Anda di halaman 1dari 40

PRATIKUM JALAN RAYA

CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

MIX - 11
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT

. Tujuan
.1 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Mix Design ini dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Agar mahasiswa mampu memahami prosedur Mix Design campuran aspal
dengan baik dan benar.
b. Agar mahasiswa mampu menggunakan alat Marshall dengan baik dan benar.
c. Agar mahasiswa mampu menentukan proporsi campuran aspal yang tepat
yaitu proporsi agregat dan aspal.
.2 Tujuan Mix Design (Rancangan Campuran Beraspal)
Adapun tujuan dari Mix Design adalah sebagai berikut:
a. Menentukan proporsi antara agregat dan aspal yang memenuhi spesifikasi.
b. Mengetahui batas kadar aspal yang memenuhi spesifikasi.

2 Terminologi
a Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b Flow/Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai batas
runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.

c VIM (Voids in Mixture/Rongga di dalam Campuran)


Volume rongga yang berisi udara di dalam campuran aspal setelah dipadatkan,
dinyatakan dalam % volume.
d VMA (Voids in Mineral Aggregate/Rongga di dalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat di antara butir-butir agregat dari suatu campuran aspal
yang telah dipadatkan, termasuk di dalamnya adalah rongga udara dan rongga yang
terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.
e VFB (Voids Filled with Bitumen/Rongga terisi Aspal)
Bagian dari volume rongga di dalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif,
dinyatakan dalam % VMA.

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 1


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

f Aspal Efektif
Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang hilang karena
penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.

. Teori Dasar
1.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling
umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih dikenal
dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan
mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat
pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus
(continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan agregat
bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan
agregat diantaranya :
a. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh
dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun dengan
menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
b. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak pada
campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang pada
daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat beban
lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu. Fleksibilitas
suatu campuran dapat diperoleh dengan cara meninggikan kadar aspal dalam
campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan juga dengan
menggunakan agregat bergradasi terbuka (open graded).
c. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu
lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan perubahan
sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat ditingkatkan
dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air, yang dapat

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 2


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense graded) dan kadar
aspal yang tinggi.
d. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini dapat
tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan pemadatan
cukup rendah.
e. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.

Perencanaan suatu campuran agregat dan aspal terutama ditujukan agar


campuran tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut diatas. Tujuan
akhir dari perencanaan tersebut adalah menentukan suatu kadar aspal optimum
yang akan memberikan keseimbangan dari semua sifat campuran tersebut, karena
tidak ada satu kadar aspal pun yang akan dapat memaksimalkan semua sifat
campuran.

.2 Perencanaan Campuran Aspal dan Agregat


Ada bermacam-macam metoda perencanaan campuran, yang paling dikenal
adalah metoda Marshall dan metoda Hveem. Secara umum semua metoda itu
terdiri dari proses-proses :
1) persiapan benda uji
2) pemadatan
3) perhitungan rongga dan tes stabilitas dan kadar rongga
4) analisis
Persiapan benda uji terdiri dari penyiapan agregat dan aspal serta
pembuatan benda uji sesuai spek yang direncanakan.
Pemadatan benda uji dilakukan untuk mensimulasikan kepadatan campuran
tersebut di lapangan setelah beban lalu lintas tertentu. Metoda pemadatan yang
umum adalah :
a) Impact Compaction, yang digunakan pada metoda Marshall

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 3


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

b) Kneading Compation, yang digunakan pada metoda Hveem


c) Gyratory Compaction
Setelah pemadatan selesai, proses selanjutnya adalah pengujian berat jenis
benda uji untuk menghitung kandungan rongga didalam campuran dan kemudian
diikuti dengan pengujian stabilitas.
Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu adalah
tiga buah, agar hasil pengujian terjamin secara statistik. Umumnya kadar aspal
divariasikan dengan kenaikan 0,5% atau 1%. Banyaknya kadar aspal yang
divariasikan tergantung dari jenis campurannya, umumnya pada setiap pengujian
cukup dibuat lima kadar aspal.

