Bentuk umum persamaan diferensial linier tingkat satu adalah sebagai berikut:
dy
P ( x) y Q( x) atau y P( x) y Q( x)
dx
Rumus penyelesaian umum untuk persamaan diferensial ini adalah sebagai berikut:
y e e
P ( x ) dx P ( x ) dx
Q( x)dx C
dengan C merupakan suatu konstanta.
Contoh 1:
Tentukan solusi dari y y e 2x .
Jawab:
Dalam soal ini, diketahui P( x) 1 dan Q( x) e 2 x . Jadi,
(i) P( x)dx 1dx x
e
P ( x ) dx
(ii) e x
(iii) e
P ( x ) dx
Q( x ) e x e 2 x e x
e Q( x) e x dx e x
P ( x ) dx
(iv)
Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah:
y e e
P ( x ) dx P ( x ) dx
Q( x)dx C
y e x e x C
y e 2x Ce x
Contoh 2:
dy
Tentukan solusi dari x 3 y x2 .
dx
Jawab:
Bentuk persamaan diferensial di atas bukanlah bentuk umum dari persamaan diferensial linier
tingkat satu. Maka, dengan mengalikan 1/x pada kedua ruas, didapatlah
dy 3 y
x
dx x
3
sehingga P( x) dan Q( x) x . Jadi,
x
3
P( x)dx x dx 3ln x ln x
3
(i)
(ii) e
P ( x ) dx 3
eln x x 3
(iii) e
P ( x ) dx
Q( x) x 3 x x 2
P ( x ) dx Q( x) dx x 2 dx x 1 1
(iv) e x
y C1 e2 x C2 e3 x
Teorema 2
Contoh 4:
d3y d2y dy
Selesaikanlah persamaan diferensial 3
3 2
3 y 0
dx dx dx
Jawab:
Persamaan karakteristiknya adalah
D3 3D2 3D 1 0
( D 1)( D 1)( D 1) 0
Maka, akar-akar karakteristiknya adalah m = 1.
Jadi, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah:
y C1 emx C2 xemx C3 x 2emx
y C1 e x C2 xe x C3 x 2e x
Teorema 3
Contoh 5:
d2y dy
Selesaikanlah persamaan diferensial 2
2 10 y 0 .
dx dx
Sekarang, akan dilihat contoh bagaimana penyelesaian persamaan diferensial linier homogen
dengan nilai m bervariasi.
Contoh 6:
d4y
Tentukan solusi persamaan diferensial 16 y 0 .
dx 4
Jawab:
Persamaan karakterisitiknya adalah
D4 16 0
( D2 4)( D2 4) 0
Dari ( D2 4) , didapatlah akar-akar karakteristik
m1 2 dan m2 2
Dari ( D2 4) , dengan menggunakan rumus kuadrat, didapatlah akar-akar karakteristik
m 3 2i dan m 4 2i
Jadi, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah:
y C1 e 1 C2 e 2 eax C 3 cos bx C 4 sin bx
m x m x
Lihat kembali bentuk umum dari persamaan diferensial linier tingkat-n dengan koefisien
tetap adalah:
dny d n1 y d n2 y dy
P0 n
P 1 n 1
P2 n2
... Pn1 Pn y Q
dx dx dx dx
dengan P0 0 dan P0 , P1 , ..., Pn 1 , Pn adalah konstanta.
Teknik A sampai Teknik D berikut akan membahas pencarian integral khusus dengan metode
koefisien tak tentu.
Teknik A
Contoh 7:
d2y dy
Selesaikanlah persamaan diferensial berikut: 2
2 3y 6 .
dx dx
Jawab:
Untuk mencari yc , langkah-langkahnya sama seperti pada Contoh 3 sampai dengan Contoh
6, yaitu dengan memisalkan F ( D) y 0 . Maka, persamaan karakteristiknya adalah
D2 2D 3 0 → ( D 3)( D 1) 0
sehingga akar-akar karakteristiknya adalah
m1 3 dan m2 1
Jadi,
yc C1 e3 x C2 e x
Teknik B
Contoh 8:
d 2 y dy
Tentukan solusi dari 2
2 y x2 .
