Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PRODUKSI

ACARA 1

SCHEDULING

Enggar Lantang Mahendra

201710301040

Asistem Praktikum :

1. Muhammad Rifqi Haidar


2. Lituhayu Supartiningrum
3. Deden Firmansyah
4. Moh. Iqbal Kautsaralim S.
5. Laila Adhani Putri M.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan proses produksi membutuhan sebuah penjadwalan produksi


yang berguna untuk menjadwalkan sebuah proses yang berlangsung agara dapat
berjalan secara baik dan tepat waktu. Penjadwalan memberi pengaruh yang besar
pada proses produksi, penjadwalan yang baik dan terperinci akan berjalan dengan
lancar dan berdampak pada hasil produksi yang berkualitas sedangkan pada
penjadwalan yang tidak tersetruktur dengan baik dan tidak jelas akan berdampah
pada hasil output yang akan mengalami penundaan atau waktu tunggu yang cukup
lama.

Penjadwalan atau schedulling di dalam suatu sistem produksi merupakan


suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Penjadwalan terhadap mesin
produksi diperlukan agar proses produksi yang akan dilakukan dapat berjalan
lancar sesuai dengan jadwal produksi yang sudah di tentukan. Penjadwalan
didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber daya untuk mengerjakan
sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu (Baker & Trietsch, 2009).
Masalah penjadwalan seringkali diakibatkan ketika terdapat n job yang akan
diproses pada m buah mesin yang harus ditetapkan mana yang harus dikerjakan
lebih dahulu dan bagaimana urutan prosesnya, serta pengalokasian operasi pada
mesin, sehingga diperoleh proses produksi yang terjadwal. Masalah penjadwalan
dapat diselesaikan dengan bantuan model matematis yang akan memberikan
solusi optimal. Model-model penjadwalan akan memberikan rumusan masalah
yang sistematik berikut dengan solusi yang diharapkan (Ginting, 2010).

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami konsep penjadwalan pekerjaan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengaplikasikan metode sequencing
yang optimal pada penjadwalan pekerjaan menggunakan aplikasi POM-
QM.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjadwalan

Penjadwalan produksi merupakan kegiatan pengorganisasian, pemilihan


serta penentuan waktu dalam penggunaan SDA yang tersedia dengan tujuan
menghasilkan output yang sesuai dengan target dan dalam waktu yang di
tentukkan juga. Penjadwalan produksi juga merupakan proses penting dalam
sistem produksi. Penjadwalan produksi untuk pengalokasian sumber daya yang
ada pada sejumlah pekerjaan dengan tujuan tertentu. Penjadwalan tersebut
bertujuan meminimasi waktu penyelesaian pekerjaan dengan memaksimalkan
sumber daya, dan kriteria lain-lainnya (Lesmana, 2017). Dalam menentukan
pemenuhan kriteria terdapat tiga aspek penting yaitu ukuran lot produksi, urutan
pekerjaan dan kapasitas produksi. Penjadwalan yang kita buat ditujukan untuk
dapat membantu dalam penigkatan performance perusahaan, yaitu dengan
melakukan penyelesaian pekerjaan yang tepat waktu dan meningkatkan
keuntungan perusahaan dengan menghilangkan biaya – biaya resiko
keterlambatan.

Penjadwalan produksi menurut jenisnya terdapat 2 jenis yaitu penjadwalan


flow shop dan job shop. Penjadwalan flow shop adalah penjadwalan yang aliran
proses produksinya melewati setiap job yang sama. Sedangkan penjadwalan job
shop adalah penjadwalan yang aliran proses produksinya melewati job yang
berbeda. Definisi job shop merupakan salah satu dari tiga tipe desain proses
produksi (flow shop, job shop dan fixed site manufacturing) pada desain proses
produksi , penempatan peralatan/fasilitas produksi berdasarkan fungsinya (Fudhla
et al., 2012).

