1. Tujuan
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Mix Design ini dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Agar mahasiswa mampu memahani prosedur Mix Design campuran aspal
dengan baik dan benar.
b. Agar mahasiswa mampu menggunakan alat Marshall dengan baik dan
benar.
c. Agar mahasiswa mampu menentukan proporsi campuran aspal yang tepat
yaitu proporsi agregat dan aspal.
1.2 Tujuan Mix Design (Rancangan Campuran Beraspal)
Adapun tujuan dari Mix Design adalah sebagai berikut:
a. Menentukan proporsi antara agregat dan aspal yang memenuhi spesifikasi.
b. Mengetahui batas kadar aspal yang memenuhi spesifikasi.
2 Terminologi
a Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b Flow/Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai
batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
c VIM (Voids in Mixture/Rongga di dalam Campuran)
Volume rongga yang berisi udara di dalam campuran aspal setelah dipadatkan,
dinyatakan dalam % volume.
d VMA (Voids in Mineral Aggregate/Rongga di dalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat di antara butir-butir agregat dari suatu campuran aspal
yang telah dipadatkan, termasuk di dalamnya adalah rongga udara dan rongga yang
terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.
e VFB (Voids Filled with Bitumen/Rongga terisi Aspal)
Bagian dari volume rongga di dalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif,
dinyatakan dalam % VMA.
f Aspal Efektif
Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang hilang
karena penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.
3. Teori Dasar
1.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling
umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih
dikenal dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA).
Perbedaan mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat
pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus
(continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan agregat
bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan
agregat diantaranya :
a. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat
diperoleh dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun
dengan menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
b. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak
pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang
pada daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat
beban lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu.
Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan cara meninggikan
kadar aspal dalam campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan
juga dengan menggunakan agregat bergradasi terbuka (open graded).
c. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu
lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan
perubahan sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat
ditingkatkan dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air,
yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense
graded) dan kadar aspal yang tinggi.
d. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini
dapat tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan
pemadatan cukup rendah.
e. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.
4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62
cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
3. Alat untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
Gambar 7. Timbangan
(Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2018)
8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC dan
100oC dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
9. Perlengkapan lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
b. Sendok pengaduk dan spatula.
c. Kompor dan pemanas (hot plate).
d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah
Tabel 1. Tingkat Kekentalan (Viskositas) Aspal Untuk Aspal Padat dan Aspal Cair
dengan tinggi jatuh 457,2 mm. Selama pemadatan harus diperhatikan agar
kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
6. Melepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
7. Menumbuk dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai terhadap
permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
8. Melepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini.
9. Mengeluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji di atas permukaan
yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
10. Mendinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang
lebih cepat.
4.5 Prosedur Pengujian
1. Pengujian Berat Jenis Campuran (ASTM D 2726-73)
a. Menimbang benda uji kering sehingga didapat berat benda uji
kering.
b. Merendam benda uji didalam bak perendam pada 25oC selama 3
sampai 5 menit dan timbang didalam air, akan didapat berat benda
uji di dalam air.
c. Mengeringkan permukaan benda uji dengan lap kering kemudian
ditimbang, akan didapat berat kering permukaan jenuh (ssd).
d. Mencatat hasil pengujian pada formulir yang telah disediakan dan
hitung berat jenis campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.
Fraksi 3/4
Fraksi 3/8
Fraksi Pasir
Gambar 15. Proses Pengeluaran Sampel Briket Dari Cetakan Menggunakan Dongkrak
(Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2018)
