Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PENELITIAN

BAHAN KONSTRUKSI RAMAH LINGKUNGAN DENGAN


PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG SEBAGAI BAHAN
CAMPURAN PEMBUATAN PAVING BLOCK

Diajukan Untuk Memnuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

SALMADI
160120006

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
BUKIT INDAH – LHOKSEUMAWE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan tahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Salawat dan salam

semoga Allah anugrahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa umatnya menemui alam yang penuh dengan peradaban dan berilmu

pengetahuan.

Alhamdulillah penulis telah dapat menyelasikan penulisan proposal penelitian

dengan judul “Bahan Kontruksi Ramah Lingkungan Dengan Pemanfaatan

Limbah Kulit Kerang Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Paving Block ” yang

merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa

Teknik Mesin agar dapat memperoleh gelar sarjana teknik pada Universitas

Malikussaleh.

Selama menyelesaikan proposal penelitian ini, kami telah banyak

memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Allah SWT, karena berkat rahmatnya proposal penelitian ini dapat

terselesaikan dengan lancar.

2. Bapak Dr. Herman Fithra S.T., M.T Selaku Rektor Universitas Malikussaleh

3. Bapak Aljufri S.T., M.T Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas

Malikussaleh

i
4. Ibu Nurmalita, S.Si., M.Si Selaku Koordinator TGA Jurusan Teknik Mesin

Universitas Malikussaleh.

5. Bapak Abdul Rahman, S.T., M.Eng Selaku Pembimbing Utama.

6. Bapak Edy Yusuf, S.T., M.Eng Selaku Penguji Utama.

7. Staf Pengajar dan administrasi Jurusan Teknik Mesin Universitas

Malikussaleh

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

proposal ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun akan penulis terima

dengan senang hati. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf

yang sebesar-besarnya apabila didalam penyusunan proposal Penelitian ini

terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang dipahami.

Bukit Indah 23 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……...……………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………...………………………………………………… iii

DAFTAR TABEL……………...……………………………………………… iv

DAFTAR GAMBAR……………...…………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN ………….………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang…………………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah………………...……………………………… 2

1.3. Tujuan Penelitian.……………………….………………………. 3

1.4. Manfaat penelitian…………………………...…………………… 3

1.5. Batasan Masalah………………………………..………………… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………...……………… 5

2.1. Kulit Kerang…………………………………………...………….. 5

2.2. Pengertian Paving Block…………………………………………. 8

2.3. Curing (Perawatan)………………………………………………. 10

2.4. Semen Portland…………………………………………………… 14

2.5. Sumber – Sumber Air…………………………………………….. 18

2.6. Agregat…………………………………………………………… 20

2.7. Pencetakan…………………………………………………………. 23

2.7.1. Metode Pembuatan Paving Block di Masyarakat……….. 24

iii
2.8. Penelitian Terdahulu……………………………………………….. 26

2.9. Landasan Teori….…………………………………………………….. 27

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………. 31

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………. 31

3.2. Bahan dan Alat……………………………………………………. 31

3.2.1. Bahan yang digunakan……………………………………… 31

3.2.2. Peralatan Penelitian………………………………………… 31

3.3. Kerangka dan Variabel Penelitian…………………………………… 32

3.3.1. Variabel Penelitian………………………………………… 33

3.3.2. Prosedur Kerja Pembuatan Paving Block ………………. 35

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 36

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Uji Fisik kulit Kerang………………………………………… (2.1)

Tabel 2.2. Uji Kimia Kulit Kerang ……………………………………… (2.2)

Tabel 2.3. Persyaratan Mutu Setiap Jenis Bata Beton (Paving Block) Menurut SNI

03-0691-1996………………………………………………………………. (2.3)

Tabel 3.1. Perbandingan semen, pasir dan kulit kerang………………….. (3.1)

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ukuran batako yang standar………………………………… (2.1)

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu dampak negatif dari perkembangan pembangunan fisik yang

pesat adalah terjadinya eksploitasi terhadap Sumber Daya Alam (SDA). Sumber

Daya Alam yang dimaksud adalah salah satu bahan baku pembuatan bahan

bangunan yaitu Pasir. Salah satu alternatif untuk mengurangi eksploitasi terhadap

Sumber Daya Alam adalah dengan memanfaatkan limbah kulit kerang sebagai

bahan baku pembuatan paving block. Limbah kulit kerang tersebut nantinya

akan digunakan sebagai bahan/agregat kasar, karena kandungan senyawa kimia

SiO2 di dalam kulit kerang, yang mana kandungan senyawa tersebut sama halnya

dengan pasir, sehingga didalam pembuatan paving block nantinnya tidak

banyak menggunakan pasir. Dari segi pemeliharaan kelestarian lingkungan

cara ini merupakan salah satu upaya untuk mereduksi limbah yang berasal

dari kulit kerang. (Maulanie, & Wibowo.,2004).

Pemanfaatan limbah kulit kerang sangat kurang, karena selama ini hanya

digunakan sebagai hiasan, pakan ternak dan Campuran kosmetik. Sedangkan

keberadaan kulit kerang menggangu lingkungan kampung nelayan dan merusak

keindahan pantai. (Budiarini, 2004).

1
2

Menurut Danusaputro (dalam Suratmin dkk, 2007). Jika limbah dibuang

terus menerus tanpa adanya pengolahan yang maksimum dapat menimbulkan

gangguan keseimbangan, dengan demikian menyebabkan lingkungan tidak

berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan

hayati.

