Anda di halaman 1dari 7

Nama : Haidar Agung Sedayu

NIM : 104120077

CV 3 A REKAYASA BAHAN

Tensile strenght dari beton adalah kemampuan beton untuk menahan kuat tarik dan
tekanan yang diaplikasikan pada beton tersebut. Kuat tarik beton dapat diukur
dengan metode split cylinder test of concrete. Kuat tarik beton nantinya akan diukur
berdasarkan satuan tekanan per satuan luas atau Mpa.

Beton memiliki kekurangan dalam menahan kuat tarik dikarenakan beton bukan
merupakan susunan dari satu solid material seperti halnya baja, melainkan
merupakan campuran dari semen, air, dan agregat. Didalam beton terdapat
interfacial transition zone yang merupakan titik terlemah dari struktur beton. Pada
titik ini saat diberikan gaya tekan maka beton tidak akan berdampak banyak karena
gaya yang diberikan akan dipindahkan dari satu agregat ke agregat yang lain.
Berbeda dengan kuat tarik pada beton, agregat dipaksa untuk melepaskan ikatan
dengan agregat lain. Pada saat ini, interfacial transition zone akan menahan seluruh
sistem agar tetap menyatu. Karena kuat interfacial transition zone lebih lemah dari
agregat, oleh karena itu beton memiliki daya kuat tarik yang lemah juga.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tarik pada beton, yaitu: kualitas
bahan seperti agregat kasar, agregat halus, dan semen; w/c rasio; rasio agregat kasar
terhadap agregat halus; umur beton; kepadatan beton; suhu; dan curing.

Uji kuat tarik beton dapat dilakukan dengan beberapa metode yakni:

1. Uniaxial Tensile Test


2. Split Cylinder Test
3. Flexure Test

Split Cylinder Test

Split cylinder test atau split test merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menguji kuat tarik beton. Metode ini merupakan metode yang
dilakukan secara tidak langsung. Percobaan pembelahan silinder dapat
menghasilkan pengalihan teganga-tegangan tarik melalui bidang tempat salah satu
diameter dari silinder beton tersebut terbelah sepanjang diameter yang dibebani.
Besarnya tegangan tarik tidak langsung yang dialihkan saat beton dibelah, dapat
ditentukan dengan rumus:

2𝑃
𝜎𝑡𝑟𝑘 ∕ 𝑓 ` 𝑠𝑝𝑙𝑖𝑡 = 𝜋𝐿𝐷 (1.1)

Dimana:

P = beban tekan maksimum (Kgf)

L = panjang benda uji (cm)

D = diameter benda uji (cm)

Sedangkan kuat tarik tidak langsung menurut ACI adalah sebagai berikut:

𝐹 ` 𝑠𝑝𝑙𝑖𝑡 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 = 8% − 14% 𝑥 𝐹𝑐` (1.2)

Gina Maulidawati dalam jurnalnya menuliskan laporan mengenai pengujian


kuat tarik dengan metode serupa. Degan referensi SNI 03-2491-2002 untuk metode
pengujian kuat tarik belah beton dan ASTM C496 / C496M – 04el.

Pada pengujiannya Gina Maulidawati menggunakan alat dan bahan sebagai


berikut:

No. Alat dan Bahan Keterangan


1. Mesin Tekan Kapasitas maksimum sebesar 2500
KN
2. Rangka Penahan Benda Uji Menahan benda uji agar tidak
bergerak saat pembebanan
3. Timbangan Kapasitas 20000 gr dengan ketelitian
0.001 gram
4. Jangka Sorong Ketelitian 0.01 mm
5. Beton Silinder Diameter 15 cm dan panjang 30 cm

Langkah kerja yang dilakukan Gina Maulidawati pada percobaan ini adalah:
beton silinder disiapkan lalu ditimbang serta diukur dimensi sebenarnya, data yang
didapat dimasukkan kedalam tabel lembar kerja. Kemudian, beton dimasukkan
kedalam rangka lalu diberi garis pada tengah kedua ujung silinder beton, hal ini
dilakukan agar garis tersebut tepat pada bidang aksialnya pada saat pembebanan
dilakukan. Lalu, beton ditempatkan di mesin pembebanan dan benda uji diletakkan
memanjang diatas balok penekan. Plat kayu juga dipasangkan pada bagian atas dan
bawah benda uji. Selanjutnya, mesin penekan dijalankan dengan kecepatan
pembebanan 50 kN sampai 100 kN untuk setiap menitnya. Beban tekan maksimum
yang diterima dicatat lalu dilakukan perhitungan.

