Anda di halaman 1dari 14

PERTEMUAN 7

METODE PENJADWALAN FORWARD dan BACKWARD

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang “Metode Penjadwalan Forward &
Backward”. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
7.1 Menjelaskan tentang Pengertian Penjadwalan menurut para Ahli
7.2 Menjelaskan tentang Penjadwalan produksi
7.3 Menjelaskan tentang Stabilitas Proses
7,4 Menjelaskan tentang Perencanaan dan Pengendalian Produksi
7.5 Menjelaskan tentang Tugas utama dari masing-masing design proses strategic

B. URAIAN MATERI
7.1 Pengertian Penjadwalan menurut para Ahli
Pengertian Penjadwalan (Scheduling) dalam Proses Produksi – Penjadwalan
(Scheduling) atau membuat Jadwal adalah salah satu kegiatan yang penting dalam
proses produksi ataupun pekerjaan suatu proyek. Penjadwalan digunakan sebagai dasar
untuk mengalokasikan sumber daya pabrik seperti mesin dan peralatan produksi,
merencanakan sumber daya manusia yang akan digunakan, pembelian material dan
merencanakan proses produksi. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak yang
positif terhadap kelancaran produksi serta meminimalkan waktu dan biaya produksi.
Jadi Penjadwalan Produksi atau Production Scheduling ini dapat didefinisikan sebagai
proses mengatur, mengendalikan dan mengoptimalkan kerja dan beban kerja dalam
proses produksi atau proses manufaktur. Dengan kata lain, Penjadwalan produksi adalah
penentuan waktu dan tempat dimana suatu proses produksi harus dilakukan untuk
mendapatkan dengan jumlah yang diinginkan. Dengan Penjadwalan Produksi ini,
manajemen dapat mengidentifikasikan sumber daya apa yang akan dikonsumsi pada
tahap produksi tertentu berdasarkan perkiraan jadwal yang dibuat agar perusahaan tidak
kekurangan sumber daya pada saat produksi berlangsung.
Berikut ini adalah beberapa definisi Penjadwalan atau Scheduling yang berkaitan
dengan proses produksi dan operasi menurut beberapa ahli :
 Pengertian Penjadwalan menurut Baker (1974), Penjadwalan adalah kegiatan
pengalokasian sumber-sumber atau mesin-mesin yang ada untuk menjalankan
sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.

MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T


 Pengertian Penjadwalan menurut Vollman (1998), Penjadwalan adalah rencana
pengaturan urutan kerja serta pengalokasian sumber, baik waktu maupun fasilitas
untuk setiap operasi yang harus diselesaikan.
 Pengertian Penjadwalan menurut Krajewski dan Ritzman, Penjadwalan adalah
pengalokasian sumber daya dari waktu ke waktu untuk menunjang pelaksanaan dan
penyelesaian suatu aktifitas pengerjaan spesifik.
 Pengertian Penjadwalan menurut Russell, Taylor, Buffa dan Sarin, Penjadwalan
adalah penentuan tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pembuatan suatu produk atau jasa tertentu.
 Pengertian Penjadwalan menurut Herjanto (1999), Penjadwalan adalah pengaturan
waktu dari suatu kegiatan operasi, secara umum penjadwalan bertujuan untuk
meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan, dan tingkat persediaan, serta
penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan. Penjadwalan
disusun dengan pertimbangan berbagai keterbatasan yang ada.
 Pengertian Penjadwalan menurut Abrar Husen (2009), penjadwalan atau scheduling
adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing
pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal
dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada.

7.1.1 Dua Teknik dalam Penjadwalan Produksi


Pada umumnya, terdapat dua teknik dalam penjadwalan produksi yaitu teknik
Penjadwalan Maju (Forward Scheduling) dan teknik Penjadwalan Mundur (Backward
Scheduling).

a. Penjadwalan Maju (Forward Scheduling)


Penjadwalan Maju (Forward Scheduling) adalah teknik penjadwalan produksi
yang menentukan waktu mulai produksi (start) terlebih dahulu dan kemudian
menghitung jadwal waktu ke depan (maju) untuk setiap kegiatan operasi/produksi agar
dapat menentukan waktu penyelesaian keseluruhan proses produksi (completion).

b. Penjadwalan Mundur (Backward Scheduling)


Penjadwalan Mundur (Backward Scheduling) adalah teknik penjadwalan
produksi yang menentukan waktu kapan suatu produk dibutuhkan atau waktu kapan
suatu proyek harus diselesaikan. Dari waktu penyelesaian (completion) atau waktu
MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T
kebutuhan tersebut kemudian dihitung mundur waktu yang tepat kapan suatu proyek
atau proses produksi harus dimulai (start).

