0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan16 halaman
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pengaruh penambahan serat kulit bambu terhadap sifat mekanik beton. Terdapat 5 tahapan utama penelitian yaitu 1) karakterisasi material, 2) desain campuran beton, 3) spesifikasi serat bambu, 4) pembuatan sampel, dan 5) pengujian kuat tekan, tarik, dan lentur beton. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan serat kulit bambu dapat memperbaiki s
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pengaruh penambahan serat kulit bambu terhadap sifat mekanik beton. Terdapat 5 tahapan utama penelitian yaitu 1) karakterisasi material, 2) desain campuran beton, 3) spesifikasi serat bambu, 4) pembuatan sampel, dan 5) pengujian kuat tekan, tarik, dan lentur beton. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan serat kulit bambu dapat memperbaiki s
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pengaruh penambahan serat kulit bambu terhadap sifat mekanik beton. Terdapat 5 tahapan utama penelitian yaitu 1) karakterisasi material, 2) desain campuran beton, 3) spesifikasi serat bambu, 4) pembuatan sampel, dan 5) pengujian kuat tekan, tarik, dan lentur beton. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan serat kulit bambu dapat memperbaiki s
2. Muhammad Rizki Misbahudin 3. Widya Dwi Maharani Beton serat adalah beton yang cara pembuatannya ditambah serat. Tujuan penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik beton, sehingga beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca, iklim dan temperatur yang biasanya terjadi pada beton dengan beton serat dapat berupa serat alam atau serat buatan. Beton serat banyak digunakan untuk permukaan beton yang luas guna untuk mereduksi retakan Sifat mekanik yang dapat diperbaiki dengan serat adalah daktilitas, serapan energi, ketahanan kejut, kapasitas lentur dan geser, ketahanan leleh (fatique) dan sebagainya. Jenis serat yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki sifat mekanis beton antara lain adalah serat baja (steel fibre), serat kaca (glass fiber), serat polypropylene (sejenis plastik mutu tinggi), karbon (carbon) serta serat alami yang berasal dari bahan alami (natural fibre), seperti ijuk, sabut kelapa, serat goni, serat bambu, dan lainnya (Zuraidah, 2009). Perbedaan karakteristik serat juga menimbulkan perilaku yang beragam pada campuran beton. Penambahan serat alami (natural fiber), khususnya serat bambu menjadi pilihan karena merupakan produk hasil alam yang mudah dibudidayakan. Bambu memiliki beberapa kelebihan yaitu: tidak mengalami korosi, relatif murah, dan sifat kembang susut yang rendah, dan kuat tarik yang relatif tinggi. Menurut Morisco dalam Widodo.A.B (2004) bambu mempunyai kekuatan tarik dua kali lebih besar dibandingkan dengan kayu, apabila dibandingkan dengan baja yang mempunyai berat jenis antara 6,0 – 8,0 (sementara BJ bambu = 0,6 -0,8), kuat tarik baja hanya sebesar 2,3 – 3 lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tarik bambu. Dengan demikian bambu mempunyai kekuatan tarik per unit berat jenisnya sebesar 3 – 4 kali lebih besar dibandingkan dengan baja. Penelitian ini menitik beratkan pada penentuan optimasi pengaruh penambahan serat kulit bambu terhadap sifat mekanik beton normal pada serat kulit bambu dengan panjang serat 2,5 cm. 1. Permeriksaan Karakteristik Material 2. Pembuatan Mix Design Material yang digunakan adalah agregat Desain campuran (mix design) beton kasar dan agregat halus asal Kabupaten dengan menggunakan metode SNI 03-2834-2000 Kampar, Riau. Agregat kasar yang digunakan dengan mutu 20 MPa pada umur 28 hari. adalah batu pecah sedangkan agregat halus Perincian komposisi campuran beton untuk 1 m³ yang digunakan adalah pasir alam. Adapun dengan metode SNI dapat dilihat pada Tabel 2 di jenis pemeriksaan yang dilakukan tertera pada bawah ini. Tabel 1 berikut. Tabel 1. Pengujian material. Tabel 2. Komposisi Campuran Beton. Jenis pemeriksaan Sumber Jenis material Berat (kg/m3)
Gradasi butiran SNI 03-1968-1990 Semen 376,36
Kadar lumpur ASTM C 142 Air 187,56 Berat jenis SNI 03-1970-1990
Kadar air SNI 03-1970-1990 Agregat kasar 987,76
Modulus kehalusan SNI 03-1970-1990
Agregat halus 759,44 Berat volume ASTM C 29 Serat kulit bambu 1,07 Ketahanan aus SNI 03-2417-1991
Kandungan organik ASTM C40
