Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 11

BAB XIX
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
(SNI 06-2489-1991)

19.1 Maksud dan Tujuan


19.1.1 Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian campuran aspal dengan alat marshall.
19.1.2 Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan suatu campuran aspal
yang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan di dalam kriteria
perencanaan.

19.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan, terdiri dari :
1) Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 dan tinggi 7,62cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung;
2) Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan:
(1) Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm;
(2) Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat
bajaberukuran 30,48 cm x 30,48 cm x 2,54 cm dan dijangkarkan
pada lantaibeton di keempat bagian sudutnya;
3) Alat pengeluaran benda uji :
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm;
4) Alat marshall lengkap dengan:
i. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung;

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

ii. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000
kg,dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm;
iii. Arloji pengukur alir (flow) dengan ketelitian 0,25 mm
besertaperlengkapannya;
5) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi
sampai 200°C (± 3°C);
6) Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai
20°C–60°C (±1°C);
7) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas
2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg
denganketelitian 1 gram;
8) Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250°C
dan100°C dengan ketelitian 1% dari kapasitas;
9) Perlengkapan lain :
(1) panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal;
(2) sendok pengaduk dan spatula;
(3) kompor atau pemanas (hot plate);
(4) sarung tangan dari asbes; sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan (masker).

19.3 Benda Uji


Bahan penunjang uji, terdiri dari :
1) Kantong-kantong plastik, berkapasitas 2 kg;
2) Gas elpiji atau minyak tanah.
19.3.1 Persiapan Benda Uji
Persiapan benda uji meliputi :
1) Keringkan agregat pada suhu 105°C – 110°C minimum selama 4 jam,
keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap;
2) Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan;

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

3) Panaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viscositas) yang


disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan
seperti Tabel 21.1;
Tabel 19.1 Tingkat Kekentalan (Viscositas) Aspal Untuk Aspal Padat Dan
Aspal Cair
Pencampuran Pemadatan
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik
170±20 170±20 C.ST 280±30 280±30 C.ST
Viscosimeter
Saybolt Furol
85±10 85±10 DET.SF 140±15 140±15 DET.SF
Viscosimeter

4) Pencampuran, dilakukan sebagai berikut :


(1) Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram
sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27
mm.
(2) Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas
suhu pencampuran untuk aspal padat; bila menggunakan aspal cair
pemanasan sampai 14oC di atas suhu pencampuran;
(3) Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti
Tabel 1 sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah
dipanaskan tersebut; kemudian aduklah dengan cepat pada suhu
sesuai 2.2.4).(2) sampai agregat terselimuti aspal secara merata.
5) Pemadatan, dilakukan sebagai berikut :
(1) Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara
93,3oC – 148,9oC;
(2) Letakkan cetakan di atas landasan pemadat tahan dengan pemegang
cetakan;
(3) Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan;

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

(4) Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk


campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15
kali keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya;
(5) Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
- 75 kali tumbukkan untuk lalu lintas berat
- 50 kali tumbukkan untuk lalu lintas sedang
- 35 kali tumbukkan untuk lalu lintas ringan
dengan tinggi jatuh 457,2 mm selama pemadatan harus
diperhatikan agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas
cetakan;
6) Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi;
7) Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini tumbulah
dengan jumlah tumbukkan yang sama, sesuai 2.2.5). (5);
8) Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar
benda uji pada permukaan ujung ini;
9) Kemudian dengan hati-hati keluarkan dan letakan benda uji di atas
permukaan yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu
ruang;
10) Bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat dipergunakan kipas
angin meja.
19.3.2 Persiapan Pengujian
Persiapan pengujian, meliputi :
1) Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel;
2) Berilah tanda pengenal pada masing-masing benda uji;
3) Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm;
4) Timbang benda uji;
5) Rendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruangan;
6) Timbang dalam air untuk mendapatkan isi;

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

7) Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh;


8) Bersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam dari
kepala penekan, sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur
bebas (bila dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama
benda uji pada suhu 21,1– 37,8oC untuk mengurangi lengketnya
benda uji terhadap permukaan dalam kepala penekan).