Metode backward chaining adalah pelacakan kebelakang yang memulai penalarannya


dari kesimpulan (goal), dengan mencari sekumpulan hipotesis-hipotesis menuju fakta-
fakta yang mendukung sekumpulan hipotesis-hipotesis tersebut. Metode backward
Chaining merupakan kebalikan dari forward chaining dimana dimulai dengan sebuah
hipotesis (sebuah objek) dan meminta informasi untuk meyakinkan atau mengabaikan.
Backward chaining inference engine sering disebut: ‘Object-Driven/Goal-Driven‘.
Inference engine adalah bagian dari sistem pakar yang mencoba menggunakan
informasi yang diberikan untuk menemukan objek yang sesuai.
Inference engine mempunyai dua kategori yaitu deterministic dan probabilistik.
Sedangkan dasar untuk membentuk inference engine di antaranya: forward
chaining, backward chaining, dan rule value (merupakan pendahulu dari forward dan
backward chaining).
Langkah Penerapkan Metode Backward Chaining Pada sistem Pakar
1. Knowledge Base (basis pengetahuan). Jadi kita harus memiliki basis pengetahuan dari
keparang seseorang, misal dokter kita membutuhkan data penyakit paru dan gejala-
gejala nya.
2. Menentukan Rule (aturan) atau inference Engine untuk memulai penalaran
mendapatkan kesimpulan (goals) dari hipotesa (objek) untuk mendapatkan fakta.
misalnya penyakit DBD sebagai kesimpulan dan demam sebagai gejala nya.
3. Membuat Output (hasil) dalam bentuk solusi dari hasil penalaran. Misalkan penyakit
yg di derita migran, maka solusi penanganan nya adalah minum obat ini atau itu.

MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T


7.1.2 Metodologi Penjadwalan Produksi
Metodologi Penjadwalan Produksi pada dasarnya tergantung pada jenis industri,
organisasi, jenis produk dan tingkat kecanggihan dalam memproduksi sudah produk.
Berikut ini adalah beberapa metodologi dalam penjadwalan proses produksi.
1. Gantt Chart
2. Aturan Keputusan Prioritas (Priority Decision Rules)
3. Metode Pemrograman Matematika (Mathematical Programming Methods)
– Model Program Linear
– Model Jaringan PERT/CPM