.3 Teori Rongga
Jenis-jenis rongga didalam suatu campuran aspal dan agregat dibedakan
menjadi VIM (rongga didalam campuran), VMA (rongga didalam agregat), dan
VFA (rongga terisi aspal). Perbedaan dari ketiga jenis rongga tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Representasi Volume dalam Campuran Padat


Sumber : Buku Penuntun Praktikum
Vma : Volume rongga didalam agregat (VMA)
Vmb : Volume bulk dari campuran padat
Vmm : Volume campuran yang tidak berongga
Vfa : Volume rongga yang terisi aspal (VFB)

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 4


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Va : Volume rongga didalam campuran (VIM)


Vb : Volume aspal didalam campuran
Vba : Volume aspal yang terserap ke dalam agregat
Vsb : Volume agregat (untuk menghitung berat jenis bulk)
Vse : Volume agregat (untuk menghitung berat jenis efektif)
Modul perencanaan campuran aspal dan agregat ini akan terkait dengan
modul perhitungan berat jenis dan penyerapan untuk agregat serta modul
perhitungan berat jenis aspal.
. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan agregat
dengan menggunakan Metoda Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut ini

Gambar 2. Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian Campuran

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 5


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 3. Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian Campuran ( Lanjutan )

Prosedur perencanaan yang diterangkan disini adalah perencanaan campuran


dengan menggunakan Uji Marshall. Proses perencanaan dimulai dengan memilih
spesifikasi (spek) campuran tertentu. Dari spek ini akan diperoleh keterangan mengenai
komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang harus digunakan serta jenis aspal yang
boleh digunakan.
Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh
pemadatan. Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap
kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini
menggunakan Metoda Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 6


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

pada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana
(dapat dilihat pada Kriteria Perencanaan).
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi
dan berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah
semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.

.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.

Gambar 4. Cetakan Benda Uji


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

2. Alat penumbuk manual dengan :


a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32  20,32  45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran
30,48  30,48  2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat
bagian sudutnya.
c. Pemegang cetakan benda uji.

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 7


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Penumbuk

Pemegang Cetakan

Landasan Pemadat

Gambar 5. Alat Pemadat


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

3. Alat untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.

Gambar 6. Alat Untuk Mengeluarkan Benda Uji atau Dongkrak


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 8


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

4. Alat Marshall Digital lengkap

Gambar 7. Alat Marshall Digital


(Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

5. Hot Plate, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi
sampai 370oC .

Gambar 8. Hot Plate


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 9


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

6. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 – 60o
C ( 1oC).

Gambar 9. Bak Perendam (Water Bath)


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

7. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas


2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan

ketelitian 1 gram.

Gambar 10. Timbangan Digital


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 10


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC dan


100oC dengan ketelitian 1% dari kapasitas.

Gambar 11. Thermometer


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

9. Perlengkapan lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
b. Sendok pengaduk dan spatula.
c. Kompor dan pemanas (hot plate).
d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah

.2 Pembuatan Benda Uji


1. Mengeringkan agregat pada suhu 105° - 110°C minimum selama 4 jam,
dikeluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2. Memisah-misahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki (sesuai
spek) dengan cara penyaringan.
3. Memanaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viskositas) yang
disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan seperti
Tabel 1. Suhu pencampuran dan pemadatan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 11


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Tabel 1. Tingkat Kekentalan (Viskositas) Aspal Untuk Aspal Padat dan Aspal Cair

Suhu Pencampuran (C°) Suhu Pemadatan (C°)


Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik
170  20 170  20 C.ST 280  30 280  30 C.ST
Viscosimeter
Saybolt Furol DET. DET.
85  10 85  10 140  15 140  15
Viscometer S.F S.F

.3 Proses pencampuran
a. Menyiapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak  1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5
mm  1,27 mm.
b. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan
dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk memperoleh
berat agregat yang diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat satu
benda uji adalah dengan mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat
agregat.
c. Memanaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan
sampai 14oC di atas suhu pencampuran.
d. Menuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1
di atas sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan
tersebut, kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai keteentuan
sampai agregat terselimuti aspal secara merata.

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 12


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 12. Grafik Hubungan Antara Viskositas dan Temperatur untuk Penentuan
Suhu Pemadatan dan Suhu Pencampuran

.4 Proses pemadatan
1. Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 - 148,9
o
C.
2. Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang
cetakan.
3. Meletakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
4. Memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali
keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.
5. Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
- 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat

- 50 kali tumbukan untuk lalu lintas sedang

- 35 kali tumbukan untuk lalu lintas ringan

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 13


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

dengan tinggi jatuh 457,2 mm. Selama pemadatan harus diperhatikan agar
kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
6. Melepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
7. Menumbuk dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai terhadap
permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
8. Melepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini.
9. Mengeluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji di atas permukaan
yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
10. Mendinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang
lebih cepat.

