Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

TENTANG : ANALISA TEKNIS PERENCANAAN DAN PENGUKURAN


ALIRAN BAHAN

DI SUSUN OLEH:

Nama : Rahmanita Alfia

Nim : 201772001

Prodi : Teknik Industri

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
Analisa Teknik Perencanaan Dan Pengukuran Aliran Bahan

Pengaturan departemen-departemen dalam sebuah pabrik (dimana


fasilitas-fasilitas produksi akan diletakkan dalam masing-masing departemen
sesuai dengan pengelompokannya) akan didasarkan pada aliran bahan (material)
yang bergerak di antara fasilitas-fasilitas produksi atau departemen-departemen
tersebut. Untuk mengevaluasi alternatif perencanaan tata letak departemen
(department layout) atau tata letak fasilitas produksi (faciliters layout atau
machine layout) maka diperlukan aktivitas pengukuran aliran bahan dalam sebuah
analisis teknis.

Terdapat dua macam analisis teknis yang biasa digunakan di dalam


perencanaan aliran bahan, yaitu :

 Analisis konvensional. Metode ini umumnya digunakan selama bertahun-


tahun, relatif mudah untuk digunakan dan terutama cara ini akan berbentuk
gambar grafis yang sangat tepat untuk maksud penganalisis aliran
semacam ini.
 Analisis modern. Merupakan metode baru untuk menganalisis dengan
menggunakan cara yang canggih dalam bentuk perumusan-perumusan dan
pendekatan yang bersifat deterministik maupun probabilistik. Metode
analisis ini termasuk teknik penganalisisan modern yang merupakan
bagian dari aktivitas riset operasi, di mana perhitungan yang kompleks
akan dapat pula “disederhanakan” dengan penerapan komputer.

Teknik konvensional seringkali menghendaki kerja yang detail untuk


membuat catatan dari gerakan perpindahan untuk seluruh operasi yang ada. Disini
perpindahan bahan sedapat mungkin dikumpulkan, seperti :

 Rute yang melukiskan arah lintasan perpindahan bahan


 Volume atau berat bahan/material yang akan dipindahkan dan frekuensi
perpindahannya per satuan waktu.
 Jarak perpindahan bahan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
 Kecepatan gerak perpindahan yang dikehendaki.
 Biaya yang diperlukan untuk proses perpindahan itu.
 Metode Kuantitatif guna menganalisis bahan

Di dalam analisis kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan


kuantitas material yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit satuan
kuantitatif lainnya. Analisis kuantitatif bisa dilakukan berdasarkan ukuranukuran
tertentu seperti unit produk per jam, jumlah gerakan perpindahan per hari atau
berat per minggu dan sebagainya. Proses produksi yang memiliki banyak aktivitas
disertai dengan aliran pergerakan atau perpindahan sejumlah material, informasi
atau manusia dari satu proses menuju proses berikutnya. Akan lebih tepat kalau
tata letak fasilitas produksi dianalisis secara kuantitatif. Tata letak fasilitas
produksi secara logis harus diatur secara berurutan sesuai dengan tahapan proses
yang ada agar sependek-pendeknya. Selain peta-peta tersebut, maka ada pula
beberapa peta yang lebih khusus untuk dipakai mengevaluasi dan menganalisis
aliran bahan dalam rangka perancangan layout seperti Assembly Chart, String
Diagram, From to Chart, Triangular Flow Diagram, dan Activity Relationship
Chart.

 String Diagram

String Diagram merupakan alat untuk menggambarkan elemen-elemen


aliran dalam suatu Layout dengan menggunakan alat tertentu seperti tali, kawat
atau benang yang menunjukkan lintasan perpindahan bahan dari satu lokasi ke
lokasi lainnya. (wignjoesoebroto, 2009:180)

Berdasarkan skala yang telah ditetapkan nantinya dapat diukur panjang tali yang
menunjukkan jarak lintasan yang harus ditempuh untuk pemindahan bahan
tersebut. Dengan menggunakan beberapa jenis aliran bahan yang perlu
dipindahkan dalam suatu proses pengerjaan pada lintasan-lintasan tertentu, maka
dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya kemacetan atau bottleneck pada
lokasi-lokasi tersebut.
Gambar 1 Srting Diagram

 Triangular Flow Diagram (TFD)