Kualitas paving block yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat

memenuhi persyaratan mutu beban sesuai dengan SNI 03-0691-1996. Untuk itu

dilakukan uji kualitas yang meliputi : Uji kuat tekan, uji penyerapan air, dan uji

ketahanan terhadap natrium sulfat. Untuk mendapatkan paving block dengan

kualitas yang baik dilakukan variasi perbandingan komposisi campuran bahan-

bahan dalam pembuatan paving block, dengan campuran semen, pasir, dan kulit

kerang.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana komposisi campuran bahan – bahan (semen, pasir & limbah kulit

kerang) yang dapat menghasilkan paving block dengan kualitas terbaik

yang memenuhi SNI S-04-1989-F ?

2. Bagaimana nilai Kuat Tekan dan Penyerapan Air pada produk paving

block berbahan baku limbah kulit kerang ?


3

3. Mengetahui ketahanan paving block terhadap Natrium Sulfat. Natrium

Sulfat adalah sifat asam di dalam tanah yang bisa merusak ketahanan

paving block.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Membuat Paving Block dari limbah kulit kerang dengan menentukan

komposisi campuran yang menghasilkan Paving Block dengan kualitas

terbaik menurut SNI 03-0691-1996.

2. Mengetahui nilai Kuat Tekan dan Penyerapan Air pada produk paving

block berbahan baku limbah kulit kerang

3. Mengetahui ketahanan paving block bila diletakkan pada lingkungan yang

bersifat sulfat (tanah)

4. Untuk mengetahui kekuatan paving block sebelum mencapai umur

persyaratan ( Umur 28 hari).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan solusi alternatif kepada masyarakat khususnya kepada para

nelayan untuk memanfaatkan limbah kulit kerang sebagai bahan baku

pembuatan paving block secara sederhana agar lebih bernilai ekonomis.

2. Memberikan nilai kuat tekan di dalam paving block


4

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah

1. Kulit kerang yang digunakan berasal dari limbah kulit kerang yang berada di

Pulau Sarok Aceh Singkil

2. Menggunakan semen Gresik sebagai bahan perekat paving block

3. Uji kelayakan meliputi : uji kuat tekan, uji penyerapan air, dan uji tahan

terhadap natrium sulfat. yang di uji di lab. Beton Fakultas Teknik Sipil

Universitas Malikussaleh dan lab. Badan Penelitian dan Konsultasi Industri.

4. Variasi limbah kulit kerang yang digunakan adalah ( 0 %, 10 %, dan 20% ).

5. Benda uji paving block dibuat dengan bentuk persegi panjang berukuran

21x10x6 cm.

6. Bahan baku yang di gunakan dalam penelitian ini selain semen adalah

kulit kerang, pasir dan air.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Kerang

Hewan moluoska khususnya dari jenis gastropoda atau dikenal sebagai

siput, atau juga kerang-kerangan selalu banyak dikenal oleh masyarakat. Seperti

di pantai Pulau Sarok Kabutpaten Aceh Singkil, yang masyarakat atau

penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Pemanfaatan kerang hanya

sebatas memanfaatkan dagingnya yang diketahui memiliki protein yang tinggi,

sementara cangkangnya atau kulitnya masih belum banyak dimanfaatkan.

Sehingga banyaka kulit kerang yang menumpuk. Kulit kerang merupakan salah

satu limbah yang menggangu lingkungan, karena selama ini hanya dimanfaatkan

sebagai hiasan, kancing baju, dan campuran kosmetik. (Budiarini, 2005), sedangkan

keberadaan kulit kerang semakin menggangu lingkungan kampung nelayan.

Jenis kerang yang dihasilkan oleh para nelayan pantai pulau sarok

Kabupaten Aceh Singkil adalah jenis kerang tothok (Anadara Granosa), kerang

tersebut merupakan jenis kerang yang banyak di dapati untuk kebutuhan rumah

makan (seafood). Jenis kerang tothok atau juga disebut kerang darah (Anadara

Gramso) ini merupakan jenis kerang yang paling banyak dihasilkan dan paling

banyak jumlahnya yang menumpuk dan menjadi limbah. Jumlah kerang tothok

yang dapat dihasilkan setiap harinya adalah sekitar kurang lebih 1,25 ton,

5
6

jumlah tersebut didapatkan berdasarkan survey pada bulan November 2015 yaitu

setiap kepala keluarga dapat menghasilkan sekitar 25 kg kerang tothok setiap

harinya. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang mencari kulit kerang mencapai

50 kepala keluarga. Dari sekitar 1,25 ton kerang tothok tersebut akan menghasilkan

kurang lebih 1 ton kulit kerang apabila telah dikupas dagingnya. Jumlah tersebut

didapatkan dari penghasilan setiap harinya dan bisa lebih banyak lagi.

Nyaris sebagian besar halaman rumah yang berdekatan dengan pantai dan

rumah-rumah para nelayan tertutup oleh kulit kerang, oleh karena itu, untuk

mengurangi jumlah limbah kulit kerang yang dihasilkan setiap harinya, dalam

penelitian ini kulit kerang dimanfaatkan sebagai campuran agregat (substitusi)

dengan sebagian pasir dalam pembuatan paving block.

Dalam penelitian ini, kulit kerang sebagai bahan campuran dengan

sebagian pasir dimana kulit kerang tersebut dihancurkan terlebih dahulu untuk

memperoleh gradien butiran seperti pasir.

Dari hasil pola difraksi sinar – X diketahui bahwa kulit kerang pada suhu

dibawah 500 C tersusun atas Kalsium Karbonat (CaCO3) pada phase aragonite

dengan struktur kristal orthorombik. Sedang pada suhu di atas 500 C berubah

menjadi phase calcite dengan struktur Kristal hexagonal (Syahrul Humaidi,1997).