2.2 Klasifikasi Penjadwalan

Menurut ilmu manajemen operasional khususnya penjadwalan produksi,


terdapat beberapa pembagian klasifikasi penjadwalan yang sangat penting untuk
menciptakan suatu produk yang telah diproduksi untuk memenuhi pesanan dari
pelanggan. Klasifikasi penjadwalan produksi menurut Ginting (2010), pada
perinsip awalnya ada dua macam yaitu :

a. Penjadwalan dengan alur maju (forward scheduling) Operasi penjadwalan


dimulai dari tanggal penerimaan order secara maju. Dan kemungkinan
terjadi ketersediaan bahan baku sampai pada giliran di proses. Keutungan
dari metode ini penjadwalan dapat menggunkan algoritma SPT (shorthess
processing time) sehingga dapat didapatkan penjadwalan dengan hasil
yang maksimum.
b. Penjadwalan dengan alur mundur (backward scheduling) Suatu teknik
penjdawalan dimulai dari waktu penyelesaian operasi terakhir. Manfaat
dari metode ini dapat mengurangi jumlah dari barang setengah jadi (work
in process)
c. Penjadwalan Pesanan (order scheduling) Penjadwalan yang dilakukan
berdasarkan waktu setiap pesanan tersebut harus dikerjakan. Pejadwalan
pesanan tersebut dapat menunjukan kualitas yang berbeda berdasarkan
pesanan tersebut yang akan diproduksi dalam periode tertentu oleh pihak
industri.
d. Penjadwalan Mesin (machine scheduling) Penyusunan penjadwalan ini
yakni berdasarkan waktu pengerjaan yang dimiliki setiap mesin yag ada.
Penjadwalan ini menentukan beban waktu pekerjaaan pada setiap mesin.
Pendekatan penjadwalan yang baik haruslah sederhana, jelas mudah
dimengerti, mudah dilaksanakan flesksibel dan realistis.

Klasifikasi penjadwalan terdapat beberapa bagian yang ada. Penjadwalan


dengan alur maju, penjadwalan dengan alur mundur, penjadwalan pesanan serta
penjadwalan mesin yang ada. Partikel partikel tersebut menjadi bagian bagian
penjadwalan produksi untuk menciptakan produksi yang ada.

2.3 Kegunaan Penjadwalan dalam Industri

Penjadwalan merupakan penentuan waktu dan jumlah atas sumber daya


yang meliputi kapasitas, fasilitas produksi, dan bahan baku, serta tenaga kerja
yang dibutuh dalam produksi suatu produk atau jasa supaya produksi dapat
berlansung secara tepat, efisien, efektif dan berkualitas. Penjadwalan merupakan
hal yang penting bagi suatu industri agar produksi yang dilakukan menghasilkan
output yang sesuai dengan target dan dalam waktu yang di tentukkan juga
(Lesmana, 2017).

2.4 Sequencing

Pengurutan (Sequencing) adalah suatu metode untuk menentukan urutan


pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat kerja melalui pembagian tugas
atau dispatching. Metode pengurutan memberikan informasi rinci mengenai
kegiatan atau pekerjaan mana yang terlebih dahulu akan dilakukan dalam fokus
produksi . Dalam pengurutan proses produksi terdapat aturan prioritas atau
metode pengurutan, yaitu aturan yang dipergunakan dalam menentukan urutan
pekerjaan dalam fasilitas yang berorientasi pada proses (Heizer & Render, 2014).
Penggunaan metode pengurutan memiliki tujuan yang dapat meminimalkan
keterlambatan pesanan, memaksimalkan jumlah pekerja, dan mengurangi waktu
pengerjaan tugas agar lebih cepat selesai.

Menurut Ginting (2010), beberapa aturan prioritas sequencing yang umum


antara lain adalah sebagai berikut:

1. First-Come-First-Served (FCFS)
FCFS memprioritaskan pengerjaan job yang datang lebih awal untuk
dikerjakan terlebih dahulu.
2. Earliest Due Dates (EDD)
EDD yaitu prioritas yang diberikan kepada job yang mempunyai tanggal
batas waktu penyerahan (due date) paling awal.
3. Shortest Processing Time (SPT)
SPT yaitu job dengan waktu proses terpendek akan diproses lebih dahulu,
demikian berlanjut untuk job yang waktu proses terpendek kedua. Aturan
SPT ini tidak memperdulikan due date maupun kedatangan order baru.
4. Longest Processing Time (LPT)
LPT yaitu job dengan waktu proses terbesar akan diproses terlebih dahulu,
demikian berlanjut untuk job yang waktu proses terbesa rkedua. Aturan
LPT ini tidak memperdulikan due date maupun kedatangan order baru.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu pelaksanaan

Praktikum ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 24 April 2022 jam
20.00 sampai selesai.

