Anda di halaman 1dari 14

Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

BAB IV
RANCANGAN MIX DESAIN DAN MARSHALL

6.1 Tujuan
Mix design bertujuan untuk menentukan komposisi agregat dalam
campuran, berat aspal dalam campuran, berat jenis dan penyerapan campuran,
yang diperlukan dalam pembuatan dan perhitungan hot mix.

6.2 Teori Ringkas


Metode rancangan campuran aspal beton yang digunakan adalah
rancangan campuran aspal panas (hot mix) yaitu suatu campuran yang terdiri dari
komponen-komponen agregat yang merupakan komponen terbesar dalam
campuran dan bahan pengikatnya aspal dimana cara pencampurannya melalui
proses pemanasan.

Perencanaan campuran aspal beton yang digunakan adalah berdasarkan


metode Marshall, dengan metode ini kita dapat menentukan jumlah pemakaian
aspal yang tepat sehingga dapat menghasilkan komposisi yang baik antara agregat
dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.

Benda uji di buat dengan kadar aspal 4 % - 7 % dengan jumlah benda uji
tiap-tiap kadar aspal sebanyak 3 buah. Gradasi yang digunakan adalah Gradasi IV.

6.3 Langkah-langkah dalam mix design aspal beton

6.3.1 Komposisi agregat dalam campuran


Dari hasil pemeriksaan gradasi/analisa saringan agregat dibuat grafik yang
didasarkan pada persen lolos untuk masing-masing nomor saringan yang
digunakan. Selanjutnya untuk mendapatkan prosentase masing-masing fraksi
agregat (chipping, pasir dan debu batu) dalam campuran dipakai Metode Grafis
Diagonal, dimana prosedurnya sebagai berikut :

1. Diketahui gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan gradasi yang
ditentukan pada Tabel 6.1
2. Gambar empat persegi panjang dengan ukuran (10 x 20) cm.

KELOMPOK III Page 77


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

3. Garis diagonal dibuat dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.
4. Sisi vertikal menyatakan persen lolos saringan dengan skala 0 di bawah
dan 100 di atas.
5. Dengan melihat spefikasi ideal, tiap-tiap nilai ideal tersebut diletakkan
pada garis diagonal berupa titik.
6. Dari tiap titik pada diagonal ditarik garis vertikal untuk menempatkan
nomor-nomor saringan.
7. Gambar grafik gradasi dari masing-masing fraksi yang akan dicampur.
8. Untuk menentukan prosentase agregat kasar, dilihat dari jarak antara grafik
gradasi kasar terhadap tepi bawah dan jarak grafik sedang terhadap tepi
atas yang harus sama, pada suatu garis lurus.
9. Pada garis tersebut, tarik garis vertikal yang memotong garis diagonal.
Kemudian dari titik potong ini ditarik garis horisontal yang memotong
garis tepi, sehingga didapat prosentase agregat kasar yang diperlukan.
10. Langkah 8 dan 9 diulangi untuk mendapatkan prosentase agregat halus dan
bahan pengisi.

Setelah diperoleh komposisi dari setiap jenis fraksi agregat, dibuat


suatu tabel hasil analisa gabungan agregat, dimana prosentase masing-masing
fraksi yang akan digunakan diperoleh dari hasil perkalian dengan prosentase lolos
untuk masing-masing nomor saringannya. Kemudian dijumlahkan untuk masing-
masing nomor saringan lalu dilihat apakah gradasi tersebut sudah memenuhi
spesifikasi yang diisyaratkan sesuai jenis campuran yang akan dibuat.

Hasil penggabungan agregat diusahakan mendekati “ideal spec”, jika


melalui grafik diagonal belum bagus maka digunakan metode coba-coba (Trial
and Error) yaitu menentukan terlebih dahulu prosentase dari masing-masing
agregat (tanpa mengubah persen lolos) kemudian hasil penggabungan agregat
diperoleh melalui perkalian prosentase dengan persen lolos dari agregat.
Selanjutnya hasil perkalian tersebut masing-masing dijumlahkan dan dilihat
apakah hasilnya mendekati nilai “ideal spec”.