Kulit kerang dapat digunakan sebagai bahan campuran atau tambahan pada

pembuatan beton. Penambahan serbuk kulit kerang yang homogeny akan

menjadikan campuran beton yang lebih realtif. Kulit kerang mengandung senyawa

kimia yang bersifat pozzolan, yaitu mengandung zat kapur (CaO), aluminina dan
7

senyawa silica sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku beton

alternative. (Shinta Marito Siregar, 2009)

Tabel 2.1. Uji Fisik kulit Kerang

No Jenis Pengujian Hasil

1 Berat Jenis, gr/cc 1,34

2 Berat Volume, gr/cc 1,42

3 Reasapan, % 2,04

4 Kadar Lumpur, % 0,33

Sumber : Balitbang industry Departemen Perindustrian, 2004

Tabel 2.2. Uji Kimia Kulit Kerang

No. Jenis Pengujian Hasil

1 Air 9.36 %

2 SiO2 8.65 %

3 A12O3 6.80 %

4 MgO 4.10 %

5 CaO 40.50 %

6 Fe2O3 3.15 %

7 CO2 22.26 %

8 SO3 4.10 %

9 K2O dan Na20 1.08 %

Sumber : Balitbang Industri Departemen Perindustrian, 2004


8

2.2 Pengertian Paving Block

Paving Block ( Bata Beton) adalah Suatu komposisi bahan bangunan

yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis atau

sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang

tidak mengurangi mutu bata beton itu (SNI 03-0691-1996). Paving block

merupakan tipe bahan bangunan yang bersifat ekonomis, cepat pemasangannya

dan menggunakan bahan sedikit. Paving block (Bata beton) mempunyai berbagai

macam bentukdan ukuran sehingga mudah untuk menyesuaikan dengan bentuk

– bentuk arsitektur yang ada.

Berdasarkan SNI 03-0691-1996 klasifikasi paving blok (bata beton)

dibedakan menurut kelas penggunaannya sebagai berikut :

Bata beton mutu A : digunakan untuk jalan

Bata beton mutu B : digunakan untuk pelataran parkir

Bata beton mutu C : digunakan untuk pejalan kaki

Bata beton mutu D : digunakan untuk taman dan pengguna lain

Dalam pengujian paving block dengan bahan tambahan kulit kerang,

obyek uji harus memenuhi persyaratan, yaitu :

1. Sifat Tampak

a. Untuk permukaan luar batako sebaiknya tidak terdapat suatu

retakan-retakan dan cacat


9

b. Rusuk-rusuknya siku satu dengan siku yang lain dan sudut

rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.

2. Syarat Mutu Paving Block

Persyaratan mutu untuk masing-masing jenis dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.3. Persyaratan Mutu Setiap Jenis Bata Beton (Paving Block)

Menurut SNI 03-0691-1996

Ketahanan
Penyerapan Air Terhadap
Kuat Tekan (mPa*)
Jenis Rata - Rata Max Natrium Sulfat
Rata - Rata
Rata - Rata Minimum % %
A 40 35 3 1
B 20 17 6 1
C 15 12,5 8 1
D 10 8,5 10 1

Ketahanan terhadap natrium sulfat tidak boleh cacat dan kehilangan berat yang

diperkenankan maksimum 1,1

Keterangan : *mPa = mega pascal, 1 mPa = 10 kg/𝑐𝑚2

(sumber : SNI 03-0691-1996)

Paving blok yang diproduksi secara manual biasanya termasuk dalam

mutu beton kelas D atau C yaitu untuk tujuan pemakaian non structural, seperti

untuk taman dan penggunaan lain yang tidak diperlukan untuk menahan beban berat

di atasnya. Mutu paving blok yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin pres

dapat dikategorikan ke dalam mutu beton kelas C sampai A dengan kuat tekan
10

diatas 125 kg/cm2 bergantung pada perbandingan campuran bahan yang

digunakan. Ada keharusan melakukan pemeriksaan kekuatan paving secara

continue / berkala untuk paving yang diproduksi dengan spesifikasi khusus.

Penampakan antara paving blok yang diproduksi dengan cara manual dan

paving blok pres mesin secara kasat mata relatif hampir sama, namun permukaan

paving yang diproduksi dengan mesin pres terlihat lebih rapat dibanding yang

dibuat secara manual. (Sumber : Anonym, 2011).

Ukuran dan jenis paving block bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan.

Ukuran batako yang standar adalah dapat dilihat pada gambar 2.1.
11

Gambar 2.1. Ukuran batako yang standar


(sumber : Anonym, 2011)

Penggunaa Paving Block mempunyai keuntungan menurut (Shackle, 1990)

dalam (widarti, 2004) antara lain :

1. Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat

diproduksi secara masal

2. Pemeliharaannya mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar

3. Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut dan

4. Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin

kendaraan.

2.3 Curing (Perawatan)

. Curing adalah perlakuan atau perawatan terhadap beton selama masa

pembekuan. Pengukuran curing diperlukan untuk menjaga kondisi kelembaban

dan suhu yang diinginkan pada beton,karena suhu dan kelembaban di dalam

secara langsung berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Pengukuran curing

mencegah air hilang dari adukan dan membuat lebih banyak hidrasi semen.Untuk

memaksimalkan mutu beton perlu diterapkan pengukuran curing sesegera

mungkin setelah beton dicetak. Curing merupakan hal yang kritis untuk membuat

permukaan Batako yang tahan

Curing harus dibuat pada setiap bahan bangunan, bagian konstruksi atau

produk yang menggunakan semen sebagai bahan baku. Hal ini karena semen
12

memerlukan air untuk memulai proses hidrasi dan untuk menjaga suhu di

dalam yang dihasilkan oleh proses ini demi mengoptimalkan pembekuan dan

kekuatan semen. Pengaturan suhu di dalam dengan air disebut curing. Proses

hidrasi yang tidak terkontrol akan menyebabkan suhu semen kelebihan panas dan

kehilangan bahan-bahan dasar untuk pengerasan dan kekuatan akhir produk

semen seperti beton, mortar, dan lain-lain. Curing yang baik berarti penguapan

dapat dicegah atau dikurangi.