7.2 Penjadwalan produksi


Penjadwalan produksi adalah metode penjadwalan Nawaz Enscore Ham (NEH).
Metode Nawaz Enscore. Ham (NEH) merupakan incremental construction algorithms
yang telah mendapatkan penghargaan sebagai metode heuristic terbaik dalam
permutation flow shop problem (FPSP) (Taillard, 1989), sehingga diharapkan mampu
memberikan suatu bantuan berupa alat atau metode dalam menyelesaikan permasalahan
di perusahaan mengenai keterlambatan pengerjaan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
biaya pengerjaan. Penjadwalan adalah pengurutan pembuatan/pengerjaan produk secara
menyeluruh pada beberapa buah mesin. Dengan demikian masalah sequencing
senantiansa melibatkan pengerjaan sejumlah komponen yang sering disebut dengan
istilah job. Job sendiri masih merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar
yang disebut aktivitas atau operasi. Tiap aktivitas atau operasi ini membutuhkan alokasi
daya tertentu yang sering disebut dengan waktu proses (Ginting, 2009). Penjadwalan
merupakan alat ukur bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini
ditugaskan pertama kalinya pada sumber daya tertentu, kemudian dilakukan pengurutan
kerja pada tiap-tiap pusat pemrosesan sehingga dicapai optimisasi utilitas kapasitas
yang ada. Pada penjadwalan ini permintaan akan produk-produk yang tertentu (jenis
dan jumlah) dari jadwal produksi akan ditugaskan pada pusat-pusat pemrosesan.
Pengertian penjadwalan secara umum dapat diartikan seperti “schedulling is the
allocation of resources overtime to perform of risk”, yang artinya penjadwalan adalah
pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk mengerjakan sejumlah pekerjaan
(Baker, 1974). Permasalahan muncul apabila pada tahap operasi tertentu beberapa atau
seluruh pekerjaan itu membutuhkan stasiun kerja yang sama. Dengan dilakukannya
pengukuran pekerjaan ini unit-unit produksi dapat dimanfaatkan secara optimum.
Pemanfaatan ini antara lain dilakukan dengan jalan meningkatkan utilitas unit-unit
MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T
produksi melalui usaha mereduksi waktu menganggur (idle) dari unit-unit yang
bersangkutan. Pemanfaatan lainnya dapat juga dilakukan dengan cara meminimumkan
work in process (WIP) melalui reduksi terhadap waktu rata-rata pekerjaan yang
menunggu dalam baris antrian pada unit-unit produksi (Conway, dkk., 2001).
Metode Nawaz Enscore Ham (NEH) ini dikembangkan oleh Muhammad
Nawaz, E. Emory Enscore Jr, dan Inyong Ham pada tahun 1983. “In a general
flowshop, where all the jobs must past through all the machines in the same order,
certain heuristic algorithms propose that the jobs with higher total process time
should be given higher priority than the jobs with less total process time” yang
artinya dalam penjadwalan flowshop secara umum, dimana semua job harus melewati
semua mesin pada order yang sama. Algoritma heuristic ini mengusulkan bahwa job
dengan total waktu proses yang lebih besar seharusnya diberikan prioritas yang lebih
besar dari pada job dengan total waktu proses yang lebih kecil (Nawaz, dkk., 1983).
NEH merupakan salah satu algoritma yang bersifat constructive heurisitc. Algoritma
NEH mengasumsikan job yang memiliki total waktu proses untuk semua mesin yang
lebih besar harus didahulukan dibanding job dengan total waktu proses yang lebih kecil.
NEH menginisialisasikan urutan job secara descending berdasarkan total waktu proses
tiap jobnya. Kemudian dilakukan proses partial squence, yaitu menentukan urutan
terbaik dari setiap posisi job yang mungkin. Beberapa penelitian penjadwalan produksi
flowshop menggunakan algoritma NEH antara lain oleh Satriawan (2010). Metode
penjadwalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah algoritma genetika dan
algoritma Nawaz Enscore Ham (NEH).untuk menentukan solusi optimum global.
Penelitian lain pada penjadwalan flexible flowshop dengan kriteria minimasi mean
tardiness dilakukan oleh Supriyanto (2008) Masudin, dkk.
dengan mengembangkan Nawas Enscore Ham pada fleksibel flowshop. Dalam
penelitian ini prioritas yang digunakan menggunakan dispatching rules yaitu earliest
due date (EDD), first come first served (FCFS), dan Nawaz Enscore Ham (NEH).
Penggunaan ketiga prioritas ini didasarkan aturan prioritas (priority rule) yang
memberikan panduan mengurutkan pekerjaan yang harus dilakukan. Dari permasalahan
yang terjadi dan dari tinjauan literatur yang dilakukan, artikel ini mencoba memecahkan
permasalahan penjadwalan mesin flowshop dengan
menggunakan metode NEH dengan tujuan untuk mengurangi makespan dan total
biaya produksi sebagai konsekuensi dari penjadwalan mesin.

7.2.1 Analisa Hasil Penerapan NEH


MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T
Metode heuristic NEH dapat diterapkan di perusahaan namun metode ini
masih memiliki kekurangan sehingga belum dapat memberikan hasil yang sangat
optimal jika di praktekkan secara langsung pada lantai produksi. Hal ini dikarenakan
jumlah tardiness yang besar (lihat tabel 3) jika dibandingkan dengan metode awal
perusahaan, kasus yang berbeda metode heuristic NEH akan memberikan hasil yang
berbeda pula, jadi tidak dapat dipastikan bahwa metode heuristic NEH adalah metode
yang terbaik yang dapat menyelesaikan masalah keterlamabatan pada perusahaan.
Secara konsep metode usulan ini lebih mudah untuk dipahami, namun dari hasil yang
diberikan tidak dapat diterapkan secara langsung pada perusahaan.
Perbandingan metode penjadwalan
Kriteria
Perbandingan Penjadwalan
Penjadwalan Perusahaan Penjadwalan NEH
Urutan Job 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10 2-6-1-3-5-10-7-4-9-8
Makespan 5.036 menit 4.918 menit
Idle Time M1 = 4.936 menit
M2 = 4.521 menit
M3 = 4.076 menit
M4 = 286 menit
M5 = 3.899 menit
M1 = 4.818 menit
M2 = 4.401 menit
M3 = 3.968 menit
M4 = 168 menit
M5 = 3.781 menit
Tardiness 3.735 menit 6.159 menit
Total Biaya Rp 58.888.096,00 Rp 58.750.448,00

