TINJAUAN PUSTAKA
6
Pokok permasalahan dari penjadwalan adalah keputusan dalam pengalokasian
sumber daya dan pengurutan job yang memberikan solusi optimal (Baker, 2001).
7
4. Process time, adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
operasi kei dari job j. Besar waktu process time ini sudah termasuk waktu
persiapan dan waktu set up didalamnya.
5. Due date, yaitu batas waktu penyelesaian untuk suatu job yang sudah
ditentukan waktunya.
6. Lateness, yaitu besarnya penyimpangan waktu penyelesaian suatu job
(completion time) terhadap due date dari job itu sendiri, dengan kata lain
bahwa penyelesaian job tersebut telah melewati batas akhir waktu
penyelesaian yang sudah ditetapkan sebelumnya.
7. Tardiness, adalah lamanya keterlambatan waktu penyelesaian suatu job.
8. Earliness, yaitu dimana waktu penyelesaian suatu job (completion time)
yang didapat lebih cepat dari due date yang sudah ditetapkan.
9. Makespan, yaitu total waktu penyelesaian suatu penjadwalan yang
diperlukan untuk menyelesaikan keseluruhan pekerjaan atau job yang akan
dijadwalkan.
8
3. Pola kedatangan jumlah pekerjaan (job).
4. Informasi yang lengkap atas pekerjaan dan mesin atau adnya ketidakpastian
pada salah satu atau kedua elemen diatas (Ginting, 2009).
Pada model pertama, sejumlah mesin dapat dibedakan atas mesin tunggal
dan mesin jamak. Penjadwalan mesin tunggal, merupakan salah satu model
pengurutan job dimana job yang hendak diurutkan sedang menunggu untuk
diproses pada beberapa mesin baik seri, parallel, maupun kombinasinya.
Pada model kedua, pola aliran dapat dibedakan atas flow shop dan job
shop. Setiap pekerjaan dalam job shop mempunyai aliran yang berbeda,
sedangkan dalam flow shop hanya dijumpai pola aliran yang identik dari satu
mesin ke mesin yang lain.
Pada model ketiga, pola kedatangan tugas atau pekerjaan dapat dibedakan
atas pola kedatang statis dan dinamis. Pada pola statis, tugas dating secara
bersamaan dan siap dikerjakan pada mesin-mesin yang tidak bekerja. Disisi lain
pola dinamis mempunyai sifat kedatangan tugas tidak tentu, jadi dijumpai adanya
variabel waktu.
Pada model keempat, perilaku elemen-elemen penjadwalan dapat
dibedakan atas deterministik dan stikastik. Model deterministik dapat dilihat
dengan adanya kepastian atas informasi tentang elemen-elemen yang ada.
Sedangkan pada model stokastik, mengandung unsure ketidakpastian. Dengan
demikian informasi ini hanya dapat diramal dengan metode statistik. Elemen-
elemen yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik tugas dari segi batas waktu penyelesaian dan perbedaan
kepentingan diantara tugas.
2. Karakteristik tugas dari segi banyaknya operasi, susunan mesin, waktu
proses dan kendalanya.
3. Karakteristik mesin dari segi jumlah dan kapasitas mesin yang dipunyai,
dan kemampuan serta kecocokan tiap mesin dengan tugas yang diberikan.
9
2.1.4 Penjadwalan Flow shop
Pola aliran flow shop dibagi kedalam dua variasi aliran, yaitu pure flow
shop dan general flow shop. Walau pada flow shop semua tugas akan mengalir
pada jalur produksi yang sama, yang biasa dikenal dengan pure flow shop, namun
kadang kala dapat berbeda pola alirannya. Pertama disebabkan suatu shop dapat
menangani tugas yang bervariasi. Kedua, tugas yang datang ke dalam flow shop
tidak harus datang pada semua mesin suatu job tidak melalui suatu proses tertentu.
Jenis aliran ini disebut dengan general flow shop.
a. Pure Flowshop
Kondisi dimana sebuah job diharuskan menjalani satu kali proses untuk
tiap-tiap tahapan proses. Misalnya, masing-masing job melalui mesin 1,
kemudian mesin 2, mesin 3 dan seterusnya sampai dengan mesin pada
proses yang paling akhir. Dibawah ini diberikan gambaran sistem produksi
dengan pure flow shop.
10
2.2 Pengukuran Waktu (Time Study)
Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian
pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.
Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku yang dicari bukanlah
waktu penyelesaian yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlalu cepat atau
terlalu lambat (Sutalaksana, 2005).