Secara umum ada 3 jenis utama curing yang digunakan pada sektor

konstruksi, yaitu:

1. Curing Air

Curing air adalah yang paling banyak digunakan.Ini merupakan

system dimana sangat cocok untuk konstruksi rumah dan tidak

memerlukan infrastruktur atau keahlian khusus. Bagaimanapun curing air

memerlukan banyak air yang mungkin tidak selalu mudah danbahkan

mungkin mahal.Untuk mengekonomiskan penggunaan air perlu dilakukan

pengukuran untuk mencegah penguapan air pada produk semen. Misal

beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung dan angin untuk

mencegah penguapan air yang cepat.Cara seperti menutup batako

denganpasir, serbuk gergaji, rumput dan dedaunan tidaklah mahal, tetapi

masih cukup efektif. Selanjutnya plastik, goni bisa juga digunakan sebagai

bahan untuk mencegah penguapan air dengan cepat.Sangat penting


13

seluruh produk semen (batako, paving blok, batu pondasi, bata pondasi,

pekerjaan plaster, pekerjaan lantai, dll) dijaga tetap basah dan jangan pernah

kering, jika tidak kekuatan akhir produk semen tidak dapat dipenuhi. Jika

proses hidrasi secara dini berakhir akibat kelebihan panas (tanpa curing),

air yang disiram pada produk semen yang telah kering tidak akan

mengaktifkan kembali proses hidrasi, kehilangan kekuatan akan

permanen. Pada curing air, produk semen harus dijaga tetap basah (mis.

Dengan menutup produk dengan plastik) untuk lebih kurang 7 hari.

2. Curing Uap Air

Curing uap air dilakukan dimana air sulit diperoleh dan semen

berdasarkan unsur-unsur bahan setengah jadi seperti slop toilet, ubin, tangga,

jalusi dan lain-lain diproduksi masal.Curing uap air menurunkan waktu

curing dibandingkan dengan curing air biasa kurang lebih sekitar 50 –

60%. Prinsip kerja curing air adalah dengan menjaga produk semen pada

lingkungan lembab dan panas yang membolehkan semen mencapai

kekuatan lebih cepat dari pada curing air biasa. Untuk menghasilkan

lingkungan lembab dan panas ini perlu dibuat suatu ruang pemanasan

sederhana dengan dinding dan lantai penahan air yang ditutup dengan

plastik untuk membuat matahari memanaskan ruang pemanasan dan

mencegah air menguap.Tinggi permukaan air dari lantai sekitar 5 sampai 7

cm dijaga setiapwaktu agar prinsip kerja sistem penguapan dapat bekerja.


14

3. Curing Uap Panas

Curing uap panas biasanya hanya digunakan pada pabrik yang

sudah canggih yang memproduksi produk semen secara massal. Sistem

curing uap panas mahal dan membutuhkan banyak energi untuk

membangkitkan panas yang dibutuhkan untuk uap panas. Bagaimanapun,

produk curing uap panas dapat digunakan setelah kira-kira 24 – 36 jam

setelah produksi, yang mempunyai keunggulan dibandingkan curing

sistem lainnya.

Pengaruh umur pada dasarnya semua aturan dan regulasi untuk

pembuatan beton secara benar diikuti,kekuatan beton dapat diperoleh seiring

dengan waktu.Bagaimanapun, tingkat kenaikan kekuatan akan berkurang

dengan waktu. (Sumber:Claudia Muller, Eva F. , Halimah and Ira F., 2006).

2.4 Semen Portland

Semen portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis

berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker ( bahan

ini tertuma terdiri dari silika-silika kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu

gips sebagai bahan tambahan (Samekto dan Candra, 2001).

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan

dalam pembuatan beton. Menurut ASTM (American Society for Testing

Materials) C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang


15

dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsiumsilikat hidrolik,

yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan

tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya (Mulyono, 2003).

Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat

SII.0013-8 1 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB. 1989:3.2-8).

Menurut (Samekto dan Candra, 2001) semen portland memiliki beberapa

sifat yang diantaranya dijelaskan sebagai berikut:

1. Kehalusan Butir

Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga

kurang lebih 80 % dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron. Makin halus

butiran semen, makin cepat pula persenyawaannya. Makin halus butiran semen,

maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen akan semakin

menjadi besar. Makin besar luas permukaan butir ini , makin banyak pula air yang

dibutuhkan bagi persenyawaannya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk menentukan kehalusan butir semen. Cara yang paling sederhana dan mudah

dilakukan ialah dengan mengayaknya.

2. Kekekalan Bentuk

Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur semen

yang telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu bentuk tertentu

bentuk itu tidak berubah. Buka benda dari adukan semen yang telah mengeras.
16

Apabila benda menunjukkan adanya cacat (retak, melengkung, membesar atau

menyusut), berarti semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.

3. Kekuatan Semen

Kekuatan mekanis dari semen yang mengeras merupakan sifat yang perlu

diketahui di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaran

mengenai daya rekatnya sebagai bahan perekat/pengikat. Pada umumnya,

pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur,

kuat tarik atau kuat tekan (desak) dari campuran semen dengan pasir.

