Anda di halaman 1dari 16

Matematika Terapan I 33

V. PENYELESAIAN PD ORDINER

Persamaan diferensial ordiner adalah PD yang mengandung 1 variabel bebas.


PD yang mengandung lebih dari 2 variabel bebas disebut PD parsial. Dalam suatu
persaman diferensial dikenal istilah order dan degree. Order suatu PD adalah pangkat
tertinggi yang terdapat pada suku bentuk diferensial yang ada. Degree adalah derajad
atau pangkat tertinggi suatu suku diferensial yang mempunyai order tertinggi.

Contoh:
2
d3y d2y  dy  3 dy
3
 2
 5   2x  4 y  4e x cos x (V-1)
dx dx  dx  dx

Adalah PD ordiner order 3, degree 1 non linier karena hanya terdapat 1


variabel bebas (x), pangkat tertinggi suku diferensial adalah 3 (suku pertama),
berderajat 1 karena pangkat pada suku diferensial order tertinggi 1, non linier karena
pada suku (dy/dx) berpangkat 2.
T   2T  2T  2 T 
 .C p .  k 2   2 (V-2)
  x y 2 z 

Adalah PD parsial dengan 4 variabel bebas, order 2.


Berikut ini adalah persamaan non linier:
dy
 y 2  sin x (V-3)
y
2
d 2 y dy
 2  y0 (V-4)
 dx  dx

Persamaan (5-3) non linier karena variabel terikat, y, berpangkat 2. Persamaan (V-4)
non linier karena berderajad 2.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 34

Penyelasaian PD Ordiner order 1


Penyelesaian PD ordiner order 1 dapat dilakukan dengan banyak cara. Dalam kuliah
ini dibahas 4 cara yaitu:
1. Persamaan-persamaan eksak;
2. Separable equations
3. Homogenious Equations
4. Faktor integral
dy
Persaman umum PD ordiner order 1 dalam dapat ditulis:
dx
M dx + N dy = 0, M dan N adalah fungsi y dan x (V-5)

V.1. Persamaan Eksak


M. dx + N dy = 0, disebut persaman eksak jika dipenuhi:
M N
 (V-6)
y x

Contoh 1:
dy
x 3  y sin x  (cos x  2 y ) 0 (V-7)
dx
( x 3  y sin x)dx  (cos x  2 y )dy  0
         
M N

M 
  sin x
y 
eksak
N
  sin x 
x 

Jika penyelesaiannya adalah:  = (x,y)


Maka dengan konsep PD parsial:
 
  dx  dy (V-8)
x y

Persamaan (V-8) dibandingkan dengan Persamaan (V-7):

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 35


 x 3  y sin x (V-9)
x

 cos x  2 y (V-10)
y


Jika M atau diintegrasikan ke x, maka:
x
1 4
 x  y cos x  f ( y ) (V-11)
4
Persamaan (V-11) didiferensialkan ke y, maka:

 cos x  f ' ( y ) (V-12)
y

Persamaan (V-12) = (V-10)



 cos x  f ' ( y )  cos x  2 y
y

Jadi f(y) = y2 + C (V-13)


Persamaan (V-13) disubstitusikan ke Persamaan (V-11), menghasilkan:

  x 4  4 y cos x  4 y 2  C (V-14)

Ringkasan Penyelesaian PD Eksak

1. M diintegralkan terhadap x, akan diperoleh 


2.  dideferensialkan terhadap y
3. Samakan antara d/dy = N akan diperoleh f(y)
4. Masukkan f(y) ke PUPD ()

Latihan
Sellidiki PD berikut, jika eksak selesaikanlah!
1. (x2 – y) dx – x dy = 0

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 36

2. (x2 + y2)dx + xydy = 0


3. (x2 + y2)dx + 2xydy = 0
4. (x + y + 1) dx – (x – y – 3)dy = 0
5. (x + y + 1) dx – (y – x – 3) dy = 0