Secara garis besar, metode pengukuran waktu terbagi ke dalam dua bagian,
yaitu:
1. Pengukuran secara langsung
Pengukuran yang dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang
bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk pengukuran langsung
adalah cara jam henti (stopwatch time study) dan sampling kerja (work
sampling).
2. Pengukuran secara tidak langsung
Pengukuran secara tidak langsung merupakan pengukuran waktu tanpa harus
berada ditempat kerja yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia
asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan
atau elemen- elemen gerakan. Yang termasuk pengukuran tidak langsung
adalah data waktu baku dan data waktu gerakan. Dengan salah satu cara ini,
waktu penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan dengan suatu sistem kerja
tertentu dapat ditentukan. Sehingga jika pengukuran dilakukan terhadap
beberapa alternatif sistem kerja, kita dapat memilih yang terbaik dari segi
waktu yaitu sistem yang membutuhkan waktu penyelesaian yang tersingkat.
2.2.1 Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti (Stopwatch Time Study)
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stopwatch time study)
diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang
lalu.metoda ini terutama sekali diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka
akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan, yang mana
11
waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu (Sritomo, 2003).
Secara garis besar langkah-langkah untuk melaksanakan pengukuran
waktu kerja jam henti ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Defenisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan
beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang
dipilih untuk diamati.
2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekrjaan.
3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi
masih dalam tahap kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Amati, ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Lakukan uji
keseragaman data yang diperoleh.
6. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas
kerja yang diukur tersebut. untuk elemen karja yang secara penuh
dilakukan oleh mesin maka performance dianggap normal (100 %).
12
Dimana :
N^' = Jumlah kecukupan data
N = Jumlah data pengamatan yang dilakukan
s = Derajat Ketelitian
k = Konstanta
Xi = Waktu proses suatu job dari data pengamatan
13
Dimana:
̅ = Rata-rata waktu proses dari data pengamatan
= Jumlah pengamatan yang dilakukan
= Standar deviasi
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
Jika data pengamatan lebih besar dari batas kontrol bawah dan lebih kecil
dari batas kontrol atas (BKB < X < BKA), maka data dikatakan seragam.
Sedangkan jika data pengamatan lebih kecil dari batas kontrol bawah atau lebih
besar dari batas kontrol atas (X < BKB atau X > BKA), maka data dikatakan tidak
seragam dan data harus dibuang untuk digantikan data yang baru.
14
waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja
baku yang diselesaikan secara wajar.
1. Konsep tentang bekerja wajar
Ketidakwajaran pekerja harus diwajarkan untuk mendapatkan waktu normal.
Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana yang disebut wajar itu. Dengan
standar apa pengukur menilai wajar tidaknya kerja seorang operator.
Biasanya, melalui pengamatan pengukur dapat melihat cara kerja operator.
Dalam kehidupan sehari-hari pun hal ini sering bisa dirasakan, yaitu bila
suatu waktu melihat seorang yang sedang bekerja. Dalam waktu yang tidak
terlalu lama, dapat menyatakan bahwa orang tersebut bekerja dengan lambat
atau sangat cepat. Ketepatan pengukur akan lebih teliti apabila dia telah
cukup berpengalaman bagi jenis pekerjaan yang sedang diukur. Semakin
berpengalaman seseorang pengukur, indera yang dimiliki akan semakin peka
melakukan penyesuaian. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar,
seorang pengukur dapat mempelajari cara kerja seorang operator yang
dianggap normal yaitu jika seorang operator yang dianggap berpengalaman,
bekerja tanpa usaha- usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai
cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam
menjalankan pekerjaannya. Disamping konsep-konsep yang dikemukakan
oleh International Labour Organization ini, terdapat juga konsep yang lebih
terperinci yaitu yang dikemukakan oleh Lawry, Maynard, dan Stegemarten
melalui cara penyesuaian Westinghouse. Ada empat faktor yang
menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu
keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Walaupun usaha-usaha
membakukan konsep bekerja wajar telah dilakukan, namun penyesuaian tetap
tampak sebagai hal yang subjektif.