.5 Prosedur Pengujian
1. Pengujian Berat Jenis Campuran (ASTM D 2726-73)
a. Menimbang benda uji kering sehingga didapat berat benda uji kering.
b. Merendam benda uji didalam bak perendam pada 25oC selama 3
sampai 5 menit dan timbang didalam air, akan didapat berat benda uji
di dalam air.
c. Mengeringkan permukaan benda uji dengan lap kering kemudian
ditimbang, akan didapat berat kering permukaan jenuh (ssd).
d. Mencatat hasil pengujian pada formulir yang telah disediakan dan
hitung berat jenis campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.

2. Pengujian Campuran Aspal Metoda Marshall (SNI 06-2489)


a. Merendam benda uji dalam bak perendam selama 30-40 menit
dengan suhu tetap 60oC (1oC) untuk benda uji yang menggunakan
aspal padat, untuk benda uji yang menggunakan aspal cair masukkan
benda uji ke dalam oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap
250 C ( 10C).
b. Mengeluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan
letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 14


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari
bak perendaman atau oven sampai tercapainya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
c. Memasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan
keseluruhannya dalam mesin penguji.
d. Memasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di
atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk
pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dpegang
teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
e. Menaikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
f. Mengatur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.
g. Memberikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap
sekitar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai,
atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji
tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas (stability) yang
dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan faktor perkalian
yang bersangkutan dari Tabel 2 bila benda uji tebalnya kurang atau
lebih besar dari 63,5 mm.
h. Mencatat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji
pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.

Gambar 13. Proses Penyiapan dan Penimbangan Agregat


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 15


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 14. Proses Pemanasan Agregat dan Aspal


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Gambar 15. Proses Pencampuran Aspal Dengan Agregat

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 16


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 16. Proses Memasukkan Campruran Aspal dan Agregat Ke Dalam Cetakan
Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

Gambar 17. Proses Pemadatan Campuran Agregat dan Aspal


Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2021

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 17


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 18. Pemberian Label Pada Sampel Briket

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Gambar 19. Proses Pengeluaran Sampel Briket Dari Cetakan Menggunakan Dongkrak

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 18


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 20. Proses Pengukuran Tebal Dan Diameter Sampel Briket

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Gambar 21. Penimbangan Sampel Briket Dalam Keadaan Kering Udara

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 19


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 22. Penimbangan Sampel Briket Dalam Keadaan Terendam Air

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Gambar 23. Penimbangan Sampel Briket Dalam Keadaan Kering Permukaan Jenuh (SSD)

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 20


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 24. Perendaman Sampel Briket didalam Bak Perendam

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Gambar 25. Pembungkusan Sampel Menggunakan Plastik

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 21


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Gambar 26. Pengujian Stabilitas dan Flow Sampel Briket dengan Alat Marshall Digital

Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2020

Tabel 2. Amplop Gradasi Campuran Aspal

% Berat yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran


Ukuran
Lataston (HRS)
Ayakan Latasir (SS) Laston (AC)
Gradasi Senjang Gradasi Semi Senjang
(mm)
Kelas A Kelas B WC Base WC Base WC BC Base
37,5 100
25 100 90 - 100
19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90
12,5 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 75 - 90 60 - 78
9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 77 - 90 66 - 82 52 - 71
4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54
2,36 75 - 100 50 - 72 35 - 55 50 - 62 32 - 44 33 - 53 30 - 49 23 - 41
1,18 21 - 40 18 - 38 13 - 30
0,6 35 - 60 15 - 35 20 - 45 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
0,3 15 - 35 5 - 35 9 - 22 7 - 20 6 - 15
0,15 6 - 15 5 - 13 4 - 10
0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 10 2-9 6 - 10 4-8 4-9 4 -8 3 -7

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 22


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Tabel 3. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston (AC)


Laston
Sifat-Sifat Campuran
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Jumlah tumbukan per bidang 75 112

Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm


Min. 1
dengan kadar aspal efektif

Min. 3
Rongga dalam campuran (VIM) (%)
Maks. 5
Rongga antara agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (VFB) (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Min. 2 3
Pelelehan (flow) (mm)
Maks. 4 6
Marshall Quotient (MQ) (kg/mm) Min. 250 300

Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah


o Min. 90
perendaman selama 24 jam, 60 C

Rongga dalam campuran (VIM) (%)


Min. 2
pada kepadatan membal (refusal)

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Tabel 4. Faktor Koreksi Stabilitas


