :
x = x’ + h
y = y’ + k
dimana :
h dan k adalah hasil dari x dan y dari persamaan ax + by + c = 0 dengan
px + qy + r = 0, sehingga PD akan berubah menjadi PD homogen yaitu :
PD homogen adalah :
(ax’ + by’) dx’ + (px’ + qy’) dy’ = 0

6
contoh : (5):
8). PD : (x – y – 1) dx + (x + y + 5) dy = 0

Penyelesaian:

a.q – b.p  0

substitusi :

x = x’ + h  dx’ = x – h

y = y’ + k  dy’ = y – k

Persamaan :

x  y  1  dengan menggunakan matrik/determinan diperoleh :


x + y = 5  x = -2 dan

y=-3

x = x’ – 2

y = y’ – 3

(x’ – y’) dx’ + (x’ + y’)dy’ = 0  PD homogen

y’ = z x’

dy’ = zdx’ + x’dz

(x’ –zx’) dx’ + (x’ + zx’)(z dx’ + x’ dz) = 0

x’ (1 + z2) dx’+ (x’)2(1 + z)dz = 0


dx' dz
 x'

1  z2
dx  0

dz ' dx zdz
 x'

1 z 2

1  z2
0

1
 
ln x' Arc tgz  ln 1  z 2  0
2

Solusinya :

7
y3
lnx  2  x  3  2 Arc tg c
2 2

x2

Soal Latihan 1:
Selesaikan PD dibawah ini :

1. PD : y '  1  y 2
2. PD : y '  2 xy
3. PD : 9 yy'4 x  0
4. PD : x  yy'  0
5. PD : xy'2 y  0
6. PD : 2 xyy' y 2  x 2  0
7. PD : y (1  xy)dx  x( x 2 y 2  xy  1)dy  0
2x  y 1
8. PD : y ' 
4x  2 y  5
9. PD : (2 x  5 y  3  (2 x  4 y  6) y '  0
10.PD : y (1  xy)dx  x(1  xy)dy  0

1.5. PD Eksak dan Non Eksak


Bentuk :
M ( x, y )dx  N ( x, y )dy  0  dikatakan PD eksak jika ruas kiri dari
persamaan tersebut merupakan deferensial total dari fungsi F(x,y) atau PD
M N

M ( x, y ) 
 
dikatakan eksak jika dan hanya jika
y x
N ( x, y ) atau
y x
sedangkan deferensial total yang dimaksud adalah :
F F
dF  dx  dy  M ( x, y )dx  N ( x, y )dy
x y
berarti bahwa :

8
F
dx  M ( x, y )dx
x
y  f ( x)  x  f ( y )
dan
 x dy 
2

 0dx 
F ( x, y)   M ( x, y)dx  g ( y) ....1)
x
dideferensial ke y akan diperoleh :


y x
M ( x, y )dx  g ( y ) 

y x
M ( x, y )dx  g ' ( y )  N ( x, y ) ...........2)

dari 1 dan 2 diatas akan diperoleh g(y) yang kemudian di substitusi ke persamaan 1
diperoleh solusi yang ditanyakan berbentuk F(x,y) = c

contoh : (6):
Apakah PD dibawah ini PD Eksak ? selesaikan !
PD : ( x  y )dx  ( x  y )dy  0
Penyelesaian :
M N
PD Eksak karena  1
y x
F ( x, y )   ( x  y )dx  12 x 2  xy  g ( y )
didefferensial terhadap y diperoleh :
x  g ' ( y)  x  y
g ' ( y)   y
g ( y )    y dy   12 y 2

Sehingga solusi yang ditanyakan adalah : 2


1
x 2  xy  12 y 2  c
1 2
F ( x, y )   x  y dy  xy  y  g ( x)
2
y  g ' ( x)  x  y
g ' ( x)  x
g ( x)   xdx  12 x 2

1
2
x 2  xy  12 y 2  c

9
2. PD Tidak Eksak
M N
PD tidak eksak terjadi apabila 
y x
Cara penyelesaiannya dengan mengalikan factor integrasi  dimana :
M / y  N / x
  e
f ( x ) dx
  merupakan fungsi x saja
N

