MIX - 11
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT
. Tujuan
.1 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Mix Design ini dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Agar mahasiswa mampu memahami prosedur Mix Design campuran aspal
dengan baik dan benar.
b. Agar mahasiswa mampu menggunakan alat Marshall dengan baik dan benar.
c. Agar mahasiswa mampu menentukan proporsi campuran aspal yang tepat
yaitu proporsi agregat dan aspal.
.2 Tujuan Mix Design (Rancangan Campuran Beraspal)
Adapun tujuan dari Mix Design adalah sebagai berikut:
a. Menentukan proporsi antara agregat dan aspal yang memenuhi spesifikasi.
b. Mengetahui batas kadar aspal yang memenuhi spesifikasi.
2 Terminologi
a Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b Flow/Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai batas
runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
f Aspal Efektif
Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang hilang karena
penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.
. Teori Dasar
1.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling
umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih dikenal
dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan
mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat
pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus
(continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan agregat
bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan
agregat diantaranya :
a. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh
dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun dengan
menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
b. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak pada
campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang pada
daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat beban
lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu. Fleksibilitas
suatu campuran dapat diperoleh dengan cara meninggikan kadar aspal dalam
campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan juga dengan
menggunakan agregat bergradasi terbuka (open graded).
c. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu
lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan perubahan
sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat ditingkatkan
dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air, yang dapat
diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense graded) dan kadar
aspal yang tinggi.
d. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini dapat
tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan pemadatan
cukup rendah.
e. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.
.3 Teori Rongga
Jenis-jenis rongga didalam suatu campuran aspal dan agregat dibedakan
menjadi VIM (rongga didalam campuran), VMA (rongga didalam agregat), dan
VFA (rongga terisi aspal). Perbedaan dari ketiga jenis rongga tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1
pada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana
(dapat dilihat pada Kriteria Perencanaan).
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi
dan berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah
semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.
.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
Penumbuk
Pemegang Cetakan
Landasan Pemadat
3. Alat untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
5. Hot Plate, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi
sampai 370oC .
6. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 – 60o
C ( 1oC).
ketelitian 1 gram.
9. Perlengkapan lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
b. Sendok pengaduk dan spatula.
c. Kompor dan pemanas (hot plate).
d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah
Tabel 1. Tingkat Kekentalan (Viskositas) Aspal Untuk Aspal Padat dan Aspal Cair
.3 Proses pencampuran
a. Menyiapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5
mm 1,27 mm.
b. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan
dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk memperoleh
berat agregat yang diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat satu
benda uji adalah dengan mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat
agregat.
c. Memanaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan
sampai 14oC di atas suhu pencampuran.
d. Menuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1
di atas sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan
tersebut, kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai keteentuan
sampai agregat terselimuti aspal secara merata.
Gambar 12. Grafik Hubungan Antara Viskositas dan Temperatur untuk Penentuan
Suhu Pemadatan dan Suhu Pencampuran
.4 Proses pemadatan
1. Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 - 148,9
o
C.
2. Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang
cetakan.
3. Meletakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
4. Memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali
keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.
5. Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
- 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
dengan tinggi jatuh 457,2 mm. Selama pemadatan harus diperhatikan agar
kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
6. Melepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
7. Menumbuk dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai terhadap
permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
8. Melepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini.
9. Mengeluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji di atas permukaan
yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
10. Mendinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang
lebih cepat.
.5 Prosedur Pengujian
1. Pengujian Berat Jenis Campuran (ASTM D 2726-73)
a. Menimbang benda uji kering sehingga didapat berat benda uji kering.
b. Merendam benda uji didalam bak perendam pada 25oC selama 3
sampai 5 menit dan timbang didalam air, akan didapat berat benda uji
di dalam air.
c. Mengeringkan permukaan benda uji dengan lap kering kemudian
ditimbang, akan didapat berat kering permukaan jenuh (ssd).
d. Mencatat hasil pengujian pada formulir yang telah disediakan dan
hitung berat jenis campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.
bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari
bak perendaman atau oven sampai tercapainya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
c. Memasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan
keseluruhannya dalam mesin penguji.
d. Memasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di
atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk
pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dpegang
teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
e. Menaikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
f. Mengatur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.
g. Memberikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap
sekitar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai,
atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji
tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas (stability) yang
dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan faktor perkalian
yang bersangkutan dari Tabel 2 bila benda uji tebalnya kurang atau
lebih besar dari 63,5 mm.
h. Mencatat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji
pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.