KELOMPOK III Page 78


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Selanjutnya dibuat grafik penggabungan agregat dan grafik


spesifikasinya, setelah itu dihitung berat masing-masing fraksi yaitu prosentase
fraksi dikali dengan kapasitas mould. Berat masing-masing fraksi campuran ini,
dibagi-bagi lagi berdasarkan ukuran saringan sesuai dengan prosentase tertahan
agregatnya yang akan digunakan untuk pembuatan bricket uji.

6.3.2 Berat aspal dalam campuran


Setelah ditentukan kadar aspal yang akan digunakan dalam campuran,
maka berat aspal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Berat aspal (gram) = A B

Dimana : A = Kadar aspal ( % )

B = Kapasitas mould (gram)

6.3.3 Berat jenis dan penyerapan campuran


Setelah diperoleh hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat dan berat jenis aspal, maka berat jenis dan penyerapan dari total
agregat/campuran serta penyerapan aspal dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

- Berat jenis bulk (Gsb) = P1 + P2 +….. Pn

(bulk spesific gravity) (P1/G1) + (P2/G2) +…….(Pn/Gn)

- Berat jenis semu (Gsa) P1 + P2 +….. Pn


=
(apparent specific gravity) (P1/A1) + (P2/A2) +…….(Pn/An)

- Berat jenis efektif (Gse) = Gsb + Gsa

(effective specific gravity) 2s

KELOMPOK III Page 79


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Gse - Gsb x Ga x 100%


- Penyerapan aspal (Pba) =
Gse x Gsb
dimana :

Gsb = berat jenis bulk s

Gsa = berat jenis semu/apparent

Gse = berat jenis efektif

Pba = penyerapan aspal

Ga = berat jenis aspal

P1, P2,. .,Pn = persentase berat dari komponen agregat 1, 2,...n

G1,G2,..,Gn = berat jenis bulk dari masing-masing agregat

A1, A2,,An = berat jenis apparent dari masing-masing


agregat

Perencanaan campuran aspal beton yang digunakan adalah berdasarkan


metode Marshall, dengan metode ini kita dapat menentukan jumlah pemakaian
aspal yang tepat sehingga dapat menghasilkan komposisi yang baik antara agregat
dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.
Penentuan kadar aspal yang terbaik (optimum) ditentukan berdasarkan sifat-sifat
Marshall yang dalam percobaan ini menggunakan jenis lapisan perkerasan AC
(asphalt Concret).

Adapun sifat-sifat Marshall, yaitu :

 VIM ( Void In Mix )


VIM merupakan volume pori dalam campuran yang telah dipadatkan atau
banyaknya rongga udara yang berada dalam campuran aspal beton.

 Stability ( Stabilitas )

KELOMPOK III Page 80


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Stability adalah kemampuan lapis aspal beton untuk menahan deformasi


atau perubahan bentuk akibat beban lalu lintas yang bekerja pada lapis
perkerasan tersebut.

 Flow ( kelelehan plastis )


Flow atau kelelehan plastis merupakan besarnya deformasi yang terjadi
pada campuran aspal beton akibat beban yang bekerja pada perkerasan.

 VMA ( Voids In Mineral Agregat )


VMA merupakan volume pori atau rongga antar butiran agregat suatu
campuran aspal beton yang telah dipadatkan dan menunjukkan persentase
dari volume total sample.

 Voids Filled With Asphalt ( Rongga terisi Aspal )


VFWA merupakan rongga yang terisi aspal dalam campuran aspal beton
yang telah dipadatkan (diluar rongga udara) dan menunjukkan persentase
dari volume total sample.

 Marshall Quotient ( Hasil Bagi Marshall )


Marshall Quotient merupakan hasil bagi antara stabilitas (kekuatan
campuran menahan deformasi atau perubahan bentuk) dengan flow
(kelelehan atau besarnya deformasi yang terjadi pada campuran).

6.4 Alat dan Bahan yang digunakan


6.4.1 Peralatan Percobaan
1. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 cm (4“) dengan
tinggi 7,62 cm (3”) yang dilengkapi dengan pelat alas dan leher sambung
2. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata berbentuk
silinder, dengan tinggi jatuh bebas 45,75 cm (18”) dan berat 4,536 kg
3. Alat pengeluar benda uji yang telah dipadatkan yaitu sebuah alat ejector
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran
kira-kira 20 x 20 x 45 cm3(8”x8”x8”) yang dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30 x 30 x 2,5 cm3 (12” x 12” x 1”) dan diikat pada lantai
beton dengan empat bagian siku

KELOMPOK III Page 81


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

5. Silinder cetakan benda uji


6. Peralatan Marshall test, dilengkapi dengan :
 Kepala penekan berbentuk lengkung
 Cincin penguji yang berkapasitas 3000 kg dilengkapi arloji tekan
dengan perlengkapannya
 Arloji kelelahan dengan perlengkapannya
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(200 ± 3) °C
8. Bak perendam (water bath), dilengkapi dengan pengatur suhu minimum
20°C
9. Perlengkapan bantu lainnya, antara lain :
 Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
 Pengukur suhu dari logam berkapasitas 250°C dan 100°C dengan
ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas
 Kompor
 Sendok pengaduk
 Sarung asbes dan karet
 Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram
 Corong yang terbuat dari aluminium
 Spatula
 Satu set saringan terdiri dari ukuran : ¾, ½, 3/8, No.4, No.8, No.30,
No.50, No.100 dan No.200, serta PAN.

KELOMPOK III Page 82


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

6.4.2 Bahan yang digunakan


Bah yang digunakan adalah chipping,pasir,debu batu,dan aspal yang telah
diperiksa dan memenuhi persyaratan spesifikasi.
Perhitungan Berat Aspal dan Berat Agregat untuk Briket Benda Uji

Tabel 6.1 Data Berat aspal dan berat agregat untuk briket benda uji

Kapasitas Mould = 1100 gr

Kadar Aspal (%) 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

Berat Aspal (gr) 44 49.5 55 60.5 66 71.5 77

Kadar Agregat = (100% - kadar aspal) 96 95.5 95 94.5 94 93.5 93

Berat Agregat (gr) 1056.0 1050.5 1045 1039.5 1034 1028.5 1023
Berat Chipping (gr) ( 43.0% ) 451.72 451.72 449.35 446.99 444.62 442.26 439.89
Berat Pasir (gr) ( 29.0% ) 131.00 304.65 303.05 301.46 299.86 298.27 296.67
Berat Debu batu (gr) ( 28% ) 85.30 294.14 292.60 291.06 289.52 287.98 286.44

Contoh perhitungan : (Untuk kadar aspal 5,5 %)