Semen yang beredar di pasaran harus memenuhi standar tertentu untuk

menjamin konsistensi mutu dan kualifikasi produk. SNI merupakan standar yang

wajib dijadikan acuan untuk semen yang dipasarkan di seluruh wilayah

Indonesia. Jenis semen yang beredar di pasaran meliputi semen Portland Putih,

semen Portland mengacu pada SNI 15-2049-2004, semen Portland Komposit

mengacu pada SNI 15-7064-2004 dan semen Portland Pozolan mengacu pada SNI

15-0302- 2004 (Tri Mulyono,2005). Standar Nasional Indonesia membagi semen

Portland menjadi 5 Tipe (Syarif Hidayat, 2009),yaitu :

Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan

persyaratan-persyaratan khusus.

Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.


17

Tipe III : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan awal

yang tinggi.

Tipe IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

panas hidrasi rendah.

Tipe V : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan sangat

tahan terhadap sulfat.

Secara garis besar, ada 4 senyawa kimia utama yang menyusun semen

portland, yaitu :

a. Trikalsium Silikat (Ca3SiO5 atau 3CaO.SiO2), disingkat C3S

b. Dikalsium Silikat (Ca2SiO4 atau 2CaO.SiO2), disingkat C2S

c. Trikalsium Aluminat (Ca3Al2O6 atau 3CaO.Al2 O3), disingkatC3A

d. Tetrakalsium Aluminoferrit (Ca4Al2 Fe10 atau 4CaO.Al2 O3Fe2O3) yang

disingkat menjadi C4AF.

e. Gypsum (CaSO4.2H2O)

Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok (Shinroku Saito,1985),

yaitu : Semen non-hidrolik , tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air

akantetapi dapat mengikat dan mengeras di udara. Contoh : kapur tohor,aspal,

gypsum. Semen hidrolik, mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras

didalam air. Contoh : semen Portland, semen Terak, semen alam. Semenyang

digunakan untuk campuran beton ini adalah semen Portland yangmerupakan

campuran Silikat Kalsium dan Almunium Kalsium yangdapat berhidrasi bila


18

terdapat air (semen tidak mengeras karena pengeringan tetapi oleh reaksi hidrasi

kimia yang melepaskan panas.

2.5 Sumber – Sumber Air

Air merupakan suatu bagian yang menentukan dalam campuran atau

pengolahan bahan bangunan. Air dapat menyebabkan campuran menjadi plastis

sehingga memudahkan pembuatan bentuk dan memberikan proses hidrasi pada

senyawa kapur, karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antar semen dan air

maka sangat diperlukan. Hal – hal ini yang perlu diperhatikan dalam campuran atau

pengolahan bangunan :

1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas

dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam,

bahan organik, atau bahan-bahanlainnya yang merugikan terhadap

beton atau tulangan.

2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada

beton yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air

bebas yang terkandung dalam agregat,tidak boleh mengandung ion

klorida dalam jumlah yang membahayakan.

3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton

4. Sering kali pori – pori agraret terisi air, Air yang terserap ini tidak ikut

dalam proses hidrasi semen.


19

Air tawar yang biasanya diminum baik air diolah oleh PDAM atau air dari

sumur yang tanpa diolah dapat digunakan untuk membuat batako. Persyaratan air

sebagai bahan bangunan harus memenuhi kriteria menurut SK SNI S – 04 – 1989 –

F sebagai berikut:

a. Tidak mengandung lumpur atau benda tersuspensi lebih dari 2

gram/liter.

b. Tidak mengandung garam-garaman yang merusak beton (asam dan zat

organik) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan khlorida (Cl) tidak lebih

dari 500 ppm dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1.000 ppm sebagai SO3

c. Air hrus bersih

d. Derajat kesamaan (pH) normal kurang lebih 7.

e. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang

dapat dilihat secara visual.

f. Jika dibanding dengan kekuatan tekan adukan beton yang memakai air

suling, penurunan kekuatan adukan yang memakai air yang diperiksa

tidak lebih dari 10%.

g. Semua air yang mutunya meragukan dianalisa secara kimia dan

dievaluasi mutunya menurut pemakaian.

h. Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat di atas, air tidak

boleh mengandung khlorida lebih dari 50 ppm.


20

Menurut Anonim., 2011. Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari

sungai, danau, telaga, kolam, dan lainnya), air laut, air limbah asalkan memenuhi

syarat mutu yang telah ditetapkan. Sumber-sumber air yang ada adalah sebagai

berikut.

a. Air yang terdapat di udara

b. Air hujan

c. Air tanah

d. Air permukaan

e. Air lau

2.6 Agregat

Agregat adalah bahan pengisi insert filter yang digunakan bersama – sama

semen untuk membuat beton atau sejenisnya. (Damayanti, 2005). Menurut

Gideon, K., S. (1997) Agregat (yang tidak bereaksi) adalah bahan – bahan campuran

batako yang saling diikat oleh perekat semen. Agraget umum yang dipakai adalah

agregat halus (pasir) dan agraget kasar (kerikil).Agregat halus (pasir) terdiri

dari butiran sebesar 0,14-5 mm, didapat dari hasil disintegrasi batuan alam

(natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya (artifical sand), tergantung dari

kondisi pembentukan tempat yang terjadinya.


21

Pemilihan agraget tergantung dari syarat – syarat yang ditentukan

batako, persedian lokasi pembuatan batako dan perbandingan yang telah

ditentukan antara biaya dan mutu.