19.4 Proses Percobaan


Cara uji dilakukan, sebagai berikut :
Waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendaman
atau oven sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30
detik.
1) Rendamlah benda uji dalam bak perendam (water bath) selama 30 – 40
menit dengan suhu tetap 60oC (± 1oC) untuk benda uji yang menggunakan
aspal padat, untuk benda uji yang menggunakan aspal cair masukkan
benda uji kedalam oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap 25oC (±
1oC);
2) Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke
dalam segmen bawah kepala penekan;
3) Pasang segmen atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya dalam
mesin penguji;
4) Pasang arloji pengukur alir (flow) pada kedudukannya di atas salah satu
batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol,
sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap
segmen atas kepala penekan;
5) Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya
dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji;
6) Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol;
7) Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm
permenit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat
pembebanan maksimum (stability) yang dicapai, untuk benda uji yang
tebalnya tidak sebesar 63,5 mm, koreksilah bebannya dengan faktor
perkalian yang bersangkutan dari Tabel 2;
8) Catat nilai alir (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur alir
pada saat pembebanan maksimum tercapai.

19.5 Data Hasil Pengujian


Berikut ini data benda uji untuk sampel variasi kadar aspal 5% pertama,
yaitu:
a. Tebal sampel rata-rata : tebal sisi 1 + tebal sisi 2 + tebal sisi 3
: 62,45 + 62 + 60,9 = 61,78
b. Berat contoh : 1168 gram
c. Berat aspal : 5 % x 1164 gram = 58,20 gram
d. Berat material : 100 % - 5 % = 95 %
e. Agregat kasar : 70,90 % x 95 % x 1168 = 786,706 gram
f. Agregat halus : 24,10 % x 95 % x 1168 = 267,414 gram
g. Filler : 5 % x 95 % x 1168 = 55,48 gram
h. Berat jenis agregat kasar : 2,70
Berat jenis agegat halus : 2,23
i. Berat jenis filler : 2,82
j. Berat jenis aspal : 1,046

19.6 Perhitungan dan Pelaporan


1) Perhitungan Agregat
Contoh perhitungan agregat kasar (Diambil saringan No. 8):
Jumlah tertahan
% Tertahan = x 100 %
Jumlah keseluruhan
1145
= x 100 %
1207.787
= 94.801 %

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

% Lolos = 100 % - % Tertahan


= 100 % - 87,5 %
= 5.198 %
Campuran aspal yang direncanakan termasuk dalam kategori Lataston (HRS)
Base dengan gradasi Semi Senjang. Adapun spesifikasi dari gradasi semi
senjang tersebut sesuai dengan tabel 6.3.3(3) Amplop Gradasi Agregat
Gabungan untuk Campuran Aspal pada Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun
2010 Revisi 3 yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 19.2 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal
(Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3)

50+62
F = 100% S= = 56% C = 12,25 %
2
(F−S)
𝐴gregat Kasar = x 100 %
(F−C)
(100−56)
= x 100 % = 50,2 %
(100−12,25)

Dimana : F = Persen agregat halus yang lolos saringan No. 8


C = Persen agregat kasar yang lolos saringan No. 8
S = Speck Limit / limit tengah pada saringan No. 8
Dengan cara Trial and Error didapatkan Xfiller = 5 %
Maka : XAg. Halus = 100 % - Agregat Kasar - Filler
= 100 % - 50,2% - 5 %

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

= 41.8 %
Berdasarkan hasil percobaan analisa saringan di atas, maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
 Untuk penetrasi campuran = 5%
 Aspal = 100% - 5% = 95%
Total sampel 1200 gram terdiri dari aspal, agregat kasar, agregat halus,
filler:
1. Agregat kasar
Saringan 3/4” : 1207,787 gram x 50.2% x 95% = 575,33 gram
2. Agregat halus
Saringan No. 8 : 1207,787 gram x 44,86% x 95%= 514,69 gram
3. Filler : 1207,787 gram x 5% x 95% = 57,37 gram
4. Aspal : 1207,787 gram x 5 % = 60.39 gram +
Total Berat = 1207,787 gram
2) Perhitungan Marshall
Contoh perhitungan:

a. Presentase aspal terhadap batuan :5%


b. Presentase aspal terhadap campuran :
𝑎 5
𝑥 100 = 𝑥 100 = 5,260%
(100 − 𝑎) (100 − 5)
c. Berat : 1168 gram
d. Berat dalam keadaan jenuh : 1211 gram
e. Berat dalam air : 647 gram
f. Isi (d-e) : 546 ml
g. Berat isi benda uji (c/f) : 2,071 gram/ml
h. Berat jenis maksimum (teoritis) : 2,3329
100
𝐺𝑚𝑚 = % agregat halus % agregat kasar % filler % aspal
((B.J.agregat halus + B.J.agregat kasar + B.J.filler) × (100% − %Aspal) + B.J.aspal
100
𝐺𝑚𝑚 = 41.8% 50.2% 5% 5% = 2,3329
(( 2.24 + 2,7 + 2,820) × (100% − 5%) + 1,046

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

bxg 5,260 𝑥 2.071


i. = = 10.784
B.J.aspal 1,046
(100−b) g (100− 5,260) 2,071
j. = = 78,657
B.J.agregat 2,494

Dimana
BJ Agregat = (% agregat halus×B.J.agregat
100
halus
+
% agregat kasar×B.J.agregat kasar
100
+
% filler×B.J.filler
100
)
41.8 × 2,24 50.2×2,7 5 × 2,820
= ( + + ) = 2,494
100 100 100

k. Jumlah kandungan rongga : 100 – i – j


: 100–10,784–78,657 = 10,93%
l. Prosen rongga terhadap agregat : 100 – j
: 100 – 78,657 = 21,34 %
i
m. Prosen rongga terisi aspal : 100 x l
10,414
: 100 x = 48,79 %
78,657
g
n. Prosen rongga terhadap campuran : 100 − 100 x h
2,071
: 100 − 100 x = 11,23 %
2,3329

o. Pembacaan arloji stabilitas : 1134 kg


p. Stabilitas : o x kalibrasi alat
: 1134 x 1,21 = 1372,14 kg
q. Stabilitas : p x korelasi tebal benda uji
: 1372,14 x 0,95 = 1303,53 kg
r. Kelelehan (0,01”) : 3,35 mm
𝑞
s. Marshall Quation : 102𝑟
1303,53
: 102x3,35 = 3,81 kg/mm
Perhitungan Selanjutnya dalam tabel yang dapat dilihat pada lampiran.
Koreksi Tebal Benda Uji dapat dihitung dengan melakukan interpolasi
dari Tabel uji Angka korelasi benda uji yang terdapat pada lampiran
apabila tebal atau tinggi benda
tidak terdapat angka korelasinya didalam tabel.

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

Tebal Benda Uji Sampel 5% pertama (X)= 64.30 mm


Dari tabel diketahui Tebal benda uji berada di antara :
X1 = 64,00 ; Y1 = 0,96 ; X2 = 65,1 ; Y2 = 0,93
64,30 − 64,00
Angka Korelasi (Y) = 0,96 + ( ) × (0,93 − 0,96) = 0,95
65,1−64,00

Perhitungan Selanjutnya dalam tabel yang dapat dilihat pada lampiran.


Setelah melakukan perhitungan dan mendapatkan data hasil
perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran, data-data tersebut
kemudian dimasukkan ke grafik. Selain itu, pada grafik dimasukkan juga
nilai spesifikasi sifat-sifat campuran Lataston yang terdapat pada Tabel
6.3.3.(1b) Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 yang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 19.4 Sifat-sifat Campuran Lataston

Selanjutnya dilakukan pengklasifikasian variasi kadar aspal yang memenuhi


spesifikasi dan menetapkan nilai tengah pada rentang kadar aspal yang
memenuhi tersebut sehingga didapatkan kadar aspal optimum sebesar
6,75%.

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

Gambar 19.1 Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal Gambar 19.2 Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal
dengan Rongga dalam Campuran (VIM) dengan Stabilitas

Gambar 19.3 Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal Gambar 19.4 Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal
dengan Rongga Terisi Aspal (VFB) dengan Rongga Dalam Agregat (VMA)

Gambar 19.5 Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal Gambar 19.6 Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal
dengan Kelelehan (Flow) dengan Marshall Quotion

Gambar 19.7 Penentuan Kadar Aspal Optimum

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

19.7 Diskusi / Kesimpulan


Dari hasil pengujian didapatkan kadar aspal optimum sebesar 6,75% dan
bebarapa hal mendasar, yaitu :
(1). Semakin besar kadar aspal yang digunakan, maka semakin kecil nilai
rongga dalam campuran (VIM). Hal ini karena dengan bertambahnya
kadar aspal, maka jumlah aspal yang dapat mengisi rongga antar butiran
agregat semakin bertambah, sehingga volume rongga dalam campuran
semakin berkurang.
(2). Besarnya nilai rongga dalam Agregat (VMA) bervariasi dimana dengan
penambahan kadar aspal dari 5% sampai kadar aspal optimum sebesar
6,75%, nilai VMA menurun. Sedangkan dari penambahan kadar aspal
dari 6,75% sampai kadar aspal sebesar 7% nilainya makin besar. VMA
adalah rongga udara yang ada diantara mineral agregat di dalam
campuran beraspal panas yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang
terisi aspal. VMA digunakan sebagai ruang untuk menampung aspal dan
volume rongga udara yang diperlukan dalam campuran beraspal panas.
Besarnya nilai VMA dipengaruhi oleh kadar aspal, gradasi bahan susun,
jumlah tumbukan dan temperatur pemadatan.
(3). Semakin besar kadar aspal yang diberikan pada campuran, maka semakin
besar nilai rongga yang dapat terisi oleh aspal (VFB). Besarnya nilai
VFB menentukan keawetan suatu campuran beraspal panas, semakin
besar nilai VFB akan menunjukkan semakin kecil nilai VIM, yang berarti
rongga yang terisi aspal semakin banyak, oleh karena itu campuran
beraspal panas akan semakin awet. Begitu sebaliknya apabila VFB
terlalu kecil, maka rongga yang terisi aspal akan semakin sedikit
sehingga agregat yang terselimuti aspal akan semakin tipis yang
menyebabkan campuran beraspal panas tidak awet.
(4). Besarnya nilai stabilitas yang didapat bervariasi dimana dengan
penambahan kadar aspal dari 5% sampai kadar aspal optimum sebesar
6,75%, nilai stabilitas terus meningkat. Sedangkan dari penambahan

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

kadar aspal dari 6,75% sampai kadar aspal sebesar 7% nilainya makin
menurun. Hal ini berarti penambahan kadar aspal tidak selalu
mengakibatkan nilai stabilitas terus meningkat. Ketika kadar aspal telah
melewati kadar aspal optimum, maka penambahan kadar aspal
akan mengakibatkan penurunan stabilitas karena kadar aspal terlalu
berlebih.
(5). Dari grafik terlihat bahwa nilai pelelehan semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya kadar aspal yang diberikan. Besarnya nilai
pelelehan (flow) adalah besarnya penurunan campuran benda uji akibat
suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam satuan mm.
Flow merupakan indikator kelenturan campuran beraspal panas dalam
menahan beban lalu lintas. Nilai flow menyatakan besarnya deformasi
bahan susun benda uji, campuran yang mempunyai angka flow rendah
dengan stabilitas tinggi akan cenderung menghasilkan campuran beraspal
panas yang kaku dan getas, Sebaliknya apabila campuran beraspal panas
mempunyai flow terlalu tinggi maka akan bersifat plastis sehingga mudah
berubah bentuk akibat beban lalu lintas yang tinggi dan berat.
(6). Besarnya nilai Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) yang didapat
bervariasi dimana dengan penambahan kadar aspal dari 5% sampai kadar
aspal sebesar 5,75%, nilai stabilitas terus meningkat. Sedangkan dari
penambahan kadar aspal dari 5,75% sampai kadar aspal sebesar 7%
nilainya makin menurun. Marshall Quotient ( MQ ) merupakan hasil bagi
antara stabilitas dan flow yang mengindikasikan pendekatan terhadap
kekakuan dan fleksibilitas dari suatu campuran beraspal panas. Besarnya
nilai MQ tergantung dari besarnya nilai stabilitas yang dipengaruhi oleh
gesekan antar butiran (frictional resistance) dan saling mengunci antar
butiran (interlocking) yang terjadi antara partikel agregat dan kohesi
campuran, bahan susun, serta nilai flow yang dipengaruhi oleh viskositas,
kadar aspal, gradasi bahan susun dan jumlah tumbukan.

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

Dari grafik pada gambar 19.1, dapat diketahui sifat-sifat


campuran pada kadar aspal optimum sebesar 6,75%. Sifat –sifat tersebut
kemudian dibandingkan dengan spesifikasi yang disyaratkan oleh
Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 yang dapat dilihat
pada tabel berikut

Tabel 19.5 Sifat-sifat Campuran pada Kadar Aspal Optimum sebesar 6,75%

Lataston
Sifat-sifat Campuran Lapis Pondasi Semi Keterangan
Senjang
Spesifikasi Hasil
Jumlah tumbukan per bidang 75 75 Memenuhi
Min 4
Rongga dalam campuran (%) (2) 4,8 Memenuhi
Maks 6
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 17 19 Memenuhi
Rongga terisi aspal (%) Min 68 75 Memenuhi
Stabilitas Marshall (kg) Min 800 1496 Memenuhi
Pelelehan (mm) Min 3 3,465 Memenuhi
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 432 Memenuhi
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah Tidak dilakukan
Min 90 -
Perendaman selama 24 jam, 60°C(3) Pengujian
Rongga dalam campuran (%) pada Tidak dilakukan
Min 3 -
Kepadatan membal (refusal) (4) Pengujian

Dari tabel 19.5 dapat disimpulkan bahwa pada kadar aspal optimum
sebesar 6,75%, sifat – sifat campuran memenuhi spesifikasi yang disyaratkan.
Hal ini berarti perencanaan campuran dapat dipakai pada perencanaan
campuran Lataston di lapangan.

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

LAMPIRAN
A. TABEL PERHITUNGAN

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

Berat Jenis Aspal : 1,046 Nama pemeriksa : Kelompok IV Agregat Berat Jenis Berat Jenis Semu (Apperent) Berat Jenis (Average)
Contoh dari : Laboratorium Jalan Dikerjakan tgl. : Senin, 26 Februari 2018 Agregat Kasar 2,610 2,720 2,665
Jenis contoh : Aspal Selesai tgl. : Rabu, 28 Februari 2018 Agregat Halus 2,105 2,480 2,293
Filler 1,930 2,270 2,100
Percobaan Marshall
SNI 06-2489-1991
Kadar Berat
Berat Isi Berat Isi Berat
Kadar Aspal Berat di dalam berat BJ Stabilitas
Benda Benda Jenis BJ VMA VFB VIM Stabilitas Stabilitas Flow MQ
Aspal thd Udara keadaan dalam air Aspal dikoreksi
Uji Uji Max
Camp. Jenuh
No a b c d e f g h i j k l m n o p q r s
1 5 5.260 1,168 1,211 647 564 2.071 2.332863 10.414 78.657 10.93 21.34 48.79 11.23 1134.00 1372.14 1303.53 3.35 3.81
2 5 5.260 1,133 1,164 631 533 2.126 2.332863 10.689 80.737 8.57 19.26 55.49 8.88 970 1173.7 1173.70 3.2 3.60