Diagram aliran segitiga atau Triangular Flow Diagram merupakan


gambaran secara grafis aliran material, produk, informasi, manusia dan
sebagainya atau bisa juga juga dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan
kerja antar departemen (fasilitas kerja) dengan departemen lainnya.
(wignjoesoebroto, 2009:182)

Penerapan dengan menggunakan TFD maka lokasi geografis dari


departemen atau fasilitas kerja akan dapat ditunjukkan berupa lingkaran-
lingkaran, dimana jarak dari satu lingkaran ke lingkaran lainnya adalah = 1
(segitiga sama sisi dengan panjang sisi-sisinya = 1) sedangkan luas area yang
digunakan dalam hal ini diabaikan

Adapun dalam penyusunan TFD terdapat prosedur-prosedur yang harus


dilalui sebelumnya,diantaranya adalah :

1) Melakukan analisa terhadap informasi yang berkaitan dengan macam


komponen yang dibuat, aktivitas atau proses produksi, tipe dan spesifikasi
mesin.
2) Membuat analisis aliran material/komponen dari satu fasilitas produksi ke
fasilitas produksi lainnya.
3) Menggambar diagram aliran material yang telah dianalisis
4) Melakukan evaluasi terhadap diagram yang telah dibuat dengan
pertimbangan aliran material dan beban yang dipindahkan.
5) Melakukan penerapan Layout yang sebenarnya dengan berdasarkan pada
analisis nilai hubungan antar departemen yang memberikan hasil optimal.

Gambar 2 Triangular Flow Diagram (TDF)

 From to Chart

From to Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan


untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses
produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana banyak item
yang mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan dan lain-
lain. Pada dasarnya from to chart adalah merupakan adaptasi dari “Mileage
Chart” yang umumnya dijumpai pada suatu peta perjalanan, angka-angka yang
terdapat dalam suatu From to Chart akan menunjukkan total dari berat beban
yang harus dipindahkan, frekuensi dan jarak perpindahan bahan, volume atau
kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor ini.

From to Chart atau Travel Chart dipakai khusus untuk maksud merancang
layout terutama yang menyangkut pemindahan material dalam jarak yang
sependekpendeknya. Secara umum From to Chart akan banyak digunakan untuk
menganalisis layout yang diatur berdasarkan aliran proses atau bisa pula untuk
combination layout. Sedangkan untuk product layout tidak akan banyak
manfaatnya karena disini pengaturan mesin sudah diatur dalam jarak yang
sependek-pendeknya yaitu berdasarkan urutan pembuatan produk tersebut. From
to Chart berguna jika keterkaitan terjadi antara beberapa kegiatan dan jika
diinginkan adanya penyusunan kegiatan optimum.

Beberapa kegunaan dan keuntungan dari From to Chart adalah

a. Menganalisis perpindahan bahan


b. Perencanaan pola aliran
c. Penentuan lokasi kegiatan
d. Perbandingan pola aliran atau tata letak pengganti
e. Pengukuran efisiensi pola aliran
f. Perinupaan perpindahan bahan
g. Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya
h. Menunjukkan volume perpindahan antarkegiatan
i. Menunjukkan keterkaitan lintas produksi
j. Menunjukkan masalah kemungkinan pengendalian produksi
k. Perencanaan keterkaitan antara beberapa produk , komponen, barang,
bahan, dsb.
l. Menunjukkan hubungan kuantitatif antara kegiatan dan perpindahannya
m. Pemendekan jarak perjalanan selama proses

From to chart merupakan teknik konvensional dalam perencanaan tata


letak pabrik dan pemindahan barang dalam proses produksi, FTC adalah adaptasi
dari Mileage Chart, angka pada FTC menunjukkan besaran berat yang harus
dipindahkan, jarak perpindahan, volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor ini.

Adapun dalam Pelaksanaan FTC terdapat beberapa hal yang harus dilaksanakan,
diantarnya adalah :

1) Mengumpulkan data mengenai “volume of handling”.


2) Setelah data tersebut selesai didapat, kemudian membuat “Travel Chart”.
3) Membuat tata letak pabrik awal (Preliminary Layout) dengan memakai
dasar volume travel chart yang sebaik-baiknya.
4) Membuat suatu Distance Volume Chart dari Preliminary Layout yang
telah ditetapkan.
5) Melakukan peninjauan terhadap titik-titik kritis (Critical Point) pada
Volume Distance Chart dan penyimpanan dari basic flow path.