Dari pemakaian agregat yang spesifik, sifat – sifat batako (bata beton)

dapat dipengaruhi. Ada dua jenis agregat yang dipergunakan dalam pembuatan

batako, yaitu :

1. Agregat halus adalah suatu agregat yang mempunyai butiran –

butiran lolos – lolos dari ayakan 4,8 mm (5 mm).

2. Agregat kasar adalah suatu agregat yang butirannya bertahan diatas

ayakan 4,8 mm (5 mm).

Kecuali agraget alami dapat juga digunaka produk alami sinter atau terbakar

dan buangan silikat. (Adinata, P., 2006).

Menurut persyaratan Bangunan Indonesia agregat halus sebagai campuran

untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam, dan keras.

b. Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama

c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila

lebih dari 5% maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum

digunakan. Adapun yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang

melewati ayakan 0,063mm.

d. Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak


22

e. Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.

f. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton

(Sumber : Anonim, 2011).

Menurut Sjahbena Indah Novica, 2005. Agregat yang dapat dipakai

dalam pembuatan batako harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut

(Anonim,2011) :

 Agregat tersebut harus bersih

 Keras

 Bebas dari penyerapan secara kimia

 Tidak tercampur dengan tanah liat/lumpur

 Distribusi/gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan yang berlaku.

Untuk menguji mutu pasir ada dua cara, antara lain yaitu:

 Uji visual/uji penglihatan

Periksa pasir dari kotoran seperti bahan organic (lumpur, dedaunan, akar-

akar dan lain-lain).

 Uji kandungan pasir dan kotoran

Uji kandungan pasir dan kotoran dapat dilakukan dengan tiga cara

1. Test tangan

Contoh pasir digosokkan diantara dua telapak tangan pasir yang

bersih hanya akan meninggalkan sedikit bekas. Jika tangan tetap kotor

itu menunjukkan adanya terlalu banyak tanah.


23

2. Test botol

Ambil sebuah botol dan isi dengan pasir hingga setengah penuh.

Isi dengan air bersih hingga ¾ penuh. Kocok dan biarkan hingga

satu jam. Pasir yang bersih akan langsung mengendap, kotoran dan tanah

liat secara perlahan-lahan akan turun di atas pasir. Ketebalan tanah liat

dan kotoran tidak boleh melebihi 1/10 atau 10% dari pasir dibawahnya.

Pengujian ini juga disebut Decantation test, pengujian ini tidak dapat

diterapkan pada pasir dari batu yang dipecahkan.

3. Test pakaian

Hamparkan pasir pada permukaan yang bersih. Gosok dengan

kain putih diatas pasir. Jika kain sangat kotor, pasir sebaiknya tidak

digunakan untuk membuat beton.Pasir yang kotor sebaiknya tidak

digunakan untuk pembuatan batako sebab dapat mengurangi daya

rekat beton. (Sumber : Claudia Muller, Eva F. , Halimah and Ira F., 2006)

2.7 pencetakan

Proses pencetakan paving block sama seperti pencetakan bata merah pejal

yaitu secara manual ataupun menggunakan mesin cetak dalam kenyataan banyak

industri ini masih menggunakan cara yang sederhana, hal ini disebabkan karena

industri ini industri rakyat.


24

Metode pemadatan paving block itu banyak dan berbeda – beda pula

pemadatan dengan tangan yaitu: dengan cara menusuk – nusuk dan menumbuk

dengan sepotong kayu atau batang lain yang dinamakan batang tusukan atau

rojokan, sedangkan menumbuk yakni dengan menggunakan palu mengetuk-ketuk

cetakan.

2.7.1 Metode Pembuatan Paving Block di Masyarakat

Cara pembuatan paving block yang biasanya digunakan dalam masyarakat

dapat diklasifikasikan menjadi dua metode, yaitu :

1. Metode Konvensional

Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh masyarakat

kita dan lebih dikenal dengan metode gablokan. Pembuatan paving block cara

konvensional dilakukan dengan menggunakan alat gablokan dengan beban

pemadatan yang berpengaruh terhadap tenaga orang yang mengerjakan.

Metode ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai industri rumah

tangga karena selain alat yang digunakan sederhana, juga mudah dalam

proses pembuatannya sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja Semakin kuat

tenaga orang yang mengerjakan maka akan semakin padat dan kuat paving

block yang dihasilkan. Dilihat dari cara pembuatannya, akan mengakibatkan

pekerja cepat kelelahan karena proses pemadatan dilakukan dengan

menghantamkan alat pemadat pada adukan yang berada dalam cetakan (

www.dikti.depdiknas.go.id ).
25

2. Metode Mekanis

Metode mekanis didalam masyarakat biasa disebut metode press. Metode

ini masih jarang digunakan karena untuk pembuatan paving block dengan

metode mekanis membutuhkan alat yang harganya relative mahal. Metode

mekanis biasanya digunakan oleh pabrik dengan skala industri sedang atau

besar. Pembuatan paving block cara mekanis dilakukan dengan menggunakan

mesin ( compression aparatus ).

Dari kedua metode diatas, terdapat kelebihan dan kekurangan dari tiap

metode yang dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini.