Volume Tinggi Volume Tinggi
Faktor Faktor
Benda Uji, Benda Uji, Benda Uji, Benda Uji,
3 Koreksi 3 Koreksi
cm mm cm mm
200 - 213 25,4 5,56 421 - 431 52,4 1,39
214 - 225 27 5 432 - 443 54 1,32
226 - 237 28,6 4,55 444 - 456 55,6 1,25
238 - 250 30,2 4,17 457 - 470 57,2 1,19
251 - 264 31,8 3,85 471 - 482 58,7 1,14
265 - 276 33,3 3,57 483 - 495 60,3 1,09
277 - 289 34,9 3,33 496 - 508 61,9 1,04
290 - 301 36,5 3,03 509 - 522 63,5 1
302 - 316 38,1 2,78 523 - 535 65,1 0,96
317 - 328 39,7 2,5 536 - 546 66,7 0,93
329 - 340 41,3 2,27 547 - 559 68,3 0,89
341 - 353 42,9 2,08 560 - 573 69,8 0,86
354 - 367 44,4 1,92 574 - 585 71,4 0,83
368 - 379 46 1,79 586 - 598 73 0,81
380 - 392 47,6 1,67 599 - 610 74,6 0,78
393 - 405 49,2 1,56
611 - 625 76,2 0,76
406 - 420 50,8 1,47

Sumber :
Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 23


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

. Perhitungan dan Pelaporan


.1 Rancangan Gradasi Campuran Yang Dihasilkan
a. Analisa Saringan
Dari data hasil analisa saringan maka dapat dihitung persen lolos masing-masing
fraksi agregat sebagai berikut:

1. Fraksi Agregat 3/4"


Tabel 5. Gradasi Fraksi Agregat 3/4"

Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0.00 0 0.00 100.00
1/2 " 12.70 1038.80 1038.80 47.34 52.66
3/8 " 9.52 695.40 1734.20 79.03 20.97
#4 4.760 434.60 2168.80 98.83 1.17
#8 2.38 4.60 2173.40 99.04 0.96
#16 1.160 1.10 2174.50 99.09 0.91
#30 0.590 0.40 2174.90 99.11 0.89
#50 0.279 0.70 2175.60 99.14 0.86
#100 0.150 4.50 2180.10 99.35 0.65
#200 0.074 5.70 2185.80 99.61 0.39
PAN 8.60 2194.40 100.00 0.00

Contoh perhitungan untuk saringan No. 4:

 Pada saringan No. 4 berat tertahan = 434,60 gr


 Kumulatif Tertahan
= berat tertahan + kumulatif tertahan sebelumnya

= 434,60 gr + 1734,20 gr = 2168,80 gr

 % Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100 %

= 2168,80 gr / 2194,40 gr × 100% = 98,83 %

 % Lolos
= 100% - % Tertahan

= 100 % - 98,83 %

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 24


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

= 1,17 %

2. Fraksi Agregat 3/8"


Tabel 6. Gradasi Fraksi Agregat 3/8"

Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.100 0.00 0 0 100
1/2 " 12.700 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.520 2.50 2.50 0.26 99.74
#4 4.760 839.37 841.87 87.72 12.28
#8 2.380 95.05 936.92 97.62 2.38
#16 1.160 2.94 939.86 97.93 2.07
#30 0.590 1.30 941.16 98.06 1.94
#50 0.279 1.17 942.33 98.19 1.81
#100 0.150 5.87 948.20 98.80 1.20
#200 0.074 6.28 954.48 99.45 0.55
PAN 5.26 959.74 100.00 0.00

Contoh perhitungan untuk saringan No. 4:

 Pada saringan No. 4 berat tertahan = 839,37 gr


 Kumulatif Tertahan
= berat tertahan + kumulatif tertahan sebelumnya

= 839,37 gr + 2,50 gr

= 841,87 gr

 % Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100%

= 841,87 gr / 959,74 gr × 100%

= 87,72 %

 % Lolos
= 100% - % Tertahan

= 100% - 87,72 %

= 12,28 %

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 25


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

3. Fraksi Agregat Halus (Abu Batu)


Tabel 7. Gradasi Fraksi Agregat Halus (Abu Batu)

Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.52 0.00 0.00 0.00 100.00
#4 4.760 4.60 4.60 0.21 99.79
#8 2.38 196.40 201.00 9.13 90.87
#16 1.160 783.00 984.00 44.72 55.28
#30 0.590 559.90 1543.90 70.16 29.84
#50 0.279 238.40 1782.30 80.99 19.01
#100 0.150 208.30 1990.60 90.46 9.54
#200 0.074 109.50 2100.10 95.43 4.57
PAN 100.50 2200.60 100.00 0.00

Contoh perhitungan untuk saringan No. 4 :

 Pada saringan No. 4 Berat tertahan = 4,60 gr


 Kumulatif Tertahan
= berat tertahan + kumulatif tertahan sebelumnya

= 4,60 gr + 0,00 gr

= 4,60 gr

 % Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100%

= 4,60 gr / 2200,60 gr × 100%

= 0,21 %

 % Lolos
= 100% - % Tertahan

= 100% - 0,21 %

= 99,79 %

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 26


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

4. Gradasi Gabungan
Tabel 9. Gradasi Gabungan Campuran AC-WC

Bukaan Fraksi 3/4" Fraksi 3/8" Abu Batu Gradasi


Sieve No.
(mm)
Spesifikasi
% lolos 17% % lolos 26% % lolos 57% Gabungan
3/4 " 19.0 100 17 100 26.00 100.00 57.00 100.00 100
1/2 " 12.50 52.66 8.95 100.00 26.00 100.00 57.00 91.95 90-100
3/8 " 9.50 20.97 3.57 99.74 25.93 100.00 57.00 86.50 77-90
#4 4.750 1.17 0.20 12.28 3.19 99.79 56.88 60.27 53-69
#8 2.36 0.96 0.16 2.38 0.62 90.87 51.79 52.57 33-53
#16 1.180 0.91 0.15 2.07 0.54 55.28 31.51 32.21 21-40
#30 0.600 0.89 0.15 1.94 0.50 29.84 17.01 17.66 14-30
#50 0.300 0.86 0.15 1.81 0.47 19.01 10.83 11.45 9-22
#100 0.150 0.65 0.11 1.20 0.31 9.54 5.44 5.86 6-15
#200 0.075 0.39 0.07 0.55 0.14 4.57 2.60 2.81 4-9
PAN - 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -

Berdasarkan persentase proporsi tiap agregat seperti di atas diperoleh gradasi campuran
seperti tergambar pada grafik berikut :

Gambar 27. Grafik Gradasi Gabungan Campuran AC-WC

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 27


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Contoh Perhitungan untuk saringan No. 4:

 Fraksi 3/4” dengan komposisi campuran 17%


= ( % lolos saringan No.4 × 17% ) / 100%

= ( 1,17 % × 17 % ) / 100%

= 0,20 %

 Fraksi 3/8” dengan komposisi campuran 26%


= ( % lolos saringan No.4 × 26% ) / 100%

= ( 12,28 % × 26 % ) / 100%

= 3,19 %

 Abu Batu Dengan Komposisi campuran 57 %


= ( % lolos saringan No.4 × 57% ) / 100%

= ( 99,79% × 57% ) / 100%

= 56,88 %

 Gradasi gabungan untuk saringan no. 4


= 0,20 % + 3,19% + 56,88 %

= 60,27 %

Kontrol

53% ≤ 60,27% ≤ 69% (Memenuhi Spesifikasi)

 Hasil proporsi fraksi agregat dalam campuran :


 Agregat Kasar :
a) Fraksi Agregat 3/4 = 17%

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 28


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

b) Fraksi Agregat 3/8 = 26%


 Agregat Halus :
a) Abu Batu = 57%
 Menghitung Perkiraan Kadar Aspal :
Course Aggregate (CA) = 100% - (Lolos saringan No. 8)
= 100% - 52,57%
= 47,43%

Fine Aggregate (FA) = Lolos saringan No. 8 – Lolos saringan No. 200
= 52,57% - 2,81%
= 45,49%
Filler = Lolos saringan No. 200
= 2,81 %

Total = Course Aggregate + Fine Aggregate + Filler


= 48,88% + 45,49% + 5,63%

= 100%

pKAO = 0,035(% CA) + 0,045(% FA) + 0,18 (%Filler) + Konstanta


Diketahui:
pKAO : Kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran.
CA : Persen agregat tertahan saringan No.8.
FA : Persen agregat lolos saringan No.8 dan tertahan saringan No.200.
Filler : Persen agregat lolos No.200.
Konstanta : 0,5 – 1,0 untuk Asphalt Concrete, diambil 1,0. Dianggap penyerapan
agregat terhadap aspal lebih banyak.
Sehingga :
= 0,035 (48,88%) + 0,045 (45,49%) + 0,18 (5,63%) + 1,0
= 4,23% ≈ 4,50%
.2 Contoh Perhitungan Hasil Uji Volumetrik Campuran
Contoh perhitungan untuk Sampel No. 1

 Berat jenis aspal = 1,048

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 29


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

 Berat jenis agregat = 2,603


 % aspal terhadap campuran untuk Sampel 1(b) = 6,0 %
 % aspal terhadap agregat (a) = ( b / (100 % - b ) ) x 100 %
= ( 6,0% / (100% - 6,0 )) x 100 %
= 6,38 %
 Berat kering udara Benda Uji (c)
Sampel 1 = 1233,1 gram
 Berat kering permukaan Benda Uji (d)
Sampel 1 = 1236,7 gram
 Berat dalam air Benda Uji (e)
Sampel 1 = 702,0 gram
 Volume Benda Uji (f)
Sampel 1 =d–e
= 1236,7 gram – 702,0 gram
= 534,7 gram = 534,7 cm³
 Berat isi Benda Uji (g)
Sampel 1 =c/f
= 1233,1 gram / 534,7 cm³
= 2,306 gram/cm3
 Berat jenis maks. Teoritis Campuran (h)
= 100% / ((100% – b)/ bj agregat + b / bj aspal)
= 100% / (((100% – 6,0%) / 2,603) + (4,5% / 1,048))
= 2,390

 % volume aspal dalam campuran (i)


Sampel 1 = (b x g) / bj aspal
= (6,0 x 2,306) / 1,048
= 13,203 %

 % volume agregat dalam campuran (j)


Sampel 1 = (100 – b) g / bj agregat
= (100 – 6,0) * 2,306/ 2,603

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 30


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

= 83,28 %
 Jumlah kandungan rongga udara dalam campuran (%) (k)
Sampel 1 = 100% – i – j
= 100% – 13,203% – 83,28%
= 3,517 %
 % rongga antar campuran agregat, VMA (l)
Sampel 1 = 100% - j
= 100% – 83,28%
= 16,720%
 % rongga terisi aspal, VFB (m)
Sampel 1 = 100% x (i / l)
= 100% x (13,203% / 16,720%)
= 78,97 %
 % rongga udara dalam campuran, VIM (n)
Sampel 1 = 100% – (100 x g) / h
= 100 – (100 x 2,36) / 2,390
= 3,517 %

.3 Hasil Uji Marshall Campuran


Untuk Sampel 1 Didapatkan hasil pengukuran benda uji:
- Diameter = 10,2 cm
- Tinggi benda uji = 6,35 cm
- Volume = (1/4 π) x D² x T
= (1/4 . π) x 10,2 cm ² x 6,35 cm
= 518,613 cm3 (Dari Tabel 4. diperoleh Faktor
Koreksi Stabilitas = 1,00)
 Pembacaan arloji stabilitas (o)
Sampel 1 = 9,9 kN

 Stabilitas Terkoreksi dalam satuan kg (p)


1000
1 kN = =101,971kg
9,81 m/s 2

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 31


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Sampel 1 = o x Konversi Satuan


= 9,9 x 101,971 kg
= 1009,52 Kg
 Stabilitas (q)
Sampel 1 = p x Faktor koreksi
= 1009,52 x 0,89
= 898,47 kg
 Kelelehan, Flow (r)
Sampel 1 = 3,00 mm
 Marshall Quetient, MQ (s)
Sampel 1 = q/r
= 898,47 Kg / 3,00mm
= 299,49 Kg/mm

Untuk nilai hasil uji volumetrik dan uji marshall campuran pada berbagai variasi kadar
aspal dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Data hasil uji volumetrik dan uji marshall campuran pada berbagai variasi
kadar aspal

*
Kadar aspal (%) 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 Spesifikasi
Kepadatan 3 2.283 2.294 2.300 2.306 2.318 2.20
(gr/cm )
VIM (%) 6.424 5.317 4.439 3.517 2.366 3-5%
VMA (%) 16.23 16.26 16.51 16.72 16.74 Min 15
VFB (%) 60.415 67.307 73.111 78.967 85.869 Min 65
Stabilitas (kg) 966.00 1003.00 1119.00 1215.00 1226.00 Min 800 kg
Flow (mm) 3.140 3.640 3.970 3.940 4.300 2-4
MQ (kg/mm) 307.643 275.549 281.864 308.376 285.116 Min 250

.4 Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)


Berdasarkan data pada Tabel 10, maka digambarkan grafik-grafik hubungan antara
kadar aspal dan karakteristik campuran seperti berikut :

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 32


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Kadar aspal vs kepadatan


2.800

2.700

Kepadatan (gr/cm3)
2.600

2.500

2.400

2.300
f(x) = 0 x² + 0.01 x + 2.23
2.200 R² = 0.98
2.100
4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5 5.7 5.9 6.1 6.3 6.5
Kadar aspal (%)

Gambar 28. Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dan Kepadatan

Berdasarkan persamaan kurva di atas, dapat dicari Kepadatan Maksimum yaitu:

Diketahui persamaan garis adalah y = -0,0096x2 + 0,1314x + 1,8025


dy
Dengan menggunakan rumus turunan =0
dx
f(x) = -0,0096x2 + 0,1314x + 1,8025
f’(x) = -0,0192x + 0,1314 = 0
-0,0192x = -0,1314
x = -0,1314 / -0,0192
x = 6,844 %
ymax = -0,0096(6,844)2 + 0,1314(6,844) + 1,8025 = 2,25 gr/cm3

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 33


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Kadar Aspal vs VFB


100
95
90
85

VFB (%)
80
f(x) = 0.02 x² + 12.29 x + 4.91
75
R² = 1
70
65
60
4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5 5.7 5.9 6.1 6.3 6.5
Kadar Aspal (%)

Gambar 29. Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dan VIM

Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VIM dan kadar aspal

y=−12,77 ln ( x ) +28,43 4
 Subtitusi nilai y = 5 ke persamaan kurva
-12,77ln(x) + 28,434 =5
-12,77ln(x) = -23,434
ln(x) = 1,835
x = e1,835
x = 6,265 % ≈ 6,3 % (termasuk dalam interval kadar aspal)

Gambar 30. Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dan VMA

Berdasarkan persamaan kurva di atas, dapat dicari VMA Minimum yaitu:

Diketahui persamaan garis adalah y = 0,3571x2 – 4,0189x + 30,02


dy
Dengan menggunakan rumus turunan =0
dx

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 34


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

f(x) = 0,3571x2 – 4,0189x + 30,02


f’(x) = 0,7142x – 4,0189 = 0
0,7142x = 4,0189
x = 4,0189 / 0,7142
x = 5,627 % ≈ 5,65 %

Gambar 31. Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dan VFB

Berdasarkan persamaan dari grafik hubungan antara VFB dan kadar aspal

y=67,308 ln ( x )−49,893
 Subtitusi nilai y = 65 ke persamaan kurva
67,308ln(x) - 49,893 = 65
67,308ln(x) = 114,893
ln(x) = 1,707
x = e1,707
x = 5,512 % ≈ 5,5 %

Gambar 32. Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dan Stabilitas

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 35


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Kadar Aspal vs Flow


5.0

4.0 f(x) = − 0.18 x² + 2.54 x − 4.52


R² = 0.94

Flow (mm)
3.0

2.0

1.0

0.0
4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5 5.7 5.9 6.1 6.3 6.5

Kadar Aspal (%)

Gambar 33. Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dan Flow

Gambar 34. Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dan MQ

Berdasarkan grafik pada Gambar 28 – Gambar 34 seperti di atas dan dengan


memperhatikan spesifikasi yang ada, maka digambarkan Bar Chart seperti pada
Gambar 35.

VMA

FLOW

STABILIT AS

VFB

VIM

KEPADAT AN

4.5 5 5.5 6 6.5

Gambar 35. Bar Chart untuk menentukan KAO campuran

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 36


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Berdasarkan Bar Chart di atas dapat ditentukan rentang nilai Kadar Aspal Optimum
(KAO) campuran yang memenuhi spesifikasi berada pada kisaran nilai 6,265% - 7%

6,265 %+7 %
dengan nilai rata-rata yaitu =6,63 % = 7,0%
2
1. Proporsi tiap fraksi terhadap agregat sebagai berikut :
- Agregat 3/4" = 10 %
- Agregat 3/8" = 35 %
- Pasir =5%
- Abu Batu = 50 %
- Total = 100 %

2. Proporsi tiap fraksi terhadap campuran sebagai berikut :


- Aspal =7%
- Agregat 3/4" = 10% x (100% - 7%) = 9,3%
- Agregat 3/8" = 35% x (100% - 7%) = 32.55%
- Pasir = 5% x (100% - 7%) = 4,65%
- Abu Batu = 50% x (100% - 7%) = 46,5 %
Total = 100 %

6. Evaluasi KAO Terhadap Kurva VMA


Berdasarkan Gambar 29, grafik hubungan antara VMA dan Kadar Aspal adalah sebagai
berikut :

Keterangan :