Berat Aspal = Kadar Aspal x Kapasitas Mould


= 5 % x 1100

= 55 gram

Kadar Agregat = (100% - Kadar aspal) x Kapasitas mould

= (100 % - 5 %) x 1100 gr

= 95 gram

Berat Chipping = Berat Chipping x Berat Agregat

= 43 %x 1045 gr

= 449,35 gram

Berat Pasir = Berat Pasir x Berat Agregat

= 29 % x 1045 gr

KELOMPOK III Page 83


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

= 303,05 gram

Berat Debu Batu = Berat Debu Batu x Berat Agregat

= 28 % x 1045 gr

= 292,60 gram

6.5 Prosedur Percobaan


1. Masing-masing agregat dikeringkan sampai beratnya tetap pada suhu
(110 ± 5) °C. Setelah dingin agregat dipisah-pisahkan dengan cara
penyaringan kering kedalam fraksi - fraksi yang dikehendaki, lalu
ditimbang sesuai dengan besarnya prosentase perbandingan komposisi
agregat
2. Campuran agregat tersebut, dipanaskan sampai mencapai suhu
pencampuran (170 ± 20)°C dalam panci pencampuran. Sementara itu
aspal juga dipanaskan secara terpisah sampai mencapai suhu
pencampuran
3. Aspal dituangkan kedalam panci pencampuran/agregat yang sudah
dipanaskan tersebut, sesuai dengan beratnya yang telah ditetapkan.
Kemudian diaduk sampai homogen dan terlihat seluruh permukaan
agregat tertutup oleh aspal. Suhu selama pengadukan campuran aspal
diusahakan tetap dipertahankan (150°C), dimana hal ini dikontrol
dengan termometer
4. Campuran aspal yang telah homogen, dipindahkan kedalam cetakan
benda uji (mould) yang telah dibersihkan dan diletakkan pada dasarnya
kertas saring / penghisap lebih dahulu. Pemindahan campuran kedalam
cetakan dilakukan dengan bantuan corong aluminium yang diletakkan
diatas cetakan
5. Campuran didalam cetakan ditusuk-tusuk dengan spatula (sendok
semen) sebanyak 15 kali pada bagian pinggir cetakan secara keliling
dan 10 kali pada bagian dalamnya/tengahnya. Lalu permukaan

KELOMPOK III Page 84


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

campuran diratakan menjadi bentuk yang sedikit cembung dan taruhlah


kertas saring diatasnya
6. Kemudian dilakukan pemadatan dengan penumbukan sebanyak 75 kali
pada masing-masing bagian / sisi atas dan bawah cetakan
7. Benda uji dikeluarkan dengan memakai alat ejector, lalu diletakkan
diatas permukaan rata yang halus,kemudian dibiarkan selama kira-kira
24 jam pada suhu ruang.
8. Tanda pengenal diberikan pada benda uji yang telah dingin sesuai
dengan prosentase kadar aspal, lalu timbang dan diukur tinggi benda uji
dengan ketelitian 0,1 mm.Kemudian benda uji direndam dalam air kira
– kira 24 jam pada suhu ruang.
9. Setelah perendaman 24 jam, benda uji ditimbang dalam air dan beratnya
ditetapkan untuk mendapatkan isi.
10. Benda uji diangkat dan dilap dengan kain sampai mencapai keadaan
kering permukaan jenuh ( SSD = Saturated Surface Dry ), kemudian
ditimbang.
11. Benda uji direndam dalam bak perendaman, pada suhu 60°C selama 30
– 40 menit.
12. Benda uji dikeluarkan dalam bak perendaman, lalu dimasukkan
kedalam cincin penjepit dan diletakkan diatas piston penekan.
13. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda uji
dinaikkan hingga menyentuh alat cincin penjepit. Pada cincin penjepit
dipasang dial (arloji) kelelehan (flow), jarum dial di stel pada angka nol.
14. Dial stabilitas yang terpasang pada proving ring yang telah ditentukan,
di stel pada angka nol.
15. Benda uji pada kondisi ini telah siap untuk ditekan. Kemudian mesin
dijalankan dengan membuka aliran listrik pada motor penggerak.
16. Mesin dimatikan setelah jarum stabilitas tidak bergerak lagi (telah
mencpai stabilitas maksimum). Kemudian dibaca/dicatat nilai stabilitas
dan flow yang diperoleh. Perlu pula diketahui bahwa waktu benda uji

KELOMPOK III Page 85


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

dari bak perendaman sampai mencapai beban maksimum adalah tidak


boleh lebih dari 30 detik.

6.7 Spesifikasi Lapisan Perkerasan


Kadar aspal optimum ditentukan dengan melakukan pemeriksaan Marshall
di Laboratorium dari beberapa contoh dengan membuat variasi beberapa kadar
aspal optimum ( 4% - 7 % ).

Hasil pemeriksaan kemudian diperiksakan lalu digambarkan dalam grafik.


Kadar aspal optimum adalah kadar aspal yang menghasilkan sifat campuran
terbaik dengan memperhatikan batasan/parameter dari tiap sifat campuran yang
ditetapkan.