Meskipun dalam hal keterlambatan (tardiness) metode NEH memiliki nilai


keterlambatan yang cukup besar, namun kriteria performansi lain yang seperti
makespan dan idle time mesin, metode NEH menghasilkan nilai yang lebih baik,
sehingga saat perbandingan total biaya dari performansi makespan, idle time mesin dan
tardiness, metode NEH memberikan total biaya penjadwalan yang lebih kecil dibanding
metode perusahaan.

MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T


7.3 Stabilitas Proses
Uji stabilitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah
diluluskan dan beredar di pasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor
lingkungan seperti suhu dan kelembapan terhadap parameter–parameter stabilitas
produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan netto volume sehingga dapat
ditetapkan tanggal kedaluwarsa yang sebenarnya.
Berdasarkan durasinya, uji stabilitas dibagi menjadi dua, yakni:
Uji stabilitas jangka pendek (dipercepat)
Uji stabilitas jangka pendek dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi ekstrim (suhu
40±20C dan Rh 75% ± 5%). Interval pengujian dilakukan pada bulan ke – 3 dan ke-6.

7.3.1 Uji stabilitas jangka panjang (real time study)


Uji stabilitas jangka panjang dilakukan sampai dengan waktu kadaluwarsa
produk seperti yang tertera pada kemasan. Pengujiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali
pada tahun pertama dan setiap 6 bulan sekali pada tahun kedua. Pada tahun ketiga dan
seterusnya, pengujian dilakukan setahun sekali. Misalkan untuk produk yang memiliki
ED hingga 3 tahun pengujian dialkukan pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18, 24 dan 36.
Sedangkan produk yang memiliki ED selama 20 bulan akan diuji pada bulan ke-3, 6, 9,
12, 18 dan 20.
Untuk uji stabilitas jangka panjang, sampel disimpan pada kondisi:
 Ruangan dengan suhu 30+-20C dan Rh 75+-5% untuk menyimpan produk-produk
dengan klaim penyimpanan pada suhu kamar.
 Ruangan dengan suhu 25+-20C dan Rh 75+-5% untuk menyimpan produk-produk
dengan klaim penyimpanan pada suhu sejuk.
Ruangan untuk uji stabilitas dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Ruangan dengan suhu 40±20C dan Rh 75% ±5%
2. Ruangan dengan suhu 30±20C dan Rh 75 %±5%
3. Ruangan dengan suhu 25±20C dan Rh 40% ±5 %
4. Ruangan dengan suhu 40±20C dan Rh ≤ 35%

Climatic chamber
Uji stabilitas dilakukan terhadap produk baru atau setiap kali terjadi perubahan
proses produksi (alat baru atau metode pengolahan), perubahan formula, perubahan
bahan awal dan bahan pengemas. Sedangkan pada produk yang sudah tervalidasi namun
tidak mengalami perubahan selama proses produksi maka dilakukan post marketing
MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T
stability test. Uji ini dilakukan dengan mengambil sampel dari salah satu batch pertahun
dari suatu produk, kemudian dilakukan pengujian tiap 12 bulan sekali hingga masa
kadaluwarsanya.
Pemantauan terhadap finished goods retained sample juga dilakukan. Untuk retained
sample dengan klaim penyimpanan pada suhu kamar, disimpan pada ruangan bersuhu
30’oC dengan kelembapan yang tidak ditentukan.
Retained sample diambil untuk setiap batch dengan diambil secukupnya untuk dapat
dilakukan dua kali analisis. Retained sample yang diambil meliputi produk jadi, raw
material dan bahan kemas. Finished goods retained sample dengan klaim penyimpanan
pada kondisi sejuk, disimpan di ruangan ber-AC. Finished goods retained sample
disimpan sampai satu tahun setelah kadaluwarsanya.