V.2. Persamaan dengan variabel yang dapat dipisahkan

Kebanyakan persamaan diferensial sederhana, variabel dan diferensialnya dapat


dipisahkan dari variabel terikatnya.
Jadi, jika persamaan M dx + N dy = 0 dapat diubah menjadi f1(x) dx + f2(y)
dy=0 dan penyelesaiannya adalah:

f 1 ( x )dx   f 2 ( y )dy  C (V-15)


Kadang-kadang hal ini dapat diselesaikan dengan integrasi langsung. Contoh kasus
yang dapat diselesaikan dengan cara ini adalah contoh pada kasus penentuan waktu
untuk proses pengisian tangki dan pencampuran garam dengan air unsteady dan
ekstraksi satu stage unsteady.

Contoh:

1. Selesaikan PD berikut ini :


x(1 + y2)1/2 + y(1+x2)1/2 dy/dx = 0
Penyelesaian :
PD dapat diubah menjadi dalam bentuk :
x(1 + y2)1/2 dx = - y(1+x2)1/2 dy
Dipisahkan variabelnya :
x dx  y dy

(1  x )
2 1/ 2
(1  y 2 )1 / 2

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 37

x dx  y dy
 0
(1  x )
2 1/ 2
(1  y 2 )1 / 2

Jika diintegralkan :
x dx y dy
 (1  x 2 1/ 2
)

(1  y 2 )1 / 2
0

PUPD :
(1 + x2)1/2 + (1 + y2)1/2 = C

V.3. Persamaan homogen


Persamaan diferensial dengan jenis:
dy  y
 f  (V-16)
dx x
Disebut sebagai persamaan homogen, bila persamaan ini dapat diselesaikan dengan
substitusi y=vx kemudian diiuntegralkan. Dengan demikian:
y  vx (V-17)
sihingga
dy dv
vx (V-18)
dx dx
Substitusi ke persamaan (V-16) diatur dengan megumpulkan variabel yang sama
diperoleh:
dv
ln x   f (v )  v
C (V-19)

Persamaan (V-19) adalah penyelesaian umum Persamaaan (V-16).

Contoh :
1. Selesaikan PD dibawah ini
2xy dy/dx – y2 + x2 = 0

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 38

Penyelesaian :
Jika PD dibagi dengan x2 akan menjadi :
 y  dy y2
2   2 1 0
 x  dx x (1)

Substitusi y  vx (2)
Substitusikan persamaan (2) dan (1) ke persamaan di atas :
d
2 (  x ) 2 1  0
dx
d
2 2  2x 2 1  0
dx
d
 2  2x 1  0
dx
d
2x  (1   2 )
dx
2d 1
  dx
(1   2 ) x

Jika diintegralkan akan diperoleh :


ln (1+2) = - ln x + ln a
(1+2) = Cx-1
y2
1 2
 Cx 1
x
Jadi PUPDnya adalah :
x2 + y2 = Cx

Contoh kasus dalam bidang Teknik Kimia Nuklir

Persamaan diferensial homogen order satu dapat pula tersusun dari analisis
peluruhan berantai, dapat juga dari analisis reaktor batch jika bahan bereaksi dalam

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 39

dua langkah atau lebih secara simultan, misalnya pada halogenasi hidrokarbon. Hal
ini dapat dilihat pada Contoh berikut.

Contoh 2:
Benzena cair diklorinasi secara batch dengan cara menggelembungkan gas klor ke
dalam reaktor tangki berisi benzena. Pengadukan dalam reaktor itu sangat baik
sehingga gas klor yang masuk ke reator semua dapat bereaksi dan hanya gas HCl saja
yang meninggalkan reaktor. Perkirakan gas klor yang harus dimasukkan agar hasil
monoklorobenzenya maksimum. Reaksi dianggap berlangsung isotermal pada suhu
55 oC dan perbandingan konstanta kecepatan reaksinya adalah:

k1 k
 8,0 dan 2  30
k2 k3

Dengan subskrip 1, 2, dan 3 berturut-turut mengacu pada reaksi no I, II, dan III di
bawah ini:
C6H6 + Cl2 C6H5Cl + HCl I
C6H5Cl + Cl2  C6H4Cl2 + HCl II
C6H4Cl2 + Cl2  C6H3Cl3 + HCl III
Penyelesaian:
Ambil basis 1 mol benzen umpan, dan didefinisikan variabel-variabel untuk
menunjukkan keadaan sistem pada saat  ,

p = mol klor yang ada


q = mol benzena
r = mol monoklorobenzen
s = mol diklorobenzena

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 40

t = mol triklorobenzena
Maka q+r+s+t=1 (IV)
Dari persamaan stoikiometri, jumlah klor yang dibutuhkan adalah:
y=r+2s+3r (V)
Jika dianggap reaksi elementer, volume reaksi, V, konstan, maka kecepatan reaksi (I)
adalah, R = k1pq merupakan kecepatan berkurangnya benzen dari sistem. Akumulasi
benzen adalah Vdq/d  . Dengan demikian neraca massa keempat senyawa aromatik
itu dapat ditulis sebagai berikut:
Neraca massa masing-masing komponen dalam reaktor adalah:
(Input – Output + reaksi = akumulasi
dq
Neraca massa benzen: 0  0  k1 pq  V (VI)
d
dr
Neraca massa monokloro benzen : k1 pq  k 2 pr  V (VII)
d
ds
Neraca massa dikloro benzen : k 2 pr  k 3 ps  V (VIII)
d
dt
Neraca massa trikloro benzen : k 3 ps  V (IX)
d
Variabel waktu  , dapat dieliminasi dengan cara membagi Persamaan VII sampai
dengan IX dengan Persamaan (VI).
Pembagian yang pertama (VII/VI) menghasilkan:
dr
k1 pq  k 2 pr  V
d
dq
 k1 pq  V
d
Karena k1/k2 = 8, maka:
dr k 2 r r  8q
 1  (X)
dq k1 q 8q

Persamaan ini merupakan persamaan diferensial order 1 homogen yang dapat


diselesaikan dengan substitusi:
Ambil r = vq (XI)

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 41

dr dv
Maka: vq (XII)
dq dq

Substitusi Persamaan (XI) dan (XII) ke Peramaan (X):


dv r  8q 1 r 1 v 8
vq   1  v 1 
dq 8q 8q 8 8

Variabel dipisahkan:
dq 8 dv

q 7  v  87 
Diintegralkan:
8
ln q   ln  v  8 7   ln K
7
8
 7 (XIV)
 7r 
q  K   8 
 q 
Keadaan batas:
  0,
 q 1 8
  K  8 7
r  0

Maka :
8

q  8 7 7 qr  8  8
7

8 1
Jadi monoklorobenzen, r   q 8  q  (XV)
7 
Dengan cara yang sama dapat ditentukan diklorobenzen dan triklorobenzen. Dari
Persamaan (VI) dan (VIII) dapat dilihat:
ds s r
  (XVI)
dq 240q 8q

Setelah r dieliminasi menggunakan Persamaan (XV), Persamaan (XVI) menjadi


persamaan diferensial order 1 yang dapat diselesaikan dengan faktor integral, yang
akan dibhas setelah ini, dan hasilnya adalah:

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 42

240  29q  239q 18  210q 1240 


s (XVI)
7  29  239  
Setiap nilai q dimungkinkan untuk menghitung r dan s menggunakan Persamaan XV
dan XVII kemudian nilai t dihitung dengan Persamaan (IV). Dengan bantuan
Persamaan (V), jumlah gas klor yang dibutuhkan dapat dihitung.

Tugas:
Carilah reaksi berantai yang menghasilkan anak dan cucu, secara umum dapat ditulis:

ABC

Kemudian Susunlah persamaan matematika untuk menghitung jumlah A, B, dan C


setiap saat dengan asumsi mula-mula terdapat 1 gram A.