Gambar 16. Proses Pengukuran Tebal Dan Diameter Sampel Briket
(Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2018)
Gambar 19. Sampel Briket Ditimbang Dalam Keadaan Kering Permukaan (SSD)
(Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2018)
Gambar 20. Proses Perendaman Sampel Briket didalam Bak Air
(Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2018)
Min. 3
Rongga dalam campuran (VIM) (%)
Maks. 5
Rongga antara agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (VFB) (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Min. 2 3
Pelelehan (flow) (mm)
Maks. 4 6
Marshall Quotient (MQ) (kg/mm) Min. 250 300
Tabel 10. Data hasil uji volumetrik dan uji marshall campuran pada berbagai variasi
kadar aspal
Kadar aspal (%) 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 Spesifikasi
3
Kepadatan (gr/cm ) 2,24 2,27 2,28 2,27 2,26 2,26
VIM (%) 7,52 5,99 4,82 4,44 4,12 3,49 3-5%
VMA (%) 17,52 17,20 17,22 17,92 18,67 19,15 Min 15
VFB (%) 57,10 65,19 72,29 75,32 77,93 81,77 Min 65
Stabilitas (kg) 1103,58 1131,26 1259,68 1091,33 1050,03 1046,40 Min 800 kg
Flow (mm) 3,32 3,55 3,55 3,75 3,62 3,97 2-4
MQ (kg/mm) 333,60 318,43 355,36 291,57 290,06 263,58 Min 250
5.4 Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)
Berdasarkan data pada Tabel 10, maka digambarkan grafik-grafik hubungan antara
kadar aspal dan karakteristik campuran seperti berikut :
Kepadatan (gr/cm3)
y = -0.0135x2 + 0.1587x + 1.8076
R² = 0.8016
2.20
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
Kadar aspal (%)
6
5
4
3
2
1
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VIM dan kadar aspal
y = -8,592ln(x) + 19,995
-8,592ln(x) + 19,995 = 5
-8,592ln(x) + 14,995 = 0
Dengan cara coba-coba di ms. Excel diperoleh :
-8,592ln(x) + 19,995 = 3
-8,592ln(x) + 16,995 = 0
19.00
18.00
VMA (%)
17.00
14.00
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
80
75
VFB (%)
70
65
60
y = 53.93ln(x) - 22.125
55 R² = 0.9694
50
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
y = 53,93ln(x) - 22,125
53,93ln(x) - 22,125 = 65
53,93ln(x) - 87,125 = 0
1100.00
700.00
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
4.00
3.50
Flow (mm)
3.00 y = 2.5937e0.058x
2.50 R² = 0.8054
2.00
1.50
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
350
MQ (kg/mm)
300
250
150
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
Berdasarkan Bar Chart di atas dapat ditentukan rentang nilai Kadar Aspal
Optimum (KAO) campuran yang memenuhi spesifikasi berada pada kisaran nilai
5,727 % − 7,00 %
5,534 % - 7,00 % dengan nilai rata-rata yaitu = 6,36%
2
1. Proporsi tiap fraksi terhadap agregat sebagai berikut :
- Agregat 3/4" = 10 %
- Agregat 3/8" = 35 %
- Pasir =5%
- Abu Batu = 50 %
- Total = 100 %
2. Proporsi tiap fraksi terhadap campuran sebagai berikut :
- Aspal =5%
- Agregat 3/4" = 10% x (100% - 4,5%) = 9,55%
- Agregat 3/8" = 35% x (100% - 4,5%) = 33,4%
- Pasir = 5% x (100% - 4,5%) = 4,8%
- Abu Batu = 50% x (100% - 4,5%) = 47,8 %
Total = 100 %
6. Pembahasan
Kurva untuk kepadatan campuran naik hingga mencapai suatu nilai maksimum 2,28
gr/cm3 , kemudian turun kembali seiring dengan bertambahnya kadar aspal
Gambar 14 lengkungan kurva terbuka ke bawah.
Kandungan rongga dalam campuran (VIM) akan menurun dengan bertambahnya
kadar aspal mulai dari 4,5% sampai pada kadar aspal 5.727% terjadi penurunan
maksimum. Setelah itu nilai (VIM) akan terus bertambah seiring bertambahnya
kadar aspal.
Kandungan rongga dalam agregat (VMA) akan turun ke suatu nilai minimum
17,2% ketika kadar aspal berada pada nilai 5,0% , kemudian akan naik lagi sesuai
dengan pertambahan kadar aspal, karena VMA terisi oleh aspal.
Rongga yang terisi aspal (VFB) akan naik ke nilai maksimum 81,77% naik ketika
kadar aspal berada pada nilai 7,00%. Setelah itu nilai (VFB) akan bertambah
dengan bertambahnya kadar aspal.
Nilai Stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal dan akan mencapai
puncaknya pada kadar aspal 5,5% dengan nilai stabilitas 1259,68 kg . Setelah itu,
pertambahan kadar aspal akan menurunkan nilai stabilitasnya.
Nilai Flow akan naik seiring dengan bertambahnya kadar aspal dan mencapai nilai
maksimum pada kadar aspal 7% dengan nilai flow 3,97 mm. Setelah itu,
pertambahan kadar aspal akan menurunkan nilai flownya.
Nilai stabilitas dengan flow akan mempengaruhi nilai MQ. Perbandingan nilai
stabilitas yang tinggi dengan flow yang rendah menandakan bahwa campuran
tersebut kaku. Dari hasil yang didapatkan, nilai minimum MQ terdapat pada kadar
aspal 7,0% dengan nilai MQ 263,58 kg/mm.
Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
5,727 % hingga 7,00 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,36 %.
19.00
18.00
VMA (%)
14.00
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1. Pada waktu memanaskan dan mencampur aspal jangan terlalu panas atau suhu
terlalu tinggi karena kandungan aspal dapat berkurang sehingga dapat
berpengaruh pada kelekatan agregatnya.
2. Pada waktu penumbukkan sebaiknya menurunkan suhu campuran aspal setelah
dipanaskan agar saat menumbuk campuran dapat saling mengikat atau
mempermudah dalam proses pemadatan.
3. Suhu jangan terlalu dingin sebelum penumbukkan karena kekakuan bitumen
menjadi besar sehingga sulit untuk dipadatkan atau sulit menyatu.