KA(VMA) = 5,629%
= VMA Optimum

= Batas AtasVMA

= Batas Bawah VMA

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 37


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

Dengan menggunakan rumus turunan dapat dicari nilai VMA optimum yaitu:

f(x) = 0,357x2 – 4,0189x + 30,02


f’(x) = 0,714x – 4,0189 = 0
0,714x = 4,0189
x = 4,0189 / 0.714
x = 5,629 % ≈ 5,65%
ymin= 0,357(5,629)2 – 4,0189(5,629) + 30,02= 18,71 %

dy
Dengan menggunakan rumus turunan =0 maka didapat nilai x = 5,629 %.
dx

Batas Bawah KA terhadap kurvaVMA = 5,629 % - ( 5,629 % x 0,03) = 5,46% = 5,5%


Batas Atas KA terhadap kurva VMA = 5,629 % + (5,629 % x 0,03) = 5,79% = 5,8%

Dari grafik hubungan antara VMA dan kadar aspal diatas, diperoleh nilai kadar aspal
yang membuat VMA minimum sebesar 5,629 %. Rentang kadar aspal dimana campuran
tidak kering dan tidak basah berada pada pada rentang kadar aspal 5,5 % sampai dengan
5,8 %. Sedangkan hasil dari Bar Chart Gambar 35 didapatkan nilai kadar aspal optimum
7,0 % yang berada pada daerah basah pada kurva VMA. Dimana pada keadaan akan
mengakibatkan campuran mudah mengalami bleeding dan deformasi plastis, sedangkan
pada daerah kering, akan mengakibatkan campuran mudah mengalami keretakan akibat
beban lalu lintas dan pengelupasan akibat pengaruh air dan temperatur lingkungan.

7. Pembahasan
 Kurva untuk kepadatan campuran naik hingga mencapai suatu nilai maksimum 2,25
gr/cm3 , kemudian turun kembali seiring dengan bertambahnya kadar aspal Gambar
28 lengkungan kurva terbuka ke bawah.
 Kandungan rongga dalam campuran (VIM) akan menurun dengan bertambahnya
kadar aspal mulai dari 4,5% sampai pada kadar aspal 7%
 Kandungan rongga antar agregat (VMA) akan turun ke suatu nilai minimum 18,71%
ketika kadar aspal berada pada nilai 5,629%, kemudian akan naik lagi sesuai dengan
pertambahan kadar aspal, karena VMA terisi oleh aspal.

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 38


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

 Rongga yang terisi aspal (VFB) akan naik dengan bertambahnya kadar aspal. Dari
hasil yang didapatkan, pada saat nilai VFB 65% nilai kadar aspal yang didapatkan
sebesar 5,5%
 Nilai Stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal dan akan mencapai
puncaknya pada kadar aspal 7% dengan nilai stabilitas 1363,14 kg . Setelah itu,
pertambahan kadar aspal akan menurunkan nilai stabilitasnya.
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Flow diketahui bahwa nilai flow meningkat
seiring dengan bertambahnya kadar aspal mulai dari kadar aspal 4,5 % sampai dengan
7,0 %.
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan MQ diketahui bahwa nilai MQ meningkat
seiring bertambahnya kadar aspal dari 4,5 % sampai 7%.

 Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
6,265 % hingga 7 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,63 %.

8. Kesimpulan dan Saran


8.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian campuran aspal dengan alat marshall, diperoleh :

1. Hasil proporsi tiap fraksi terhadap agregat sebagai berikut :


- Agregat 3/4" = 10 %
- Agregat 3/8" = 35 %
- Pasir =5%
- Abu Batu = 50 %
Total = 100 %

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 39


PRATIKUM JALAN RAYA
CIVIL ENGINEERING 18 - TADULAKO UNIVERSITY

2. Proporsi tiap fraksi terhadap campuran sebagai berikut :


- Aspal = 7,00%
- Agregat 3/4" = 9,3%
- Agregat 3/8" = 32,55%
- Pasir = 4,65%
- Abu Batu = 46,5%
Total = 100 %
3. Rentang kadar aspal campuran yang memenuhi spesifikasi, yaitu 6,265% - 7%.

8.2 Saran
1. Pada saat memanaskan dan mencapur aspal jangan terlalu panas atau suhu terlalu
tinggi karena kandungan aspal dapat berkurang sehingga dapat berpengaruh pada
kelekatan agregatnya.

2. Pada waktu penumbukkan sebaiknya menurunkan suhu campuran aspal setelah


dipanaskan agar saat menumbuk campuran dapat saling mengikat atau
mempermudah dalam proses pemadatan.

3. Suhu jangan terlalu dingin sebelum penumbukkan karena kekakuan bitumen


menjadi besar sehingga sulit untuk dipadatkan atau sulit menyatu.

Praktikum Jalan_kelompok 4_D_2018

(MIX – 01) Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat | 40

Anda mungkin juga menyukai