1 5.5 5.820 1,141 1,168 638 530 2.153 2.317854 11.978 81.284 6.74 18.72 64.00 7.12 790.00 955.9 917.66 3.31 2.72
2 5.5 5.820 1,173 1,205 654 551 2.129 2.317854 11.845 80.379 7.78 19.62 60.37 8.15 1,090 1318.9 1345.28 3.25 4.06

1 6 6.380 1,178 1,205 658 547 2.154 2.303038 13.136 80.829 6.04 19.17 68.52 6.49 1075.000 1300.75 1313.76 3.28 3.93
2 6 6.380 1,167 1,191 656 535 2.181 2.303038 13.305 81.870 4.83 18.13 73.38 5.29 1,090 1318.9 1358.47 3.3 4.04

1 6.5 6.950 1,185 1,202 662 540 2.194 2.288409 14.581 81.861 3.56 18.14 80.38 4.11 1155.000 1397.55 1411.53 3.79 3.65
2 6.5 6.950 1,164 1,192 654 538 2.164 2.288409 14.376 80.710 4.91 19.29 74.52 5.46 1,100 1331 1384.24 3.95 3.44

1 7 7.520 1,145 1,185 665 520 2.202 2.273966 15.830 81.637 2.53 18.36 86.21 3.17 1135.000 1373.35 1400.82 4.05 3.39
2 7 7.520 1,140 1,183 658 525 2.171 2.273966 15.611 80.507 3.88 19.49 80.08 4.51 1,190 1439.9 1468.70 3.75 3.84

1 7.5 8.100 1,160 1,188 651 537 2.160 2.259703 16.728 79.586 3.69 20.41 81.94 4.41 1180.000 1427.8 1484.91 4.3 3.39
2 7.5 8.100 1,163 1,191 661 530 2.194 2.259703 16.992 80.846 2.16 19.15 88.71 2.89 1,030 1246.3 1258.76 3.85 3.21
𝑐 𝑏𝑥𝑔
a = % Aspal terhadap batuan g = berat isi benda uji = i= k = jmlh kandungan rongga (%) = 100 - i - j
𝑓 𝐵.𝐽.𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
𝑎 (100−𝑏)𝑔
b = % aspal terhadap campuran = 𝑥 100 h = berat jenis maksimum (teoritis) j= l = % rongga terhadap agregat = 100 - j
(100−𝑎) 𝐵.𝐽.𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡
100 𝑖
c = berat (gram) h= %𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 %𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 m = % rongga terisi aspal = 100 . ( )
+ 𝐵.𝐽. 𝑙
𝐵.𝐽.
𝑔
d = berat dalam keadaan jenuh (gram) n = % rongga trhp. campuran = 100 − (100. ( ))

e = berat dalam air o = pembacaan arloji stabilitas
f = isi (mL) = d-e p = stabilitas (o x kalibras alat = 1,2099668)
q = stabilitas (p x koreksi benda uji)

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

r = kelelehan (0.01”)
1. Suhu pencampuran = 150 0C 2. Suhu pemadatan = 140 0C 3. Suhu percobaan = 600C

Praktikum Bahan Perkerasan Jalan


(HSKB 622)
Kelompok 11

B. FOTO PENGUJIAN

Gambar 19.8. Proses Pemanasan Gambar 19.9 Proses Penumbukan


Benda Uji sampel

Gambar 19.10 Mesin Marshall Gambar 19.11 Water Bath

Gambar 19.12 Benda Uji


Praktikum Bahan Perkerasan Jalan
(HSKB 622)

Anda mungkin juga menyukai