15
Keterampilan atau skill didefenisikan sebagai kemampuan mengikuti cara
kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi
hanya sampai ke tingkat tertentu saja, tingkat yang merupakan kemampuan
maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Keterampilan
juga dapat menurun, yaitu bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan
tersebut. Atau karena sebab- sebab lain seperti karena kesehatan yang
terganggu, rasa fatigue yang berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan
sebagainya. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau
consistency. Faktor ini perlu diperhatikan karena pada setiap pengukuran
waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu
penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah- ubah dari siklus ke
siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih
dalam batas kewajaran, masalah tidak timbul tetapi jika variabilitisnya tinggi
maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana halnya faktor-faktor lain,
konsistensi juga dibagi enam kelas yaitu perfect, excellent, good, average,
fair dan poor. Westinghouse factors dilihat pada Tabel 2.1 (Sutalaksana,2005)
16
Tabel 2.1 Westinghouse Factors
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Superskill A1 + 0,15
Excellent A2 + 0,13
B1 + 0,11
Good B2 + 0,08
Keterampilan C1 + 0,06
Average C2 + 0,03
D 0,00
Fair E1 - 0,05
Poor E2 - 0,10
F1 - 0,16
Excessive F2 - 0,22
A1 + 0,13
Excellent A2 + 0,12
B1 + 0,1
Good B2 + 0,08
Usaha C1 + 0,05
Average C2 + 0,02
D 0,00
Fair E1 - 0,04
E2 - 0,08
Poor F1 - 0,12
F2 - 0,17
Ideal A + 0,06
Excellenty B + 0,04
Good C + 0,02
Kondisi Kerja
Average D 0,00
Fair E - 0,03
Poor F - 0,07
Perfect A + 0,04
Excellenty B + 0,03
Good C + 0,01
Konsistensi
Average D 0
Fair E - 0,02
Poor F - 0,04
17
3. Kelonggaran (Allowance)
Kelonggaran (allowance) diberikan kepada tiga hal yaitu untuk kebutuhan
pribadi, menghilangkan kelelahan dan hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja selama pengamatan karenanya setelah mendapatkan waktu normal
perlu ditambahkan kelonggaran. Dalam menghitung besarnya allowance,
keadaan yang dianggap wajar diambil harga allowance =100 %. Sedangkan
bila terjadi penyimpangan dari keadaan ini, allowance harus ditambah dengan
faktor-faktor berpengaruh terhadap kegiatan kerja yang dilakukan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu:
A. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal)
Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum
sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, berbicara
dengan teman untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam
bekerja.
B. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai
akibat dari melakukan suatu pekerjaan.
C. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan (delay)
Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaan/kendali pekerja.
18
Untuk menentukan Rf (Rating Factor) digunakan metode Westinghouse
system of rating yang terdiri dari empat faktor yang mempengaruhi penentuan
rating yaitu keterampilan, kondisi kerja, usaha dan konsistensi. Penentuan Rf
(Rating Factor) adalah sebagai berikut:
(2.7)
( ) (2.8)
Dengan:
Wn = Waktu normal
Wb = Waktu baku
19
d. Hitung setiap makespan parsial dan mean time parsial dari calon
urutan parsial baru
e. Pilih calon urutan parsial baru yang memiliki makespan yang parsial
yang terkecil. Jika ada calon urutan parsial baru yag memiliki
makespan parsial terkecil yang sama, pilihlah calon urutan parsial
baru tadi yang memiliki mean flow time parsial yang lebih kecil. Jika
sama juga pilihlah calon urutan parsial baru tadi secara acak
f. Calon urutan parsila baru yang terpilih menjadi urutan parsial baru
g. Coret job-job yang diambil tadi dari daftar pengurutan job-job
h. Periksa apakah k = n (dimana n adalah jumlah job yang ada ). Jika ya,
lanjutkan ke langkah 4. Jika tidak lanjutkan ke langkah 3.
3. Langkah ketiga
a. Set k = k + 1
b. Ambil job yang menempati urutan pertama dari daftar pengurutan job-
job
c. Hasilkan sebanyak k calon urutan parsial baru dengan memasukkan
job yang diambil ke dalam setiap slot urutan parsial sebelumnya
d. Hitung setiap makespan parsial dan mean flow time parsial dari calon
urutan parsial baru
e. Pilih calon urutan parsial baru yang memiliki makespan yang parsial
yang terkecil. Jika ada calon urutan parsial baru yag memiliki
makespan parsial terkecil yang sama, pilihlah calon urutan parsial
baru tadi yang memiliki mean flow time parsial yang lebih kecil. Jika
sama juga pilihlah calon urutan parsial baru tadi secara acak
f. Calon urutan parsial baru yang terpilih menjadi urutan parsial baru
g. Coret job-job yang diambil tadi dari daftar pengurutan job-job
h. Periksa apakah k = n (dimana n adalah jumlah job yang ada ). Jika ya,
lanjutkan ke langkah 4. Jika tidak alnjutkan ke langkah 3.