3.1.2 Tempat pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan secara online melalui Zoom Could Metting.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Software POM-QM
3.2.2 Bahan
1. Data
3.3 Prosedur Kerja

Melalui aplikasi POM for Windows maka akan dilakukan analisa terhadap
urutan penjadwalan (sequence) jobs berdasarkan waktu yang paling optimal.
Menurut Prasetya (2017), penjadwalan flow jobs dapat diselesaikan dengan
metode heuristic. Dispatching rule atau sering diistilahkan scheduling in advance
merupakan teknik heuristic yang sering digunakan dalam penjadwalan:

1. Langkah pertama yang dilakukan yakni mengatur jenis prosedur yang


akan dilakukan. Maka dipilih Job Shop Scheduling, klik Module > Job
Shop Scheduling.
2. Langkah kedua yaitu membuat lembar kerja baru untuk melakukan
prosedur kerja yang dalam hal ini adalah proses penjadwalan. Hal ini
dilakukan dengan cara klik File > New.
3. Mengisi informasi mengenai proses produksi pada suatu industri yang
akan dilakukan penjadwalan. Pada baris title diisi dengan nama industri
misal PT. Indah Jaya, kemudian pada bagian number of jobs diisi dengan
angka sesuai dengan jumlah proses kerja yang terdapat pada industri
terkait. Selanjutnya, pada number of machines dipilih 1 machine (priority
rules) karena pada industri tersebut hanya menggunakan satu mesin
produksi. Terakhir, di bagian row names dipilih jenis nama aliran kerja
pada industri terkait.
4. Mengisi tabel produksi sesuai dengan kondisi proses kerja pada produksi
di pabrik tersebut.
5. Melakukan penyelesaian untuk dapat memperoleh analisa penjadwalan
pada proses kerja di pabrik tersebut dengan cara klik Solve.
6. Melihat rangkuman hasil penjadwalan dari beberapa metode dengan cara
klik Windows > 2 Method Summary.
7. Persoalan ini dapat diselesaikan melalui beberapa metode dalam mengatasi
penggunaan waktu yang dirasa optimal untuk menentukan urutan
pekerjaan pada PT. Kunia Mandiri. Metode yang digunakan ialah First
Come First Serve (FCFS), Longest Processing Time (LPT), Shortest
Processing Time (SPT) dan Earliest Due Date (EDD)
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Sequencing


4.1.1 Metode FCFS (First Come First Served)

Gambar 1. Job Shop Schedulling Metode FCFS (First Come First Served)

Penjadwalan metode First Come First Served (FCFS) merupakan


penjadwalan dengan pekerjaan yang pertama datang akan diproses terlebih
dahulu. Sehingga pekerjaan akan diselesaikan sesuai dengan urutannya (Heizer
dan Render, 2014). Dapat dilihat pada gambar 1, bahwa jika menggunakan
metode FCFS (First Come First Served) memiliki waktu produksi 23 jam/hari,
waktu penyelasaian selama 57 hari dengan rata-rata waktu penyelesaian selama
11,4 hari. Memiliki waktu keterlambahan selama 22 hari dengan keterlambatan
rata-rata selama 4,4 hari, dengan utulisasi sebesar 40%. Berdasarkan metode
FCFS (First Come First Served) juga memiliki Sequencing A,B,C,D,E karena
pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan urutan pekerjaan yang dahulu data ke
pusat.

Gambar 2. Gantt Chart Metode FCFS (First Come First Served)


Berdasarkan gantt chart penjadwalan metode FCFS (First Come First
Served) urutan pengerjaan adalah job order A,B,C,D, dan E. Job order yang
memerlukan waktu pengerjaan paling lama adalah job order D dalam waktu 8 jam
dilanjut dengan job order E dalam waktu 6 jam. B dengan waktu selama 4 jam, C
dengan waktu selama 3 jam dan yang terakhir A dengan waktu selama 2 jam.
Namun pada dasarnya lama waktu pengerjaan pada metode FCFS tidak
mempengaruhi urutan pengerjaannya dikarenakan pada metode ini mendahulukan
pengerjaan yang datang terlebih dahulu sesuai dengan urutannya.