Data yang didapat Gina Maulidawati pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

Data Benda Uji Beban Kuat Tarik Belah


No. Maksimum
Berat
D (cm) L (cm) (kN) Kgf/cm2 Mpa
(kg)
1 15.1 30.33 12.013 181 25.61 2.51
2 14.98 30.55 11,895 141 29 1.96
RATA-RATA KUAT TARIK BELAH (SPLITTING TENSILE) 22.81 2.24
KUAT TARIK BELAH (SPLITTING TENSILE) TEORITIS 26.11 2.56

Gina Maulidawati juga melakukan perhitungan untuk dapat


membandingkan hasil perhitungan rencana dengan hasil perhitungan lab. Untuk
menentukan perhitungan lab dihitung menggunakan persamaan (1.1). Hasil yang
didapat kuat tarik sebesar 2.51 Mpa untuk hasil perhitungan lab. Sedangkan
perhitungan rencana dilakukan perhitungan menggunakan persamaan (1.2). Hasil
yang didapat dari kuat tarik sebesar 2.06 Mpa untuk hasil perhitungan rencana
(design).

Sehingga kesimpulan yang ada pada percobaan ini adalah beton hasil
pengujian dilaboratorium memenuhi syarat, karena hasil perhitungan
dilaboratorium lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan rencana.

Pengujian serupa juga dilakukan oleh Ronny E. Pandaleke dan Reky S.


Windah dengan perbedaan terdapat satu metode lain yang dilakukan dalam
penelitian. Dalam jurnalnya Ronny E. Pandaleke dan Reky S. Windah menyatakan
bahwa kekuatan tarik beton dapat ditentukan dengan beberapa metoda pengujian
yang berberda yaitu, pertama pegujian lentur (Modulus of Rupture Test) ialah
melalui percobaan lentur yang palingsering digunakan dalam menentukan kekuatan
tarik beton dimana beban diterapkan yang selanjutnyadapat dihitung dengan rumus
balok biasa, kedua pengujian belah (Split Cylinder) yaitu pembelahan silinder oleh
suatu desakan kearah diameternya untuk mendapatkan apa yang disebut kuat tarik
belah dan ketiga yaitu pengujian Tarik langsung (Direct Tensile) dimana sebuah
batang beton diberi gaya aksial tarik sampai batang beton runtuh. Nilai kuat Tarik
yang diperoleh berbeda, tergantung dari metoda pengujiannya, sehingga rasio kuat
Tarik/ kuat tekan pun bervariasi.

Kuat tarik merupakan ukuran kuat beton yang diakibatkan oleh suatu gaya
yang cenderung untuk memisahkan sebagian beton akibat tarikan. Kuat tarik
bernilai seper-delapan belas kuat tekan pada waktu awal awal umur beton, dan
berkisae sepeeduapuluh setelahnya. Kuat tarik merupakan bagian penting dalam
menahan retak retaknya beton akibat perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat
tarik biasanya dilakukan untuk oembuatan konstruksi jalan raya dan lapangan
terbang (L.J Murdock dan K. M. Beook, 1991).

Terdapat beberapa bahan yang daoat patah begitu saja tanpa mengalami
deformasi. Hal ini dapat dikatakan rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan
metengang dan mengalami deformasi sebelum patah. Hal ini dapat dikatakan
elastis.

Kekuatan tarik biasa digunakan dalam mendesain bagian dari suatu struktur
yang bersifat ductile dan brittle yang bersifat tidaj statis , dengan kata lain selalu
menerima gaya dalam jumlah besar, meskipun benda tersebut tidak bergerak.