Gambar 16. Proses Memasukkan Campruran Aspal dan Agregat Ke Dalam Cetakan
Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021
Gambar 19. Proses Pengeluaran Sampel Briket Dari Cetakan Menggunakan Dongkrak
Gambar 23. Penimbangan Sampel Briket Dalam Keadaan Kering Permukaan Jenuh (SSD)
Gambar 26. Pengujian Stabilitas dan Flow Sampel Briket dengan Alat Marshall Digital
Min. 3
Rongga dalam campuran (VIM) (%)
Maks. 5
Rongga antara agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (VFB) (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Min. 2 3
Pelelehan (flow) (mm)
Maks. 4 6
Marshall Quotient (MQ) (kg/mm) Min. 250 300
Sumber :
Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0.00 0 0.00 100.00
1/2 " 12.70 1038.80 1038.80 47.34 52.66
3/8 " 9.52 695.40 1734.20 79.03 20.97
#4 4.760 434.60 2168.80 98.83 1.17
#8 2.38 4.60 2173.40 99.04 0.96
#16 1.160 1.10 2174.50 99.09 0.91
#30 0.590 0.40 2174.90 99.11 0.89
#50 0.279 0.70 2175.60 99.14 0.86
#100 0.150 4.50 2180.10 99.35 0.65
#200 0.074 5.70 2185.80 99.61 0.39
PAN 8.60 2194.40 100.00 0.00
% Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100 %
% Lolos
= 100% - % Tertahan
= 100 % - 98,83 %
= 1,17 %
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.100 0.00 0 0 100
1/2 " 12.700 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.520 2.50 2.50 0.26 99.74
#4 4.760 839.37 841.87 87.72 12.28
#8 2.380 95.05 936.92 97.62 2.38
#16 1.160 2.94 939.86 97.93 2.07
#30 0.590 1.30 941.16 98.06 1.94
#50 0.279 1.17 942.33 98.19 1.81
#100 0.150 5.87 948.20 98.80 1.20
#200 0.074 6.28 954.48 99.45 0.55
PAN 5.26 959.74 100.00 0.00
= 839,37 gr + 2,50 gr
= 841,87 gr
% Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100%
= 87,72 %
% Lolos
= 100% - % Tertahan
= 100% - 87,72 %
= 12,28 %
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.52 0.00 0.00 0.00 100.00
#4 4.760 4.60 4.60 0.21 99.79
#8 2.38 196.40 201.00 9.13 90.87
#16 1.160 783.00 984.00 44.72 55.28
#30 0.590 559.90 1543.90 70.16 29.84
#50 0.279 238.40 1782.30 80.99 19.01
#100 0.150 208.30 1990.60 90.46 9.54
#200 0.074 109.50 2100.10 95.43 4.57
PAN 100.50 2200.60 100.00 0.00
= 4,60 gr + 0,00 gr
= 4,60 gr
% Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100%
= 0,21 %
% Lolos
= 100% - % Tertahan
= 100% - 0,21 %
= 99,79 %
4. Gradasi Gabungan
Tabel 9. Gradasi Gabungan Campuran AC-WC
Berdasarkan persentase proporsi tiap agregat seperti di atas diperoleh gradasi campuran
seperti tergambar pada grafik berikut :
= ( 1,17 % × 17 % ) / 100%
= 0,20 %
= ( 12,28 % × 26 % ) / 100%
= 3,19 %
= 56,88 %
= 60,27 %
Kontrol
Fine Aggregate (FA) = Lolos saringan No. 8 – Lolos saringan No. 200
= 52,57% - 2,81%
= 45,49%
Filler = Lolos saringan No. 200
= 2,81 %
= 100%
= 83,28 %
Jumlah kandungan rongga udara dalam campuran (%) (k)
Sampel 1 = 100% – i – j
= 100% – 13,203% – 83,28%
= 3,517 %
% rongga antar campuran agregat, VMA (l)
Sampel 1 = 100% - j
= 100% – 83,28%
= 16,720%
% rongga terisi aspal, VFB (m)
Sampel 1 = 100% x (i / l)
= 100% x (13,203% / 16,720%)
= 78,97 %
% rongga udara dalam campuran, VIM (n)
Sampel 1 = 100% – (100 x g) / h
= 100 – (100 x 2,36) / 2,390
= 3,517 %
Untuk nilai hasil uji volumetrik dan uji marshall campuran pada berbagai variasi kadar
aspal dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Data hasil uji volumetrik dan uji marshall campuran pada berbagai variasi
kadar aspal
*
Kadar aspal (%) 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 Spesifikasi
Kepadatan 3 2.283 2.294 2.300 2.306 2.318 2.20
(gr/cm )
VIM (%) 6.424 5.317 4.439 3.517 2.366 3-5%
VMA (%) 16.23 16.26 16.51 16.72 16.74 Min 15
VFB (%) 60.415 67.307 73.111 78.967 85.869 Min 65
Stabilitas (kg) 966.00 1003.00 1119.00 1215.00 1226.00 Min 800 kg
Flow (mm) 3.140 3.640 3.970 3.940 4.300 2-4
MQ (kg/mm) 307.643 275.549 281.864 308.376 285.116 Min 250
2.700