Tabel 2.4 Keuntungan dan Kerugian Metode Mekanis dan

Konvensional

Metode Keuntungan dan Kerugian

Metode Keuntungan Kerugian

Konvensional • Dapat dilakukan oleh • Kuat tekan umumnya


pemodal rendah
kecil dan tidak stabil
• Alat cetak relatif murah • Dalam sekali cetak hanya
• Dapat dilakukan dimana satu
dan buah paving
oleh siapa saja ( home • Tidak dapat diproduksi
industri ) secara
Massal
26

Mekanis • Kuat tekan yang • Hanya bisa dilakukan


dihasilkan oleh
relatif stabil sesuai mix pemodal besar
design • Alat cetak relatif mahal
• Dalam sekali cetak, lebih • Tidak dapat dilakukan
dari disembarang tempat (
satu paving tergantung home
jumlah industri )
alat cetak
• Dapat diproduksi secara
massal

(sumber : Studi Lapangan, tahun 2010)

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pemanfaatan limbah dalam pembuatan bahan

bangunan sebelumnya pernah dilakukan penelitian tersebut diantaranya adalah

pemanfaatan Lumpur saluran alami (Lumpur Sungai Jagir Surabaya) dalam

pembuatan paving block oleh Widarti (2004). Dan pemanfaatan limbah kulit

kerang sebagai bahan pencampur dalam pembuatan bata beton berongga oleh

Maulanie dan Wibisono (2004).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Widarti, memanfaatkan Lumpur

saluran alami dalam pembuatan paving block. Lumpur sungai yang digunakan

berasal dari sungai jagir Surabaya yang merupakan produk alami hasil endapan

sungai. Dengan kandungan SiO2, MgO di dalamnya, Lumpur tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai agregat bersama – sama dengan semen dan air.

Komposisi terbaik di dalam penelitian Widarti untuk kelas A adalah

dengan perbandingan 1 semen : 3 Agregat dengan substitusi Lumpur sebesar 20%


27

yang menghasilkan kuat tekan 40 kg/cm2, penyerapan air 2%, dan penyerapan

Na2SO4 0.667 %, sedangkan kelas B, komposisi terbaik adalah dengan kuat tekan

30 kg/cm2, penyerapan air 4%, dan Na2SO4 1%.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Maulanie dan Wibisono,

kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa analisa campuran komposisi bata

beton berongga dg campuran kulit kerang, semuanya memenuhi syarat dalam

SNI. Pada bata beton berongga dengan campuran 1 semen : 5 agregat dg substitusi

kulit kerang sebanyak 60 %, mempunyai kuat tekan mempunyai kuat tekan yang

maksimal yaitu sebesar 78 kg/cm2,naik 67% dari campuran dengan substitusi

kulit kerang 0%. Uji resapan air 6.55%.

2,9 Landasan Teori

Teori yang melandasi penelitian ini didasari atas metode solidifikasi

dengan memanfaatkan limbah padat (sludge) sebagai paving block untuk membatasi

atau mengurangi limbah kulit kerang yang dibuang kelingkungan.

Paving Block ( Bata Beton) adalah Suatu komposisi bahan bangunan yang

dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis atau sejenisnya,

air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi

mutu bata beton itu (SNI 03-0691-1996). Paving block merupakan tipe bahan

bangunan yang bersifat ekonomis, cepat pemasangannya dan menggunakan bahan

sedikit.
28

Keunggulan Paving Blok adalah Daya serap air melalui Paving Block

menjaga keseimbangan Air tanah untuk menopang betonan/rumah diatasnya.

Berat Paving Block yang relatif lebih ringan dari betonan/aspal menjadikan satu

penopang utama agar pondasi rumah tetap stabil. Serapan air yang baik sekitar

rumah / tempat usaha anda akan menjamin ketersediaan air tanah untuk bias

dibor/digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Pada umunya Kulit Kerang mengandung komponen kimia seperti SiO2

(8.65%), yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran dengan pasir yang

dipakai dalam pembuatan paving block.

Dalam proses pembuatan paving block dengan memanfaatan limbah Kulit

kerang digunakan bahan perekat Semen, yang mempunyai sifat hidrolis.

Dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-

silikat kalsium (C2S dan C3S) yang bersifat hidrolis (dapat mengeras dan

menghasilkan padatan yang stabil dalam air). Bila bereaksi dengan air akan terjadi

reaksi hidrasi yang menghasilkan senyawa hidrat yaitu kalsium silikat hidrat

(CSH) dan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang berpengaruh pada kekuatan

perekatan.

Berbagai hal yang perlu diperhatikan untuk membuat paving block adalah

dengan melakukan perbandingan campuran semen dengan agregat, dan faktor air

semen, penggunaan semen yang lebih banyak akan meningkatkan kekuatan

paving block, sebaliknya penggunaan semen yang kurang dalam adukan akan
29

menyebabkan tidak sempurna nya ikatan semen dengan agregatnya karena

permukaan agregat tidak tertutupi oleh perekat semen, sehingga dapat

menurunkan kekuatan paving block.. Begitu juga campuran dari agregat, semakin

banyak agregat kasar dalam campuran paving block, maka mutu kuat paving

block semakin baik.

Yang mempengaruhi mutu paving block adalah mutu semen. Mutu

semen merupakan faktor penting yang mempengaruhi kebutuhan dasar beton.