Dalam jurnalnya Ronny E. Pandaleke dan Reky S. Windah melakukan dua


uji kuat tarik yakni secara langsung dan secara tidak langsung. Kuat tarik secara
langsung (direct tensile) dilakukan dengan membuat benda uji dalam bentuk seperti
tulang anjing (Dog Bone Specimen), nilai kuat tarik yang diperoleh dihitung dari
besar beban tarik maksimum (N)dibagi dengan luas penampang yang terkecil
(mm²). Pengujian kuat tarik langsung, bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik
suatu benda uji pada perbandingan sesuai renc ana, pengujiandilakukan menurut
ASTM C-307-03 Nilai kuat tarik langsung beton dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

fct = 𝑃.𝐴………………………………………………………………………(1.3)

dimana :

fct : Kuat Tarik beton (MPa)

P : beban tekan (N)

A : luas bidang tekan (mm2)

Untuk kuat tarik belah ditentukan dengan dengan menggunakan


percobaanbelah silinder (the split cylinder) dimana silinder ukuran diameter 100
mm dan tinggi 200 mm diberikan beban tegak lurus terhadap sumbu
longitudinalnya dengan silinder ditempatkan secara horizontal diatas pelat mesin
percobaan, benda uji terbelah dua pada saat dicapainya kekuatan tarik. Tepat
sebelum keruntuhan, timbul tegangan tekan biaxial. Pada daerah dibawah beban,
yan memiliki ketahanan terhadap keruntuhan yang besar karena dalam kondisi
terbungkus (confined state). Untuk sebagian besar daerah sumbu beban, timbul
tegangan tarik yang cukup merata dan bila kekuatan tarik beton dilampaui maka
akan terjadi keruntuhan benda uji silinder, yang dapat membelah silinder menjadi
dua bagian, dengan permukaan belah yang cukup merata, karena bidang belah akan
memotong baik agregat kasar maupun mortar.

Berikut adalah data kuat yang dihasilkan dari kedua percobaan tersebut.

Gambar 1.1 Tabel Kuat Tarik Langsung Beton Umur 28 Hari


Pengujian kuat tarik langsung yang dilakukan sudah berdasarkan ASTM C-
307-03.

Gambar 2.2 Tabel Kuat Tarik Belah Beton Umur 28 Hari

Tabel diatas didapat setelah melakukan perhitungan sesuai dengan


persamaan (1.1). Setelah mendapatkan data kuat tarik dan kuat tekan Ronny E.
Pandaleke beserta rekannya melakukan perbandingan terhadap kuat tarik langsung
dan kuat tarik tidak langsung serta kuat tekan. Berikut adalah grafik yang dihasilkan
dari ketiga perbandingan

Kesimpulan yang dapat diambil dari grafik tersebut adalah bahwa nilai kuat
tarik dari pengujian kuat tarik langsung lebih kecil dibandingkan dengan nilai kuat
tarik dari pengujian kuat tarik belah. Hal ini dikarenakan pengaruh perlemahan
penampang pada percobaan tarik langsung jauh lebih sensitive daripada perlemahan
pada uji tarik belah. Karena pada uji tarik langsung seluruh penampang memikul
tegangan yang merata dan sama besar.Pengujian tarik belah memberikan hasil yang
lebih tinggi dikarenakan pada pengujian tarik belam sebenarnya tegangan yang
ditimbulkan pada benda uji merupakan tegangan tekan.

References
Mahajan, B. (2021). Tensile Strength Of Concrete Test.
https://civiconcepts.com/blog/tensile-strength-of-concrete# Diakses pada
25 November 2021.
Maulidawati, G. (n.d.). PENGUJIAN BETON (SPLIT TEST/KUAT TARIK
TIDAK LANGSUNG).
Pandaleke, R. E., & Windah, R. S. (2017). PERBANDINGAN UJI TARIK
LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON. Jurnal Sipil Statik
Vol.5 No. 10 Desember 2017 (649-66 ISSN: 2337-6732.

Anda mungkin juga menyukai