Kepadatan (gr/cm3)
2.600
2.500
2.400
2.300
f(x) = 0 x² + 0.01 x + 2.23
2.200 R² = 0.98
2.100
4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5 5.7 5.9 6.1 6.3 6.5
Kadar aspal (%)
VFB (%)
80
f(x) = 0.02 x² + 12.29 x + 4.91
75
R² = 1
70
65
60
4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5 5.7 5.9 6.1 6.3 6.5
Kadar Aspal (%)
Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VIM dan kadar aspal
y=−12,77 ln ( x ) +28,43 4
Subtitusi nilai y = 5 ke persamaan kurva
-12,77ln(x) + 28,434 =5
-12,77ln(x) = -23,434
ln(x) = 1,835
x = e1,835
x = 6,265 % ≈ 6,3 % (termasuk dalam interval kadar aspal)
Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VFB dan kadar aspal
y=67,308 ln ( x )−49,893
Subtitusi nilai y = 65 ke persamaan kurva
67,308ln(x) - 49,893 = 65
67,308ln(x) = 114,893
ln(x) = 1,707
x = e1,707
x = 5,512 % ≈ 5,5 %
Flow (mm)
3.0
2.0
1.0
0.0
4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5 5.7 5.9 6.1 6.3 6.5
VMA
FLOW
STABILIT AS
VFB
VIM
KEPADAT AN
Berdasarkan Bar Chart di atas dapat ditentukan rentang nilai Kadar Aspal Optimum
(KAO) campuran yang memenuhi spesifikasi berada pada kisaran nilai 6,265% - 7%
6,265 %+7 %
dengan nilai rata-rata yaitu =6,63 % = 7,0%
2
1. Proporsi tiap fraksi terhadap agregat sebagai berikut :
- Agregat 3/4" = 10 %
- Agregat 3/8" = 35 %
- Pasir =5%
- Abu Batu = 50 %
- Total = 100 %
Keterangan :
KA(VMA) = 5,629%
= VMA Optimum
= Batas AtasVMA
Dengan menggunakan rumus turunan dapat dicari nilai VMA optimum yaitu:
dy
Dengan menggunakan rumus turunan =0 maka didapat nilai x = 5,629 %.
dx
Dari grafik hubungan antara VMA dan kadar aspal diatas, diperoleh nilai kadar aspal
yang membuat VMA minimum sebesar 5,629 %. Rentang kadar aspal dimana campuran
tidak kering dan tidak basah berada pada pada rentang kadar aspal 5,5 % sampai dengan
5,8 %. Sedangkan hasil dari Bar Chart Gambar 35 didapatkan nilai kadar aspal optimum
7,0 % yang berada pada daerah basah pada kurva VMA. Dimana pada keadaan akan
mengakibatkan campuran mudah mengalami bleeding dan deformasi plastis, sedangkan
pada daerah kering, akan mengakibatkan campuran mudah mengalami keretakan akibat
beban lalu lintas dan pengelupasan akibat pengaruh air dan temperatur lingkungan.
7. Pembahasan
Kurva untuk kepadatan campuran naik hingga mencapai suatu nilai maksimum 2,25
gr/cm3 , kemudian turun kembali seiring dengan bertambahnya kadar aspal Gambar
28 lengkungan kurva terbuka ke bawah.
Kandungan rongga dalam campuran (VIM) akan menurun dengan bertambahnya
kadar aspal mulai dari 4,5% sampai pada kadar aspal 7%
Kandungan rongga antar agregat (VMA) akan turun ke suatu nilai minimum 18,71%
ketika kadar aspal berada pada nilai 5,629%, kemudian akan naik lagi sesuai dengan
pertambahan kadar aspal, karena VMA terisi oleh aspal.
Rongga yang terisi aspal (VFB) akan naik dengan bertambahnya kadar aspal. Dari
hasil yang didapatkan, pada saat nilai VFB 65% nilai kadar aspal yang didapatkan
sebesar 5,5%
Nilai Stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal dan akan mencapai
puncaknya pada kadar aspal 7% dengan nilai stabilitas 1363,14 kg . Setelah itu,
pertambahan kadar aspal akan menurunkan nilai stabilitasnya.
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Flow diketahui bahwa nilai flow meningkat
seiring dengan bertambahnya kadar aspal mulai dari kadar aspal 4,5 % sampai dengan
7,0 %.
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan MQ diketahui bahwa nilai MQ meningkat
seiring bertambahnya kadar aspal dari 4,5 % sampai 7%.
Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
6,265 % hingga 7 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,63 %.
8.2 Saran
1. Pada saat memanaskan dan mencapur aspal jangan terlalu panas atau suhu terlalu
tinggi karena kandungan aspal dapat berkurang sehingga dapat berpengaruh pada
kelekatan agregatnya.