7,4 Perencanaan dan Pengendalian Produksi


1. Make to Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap
dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian
menentukan kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk disimpan.
Konsumen akan memesan produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai
dengan kebutuhannya. Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat
persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem
produksi mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang
akan datang, bukan pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan
lebih besar.
Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.

2. Assemble to Order (ATO)


Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan. Ketika order suatu
produk datang, perusahaan dapat dengan cepat merakit komponen menjadi
produk jadi. Strategi ini digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk
modular, yang dapat dirakit menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini
mempunyai ’moderate risk’ terhadap investasi persediaan. Operasi lebih
difokuskan pada modul atau part.
Contoh produk: automobile, elektronik, komputer komersil, restoran fast food
yang menyediakan beberapa paket makanan, dan lain-lain.

MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T


3, Make to Order (MTO)
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk
dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat
sebelumnya. Aktivitas proses berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses
dimulai pada saat konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan
dan perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi produk,
beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka
perusahaan akan mulai membuat komponen dan merakitnya menjadi produk dan
kemudian menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap
investasi persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus pada keinginan
konsumennya.
Contoh produk: komponen mesin, komputer untuk riset, dan lain-lain.

4. Engineering to Order (ETO)


Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum ada order.
Ketika order datang, perusahaan akan mengembangkan desain produk berserta
waktu dan biaya yang diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen,
maka produk baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero risk)
persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik.
Misalnya: Kapal, komputer untuk militer, prototype mesin baru, dan lain-lain.

5. Make to Dmand
Merupakan strategi yang baru dikembangkan, dimana respon terhadap
permintaan pelanggan secara total adalah fleksibel. Strategi ini responsif
terhadap permintaan pelanggan, tetapi dapat menyerahkan produk dengan
kecepatan mendekati strategi make to stock.
Contoh: aplikasi di industri manufaktur untuk masing-masing design proses
strategic
Contoh: make-to-stock misalnya: pabrik kertas dimana kertas itu sudah menjadi
suatu komoditi yang bisa dijual kapan saja.
Contoh: aplikasi make to order
Pada dasarnya, semakin kompleks suatu industri, maka sistim
manufacturing tersebut juga makin menuju ke sistim
assemble-to-order atau make-to-order. Sebagai contoh, industri
pesawat nyaris tidak mungkin memakai sistim make to stock karena
MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T
komponennya saja perlu di rancang khusus. Untuk industri seperti
itu, beberapa vendor sistim ERP juga menyediakan sistim Project
Management sebagai ganti dari sistim produksi.
Contoh aplikasi ATO
Khusus untuk industri yang bersifat assemble-to-order atau make-to-order
seperti industri pesawat, perkapalan, automobil, truk dan industri berat lainnya,
sistim ERP dapat juga dilengkapi dengan Sales Configuration System (SCS).
Dengan SCS, Sales dapat memberikan penawaran serta proposal yang
dilengkapi dengan gambar, spesifikasi, harga berdasarkan keinginan/pesanan
pelanggan.

7.5 Tugas utama dari masing-masing design proses strategic


• a. MTO
(Make to Order) difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan
order yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi
mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang akan
datang, bukan pada order sekarang.
• b. ATO
(Assemble to Order) Difokuskan pada penyiapan bahan baku utk dirakit
menjadi sebuah barang jadi. Ketika order suatu produk datang, perusahaan dapat
dengan cepat merakit komponen menjadi produk jadi
• c. MTO
Aktivitas proses dimulai pada saat konsumen menyerahkan spesifikasi produk
yang dibutuhkan dan perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan
spesifikasi produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah dicapai
kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat komponen dan merakitnya
menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada konsumen.
• d. ETO
Menyiapkan sebuah produk berdasarkan pesananyang datang, perusahaan akan
mengembangkan desain produk berserta waktu dan biaya yang diperlukan.