V.4. Penyelesaian dengan faktor integral


Banyak persamaan diferensial yang dapat diselesaikan dengan beberapa jenis
faktor integral. Namun, faktor integral yang paling banyak digunakan dalam bidang
teknokimia nuklir adalah untuk menyelesikan persamaan diferensial linier order 1:
dy
 Py  Q (V-20)
dx
Dengan P dan Q hanya fungsi x saja.
Dasar penyelesaian persamaan jenis ini adalah, bahwa ada suatu faktor untuk
mengalikan Persamaan (V-20) sehingga sisi kiri menjadi koefisien persamaan
diferensial. Faktor ini dinamakan faktor integral. Jika faktor itu adalah R fungsi x
saja, perkalian Persamaan (V-20) dengan R menghasilkan:
dy
R  RPy  RQ (V-21)
dx
Sisi kiri Persamaan (V-21) adalah koefisien persamaan diferensial, yang bentuknya
perkalian, misalnya Ry, maka:

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 43

d dy dR
( Ry )  R y (V-22)
dx dx dx
Persamaan (V-22) menunjukkan sisi kiri Persamaan (V-21) jika:
dR
 PR
dx
Variabel R dan x dapat dipisahkan, dan penyelesaiannya adalah:
R  exp   Pdx  (V-23)
Ini adalah faktor integral untuk menyelesaikan persamaan diferensial order 1 linier
pada Persamaan (V-20).
Kadang-kadang persamaan diferensial ordiner order 1, berderajat 1 harus
diselesaikan dalam P dan Q yang merupakan fungsi variabel bebas dan terikat (x,y).
Jika dijumpai seperti ini, sering dimungkinkan untuk melinierkannya dengan
mengubah variabel bebas. Hal ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut.

Contoh 1, Selesaikan:
dy   3x 2 
xy   y 4 exp 
dx  2 

Dibagi y4, maka:


x 1 dy   3x 2 
  exp  (I)
y 3 y 4 dx  2 

Substitusi: z=1/y3, maka:


dz 3 dz 3 dy
 4 dan  4 II
dy y dx y dx

Substitusi II ke I menghasilkan:
dz   3x 2 
3 xz   3 exp  III
dx  2 

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 44

Persamaan III adalah persamaan diferensial linier order 1 yang mempunyai faktor
integral exp(3xdx) sesuai dengan Persamaan (V-23). Dengan demikian:
 3x 2  dz  3x 2 
exp   3 xz exp   3 IV
 2  dx  2 

 3x 2  dz
exp (  3 xz )  3 IV
 2  dx

Persamaan IV diintegrasikan:
 3x 2 
z exp   3 dx  3 x  C V
 2 

1  3x 2 
 exp   3x  C
y3  2 

 3x 2 
 y 3  3 x  C   exp  VI
 2 

Persamaan diferensial order 1 linier muncul di bidang teknik kimia terutama pada
kasus kasus perpindahan panas, massa, dan momentum.Berikut ini adalah salah satu
contoh dalam bidang perpindahan panas.

Contoh 2
Sebuah tangki horizontal diameter 1 m dan panjang 2 m diletakkan dengan elevasi.
Pada dinding tangki menggunakan isolasi asbes dengan tebal 4 cm. Tangki itu
digunakan untuk suatu keperluan proses kimia secara batch. Cairan dengan suhu 95
o
C diumpankan ke dalam tangki dan dibiarkan selama 5 hari. Dengan data sebai
berikut, hitunglah suhu akhir cairan itu dan buatlah grafik hubungan suhu cairan
sebagai fungsi waktu.
Koefisien perpindahan panas film cairan (h1) = 150 W/m2 oC
Konduktivitas panas asbes = 0,2 W/m2 oC
Koefisien perpindahan panas konveksi dan radiasi ke uadara luar = 10 W/m2 oC

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 45

Rapat cairan,  = 103 kg/m3


Kapasitas panas cairan (s) = 2500 J/kg oC
Suhu udara luar (t) bervariasi terhadap waktu , jam menurut persamaan: t =10+10
cos(/12)
Suhu udara luar pada saat awal = 20 oC.
Panas yang hilang melalui penyangga, dan kapasitas panas asbes diabaikan.