3. Spesifikasi Serat Kulit Bambu 5. Pengujian Beton Tabel 3. Spesifikasi Serat Jenis pengujian yang dilakukan adalah pengujian kuat Tipe material Kulit Bambu Apus tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur beton. Pengujian dilakukan pada umur benda uji 28 hari. Banyak serat 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 1. Kuat Tekan %, 1 % Menurut SNI 03-1974-1990, kuat tekan beton Diameter serat 1 mm adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila Berat jenis 0,8 dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah mesin uji tekan (Compression Test Machine). Kuat tekan 4. Benda Uji beton dapat dihitung dengan rumus: Pembuatan sampel benda uji beton pada penelitian ini sebanyak 54 buah sampel dengan 𝑃 setiap umur ada 3 buah. Umur yang di uji yaitu fc ' = 𝐴 umur 28 hari. Benda uji beton berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk pengujian kuat tekan, dan kuat tarik belah. keterangan: Benda uji beton berbentuk balok dengan dimensi 60x15x15 cm untuk pengujian kuat f c’ = kuat tekan beton (MPa) lentur beton. P = beban tekan (N) A = luas permukaan benda uji (mm2) keteranan:
2. Kuat Tarik 3. Kuat Lentur
Kuat tarik belah (SNI 03-2491-2002) Menurut SNI 03- Kuat lentur (SNI 03-4431-1997)Kuat lentur beton 2491-2002, nilaikuat tarik tidak langsung dari benda uji adalah kemampuan balok beton yang diletakan pada beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja penekan tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan mesin uji tekan. Besarnya nilai kuat tarik belah beton padanya, sampai benda uji patah dan dinyatakan (tegangan rekah beton) dapat dihitung dengan rumus: dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas (SNI 03-4431-1997). Besarnya kuat lentur beton (modulus of rapture) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: fct = 2𝑃 • Apabila keruntuhan terjadi pada bagian tengah π𝐷𝐿 bentang 𝑃𝐿 fr = 𝑏𝑑² Keterangan : Keterangan : fct = kuat tarik belah beton (MPa) fr = mdulus of rapture(MPa) P = beban maksimum (N) P beban maksimum (N) D = diameter silinder (mm) L= panjang bentang (mm) L = panjang silinder (mm) b=lebar spesimen (mm) d= tinggi spesimen (mm) • Apabila keruntuhan terjadi pada bagian tarik • Untuk benda uji yang patahnya di luar 1/3 di luar tengah bentang lebar pusat pada bagian tarik beton dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5% bentang, hasil pengujian tidak 3𝑃𝑎 dipergunakan. fr = 𝑏𝑑² Keterangan : fr = mdulus of rapture(MPa) P=beban maksimum (N) L= panjang bentang (mm) b=lebar spesimen (mm) d= tinggi spesimen (mm) a= jarak rata-rata dari garis keruntuhan dan titik perletakan terdekat diukur pada bagian tarik spesimen (mm) Hasil pengujian karakteristik aggregat kasar Hasil pengujian karakteristik agregat halus Standar Standar No Jenis pemeriksaan Hasil No Jenis pemeriksaan Hasil spesifikasi Spesifikasi 1 Modulus kehalusan 6,73 5–8 1 Modulus kehalusan 2,39 1,5 - 3,8
2 Berat jenis 2 Berat jenis
a. Apparent spesific a. Apparent spesific
2,65 2,5 - 2,7 2,70 2,5 - 2,7 gravity gravity b. Bulk spesific gravity b. Bulk spesific gravity 2,64 2,5 - 2,7 2,54 2,5 - 2,7 on dry on dry c. Bulk spesific gravity c. Bulk spesific gravity 2,60 2,5 - 2,7 2,65 2,5 - 2,7 on SSD on SSD
d. Absorption (%) 0,20 2–7
d. Absorption (%) 2,35 2–7 3 Kadar air (%) 2,50 3–5 3 Kadar air (%) 2,51 3–5
4 Berat volume (gr/cm³)
4 Berat volume (gr/cm³) a. Kondisi padat 1,496 ≥ 1,2 a. Kondisi padat 1,667 ≥ 1,2 b. Kondisi gembur 1,359 ≥ 1,2 b. Kondisi gembur 1,505 ≥ 1,2 5 Ketahanan aus (%) 23,71 < 40 5 Kadar lumpur (%) 2,69 <5
6 Kadar zat organik No.2 ≤ No.3
Hasil Uji Slump Pengujian slump dilakukan pada beton segar sebelum beton segar dicetak. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan (workability) beton. Hasil uji slump beton dapat dilihat pada Gambar .
Pada Gambar disamping dapat
dilihat tingkat kemudahan pengerjaan (workability) beton akan mengalami penurunan seiring dengan penambahan serat kulit bambu ke dalam campuran beton. Nilai slump beton tanpa serat sebesar 9,5 cm dan nilai slump beton dengan banyak serat 1 % adalah penurunan terbesar yaitu 6,5 cm. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari. Benda uji yang digunakan adalah benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Hasil uji kuat tekan beton dapat dilihat pada Gambar 9
Pada Gambar 9 dapat dilihat
kuat tekan beton mengalami perubahan peningkatan dan penurunan akibat pengaruh panjang serat kulit bambu. Nilai kuat tekan beton tanpa serat sebesar 26,97 MPa.