7.5.1 Apa yang dimaksud dengan FMS dan AMS


MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T
• FMS (Flexible Manufacturing System) adalah sistem manufaktur yang dapat bereaksi
secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan. Dua macam perubahan sistem itu
dapat berupa perubahan tipe produk yang akan dihasilkan (machine flexibility),
maupun perubahan urutan proses dalam pembuatan produk tersebut (routing
flexibility).
• AMS (Agile Manufacturing System) adalah istilah yang diterapkan pada sebuah
organisasi yang telah menciptakan proses, peralatan, dan pelatihan agar dapat
merespon dengan cepat kebutuhan pelanggan dan perubahan pasar sementara masih
mengendalikan biaya dan kualitas.

7.5.2 Agile Manufacturing


• Agility merupakan kemampuan yang tangkas dan fleksibel untuk merespon setiap
perubahan yang terjadi secara cepat.
• Agility sebagai kesuksesan eksplorasi basis kompetitif (cepat, fleksibel, inovasi yang
proaktif, kualitas, profitabilitas) melalui integrasi penyusunan kembali sumber daya
dan praktek terbaik pengetahuan serta lingkungan untuk memberikan produk dan jasa
menurut kebutuhan dan keinginan konsumen dalam perubahan lingkungan pasar yang
cepat.
• Agility merupakan atribut-atribut multidimensional dalam sistem manufaktur yang
berbeda akan memberikan derajat agility yang berbeda pada dimensi yang berbeda.
• Agile manufacturing merupakan metode yang diterapkan dalam perusahaan yang
berdasarkan kapabilitas dan sumber keunggulan kompetitif perusahaan untuk
merespon lingkungan yang dinamis dan makin kompetitif dan tuntutan konsumen akan
produk dan jasa yang diberikan oleh perusahaan.
• Agile manufacturing merupakan metode manufaktur baru yang memberikan sumber
keunggulan kompetitif, dimana organisasi mampu memproduksi kualitas tinggi dan
mempertahankan produk yang waktu tunggunya rendah melalui integrasi desain,
engineering, dan manufaktur dengan penjualan dan pemasaran sehingga produk yang
dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan konsumen.
• Agile manufacturing merupakan sistem manufaktur dengan kemampuan untuk
menanggapi perubahan cepat dalam pasar. Sistem dapat berubah dengan cepat diantara
modelmodel atau lini produk, khususnya dalam merespon permintaan konsumen
dengan cepat.
MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T
• Aplikasi agile manufacturing berdasarkan pada tiga sumber daya mendasar yaitu
manajemen organisasi dan struktur organisasi yang inovatif, tenaga kerja terlatih,
memiliki motivasi, dan teknologi yang fleksibel.

Dapat kita simpulkan bahwa tujuan utama strategi agile manufacturing adalah untuk
memenuhi perubahan kebutuhan pasar dengan aliansi berbasis kompetensi inti yang
tepat, dengan mengorganisir sumber daya yang dimiliki untuk mengelola perubahan
dan ketidakpastian, dan dengan menggunakan aplikasi sistem informasi dan sumber
daya manusia yang ada.
• Terdapat tiga dimensi penting dalam persaingan bisnis saat ini yaitu harga, kualitas,
dan waktu. Untuk mencapai kesuksesan dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan
tidak dapat diprediksi, perusahaan harus bisa memperbaiki produktivitas dalam setiap
aktivitas organisasi.
• Strategi agile manufacturing merupakan solusi bagi perusahaan untuk merespon
perubahan yang tidak dapat diprediksi. Agile manufacturing merupakan metode yang
diterapkan dalam perusahaan yang berdasarkan kapabilitas dan sumber keunggulan
kompetitif perusahaan untuk merespon lingkungan yang dinamis dan makin kompetitif
dan tuntutan konsumen akan produk dan jasa yang diberikan oleh perusahaan.

Beberapa poin utama yang terkandung dalam definisi agile manufacturing adalah:
1. Produk dengan kualitas dan kustom yang tinggi.
2. Produk dan jasa dengan kandungan informasi dan nilai yang tinggi.
3. Mobilisasi dari berbagai kompetensi inti.
4. Tanggap terhadap isu-isu lingkungan dan sosial.
5. Sintesis dari berbagai teknologi yang berbeda-beda.
6. Reaksi terhadap perubahan dan ketidakpastian.
7. Integrasi antara intra-enterprise dan inter-enterprise.