4.1.2 Metode SPT (Shortest Processing Time)

Gambar 3, Job Shop Schedulling Metode SPT (Shortest Processing Time)

Penjadwalan metode Longest Processing Time (LPT) merupakan


penjadwalan dengan pekerjaan yang memerlukan waktu pemrosesan paling lama
yang akan dikerjakan pertama. Aturan ini didasarkan atas pemikiran bahwa
apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat, maka mesin lain di
bagian berikut akan menerima pekerjaan lebih cepat sehingga pekerjaanmengalir
dengan cepat dan pemanfaatan yang tinggi (Heizer dan Render, 2014).
Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa jika menggunakan metode SPT
(Shortest Processing Time) memiliki waktu produksi selama 23 jam/hari, waktu
penyelesaian selama 54 hari dengan rata-rata waktu penyelesaian selama 10,8
hari. Memiliki waktu keterlambatan selama 19 hari dengan keterlambatan rata-
rata 3,8 hari, dengan utilisasi sebesar 43%. Berdasarkan metode SPT (Shortest
Processing Time) juga memiliki Sequencing A,C,B,E,D karena sesuai dengan
nama dari metode ini yaitu SPT (Shortest Processing Time) maka proses produksi
yang memiliki proses tercepat maka akan didahulukan berurutan dari yang proses
yang tercepat hingga proses terlama.

Gambar 4. Gantt Chart Metode SPT (Shortest Processing Time)

Berdasarkan gantt chart penjadwalan metode SPT (Shortest Processing


Time) urutan pengerjaan adalah job order A,C,B,E, dan D. Pada metode ini
pekerjaan yang dilakukan pertama adalah pekerjaan yang memiliki waktu
tercepat. Job order yang memerlukan waktu pengerjaan paling cepat adalah job
order A dalam waktu 2 jam dilanjut dengan job order C dalam waktu 3 jam. B
dengan waktu selama 4 jam, E dengan waktu selama 6 jam dan yang terakhir D
dengan waktu selama 8 jam. Lama waktu pengerjaan pada metode LPT
mempengaruhi urutan pengerjaannya dikarenakan pada metode ini mendahulukan
pengerjaan yang memerlukan waktu pengerjaan paling cepat.

4.1.3 Metode EDD (Earlist Due Date)

Gambar 5. Job Schedulling Metode EDD (Earlist Due Date)


Penjadwalan metode Earliest Due Date (EDD) merupakan metode
pengurutan pekerjaan berdasarkan batas waktu (due date) tercepat. Pekerjaan
dengan saat jatuh tempo paling awal harus dijadwalkan terlebih dahulu dari pada
pekerjaan dengan saat jatuh tempo lebih lama (Heizer dan Render, 2014). Pada
metode EDD (Earlist Due Date) ini memiliki hasil yang sama dengan metode
SPT (Shortest Processing Time) berdasarkan gambar 5, bahwa jika menggunakan
metode EDD (Earlist Due Date) memiliki waktu produksi selama 23 jam/hari,
waktu penyelesaian selama 54 hari dengan rata-rata waktu penyelesaian selama
10,8 hari. Memiliki waktu keterlambatan selama 19 hari dengan keterlambatan
rata-rata 3,8 hari, dengan utilisasi sebesar 43%. Berdasarkan metode EDD (Earlist
Due Date) juga memiliki Sequencing A,C,B,E,D karena sesuai dengan nama dari
metode ini yaitu EDD (Earlist Due Date) maka proses produksi yang memiliki
batas waktu terkecil akan didahulukan. Jadi, berurutan dari batas waktu terkecil
hingga batas waktu terlama.