Peningkatan tertinggi terjadi pada
penambahan serat 0,6 % sebesar 28,86 Mpa. Pengujian kuat tarik belah beton Pada Gambar 10 dapat dilihat dilakukan pada umur 28 hari. Benda uji yang kuat tarik belah beton mengalami digunakan adalah benda uji berbentuk silinder perubahan peningkatan dan dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Hasil penurunan akibat pengaruh panjang uji kuat tarik belah beton dapat dilihat pada serat kulit bambu. Nilai kuat tarik Gambar 10. belah beton tanpa serat sebesar 2,31 MPa.
Peningkatan tertinggi terjadi pada
penambahan serat 0,6 % sebesar 3,30 Mpa Pengujian kuat lentur beton dilakukan Pada Gambar 11 dapat dilihat kuat pada umur 28 hari. Benda uji yang digunakan lentur beton mengalami perubahan adalah benda uji berbentuk balok dengan peningkatan dan penurunan akibat pengaruh ukuran 60x15x15 cm. Hasil uji kuat lentur panjang serat kulit bambu. Nilai kuat lentur beton dapat dilihat pada Gambar 11. beton tanpa serat sebesar 5,20 MPa.
Peningkatan tertinggi terjadi pada
penambahan serat 0,6 % sebesar 5,39 Mpa. 1. Workability beton menurun setelah 3. Kuat tarik belah naik setelah ditambahkan ditambahkan serat kulit bambu karena air serat bambu. Beton tanpa serat nilai kuat diserap oleh serat bambu. Nilai slump beton tarik belah beton sebesar 2,31 Mpa. tanpa serat kulit bambu sebesar 9,5 cm dan Sedangkan beton serat dengan serat 0,2 nilai slump beton dengan serat kulit bambu %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 %, dan 1 % nilai kuat variasi terbesar yaitu 1 % didapatkan sebesar tarik belah beton berturut-turut sebesar 6,5 cm. 2,59 Mpa, 2,90 Mpa, 3,30 Mpa, 2,24 Mpa dan 2,12 Mpa. Pada beton serat dengan serat 0,6 % adalah kenaikan terbesar yaitu 42,86 % dari beton tanpa serat. 2. Kuat tekan beton naik ketika ditambahkan serat kulit bambu. Beton tanpa serat nilai kuat tekan beton sebesar 26,97 Mpa. Sedangkan beton 4. Kuat lentur beton mengalami perubahan serat dengan serat 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 %, setelah ditambah serat kuli bambu. Beton dan 1 % nilai kuat tekan beton berturut-turut tanpa serat nilai kuat lentur adalah sebesar 28,67 Mpa, 21,50 Mpa, 28,86 Mpa, 27,07 sebesar 5,20 Mpa. Sedangkan balok beton Mpa, dan 21,79 Mpa. Pada beton serat dengan dengan penambahan serat dengan serat serat 0,6 % adalah kenaikan terbesar yaitu 6,99 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 %, dan 1 % kuat % dari beton tanpa serat. lentur berturut-turut sebesar 4,23 Mpa, 4,32 Mpa, 5,39 Mpa, 4,03 Mpa dan 4,00 Mpa. Pada beton serat dengan serat 0,6 % adalah kenaikan terbesar yaitu 3,70 % dari beton tanpa serat. 1. Banyaknya serat yang tidak putus mengakibatkan pengujian tidak mengalami perubahan yang signifikan. Disarankan menggunakan mutu beton yang lebih tinggi.
2. Dengan slump yang rendah menyebabkan kesulitan dalam pembuatan sampel.
Disarankan untuk menggunakan alat bantu seperti vibrator agar beton keras dapat dibuat dengan baik. 3. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan bahanaditif superplasticizer agar dapat meningkatkan mutu beton dan memudahkan dalam pembuatan sampel (meningkatkan workability). ACI 544.1R-96. 1996. State Of The Art Report On Fiber Reinforced Concrete. Farmington Hills: American Concrete Institute. Available at: <URL: http://www.moriscobambu.com/artike l_02.html> [Accessed 16 Desember 2014] Morisco. 2006. Teknologi Bambu. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. SNI 03-1974-1990. 1990. Metode PengujianKuatTekanBeton. Bandung: Badan Standardisasi Nasional. SNI 03-2491-2002. 2002. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton. Bandung: Badan Standar Nasional. SNI 03-4431-1997. 1997. Metode Pengujian Kuat Lentur Normal Dengan Dua Titik Pembebanan. Bandung: Badan Standar Nasional. Suhardiman, M. 2011. Kajian Pengaruh Penambahan Serat Bambu Ori Doakan semoga Ibu Nunung dan kelas kita agar selalu diberi keberkahan! Aamiin..
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK BAHAN BAKU AGREGAT PASIR MALANG DAN KERIKIL PANDAAN TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI - TRIAN CAHYARINI - Rekayasa Teknik Sipil.pdf