Semen haruslah baru dan tidak bergumpal. Perbandingan jumlah minimum air

dan berat semen, perlu diketahui konsistensi dan kemampuan kerja adukan beton

yang diinginkan yang disebut perbandingan air – semen. Kekuatan beton

menurun dengan menurunnya perbandingan air – semen. Hal ini disebabkan

penambahan air setelah penguapan akan meninggalkan kekosongan yang sangat

kecil. Pasir dan kerikil harus bebas dari dedaunan, rumput dan benda-benda

asing. Pasir haruslah agak kasar dengan ukuran partikel mulai dari ukuran debu

hingga 5 mm. Kerikil bersih dengan ukuran 26,5 mm, 19 mm atau 9,2 mm

dapat digunakan untuk beton. Ukuran kerikil 26,5 mm dapat digunakan untuk

bagian yang tebal seperti pondasi, slop dan lantai untuk industri yang lebih dari 120

mm. Kerikil 19 mm dapat digunakan untuk lantai, jalan setapak, jalan raya. Kerikil

13,2 mm atau 9,5 mm dapat digunakan untuk bagian beton yang tipis, seperti slop

tipis, beton pra cetak dengan ketebalan mulai dari 40 mm – 50 mm. Kekuatan beton

akan menurun dengan semakin halusnya kerikil halus. Hal ini disebabkan kerikil
30

halus membutuhkan lebih banyak semen yang digunakan yang mempengaruhi

keseluruhan adukan. Mesin cetak produksi khusus untuk produk Paving Block,

peralatan mesin cetak produksi juga dapat menentukan kekuatan beton yang

dihasilkan. Semua bergantung pada kemampuan mesin tersebut memberikan tekanan

pada proses pencetakan paving block. Pada umumnya di Indonesia terdapat 3 jenis

Paving Block bila dibedakan dari alat dan proses produksinya, yaitu Paving Block

Press Tangan, Paving Block Press Mesin Vibrasi dan Paving Block Press mesin

Hidrolik. Semakin banyak kekosongan pada beton, maka akan semakin tidak

kuat.campuran agregat dan umur paving. Jika campuran paving block lebih sedikit

agregat kasarnya, maka mutu paving semakin rendah, begitu juga sebaliknya, jika

campuran paving lebih banyak agregat kasarnya maka mutu paving semakin

baik. Umur paving sangat berpengaruh dalam mutu paving block, umur paving

yang sudah matang atau siap untuk dipasarkan adalah umur paving 28 hari.

Dengan uji penelitian antara lain Uji Kuat Tekan, Uji penyerapan Air, dan Uji

Ketahanan Terhadap Natrium sulfat.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama empat bulan (Maret–Juli 2012) yang

dilanjutkan dengan pengolahan data, penyusunan data dan pembahasan. Penelitian

dilaksanakan di Industri Paving Block CV. Soja, dan Pengujian dilksanakan di

laboratorium Teknik Sipil Universitas Malikussaleh dan lab. Badan Penelitian dan

Konsultasi Industri Lhokseumawe, Aceh.

3,2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan Yang Digunakan

Bahan-bahan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bahan baku yang digunakan Limbah Kulit Kerang

2. Air

3. Menggunakan Semen Gresik Portland sebagai bahan pengikat

4. Pasir sebagai bahan pengisi (agregat)

3.2.2 Peralatam Penelitian

1. Ayakan pasir

Untuk mengayak kulit kerang dan pasir

2. Ember

Untuk tempat pengaduk adonan Paving Block

3. Alat/mesin Pembuatan Paving Block

31
32

Untuk mencetak dan memadatkan/mengepres adonan pada saat

di dalam cetakan, dengan ukuran cetakan 20x10x6 cm.

4. Cetok

Untuk memasukkan adonan batako ke dalam cetakan.

5. Timbangan

Untuk Menimbang bahan-bahan Paving block

6. Alat uji Kuat Tekan

7. Alat Uji Penyerapan Air

8. Alat uji Ktahanan Natrium Sulfat

3.3 Kerangka dan variable Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian secara garis besar ditunjukkan oleh

kerangka Gambar 3.1.

Ide Penelitian

Identifikasi
Masalah

Persiapan Bahan Alat dan


Lokasi
33

Pembuatan Paving
Block

Pengujian Paving Block


 Uji Kuat Tekan
 Uji Penyerapan Air
 Uji Ketahanan Natrium
Sulfat

Analisa data dan


Pembahasan

Kesimpulan
dan Saran

Gambar 3.1. kerangka Penelitian

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variable yang ditetapkan

a. Rasio perbandingan antara bahan baku berupa semen, pasir dan limbah

kulit kerang dapat dilihat pada table 3.1.


34

Tabel 3.1. Perbandingan semen, pasir dan kulit kerang

Semen
Pasir (Kg) Kulit Ker ang (Kg)
(Kg) (100 % ) (0% )

1 4 0

Pasir (Kg) Kulit Ker ang (Kg)


Semen
(90 % ) (10% )

1 3,6 0,4

Pasir (Kg) Kulit Ker ang (Kg)


Semen
(80 % ) (20% )

1 3,2 0.8

b. Umur Paving Block (hari) : 2, 14, 21, dan 28 hari

Dengan menetapkan komposisi semen, agregat halus (pasir), kulit kerang.

2. Parameter yang diamati

a. Uji kuat tekanan

b. Uji penyerapan air

c. Uji ketahanan Natrium Sulfat


35

3.3.2 Prosedur Kerja Pembuatan Paving Block

1. Pengambilan Limbah Kulit Kerang di Pulau Sarok Kabupaten Aceh Singkil

2. Perlakuan Pendahuluan Limbah Kulit kerang

a. Limbah Kulit kerang direndam di dalam air selama 24 jam

b. Limbah Kulit Kerang dioven selama kurang lebih 24 jam.

c. Limbah Kulit Kerang dihancurkan dan diayak dengan ayakan ukuran 5 mm

3. Pencampuran Limbah Kulit Kerang yang sudah diayak dicampur dengan

pasir dan semen.

4. Pencetakan Paving Block

5. Perlakuan setelah Pencetakan

a. Ditutup dengan kain atau karung basah selama 7, 14, 21, dan 28 hari

(perawatan Curing)

6. Produk
DAFTAR PUSTAKA

36

Anda mungkin juga menyukai