M / y  N / x
  e
 g ( y ) dy
  merupakan fungsi y saja
M
PD yang tidak eksak tersebut setelah dikalikan dengan  akan menjadi PD Eksak
yang cara penyelesaiannya seperti diatas.

dy
PD : Cosy  (2 y  x sin y ) 0
dx
PD : Cos y dx  (2 y  x sin y )dy  0

 cos ydx   (2 y  x sin y)dy  0


x cos y
contoh : (7):

PD : xy 3 dx  (1  x 2 y 2 )dy  0  xy dx  (1  x 2 y 2 )dy


3

. M
 3xy 2
y
N
 2 xy 2
x

PD : xy 3 dx  (1  x 2 y 2 )dy  0  tdk eksak jika dikalikan dg y 1menjadi PD Eksak


M N
xy 2 dx  ( y 1  x 2 y )dy  0    2 xy
y x

10
1.6. PD Linier tingkat satu dan PD Bernoulli
dy
Bentuk umumnya + P (x) y = Q (x) ……(1)
dx
Penyelesaiannya digandakan dengan e 
p ( x ) dx
menjadi :

e  e P( x) y  e 
P ( x ) dx dy P ( x ) dx P ( x ) dx
q( x)
dx
dy  P ( x ) dx
)  e
P ( x ) dx
(e Q( x)
dx
e  e
P ( x ) dx P ( x ) dx
Q( x)dx  di int egralkan

y.e    e
P ( x ) dx P ( x ) dx
Q( x)dx .....................................(2)

contoh : (8):
dy
PD :  x 1 y  4 x 2
dx
3
y.x   4 x dx
yx  x 4  c
c
y ( x)   x3
x

1.7. PD Bernouli
Bentuk :
dy
 P( x) y  y n Q( x)
dx
Bisa diselesaikan dengan 2 cara yaitu : pertama dengan PD variable terpisah dan
dengan menggunakan PDLTS
1. Bagilah dengan y n PD menjadi :
y n y' P( x) y1n  Q( x)
misal :
z  y 1 n
z '  (1  n) y  n y '
z'
P( x) z  Q( x)
1 n
z '(1  n) P( x) z  (1  n)Q( x)  PDLTS
2. Subtitusi
11
y  z .e 
 P ( x ) dx
 menjadi PD dengan variabel terpisah
Contoh (9) :
Selesaikan :
PD : xy' y  xy sin x
2

Penyelesaian :
Bagilah dengan x , menjadi :
1
y'  y  y 2 sin x  y 2
x
1
y  2 y ' y 1  sin x
x
1
zy
z '   y 2 y'
1
z ' z   sin x  PLDTS
x
dx

faktor penggandaannya : e x
 e ln x  x
z . x    x sin x
z . x  x cos x  sin x  c
y 1 x  x cos x  sin x  c
Solusinya :
1 c
y 1  cos x  
x sin x x

12
Soal Latihan 2:

1) PD : 3 x 2  6 xy  (3 x 2  3 y 2 ) y '  0
2) PD : 2 xy  ( y 2  3 x 2 ) y '  0
3) PD : (2 xy 4e y  2 xy 3  y )  ( x 2 y 4e y  x 2 y 2  3 x) y '  0
4) PD : ( x 3  y 4 )  8 xy 3 y '  0
5) PD : ( x 2 y  13 y 3  2 xy)  ( x 2  y 2 ) y '  0
6) PD : ( x 2  x  y )  xy'  0
7) PD : Cosy  (2 y  x sin y ) y '  0
8) PD : x  yCosx  sin xy'  0
9) PD : xy' y  4  0

10) PD : y ' y  e 2 x
11) PD : y '3 y  x
12) PD : x 2 y '2 xy  x  1  0
13) PD : xy'2 y   x 2
14) PD : xy' y  sin x
15) PD : y ' x 1 y  x 3 y 3
16). Cari suatu lengkungan di bidang xy yang melalui titik (1,2) dan

kemiringannya pada xy diberikan oleh 2-y/x

13

Anda mungkin juga menyukai