dx dx
Jawab:
Untuk mencari yc , misalkan F ( D) y 0 . Maka, persamaan karakteristiknya adalah
D2 D 2 0 → ( D 2)( D 1) 0
sehingga akar-akar karakteristiknya adalah
m1 2 dan m2 1
Jadi,
yc C1 e2 x C2 e x
d 2 yp dy p
Lalu, misalkan y p Ax Bx C dengan
2
2
2 A dan 2 Ax B .
dx dx
d 2 yp dy p
Dengan mensubstitusi y p , 2
, dan ke persamaan diferensial awal, diperoleh
dx dx
(2 A) (2 Ax B) 2( Ax2 Bx C ) x 2
2 Ax2 (2 A 2B) x (2 A B 2C ) x 2
Kemudian, dengan menyamakan masing-masing suku pada kedua ruas, didapatlah
2 A 1 2 A 2B 0 2 A B 2C 0
sehingga
1 1 3
A B C
2 2 4
Jadi,
1 1 3
y p x2 x .
2 2 4
Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah:
1 1 3
y yc y p → y C1 e2 x C2 e x x 2 x
2 2 4
Contoh 9:
d2y
Tentukan solusi dari 2
4 y e3 x .
dx
Jawab:
Untuk mencari yc , misalkan F ( D) y 0 . Maka, persamaan karakteristiknya adalah
D2 4 0
Dengan menggunakan rumus kuadrat, diperolehlah akar-akar karakteristiknya
m1 2i dan m 2 2i
Jadi,
yc C1 cos 2 x C 2 sin 2 x
d 2 yp dy p
Lalu, dengan C = 1 dan k = 3, misalkan y p Ae 3x
dengan 2
9 Ae 3 x dan 3 Ae 3 x .
dx dx
d 2 yp
Dengan mensubstitusi dan y p ke persamaan diferensial awal, diperoleh
dx 2
9 Ae 3x 4 Ae 3x e3x → 13Ae 3x e3x
sehingga didapatlah A = 1/13.
Jadi,
1 3x
e yp
13
Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah:
1 3x
y yc y p → y C1 cos 2 x C 2 sin 2 x e
13
Teknik D
Sekarang, akan diberikan contoh bagaimana mencari integral khusus dari persamaan
diferensial linier tak homogen dengan Q merupakan hasil kali atau hasil jumlah fungsi-fungsi
dari jenis yang telah dibahas pada Teknik A sampai Teknik D.
d2y dy
Sebagai contoh, misalkan 2
2 4 y x cos 3x . Dalam hal ini, Q x cos3x ;
dx dx
merupakan perkalian antara x (polinom berderajat 1) dan cos 3x.
Berdasarkan Teknik B diketahui untuk Q berbentuk persamaan polinomial derajat 2 integral
khususnya y p Ax 2 Bx C . Maka, untuk Q berbentuk persamaan polinomial derajat 1
memberikan integral khusus y p Ax B .
Lalu berdasarkan Teknik D, untuk cos 3x, integral khususnya y p cos3x sin 3x .
Jadi, integral khusus untuk Q x cos3x adalah:
y p ( Ax B)(cos3x sin 3x)
Selanjutnya, akan dibahas tentang pencarian integral khusus dengan metode variasi dari
parameter. Metode ini bisa digunakan untuk semua bentuk Q dalam menyelesaikan
persamaan diferensial linier tak homogen.
Integral khusus dari persamaan diferensial linier tak homogen F ( D) y Q dapat ditentukan
dari bentuk
yc C1 y1 ( x) C2 y2 ( x) ... Cn yn ( x)
dengan mengganti C i menjadi fungsi Li ( x) sehingga
y p L1 ( x) y1 ( x) L 2 ( x) y2 ( x) ... L n ( x) yn ( x)
Teorema 4
y p L1 ( x) y1 ( x) L 2 ( x) y2 ( x)
dengan syarat:
(i) L1 y1 L 2 y2 0
(ii) L1 y1 L 2 y2 Q
Teorema 5
Untuk mempermudah pencarian hasil dari sistem persamaan linier pada Teorema 4 dan 5,
gunakanlah Aturan Cramer. Setelah itu, integralkan hasil-hasil yang didapat untuk
memperoleh L1 , L 2 , dan L 3 .
Contoh 12:
Pegas dengan massa 2 kg mempunyai panjang mula-mula 0,5 m. Gaya 25,6 N diperlukan
untuk mempertahankan pegas dalam keadaan terentang sepanjang 0,7 m. Jika pegas direntang
ke panjang 0,7 m dan kemudian dilepaskan dengan kecepatan awal 0, carilah posisi massa
tersebut pada sebarang t.