Adapun data masukan ke dalam matriks dapat berbagai bentuk yang antara lain
sebagai berikut (Purnomo, 2004):

 Jumlah gerakan antar kegiatan.


 Jumlah bahan yang dipindahkan tiap periode waktu.
 Berat bahan yang dipindahkan tiap periode.
 Kombinasi dari jumlah, waktu, dan berat tiap satuan waktu.
 Persentase dari tiap kegiatan terhadap kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Gambar 3 From to chart


 Metode Kualitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan
Metode Activity Relationship (ARC)

Aliran bahan bisa diukur secara kualitatif menggunakan tolak ukur derajat
kedekatan hubungan antara satu fasilitas dengan lainnya. Nilai-nilai yang
menunjukkan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasan-alasan yang
mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas (Activity Relationship Chart)
yang telah dikembangkan oleh Richard Muther dalam bukunya “Systematic
Layout Planning (Botom Cahners Books, 1973)”.

Activity Relationship Chart disebut juga sebagai Peta Hubungan Aktivitas


sebagai cara sederhana yang digunakan untuk merencanakan tata letak fasilitas
atau departemen yang didasari atas derajat kedekatan hubungan dari masing-
masing departemen dalam perusahaan. (Wignjosoebroto, 2009:200)

Menurut Safitri dkk, (2017), Metode Activity Relationship Chart (ARC)


atau derajat hubungan keterkaitan adalah suatu teknik yang digunakan untuk
melihat keterkaitan antara stasiun kerja berdasarkan derajat tingkat hubungan
kegiatan, penilaian dinyatakan dalam huruf dan angka, serta penilaian tersebut
menunjukkan suatu alasan tertentu,

Berdasarkan penjelasan safitri dkk tersebut dapat disimpulkan bahwa


Activity Relationship Chart (ARC) merupakan peta yang disusun untuk
mengetahui tingkat hubungan kedekatan antar aktivitas yang terjadi di setiap area
pada sebuah perusahaan.

Activity Relationship Chart adalah suatu cara atau teknik yang sederhana
di dalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen berdasarkan derajat
hubungan aktivitas yang sering dinyatakan dalam penilaian kualitatif dan
cenderung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat subjektif. Pada
dasarnya Activity Relationship Chart ini hampir sama dengan From to Chart,
hanya saja disini analisisnya lebih bersifat kualitatif. Kalau dalam From to Chart
analisis dilaksanakan berdasarkan angka-angka berat/volume dan frekuensi serta
jarak perpindahan bahan dari satu departemen ke departemen yang lain, maka
Activity Relationship Chart akan menggantikan kedua hal tersebut dengan kode-
kode huruf yang akan menunjukkan derajat hubungan akivitas secara kualitatif
dan juga kode angka yang akan menjelaskan alasan untuk pemilihan kode huruf
tersebut.

Secara garis besar cara membuat activity relationship chart adalah sebagai berikut
(Purnomo, 2004):

1. Catat semua departemen pada peta hubungan aktivitas.


2. Lakukan wawancara atau survei pada tenaga kerja tiap-tiap
departemen atau kepada pihak manajemen tentang aktivitas pada setiap
departemen.
3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan
yang didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau
pengetahuan tentang keterkaitan antar kegiatan.
4. Catat derajat kedekatan setiap pasangan pada peta keterkaitan sesuai
dengan alasan yang dimasukkan.
5. Evaluasi peta keterkaitan kreativitas dengan meminta pertimbangan
orang lain yang tahu tentang keterkaitan antar departemen.

Gambar 4 Activity Relationship Chart (ARC)


Interpretasi peta Activity Relationship Chart (ARC) dinyatakan dengan
huruf sandi kualitatif, sedangkan angka menunjukkan alasan dari masing-masing
sandi. Hubungan antar kegiatan serta tingkat kedekatan dapat dilihat dari sandi
yang diberikan. Huruf (A, E, I, 0, U, dan X) menggambarkan derajat kedekatan
hubungan dan diletakkan pada bagian atas kotak, sedangkan kode alasan (1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9) diletakkan pada bagian bawah kotak. Pada ARC terdapat variabel
berupa suatau simbol yang melambangkan derajat keterdekatan antara departemen
satu dengan departemen lainya. Simbol-simbol yang digunakan untuk
menunjukan derajat keterkaitan aktivitas adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004).