4. Langkah keempat
Urutan parsial baru menjadi urutan final dan berhenti.
20
2.4 Penelitian Terdahulu
Silvi Ariyanti, Usulan Penjadwalan Algoritma NEH Hasil penelitian dengan metode Algoritma NEH dan
1
Adianto dan Produksi Benang (Nawaz, Enscore Algoritma Johnson memiliki makespan yang sama dengan
Ricky Miharja Untuk Meminimasi and Ham) & total makespan 898,97 jam. Selisih waktu dengan perusahaan
Waktu Produksi di Algoritma Johnson yakni selama 61,9 jam atau selama 2 hari 20 jam kerja atau
PT. Laksana Kurnia memperkecil sebesar 6,44% dari makespan perusahaan.
Mandiri Sejati Perusahaan dapat menggunakan metode Algoritma NEH
karena memiliki nilai lateness terkecil dibandingkan dengan
metode lain.
21
Dhiya Ulhaq Penjadwalan Algoritma Nawaz, Hasil penelitian dengan metode Algoritma NEH dan
2
Faadhilah Produksi PT X Enscore, & HAM Algoritma CDS memiliki makespan yang sama dengan total
Untuk dan Algoritma makespan 172,5541 jam. Selisih waktu dengan perusahaan
Meminimalkan Nilai Campbell, Dudek, yakni selama 6,24 jam. Dengan nilai mean flow time yang
Makespan dan Mean & Smith (CDS) berbeda, untuk metode Algoritma NEH 79,7238 jam dan
Flow Time Dengan Algoritma CDS 79,6215 jam. Perusahaan dapat menggunakan
Algoritma Nawaz, metode Algoritma CDS karena memiliki nilai mean flow time
Enscore, & HAM terkecil dibandingkan dengan metode lain.
(NEH) Dan
Algoritma Campbell,
Dudek, & Smith
(CDS)
22
Neneng Makespan untuk penjadwalan dengan menggunakan metode
3 Analisis Harmony Search
Isnaini Lubis Harmony Search diperoleh waktu sebesar 1270,30 jam
Penjadwalan dan Algoritma
dimana terdapat pengurangan nilai makespan sebesar 4,69%
Produksi Flowshop Nawaz, Enscore
dari makespan metode First Come First Serve yang memiliki
dengan And Ham (NEH)
nilai sebesar 1332,92 jam. Makespan untuk penjadwalan
Membandingkan
dengan menggunakan metode NEH yaitu 1269,66 jam. Dari
Metode Harmony
metode ini terdapat pengurangan nilai makespan sebesar
Search dan
4,74% dari nilai makespan metode First Come First Serve.
Algoritma Nawaz,
Hal ini menunjukkan bahwa metode NEH memiliki
Enscore And Ham
performansi yang lebih baik dibandingkan dengan metode
(NEH) di PT.
Harmony Search maupun metode perusahaan (FCFS).
Suryamas Lestari
Prima
23
Ilyas Penelitian ini dilakukan pada PT. Temprina Media Grafika
4 Penjadwalan Algoritma Nawaz,
Masudin, Cabang Malang yang bergerak di bidang percetakan yang
Flowshop Enscore And Ham
Dana mencetak koran jawa pos. Data sales order pada bulan Juni
Menggunakan (NEH)
Marsetya 2013 menunjukkan bahwa terdapat 30% produk yang
Algoritma Nawaz
Utama, dan mengalami keterlambatan penyelesaian pekerjaan, sehingga
Enscore And HAM
Febrianto perusahaan akan mengalami kerugian dalam biaya
Susastr pengerjaan dan terkena biaya keterlambatan. Dari penelitian
yang dilakukan, diperoleh bahwa metode NEH memberikan
nilai makespan yang lebih kecil yaitu 3.781 menit dari
metode yang diterapkan perusahaan First Come First Serve
(FCFS) yaitu 3.899 menit.
24
2.5 Kerangka Berpikir
Kerangka pikir adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar
alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pikir dalam penelitian ini
akan dijelaskan pada gambar dibawah ini:
· Data pemesanan
· Data mesin
· Waktu proses setiap job
Tahap kedua yaitu dengan menghitung rating factor dan allowance, uji
keseragaman data, menghitung waktu rata-rata, menghitung nilai standard deviasi,
25
menghitung nilai BKA & BKB, uji kecukupan data, menghitung waktu normal
dan waktu standard (waktu baku) dan menghitung total waktu penyelesaian
(makespan).
26