Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fakhry Muhammad Khoiri

NIM : 150191110

Mata Kuliah : SI3241 – Perancangan Perkerasan Jalan


Ujian Tengah Semester

Bahan Agregat
1. Sebutkan dan jelaskan perbedaan mendasar dari efek yang ditimbulkan oleh aksi
(action) impact dan crushing terhadap unit agregat pada percobaan kekuatan agregat.

a. Agregate crushing machine (Uji Tekan)


Pada uji crushing, agregat diberi beban atau tekanan yang besarannya meningkat secara berkala
hingga agregat failure atau hancur. Uji ini untuk melihat tahanan agregat terhadap beban-beban
yang overload. Pada uji ini akan dihasilkan retak yang bergerak dari kulit ke inti

Gambar 1 Agregate crushing machine

b. Agregate Impact Machine (Uji Impact)


Pada uji ini, agregat diberi beban yang dijatuhkan dengan ketingian tertentu. Uji ini untuk
melihat tahanan agregat terhadap beban impact. Pada uji ini akan dihasilkan retak yang
bergerak dari inti ke kulit.
Gambar 2 Agregate Impact Machine

2. Apa yang menjadi syarat kondisi pada percobaan Los Angeles? Lengkapi jawaban
dengan rancangan dasar (basic design) alat praktikum yang digunakan.
Pada percobaan Los Angeles, agregat harus dalam keadaan kering. Air yang menempel pada
agregat dapat mengganggu proses penghancuran agregat. Selain itu, Permukaan bola besi harus
halus karena bola besi berfungsi sebagai katalisator yang memberi additional pressure pada
proses tumbukan. Agregat yang basah dan bola besi yang bertekstur dapat mengganggu friksi
antara agregat dan bola besi.
Agregat dimasukkan ke dalam sebuah bejana silinder seperti gambar di bawah. Bejana
kemudian berputar untuk menghasilkan friksi di antara agregat. Bola besi dengan permukaan
halus dimasukkan ke dalam bejana untuk mempercepat dan memperbanyak friksi tumbukan.

Gambar 3 Peralatan Mesin Abrasi Los Angeles (SNI 2417:2008)

3. Sebut dan jelaskan maksud pengujian Flakiness dan Elongation dalam hubungannya
dengan gradasi agregat.
Agregat yang digunakan sebagai bahan perkerasan merupakan bentuk agregat angular. Bentuk
ini memiliki sudut dan saling interlocking. Pengujian ini merupakan uji untuk mengetahui
presentase kepipihan dan kelonjongan agregat dari sampel uji. Bentuk agregat yang pipih
kurang baik sebagai bahan perkerasan karena lebih mudah patah dan memengaruhi gradasi
agregat. Selain itu, interlocking antar agregat lebih lemah dan porositas perkerasan tidak
beraspal meningkat. Agregat yang lonjong memiliki udara yang terisi pada rongga antar
agregat lebih banyak. Batas kepipihan agregat sebesar 25% dan batas kelonjongan sebesar
40%.

4. Sebut dan jelaskan mengapa dibutuhkan pengujian Specific Gravity agregat, berikan
ilustrasi berupa asosiasinya dengan pendekatan perancangan dan pelaksanaan
pekerjaan.
Specific Gravity merupakan “jembatan penghubung” antara nilai berat dan volume. Di
lapangan, tes yang dilakukan adalah menimbang material ke dalam suatu wadah. Dengan
menggunakan prinsip hukum Archimedes, dapat diperoleh volume yang lalu dikalikan dengan
berat jenis untuk diperoleh berat material. Dari berat ini dapat diperoleh proporsi agregat.

5. Sebut dan jelaskan hubungan antara pengujian Penyerapan dan Kelekatan Aspal pada
agregat.

Aspal dan agregat bersifat lengket karena adanya kohesi. Aspal yang masuk ke dalam pori
agregat akan melekat dengan aspal di permukaan agregat. Pengujijan penyerapan memastikan
bahwa agregat yang digunakan bersih tanpa adanya kotoran yang dapat mengganggu kelekatan
antara aspal dan agretat dan interlocking dapat terbangun.

6. Pada pengujian Soundness, kondisi apa saja yang dianggap akan melemahkan
agregat? Sebut dan jelaskan dengan singkat.
Pengujian ini bertujuan untuk memguji ketahanan agregat terhadap weathering. Kondisi yang
dapat melemahkan agregat ialah wetting-drying (dari basah menjadi kering dengan sangat
cepat), heating cooling (suhu ekstrem), freeze thaw cycle (Siklus beku cair yang meningkatkan
pori agregat).
Rongga Dan Pori
1. Pilih jenis gradasi yang menghasilkan nilai VMA terkecil. Lengkapi jawaban dengan
ilustrasi.
VMA (Void in Mineral Aggregate) merupakan rongga yang disediakan oleh agregat. Nilai
VMA terkecil dapat diperoleh jika gradasi agregat memiliki void atau rongga natural yang kecil
sehingga jumlah aspal yang diperlukan pada keadaan tersebut bernilai kecil. Gradasi yang
cocok ialah gradasi menerus (skematis)

2. Jelaskan bagaimana Rongga dapat menentukan karakteristik campuran


Pori dan rongga memengaruhi kadar aspal untuk mendapatkan nilai Kadar Aspal Optimum.
Pori dipengaruhi partikel agregat. Rongga dipengaruhi gradasi agregat. Pori dan rongga
penting sebagai playgrounddari aspal. Namun, pori dan rongga juga tidak boleh terlalbu besar
atau kecil agar gerakan aspal terjadim saat terjadinya muai dan susut.

3. Jelaskan bagaimana dan dengan parameter apa Prosentase Aspal yang bisa terserap
ke dalam agregat dapat ditentukan.
Benda uji direndam selama 24 jam kemudian dikeringkan dengan lap agar berada pada
kondisi SSD lalu ditimbang. Benda uji kemudian direndam kembali dan ditimbang kembali
dalam kondisi jenuh. Benda uji dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan (24jam) dan
ditimbang lagi. Presentasi aspal dihitung dengan rumus berikut.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 (𝑔)
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑆𝐺 =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑆𝑆𝐷 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑎𝑖𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑆𝑆𝐷 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑆𝑆𝐷 𝑆𝐺 =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑆𝑆𝐷 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑎𝑖𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐴𝑝𝑝𝑎𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑆𝐺 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑎𝑖𝑟

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑆𝑆𝐷 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑡𝑖𝑜𝑛 (%) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎

4. Untuk memperoleh campuran yang memiliki Durabilitas yang tertinggi, dari sisi
Rongga dan Pori, kondisi seperti apa yang harus disediakan?
Campuran harus tahan terhadap faktor perubahan iklim dan cuaca. Dari sisi rongga dan pori,
VIM perlu diperhatikan karena rongga dalam campuran harus seminimal mungkin agar
campuran tidak mudah dimasuki oleh air dan menjadi getas. Dapat dilakukan pemadatan
campuran hingga kadar VIM minimal.

5. Untuk memperoleh campuran yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap potensi
Stripping, kondisi pori seperti apa yang harus disediakan?
Aspal menempel dengan agregat secara kohesif. Aspal di bagian atas menempel dengan aspal
yang menempel di pori untuk bisa terikat dengan agregat. Sehingga, agregat tidak boleh
memiliki pori yang terlalu sedikit agar aspal dapat menempel akan tetapi tidak pula terlalu
banyak agar tidak cepat rusak.

6. Sebutkan hubungan antara VMA, VIM, VFB dan pori dalam campuran. Lengkapi
jawaban dengan pengujian yang terkait.

VMA atau Void in Mineral Aggregate adalah volume rongga natural antara butir agregat yang
akan diisi aspal. VIM atau Void in Mixture merupakan volume rongga yang tidak terisi oleh
aspal sebagai ruang untuk bitumen’s playground serta antisipasi bledding pada aspal akibat
perubahan suhu. VFB atau Void Filled with Bitumen merupakan volume rongga yang terisi
aspal. VFB biasanya bernilai lebih kecil dari kadar aspal karena kadar aspal ada yang sudah
teradsorpsi ke dalam agregat. Pori merupakan rongga yang ada pada masing-masing agregat.
Pengujian yang dilakukan untuk memperlihatkan hubungan VMA, VIM, VFB, dan Pori ialah
percobaan Marshal. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai stabilitas, kelelehan
campuran, dan tingkat kekakuan sehingga dapat didapatkan persentase kadar aspal.

𝑉𝑀𝐴 = 𝑉𝐼𝑀 + 𝑉𝐹𝐵


Bahan Aspal

1. Sebut dan jelaskan persamaan dan perbedaan pengukuran kinerja bahan aspal
dengan pengukuran nilai penetrasi dan pengukuran viskositas.
Kedua pengujian sama-sama memanfaatkan konsep temperature susceptibility pada aspal.
Respon aspal pada rentang suhu tertentu diperhatikan untuk mendapatkan nilai kekerasan
relative aspal dan melihat pengaruh dari suhu terhadap aspal. Konsep temperature
susceptibility ini yang kemudian dipakai untuk menentukan performa aspal.\

Perbedaan kedua pengujian terletak pada parameter. Pada uji penetrasi, suhu ditetapkan 25oC
sehingga hanya menunjukkan kinerja aspal pada suhu standard berupa angka penetrasi. Angka
penetrasi menunjukkan kemudahan jarum dalam menembus aspal. Pada uji viskositas,
parameter yang digunakan ialah angka Poise dan viskositas kinematic (cst). Suhu pengujian
tidak ditetapkan pada suhu standard melainkan di berbagai suhu untuk mendapatkan nilai
viskositas yang berbeda-beda untuk dapat menetapkan suhu pemadatan dan pencampuran.

2. Jelaskan mengapa pada pengukuran nilai penetrasi diterapkan standarisasi suhu 25oC
dan berat 100gr? Sebutkan juga standar apa yang kurang / tidak tertulis.

Proses pengukuran nilai penetrasi aspal dilakukan dengan cara menempatkan sampel aspal
dalam sebuah wadah air dalam suhu standard. Suhu serta berat distandardisasikan agar proses
pengukuran sama walaupun dilakukan di berbagai tempat di dunia. Standar: SNI 2432:2011

3. Sebutkan standar kondisi yang sesungguhnya diterapkan pada proses pencampuran


dan pemadatan, apakah suhu atau viskositas? Berikan alasan pemilihan kondisi tersebut,
disertai percobaan terkait.
Proses pencampuran dan pemadatan dilakukan pada suhu tertentu yang memberikan nilai
viskositas tertentu. Nilai viskositas yang didapat dapat memberikan rentang suhu yang dapat
digunakan untuk pemadatan dan pencampuran. Viskositas dijadikan standar karena suhu
optimum kedua proses baru dapat ditentukan setelah nilai viskositas diketahui. Umumnya
untuk pencampuran viskositas ditetapkan sebesar 170± cStt dan 280±3 cSt untuk pemadatan.
Rentang suhu pemadatan dan pencampuran diketahui dari nilai suhu dan viskositas tersebut.

4. Pada kondisi Visko-elastik, jelaskan bagaimana terjadinya Regangan Residual setelah


pembebanan berlebih.
Maxwell memodelkan mekanika viscouelastic fluid seperti gambar di atas yang merupakan
gabungan dari model dashpot oleh newton dan model pegas oleh Hooke. Ketika aspal
mengalami pembebanan, bagian pegas aspal yang bersifat elastis. Selama beban tidak melebihi
batas beban elastis i.e Yield Strength, ketika beban dilepas aspal akan kembali ke bentuk atau
posisi semula. Apabila beban melebihi beban elastis, setelah seluru bagian pegas telah
meregang, bagian dashpot akan meregang. Ketika beban dilepas, bagian pegas akan kembali
ke bentuk semula namun bagian dashpot tidak. Posisi atau bentuk dashpot yang tidak dapat
kembali ke semula ini disebut dengan residual strain.

Apabila melihat kurva Stress-strain, Selama beban berada pada daerah elastis, ketika beban
dilepas kurva akan kembali ke titik 0. Akan tetapi, ketika beban memasuki daerah
viscouelastic, kemiringan kurva berubah. Kemiringan kurva ini adalah kekuatan bahan atau
Modulus Elasticity. Pada daerah viscouelastic, Nilai modulus ini berbeda. Ketika beban
dilepas, menurunnya kurva ke titik tegangan = 0 mengikuti kemiringan kurva elastic. Hal ini
yang mengakibatkan terdapatnya residual strain.
5. Diketahui data sebagai berikut:
Aspal 1:

- Nilai Pen 67
- Nilai Softening Point 54
Aspal 2:

- Nilai Pen 62
- Nilai Softening Point 51
Aspal 3:

- Nilai Pen 57
- Nilai Softening Point 52
Berdasarkan data tersebut pilihlah Aspal terbaik untuk kondisi kota Bandung, lengkapi
jawabanmu dengan perhitungan dan ilustrasi yang dibutuhkan.

Aspal 1
log 800 − log 67
𝐴= = 0.037
54 − 25
20 − 500𝐴
𝑃𝐼 = = 0.53
1 + 50𝐴
Aspal 2

𝐴 = 0.043

𝑃𝐼 = −0.48

Aspal 3

𝐴 = 0.0425

𝑃𝐼 = −0.4

Karena kota bandung memiliki suhu relative dingin, lebih baik menggunakan aspal 1 dengan
PI yang paling besar.

Anda mungkin juga menyukai