Gambar 6. Gantt Chart Metode EDD (Earlist Due Date)

Berdasarkan gantt chart penjadwalan metode EDD (Earlist Due Date)


urutan pengerjaan adalah job order A,C,B,E, dan D. Pada metode ini pekerjaan
yang dilakukan pertama adalah pengerjaan yang paling singkat. Job order yang
memerlukan waktu pengerjaan paling cepat adalah job order A dalam waktu 2
jam dilanjut dengan job order C dalam waktu 3 jam. B dengan waktu selama 4
jam, E dengan waktu selama 6 jam dan yang terakhir D dengan waktu selama 8
jam. Lama waktu pengerjaan pada metode EDD mempengaruhi urutan
pengerjaannya dikarenakan pada metode ini mendahulukan pengerjaan yang jatuh
temponya paling awal harus dijadwalkan terlebih dahulu. Hal ini sependapat
dengan pernyataan
4.1.4 Metode LPT (Largest Processing Time)

Gambar 7. Job Shop Schedulling Metode LPT (Largest Processing Time)

Penjadwalan metode Longest Processing Time (LPT) merupakan


penjadwalan dengan pekerjaan yang memerlukan waktu pemrosesan paling lama
yang akan dikerjakan pertama. Aturan ini didasarkan atas pemikiran bahwa
apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat, maka mesin lain di
bagian berikut akan menerima pekerjaan lebih cepat sehingga pekerjaanmengalir
dengan cepat dan pemanfaatan yang tinggi (Heizer dan Render, 2014).
Berdasarkan pada gambar 7, dapat dilihat bahwa menggunakan metode LPT
(Largest Processing Time) memiliki waktu produksi selama 23 jam/hari, waktu
penyelesaian selama 84 hari dengan rata-rata waktu penyelesaian selama 16,8
hari. Memiliki waktu keterlambatan selama 52 hari dengan keterlambatan rata-
rata 10,4 hari, dengan utilisasi sebesar 27%. Berdasarkan metode LPT (Largest
Processing Time) juga memiliki Sequencing D,E,B,C,A karena sesuai dengan
nama dari metode ini yaitu LPT (Largest Processing Time) maka proses produksi
yang memiliki waktu proses terlama maka akan didahulukan. Jadi, berurutan dari
yang proses terlama hingga proses tercepat.
Gambar 8. Gantt Chart Metode LPT (Largest Processing Time)

Berdasarkan gantt chart penjadwalan metode LPT (Largest Processing


Time) urutan pengerjaan adalah job order D,E,B,C, dan A. Hal ini menunjukkan
bahwa metode ini merupakan kebalikan dari metode SPT (Shortest Processing
Time). Job order D dalam waktu 8 jam dilanjut dengan job order E dalam waktu 6
jam. B dengan waktu selama 4 jam, C dengan waktu selama 3 jam dan yang
terakhir A dengan waktu selama 2 jam. Dan juga dapat dilihat dari Gantt Chart
ini, Sequencing pada Metode LPT (Largest Processing Time) ber urutan dari
waktu proses terlama ke waktu proses tercepat.

4.2 Metode Sequencing yang Dipilih


4.2.1 Method Summary

Gambar 9. Method Summary

Berdasarkan Gambar 9. Method Summary dapat disimpulkan bahwa


Metode Sequencing yang memiliki Metode yang paling optimal adalah Metode
EDD (Earlist Due Date) dan Metode SPT (Shortest Processing Time).
Dikarenakan pada Metode EDD (Earlist Due Date) dan Metode SPT (Shortest
Processing Time) memiliki waktu penyelesaian produk yang paling cepat
dibandingkan dengan Metode Sequencing lainnya yaitu selama 54 hari dengan
rata-rata waktu penyelesaian selama 10,8 hari. Selain itu Metode EDD (Earlist
Due Date) dan Metode SPT (Shortest Processing Time) memiliki nilai Utilisasi
yang besar yaitu sebesar 43% yang menandakan bahwa proses produksi tersebut
sudah paling optimal disbanding dengan yang lain. Dan juga Metode EDD
(Earlist Due Date) dan Metode SPT (Shortest Processing Time) mempunyai
waktu keterlambatan paling sedikit yaitu hanya 19 Hari dengan rata-rata waktu
keterlambatan 3,8 hari dengan urutan Job A,C,B,E,D.