Tabel 1 Standar Penggambaran Derajar Hubungan Aktivitas


Derajat Deskripsi Kode garis Kode warna
kedekatan
A Mutlak 4 Merah
E Sangat Penting 3 Orange
I Penting 2 Hijau
O Cukup/Biasa 1 Biru
U Tidak Penting Tidak ada kode Tidak ada kode
garis warna
X Tidak Dikehendaki Bergelombang Coklat

Sedangkan kode dan deskripsi alasan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Kode dan Deskripsi Alasan
Kode Alasan Deskripsi Alasan
1 Penggunaan catatan secara bersamaan
2 Menggunakan tenaga kerja yang sama
3 Menggunakan space area yang sama
4 Derajat kontak personel yang sering dilakukan
5 Derajat kontak kertas kerja yang sering dilakukan
6 Urutan aliran kerja
7 Melaksanakan kegiatan kerja yang sama
8 Menggunakan peralatan kerja yang sama
9 Kemungkinan adanya bau yang tidak mengenakkan, ramai, dll

Adapun prosedur penyusunan ARC yaitu:

1. Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemen-departemen yang akan


diatur tata letaknya dan tuliskan daftar urutannya dalam peta.
2. Lakukan interview atau wawancara atau survey terhadap karyawan dari
setiap departemen yang tertera dalam daftar peta dan juga dengan
manajemen yang berwenang.
3. Definisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur letaknya
berdasarkan derajat keterdekatan hubungan serta alasan masing-msing
dalam peta. Selanjutnya tetapkan nilai hubungan tersebut untuk setiap
hubungan aktivitas antar departemen yang ada dalam peta.
4. Diskusikan penilaian hubungan aktivitas yang telah dipetakan tersebut
dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri kesempatan untuk
evaluasi atau perubahan yang lebih sesuai. Checking, recheckeing dan
tindakan koreksi perlu dilakukan agar ada konsistensi atau kesamaan
persepsi dari mereka yang terlibat dalam hubungan kerja. Sebagai contoh
bila departemen A dinyatakan memiliki nilai hubungan aktivitas “penting
(important)” dengan departemen B, maka hal ini pun harus memiliki nilai
hubungan aktivitas “penting (important)” dengan departemen A. Di sini
individu karyawan atau manajer departemen A harus memberikan
penilaian hubungan aktivitas yang sama dengan individu karyawan atau
manajemen departemen B.

Selanjutnya, mengenai alasan-alasan untuk pemilihan derajat hubungan ini


(yang akan diberikan kode angka) dapat diambil berdasarkan sifat/karakteristik
dari aktivitas masing-masing departemen tersebut, misalnya seperti :

 Kebisingan, debu, getaran, bau dan lain-lain.


 Penggunaan mesin atau peralatan, data informasi, material handling
equipment secara bersama-sama.
 Kemudahan aktivitas supervisi.
 Kerjasama yang erat kaitannya dari operator masing-masing departemen
yang ada.

Activity Relationship Chart sangat berguna untuk perencanaan dan analisis


hubungan aktivitas antar masing-masing departemen. Sebagai hasilnya maka data
yang didapat selanjutnya akan dimanfaatkan untuk penentuan letak masing-
masing departemen tersebut, yaitu lewat apa yang disebut dengan Activity
Relationship Diagram. Activity Relationship Chart pada dasarnya sangat baik
dipergunakan untuk menganalisis tata letak pabrik dengan memperhatikan faktor-
faktor yang bersifat kualitatif. Untuk mengatur tata letak departemen/bagian dari
suatu perkantoran, gudang, tempat pembuangan limbah, dan lain-lain; maka
metode ini tepat untuk dipergunakan.

Secara umum ARC merupakan peta yang disusun untuk mengetahui


tingkat hubungan antar aktivitas produksi, sehingga tujuan dari pengaplikasian
ARC yaitu antara lain untuk menunjukkan hubungan kedekatan satu kegiatan
dengan kegiatan yang lainnya beserta alasannya, dan dijadikan landasan untuk
penyusunan Layout berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai