Anda di halaman 1dari 6

PENGUJIAN UNIAXIAL COMPRESSIVE STRENGTH

MENGGUNAKAN SEISCORE – G50B

6.1 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui definisi dari Uniaxial Compressive Strength

2. Memahami perhitungan Uniaial Compressive Strength

3. Menganalisa proses dan prinsip kerja Seiscore G50B

6.2 Teori Dasar

Ukuran kekuatan material. Kekuatan tekan uniaksial (UCS) adalah

tegangan tekan aksial maksimum yang dapat ditahan suatu sampel

sebelum runtuh (failing). Ia juga dikenal sebagai kuat Unconfined

Compressive Strength karena tegangan confining adalah nol

(Schlumberger)

Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam

menahan tekanan tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing.

Dalam mengukur strength semen, seringkali yang diukur adalah

compressive strength dari pada shear strength. Umumnya compressive

strength mempunyai nilai 8-10 kali lebih besar dibandingkan dengan shear

strength.Strength minimum yang direkomendasikan oleh API untuk dapat

melanjutkan operasi pemboran adalah 6,7 Mpa atau 1000 psi.

(Rubiandini,2010).
Pengujian ini menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel

yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu arah ( Uniaksial ).

Perbandingan antara tinggi dan diameter percontoh ( I/D ) mempengaruhi

nilai kuat tekan batuan. Untuk perbandingan I/D = 1 kondisi tegangan

triaksial saling bertemu sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan batuan

untuk pengujian kuat tekan digunakan 2 < I/D < 2.5 . Makin besar I/D maka

kuat tekan akan bertambah kecil (Rubiandini, 2010).

Nilai compressive sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, lama

waktu penekanan, kadar air semen (WCR), kehalusan butiran semen dan

merupakan fungsi langsung dari permeabilitas batuan semen. Pada

temperatur tinggi, harga compressive strength semen dipengaruhi oleh

kehalusan bubuk silika yang ditambahkan. Sebagai gambaran pengaruh

temperatur dan tekanan untuk lama waktu 24 jam terhadap compressive

strength dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 6.1.Compressive Strength Terhadap Tekanan

(Rubiandini, 2010)
Dari grafik 6.1 dapat dilihat bahwa tekanan pengkondisian di atas

2000 psi sudah tidak memberikan kenaikkan compressive strength yang

berarti, jadi untuk tujuan praktis pengkondisian suatu percobaan, dapat

dipergunakan tekanan kurang lebih 1000 psi sebagai simulasi kondisi

bawah sumur.

Semen/casing menerima beban compressive strength dan tensile yang

sangat tinggi dari batuan di sekitarnya. Setelah pemboran, kondisi batuan

tidaklah stabil. Batuan mempunyai yield di bawah kondisi strain tektonis

dan ini dibebani oleh semen dan casing. Pada kondisi ini semen dan

casing tidak lebih daripada lapisan yang menyelubungi suatu lubang yang

menerima beban dari dua arah, luar dan dalam. Menurut Cheatam, semen

dalam annulus di antara lapisan garam dan casing menerima kompresi oleh

tekanan lapisan garam. Hal ini akan mengurangi pemancaran stress ke

casing. Pengurangan ini besarnya sekitar 5 % untuk casing 8 5/8 in di

lubang 12 in

Setelah batuan semen dilepas dari cetakan, kemudian ditempatkan

pada alat hydraulic press dimana diisi sampel akan ditekan secara axial

sampai batuan pecah. Compressive strength dapat ditentukan dengan

melihat harga pada saat terjadi peretakan (pecah) menyilang dari sampel

yang diuji.

Pada saat sampel ditempatkan pada hydraulic press untuk pengukuran

strength semen, nilai tekanan diatur tergantung pada antisipasi harga

strength dari sampel semen. Pengukuran compressive strength semen


dirancang untuk mendapatkan beberapa indikasi mengenai kemampuan

semen untuk mengisolasi lapisan batuan dan untuk melindungi serta

menyokong casing. Dalam lubang pemboran, kekuatan semen sangat

dipengaruhi oleh pembebanan triaxial yang complex dan failure stress

merupakan pembebanan utama dari penilaian untuk standard compressive

strength ( Neville, 1981 )

Seperti sifat-sifat suspensi semen yang lain, compressive strength

dipengaruhi juga oleh additive. Adapun additive itu berfungsi untuk

menaikkan compressive strength dan juga untuk menurunkan compressive

strength. Additive untuk menaikkan compressive strength diantaranya

adalah kalsium klorida, pozzolan, barite, sedangkan additive untuk

menurunkan compressive strength adalah bentonite, sodium silikat. Dalam

percobaan kali ini digunakan bentonite dan NaCl sebagai zat additive.

Dalam mengukur compressive strength digunakan alat hidraulic press.

6.3 Alat dan Bahan

6.3.1 Alat

1. Hydraulic Press, Seiscore G50B ASTM 7012

2. Jangka Sorong

3. Stopwatch

6.3.2 Bahan

1. Sampel Semen Kubus


6.4 Prosedur Percobaan

1. Gunakan safety equipments dan bahan sampel semen

2. Pastikan perangkat Seiscore G50B terhubung dengan sumber listrik.

3. Mengatur posisi Air Compressor dan Selenoid Valve dalam keadaan ON

4. Meletakkan sampel semen pada bottom plate/ conical seating plate

5. Menyesuaikan posisi sampel agar berada tepat di tengah dan menyentuh

top plate

6. Menyesuaikan dial gauge pada badan sampel dan conical seating plate

7. Membuka red valve , lalu memutar ON valve 1 dan membuka red lever

perlahan.

8. Catat dan amati setiap interval waktu tertentu bersamaan dengan perubahan

dimensi panjang hingga sampel mengalami keruntuhan (failing).

9. Posisikan valve 1 pada posisi OFF , dan valve 2 pada posisi ON

10. Merapihkan kembali perangkat alat dan bahan yang telah digunakan.

6.5 Perhitungan

( Px As )
σc=k x
Ap

Dimana :
σc = Compressive strength semen, Psi
k = Koreksi (silinder)
P = Tekanan yang dibebankan, Psi
As = Luas permukaan sampel semen, inch2
Ap = Luas bottom plate , inch2
6.6 Skema Alat
Alat uji Uniaxial Compressive Strength (UCS) ini terdiri atas beberapa komponen
utama diantaranya:
1. Sample Holder
2. Power untuk mengaktifkan Air Compressor & Air Solenoid yang berada tepat
didalam ruangan yang tertutup rangka Alat
3. Air Compressor Tube & Air Solenoid
4. Pressure Gauge sebagai indikator tekanan axial yang diberikan pada sampel
6. Dial Gauge sebagai indikator nilai deformasi perubahan dimensi secara vertika
(Axial Strain)

Anda mungkin juga menyukai