Jawab:
Dari Hukum Hooke, gaya yang diperlukan untuk merentangkan pegas adalah
25,6 k (0,7 0,5)
Berikutnya akan ditinjau gerakan pegas yang dikenai gaya gesekan atau gaya
peredaman. Sebagai contoh, gaya peredaman yang dikeluarkan oleh peredam-kejut pada
mobil atau sepeda.
Anggaplah bahwa gaya peredaman sebanding dengan kecepatan massa dan bekerja
dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan. Jadi,
dx
gaya peredaman = – c
dt
dengan c adalah konstanta peredaman (bernilai positif), sehingga dalam kasus ini, Hukum
Kedua Newton memberikan
F = gaya pemulih + gaya peredaman
dx
m a kx c
dt
2
d x dx
m 2 kx c 0
dt dt
2
d x dx
m 2 c kx 0
dt dt
Persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial linier tingkat dua dengan persamaan
karakteristiknya mD2 cD k 0 dan akar-akar karakteristiknya
c c 2 4mk
r1,2
2m
Untuk hal yang seperti ini, terbagi menjadi tiga kasus.
K.a.s.u.s 2 [ c2 4mk 0 ]
Kasus ini disebut sebagai peredaman-kritis (critically damped).
c
Dalam kasus ini, akar-akar karakteristiknya adalah bilangan riil kembar, yaitu r1,2 r
2m
sehingga berdasarkan Teorema 2, solusi umumya adalah x(t ) C1 e r t C2 xe r t
K.a.s.u.s 3 [ c2 4mk 0 ]
Kasus ini disebut sebagai peredaman-kurang.
c
Dalam kasus ini, akar-akar karakteristiknya adalah bilangan kompleks, yaitu r1,2 i
2m
4mk c 2
dengan . Maka, berdasarkan Teorema 3, solusi umumnya adalah
2m
x(t ) e ( c /2 m)t C1 cos t C 2 sin t
Contoh 13:
Andaikan pegas dalam Contoh 12 dicelupkan dalam cairan dengan konstanta peredaman
c 40 . Carilah posisi massa pada sebarang t, jika peristiwa ini dimulai dari posisi
kesetimbangan dan diberikan dorongan untuk memulainya dengan kecepatan awal 0,6 m/s.
Jawab:
Pada Contoh 12, diketahui massanya 2 kg dan telah didapat konstanta pegas k = 128,
sehingga
d 2x dx d 2x dx
2 2 40 128 x 0 → 2
20 64 x 0
dt dt dt dt
Persamaan karakteristiknya adalah D 20D 64 ( D 4)( D 16) 0 , sehingga akar-akar
2
karakteristiknya –4 dan –16. Ini berarti terjadi peredaman-lebih (Kasus 1). Maka, solusi
umumnya adalah
x(t ) C1 e 4t C2 e 16t
Dalam soal diketahui, pegas dimulai dari posisi kesetimbangan. Ini berarti bahwa, saat t = 0,
maka posisi massanya x adalah 0. Atau, x(0) 0 . Tetapi, dari solusi umum di atas diperoleh
x(0) C1 e 0 C2 e 0 C1 C2 → C1 C2 0 .
Lalu, dengan mendiferensialkan x(t ) , didapat
x(t ) 4C1 e 4t 162 e 16t
dan, x(t ) ini merupakan kecepatan, sehingga x(0) 0,6 karena kecepatan awalnya 0,6.
Jadi,
x(0) 4C1 e 0 162 e 0 4C1 16C2 → 4C1 16C2 0,6
Karena C1 C2 0 atau C2 C1 , maka 12C1 0,6 atau C1 0,05 . Dan, C2 C1 0,05 .
Dengan demikian, posisi massa tersebut pada sebarang t adalah
x(t ) 0,05 e 4t 0,05 e 16t 0,05 e 4t e 16t
5. Pegas dengan massa 3 kg dipegang terentang 0,6 m di luar panjang mula-mulanya oleh
gaya 20 N. Jika pegas mulai pada posisi kesetimbangan tetapi dorongan memberinya
kecepatan awal 1,2 m/s, carilah posisi massa tersebut pada sebarang t.
7. Pegas mempunyai massa 1 kg dan konstanta pegasnya 100. Pegas tersebut dilepas di
titik 0,1 m di atas posisi kesetimbangannya. Tentukanlah jenis peredaman yang terjadi
jika diketahui konstanta peredamannya:
a. c 10 c. c 25
b. c 15 d. c 30