Tabel 6.2 Spesifikasi lapisan perkerasan AC

No Sifat-Sifat Marshall Jenis Lapisan Perkerasan (AC)


1 VIM (%) 3-5
2 VFB / VFWA (%) Min. 68
3 Marshall Stability (kg) Min. 800
4 Flow (mm) 2-4
5 Marshall Quotient (kg/mm) Min. 200
6 VMA (%) Min. 14

KELOMPOK III Page 86


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

6.8 Data Hasil Percobaan


Tabel 6. 3 Data Mix Design

Stabilitas - Quotient
Berat (Gram) Kelelehan
Kg
Kadar
Di udara Dlm air K.permukaan Pembacaaan mm Marshall
Aspal
( in
( in air ) (SSD) Stabilty Flow (Kg/mm)
water )

A C D E N Q R

% Berat N

Angka kalibrasi
Q
Total

Campuran

4 1234 603 1165 817.00 2.80 291.79

4 1232 604 1145 817.00 3.10 263.55

4 1226 606 1165 817.00 2.70 302.59

Rata-Rata 2.87 285.98

4.5 1070.00 563 1084.00 817.00 2.30 355.22

4.5 1085.00 588 1095.00 817.00 1.50 544.67

4.5 1085.00 573 1095.00 817.00 2.10 389.05

Rata – Rata 1.967 429.64

5.0 1095.00 563 1087.00 817.00 2.80 291.79

5.0 1096.00 557 1092.00 817.00 1.50 544.67

5.0 1094.00 549 1082.00 817.00 3.20 255.31

Rata – Rata 183.211 363.92

KELOMPOK III Page 87


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
5.5 1085.00 656 1140.00 817.00 2.80 291.79

5.5 1075.00 642 1135.00 817.00 1.50 544.67

5.5 1096.00 638 1135.00 817.00 3.20 255.31

Rata – Rata 2.500 363.92

6.0 1073.00 556 1083.00 817.00 2.00 408.50

6.0 1088.00 567 1092.00 817.00 1.00 817.00

6.0 1095.00 573 1101.00 817.00 2.00 408.50

Rata – Rata 1.667 544.67

6.5 1070.00 617 1180.00 817.00 4.20 194.52

6.5 1075.00 620 1160.00 817.00 2.40 340.42

6.5 1080.00 617 1174.00 817.00 3.30 247.58

Rata – Rata 3.300 260.84

7 1075.00 566 1070 817.00 3.00 272.33

7 1077.00 569 1070 817.00 4.00 204.25

7 1084.00 574 1080 817.00 3.00 272.33

Rata – Rata 3.333 249.64

KELOMPOK III Page 88


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

6.9 Analisa Data


Perhitungan berat jenis gabungan agregat dan penyerapan agregat

 Berat Jenis Agregat


Tabel 6.4 Berat jenis gabungan dan penyerapan agregat

Bulk Bulk
Berat Jenis Agregat (Dry) (SSD) Apparent Absorbsi
A B C D
Chipping ( 43% ) 1.306 1.502 1.623 0.149
Pasir ( 29% ) 1.231 1.429 1.534 0.160
Debu Batu ( 28% ) 1.306 1.502 1.623 0.149
Berat Jenis Aspal = 1,045

Berat Jenis Gabungan Agregat


Berat jenis campuran kering
Total Persen Agregat
=
% Cp % Ps % DB
+ +
BJdry Cp BJdry Ps BJdry DB
100
=
43% 29% 28%
+ +
1.306 1.231 1.306
= 1.284

Berat jenis campuran semu


Total Persen Agregat
=
% Cp % Ps % DB
+ +
BJSemu Cp BJSemu Ps BJSemu DB
100
=
43% 29% 28%
+ +
1.623 1.534 1.623
= 1.596

Berat jenis campuran effektif


Bj Campuran Kering + BJ Campuran Semu
=
2
1.2837 + 1.596
=
2
= 1.440

KELOMPOK III Page 89


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Penyerapan
Bj camp. eff - Bj camp. dry
= x Bj Aspal x 100%
Bj camp. eff x Bj camp. dry
1.440 - 1.284
= x 1.065 x 100%
1.440 x 1.284
= 1.970 %

6.10 Kesimpulan
Dari grafik sifat –sifat marshall dan diagram penentuan kadar aspal
optimum didapat kadar aspal 6.35 %.

KELOMPOK III Page 90

Anda mungkin juga menyukai