Karakteristik yang harus dipenuhi dalam agile control system yaitu


1) Control. Sistem harus proaktif mengurangi biaya dari usaha penyediaan solusi total
bagi konsumen, dan sesuai dengan lingkungan operasional perusahaan.
2) Forward looking. Sistem harus memungkinkan dibuatnya penilaian terhadap
kemungkinan penyediaan solusi bagi konsumen di masa depan, memberikan potensi
pengembangan tanpa harus tergantung strategi perusahaan di masa depan.

MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T


3) Outward looking. Sistem berhubungan dengan lingkungan eksternal perusahaan
termasuk intra dan inter enterprise dan mampu menyediakan informasi berharga
yang membantu pengembangan return yang layak bagi perusahaan; dan
4) Dynamic. Sistem berfokus pada implikasi sumber daya jangka panjang dan
mendukung pengembangan pengetahuan dan keahlian dalam perusahaan.

AMS memungkinkan perusahaan industri memperoleh banyak manfaat yang diberikan


oleh FMS, tanpa menggunakan otomatisasi yang ekstensif. AMS lebih bersifat filosofis,
bukan sekedar sekumpulan hardware yang spesifik. Dalam industri manufaktur tertentu,
suatu AMS akan menggunakan Just In Time (JIT) sebagai alat untuk melaksanakan
proses produksi, apabila dipandang tepat untuk diterapkan pada industri tersebut.

7.5.3 Ciri khas dari FMS dan AMS


• Ciri khas FMS (Flexible Manufacturing System)
• Kebanyakan sistem FMS terdiri dari 3 bagian, yaitu sebuah sistem mesin CNC yang
ter-automasi, satu grup mesin produksi (material handling system) dan robott, serta
satu set komputer sentral (termasuk di dalamnya alat-alat elektronik instrumentasi
industri/pabrik, alat pengukuran dan sensor. Melalui jaringan komputer pabrik yang
mempunyai ciri tersendiri daripada kebanyakan jaringan komputer perkantoran,
semua peralatan dalam FMS ini dapat dikendalikan dan dapat saling berkomunikasi
satu sama lain.
• Ciri khas Pada AMS (Agile Manufacturing System) adalah, daya respon terhadap
kebutuhan konsumen sangat cepat.
Contoh aplikasi dalam industri mengenai FMS dan AMS
• FMSs adalah sebuah istilah yang mencakup jenis variasi yang luas dari aplikasi
yang spesifik. Termasuk didalamnya :
• Sistem perakitan yang fleksibel (flexible assembly systems)
• Sistem perpabrikan yang fleksibel (flexible fabrication systems)
• Sistem pemesinan yang fleksibel (flexible machining systems)
• Sistem penghubung yang fleksibel (flexible welding systems)
Karakteristik kunci dari banyak aplikasi ini adalah kemampuan memproses
banyak variasi dari single-product family dan kemampuan untuk
mengembangkan dengan cepat produk line yang telah ada.

C. LATIHAN SOAL/TUGAS
MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T
1. Apa Uji stabilitas jangka panjang (real time study)
2. Jelaskan apa yang di maksud dengan Penjadwalan Maju (Forward Scheduling) &
Penjadwalan Mundur (Backward Scheduling)
3. Jelaskan mengenai stabilitas proses!
4. Jelaskan bagaimana membuat Perencanaan dan Pengendalian Produksi pada lantai
produksi, dan berikan contoh nya!
5. Sebutkan Tugas utama dari masing-masing design proses strategic!
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Lean Manufacturing That Works. B. Carreira. AMACOM. 2005.
2. Manufacturing Cells: A Systems Engineering View. Moodie, Uzsoy, dan Yih
(editor). Taylor & Francis. 1995.
3. Design and Analysis of Lean Production Systems. R.G. Askin & J.B. Goldberg.
John Wiley & Sons, Inc. 2002.
4. Sistem Produksi Tepat Waktu. A. Ristono. Graha Ilmu. 2010.
5. Lean Manufacturing: Tools, Techniques, and How To Use Them. W.M. Feld. St.
Lucie Press. 2001.

MODUL SISTEM PRODUKSI LEAN DISUSUN: DWI SURYANTO, S.T, M.T

Anda mungkin juga menyukai