Penyelesaian:
Luas permukaan tangki (A)= (  1  ) + 2 (1/4 (  12) = 2,5  m2
Kecepatan panas yang hilang dari cairan ke dinding = h1 A (T-Tw)
kA
Kecepatan panas yang hilang melewati isolator =  Tw  Ts 
l
Dengan T suhu cairan, Tw suhu dinding dalam tangki, Ts suhu permukaan luar
isolator.
Kecepatan panas yang hilang melalui permukaan luat isolator ke udara = h2 A (T-Tw)
Dengan demikian neraca panas pada sistem itu adalah sebagai berikut.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 46

Kecpatnpa s Kecpatnpa s Kecpatnpa s 


berpindah ri berpindahmelauihilangdari 
   
I

cairn  isolatr  permukanisolat r


kA
 h1 A T  Tw    Tw  Ts   h2 A Ts  t  II
l
Persamaan II bisa diatur menjadi:
 k k
Tw  h1    h1T  Ts III
 l l

Sustitusi Persamaan III ke Persamaan II bagian belakang diperoleh:


 kh1 
Ts  t    Tpt  IV
 h1 h2 l  h1 k  h2 k 
Dengan memasukkan nilai-nilai yang sudah diketahui diperoleh:
Ts = 0,326 T + 0,674t V
Ditinjau neraca panas pada cairan:
Kecepatan input = 0
Kecepatan output = h2 A (Ts-t)

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 47

dT
Kecepatan akumulasi = Vs
d
dT
  h2 A Ts  t   Vs VI
d
Dengan menggunakan nilai-nilai yang sudah diketahui dan perlu diingat harus
dimasukkan faktor 3600 karena  diukur dalam jam dan substitusi Ts dari persamaan
V diperoleh:
dT
 0,072 0,326T  0,674t  t  VII
d
Atau dalam bentuk standar:
dT
 0,0235T  0,0235t  0,235  0,235 cos   / 12  VIII
d
Persamaan VIII adalah persamaan diferensial linier order 1 yang dapat diselesaikan
dengan faktor integral e0,0235. Penyelasiannya adalah:
Te 0, 0235  0,235 e 0 , 0235  0,235 e 0, 0235 cos  / 12 d IX
Suku ke dua bagian kanan Persamaan (IX) dapat diintegralkan dahulu, sehingga
diperoleh:
0,235e 0, 0235
 0,0235 cos 0,262  0,262 sin 0,262 
 0,0235 2   0,262 2
Dengan demikian penyelesaian Persamaan VIII selengkapnya adalah:
T=10 + 0,08 cos 0,262 + 0,89sin0,262 + Ke-0,0235 X
Dengan keadaan batas: pada  = 0, T = 95 dimasukkan ke Persamaan X diperoleh:
95 = 10 + 0,08 + K
Jadi K = 84,92.
Jadi penyelesaian akhirnya adalah:
T = 10 + 0,08 cos0,262 + 0,89sin0,262 + 84,92e-0,0235 XI
Jika kita perhatikan, suku ke dua bagian kanan Persamaan XI paling tinggi hanya
memberi kontribusi 0,08 oC. Serupa dengan itu, suku ke tiga paling besar hanya

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan I 48

memberi kontribusi 0,89 oC. Jika kedua suku ini diabaikan, Persamaan XI dapat
ditulis sebagai:
T = 10 + 852e-0,0235 XII
Berdasarkan Persamaan XII, suhu setelah 120 jam adalah 15 oC. Hubungan suhu
dengan waktu dapat dibuat grafik seperti ditunjukkan oleh Gambar V.1.

Gambar V.1. Hubungan Suhu dengan Waktu Penyelesaian Contoh 3

Latihan
Sellidiki PD berikut, jika eksak selesaikanlah!
6. (x2 – y) dx – x dy = 0
7. (x2 + y2)dx + xydy = 0
8. (x2 + y2)dx + 2xydy = 0
9. (x + y + 1) dx – (x – y – 3)dy = 0
10. (x + y + 1) dx – (y – x – 3) dy = 0

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN

Anda mungkin juga menyukai