4.2.2 Metode Sequencing yang dipilih

Metode Sequence Avarage Ave# in Ave Lateness


Flow time system
FCFS A, B, C, D, E 11,4 2,7 4,4
LPT D, E, B, C, A 16,8 3,87 10,4
SPT A, C, B, E, D 10,8 2,57 3,8
EDD A, C, B, E, D 10,8 2,57 3,8
Tabel 1. Hasil Perbandingan Sequencing

Sequence job Production Due Date Flow Time Late


time
A 2 3 2 0
B 4 6 9 3
C 3 5 5 0
D 8 12 23 11
E 6 10 15 5
Total 23 54 19
Avarage 10,8 3,8
Utilization 0,43
Tabel 2. Hasil Simulasi Metode EDD

Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 setelah melihat hasil perbandingan


Sequencing maka Metode yang cocok untuk menentukan urutan pengerjaan
dengan waktu yang optimal untuk PT. XYZ adalah menggunakan Metode EDD
(Earlist Due Date) dikarenakan Metode tersebut memiliki waktu penyelesaian
produk paling cepat, Nilai Utilisasi yang paling besar dan Waktu keterlambatan
yang paling sedikit dibanding yang lain. Maka dari itu Metode EDD (Earlist Due
Date) Merupakan metode yang paling optimal digunakan untuk PT. XYZ untuk
menentukan urutan pengerjaan demi memperoleh waktu yang paling optimal
walau sebenarnya Metode EDD (Earlist Due Date) sama dengan Metode SPT
(Shortest Processing Time). Namun dikarenakan pada PT. XYZ ini merupakan
industri pangan maka menggunakan Metode EDD (Earlist Due Date).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum scheduling ini adalah sebagai berikut :

1. Penjadwalan produksi merupakan kegiatan pengorganisasian, pemilihan


serta penentuan waktu dalam penggunaan SDA yang tersedia dengan
tujuan menghasilkan output yang sesuai dengan target dan dalam waktu
yang di tentukkan juga. Penjadwalan tersebut bertujuan meminimasi
waktu penyelesaian pekerjaan dengan memaksimalkan sumber daya, dan
kriteria lain-lainnya.
2. Metode Sequencing yang paling optimal untuk digunakan pada PT. XYZ
adalah metode EDD (Earlist Due Date). Karena industri ini bergerak
dibidang pangan yaitu saus.
5.2 Saran

Adapun saran yang bisa saya sampaikan yaitu agar kedepannya seluruh
mahasiswa dapat melakukan praktikum secara offline.
DAFTAR PUSTAKA

Fudhla, A. F., Juniani, A. I., & Windyaningrum, L. (2012). Pengembangan


Metode Activity Based Time Study Untuk Sistem Produksi Engineering To
Order (ETO) Dengan Tipe Aliran Job Shop. Seminar Nasional Manajeman
Teknologi XV, 1991, A-22-1.

Ginting, R. (2010). Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Heizer,J., & Render, B. (2014).Manajemen Operasi: Manajemen


Keberlangsungan dan Rantai Pasokan. Jakarta Pusat: Salemba Empat.

Lesmana, N. I. (2017). Penjadwalan Produksi Untuk Meminimalkan Waktu


Produksi Dengan Menggunakan Metode Branch And Bound. Jurnal Teknik
Industri, 17(1).

Tan, H. T. (2012). Metode DMAIC Sebagai Solusi Pengendalian Kualitas


Produksi Sepatu Tambang: Studi Kasus PT Mangul Jaya-Bekasi. ComTech:
Computer, Mathematics and Engineering Applications, 3(1), 509.
LAMPIRAN

Masuk pada software POM-QM lali pilih Module yaitu Job Shop Scheduling

Klik file > New

Mengisi informasi mengenai proses produksi pada suatu industri yang akan
dilakukan penjadwalan.
Mengisi tabel produksi sesuai dengan kondisi proses pada produksi di industri
tersebut.

Klik Solve

Melihat rangkuman hasil penjadwalan dari beberapa metode dengan cara klik
Solutions > 2 Method Summary
Klik Solutions > Gantt Chart
LEMBAR ACC

Anda mungkin juga menyukai