Anda di halaman 1dari 5

MUHAMMAD IQBAL FEBRIANSYAH

1117020046/2 SIPIL 3
Manajemen Konstruksi I – Pengertian Kontrak

A. Pengertian Umum

Menurut Lawrance (2001) Dalam Hermanto (2017) kontrak adalah perangkat


hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian
tertentu. Sedangkan menurut Sudikno (1993) dalam Agus (2010) kontrak merupakan
sebagai hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban
dalam suatu kontrak tersebut. Berbeda dengan 2 ahli diatas, menurut R. Soebekti (1974)
dalam Agus (2010) suatu kontrak adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanjia kepada
seorang lainnya atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Sehingga saya lebih setuju dengan pendapat R. Soebekti mengenai pengertian kontrak
karena lebih praktis dan lebih mudah dimengerti.

B. Pelelangan dan Kontrak

Pelelangan dilakukan guna mendapatkan harga termurah dan mutu tertinggi yang
dapat dipertanggung jawabkan. Pelelangan sudah diaplikasikan di Indonesia untuk
mendapatkan pelaksana proyek yang terbaik berdasarkan hasil seleksi. Pelelangan di
negara kita sudah diatur menurut Peraturan Presiden No. 16 tahun 2018, peraturan
tersebut meliputi :
a. Barang
b. Pekerjaan Konstruksi
c. Jasa Konsultansi
d. Jasa Lainnya
Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia adalah Pelaku
Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak. Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PA/ KPA/
PPK dengan Penyedia Bararig/Jasa atau pelaksana Swakelola. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kontrak merupakan proses yang akan dilakukan setelah melakukan
pelelangan.
KUH Perdata juga mengatur tentang asas-asas perjanjian. Setidaknya ada lima asas
yang harus diperhatikan dalam membuat suatu perjanjian, yaitu:
1). Asas kebebasan berKontrak (freedom of contract)
Setiap orang dapat secara bebas membuat suatu perjanjian selama perjanjian tersebut
memenuhi syarat sahnya perjanjian dan tidak melanggar hukum, kesusilaan, serta
ketertiban umum.

2). Asas konsensualisme (concsensualism)


konsensualisme berarti adanya kesepakatan (consensus) diantara para pihak.
Pada dasarnya kesepakatan sudah lahir sejak detik pertama tercapainya kata sepakat.
Dalam Kontrak pengadaan barang/jasa, kesepakatan telah tercapai pada saat Kontrak
ditanda tangani oleh para pihak.

3). Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda)


Suatu perjanjian yang dibuat sesuai dengan Undang-Undang berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu, sepatutnya para pihak
wajib mematuhi segala ketentuan yang telah disepakati.
4). Asas itikad baik (good faith)
Itikad baik berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanakan
perjanjian harus jujur, terbuka, dan saling percaya. Keadaan batin para pihak itu tidak
boleh dicemari oleh maksud-maksud untuk melakukan tipu daya atau menutup-nutupi
keadaan sebenarnya.
5). Asas kepribadian (personality).
Isi perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal dan tidak mengikat
pihak-pihak lain yang tidak memberikan kesepakatannya dalam Kontrak. Perjanjian yang
dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Dalam Kontrak
pengadaan barang/jasa, PPK sebagai pihak pertama bertindak untuk dan atas nama
Negara, sedangkan Penyedia merupakan pihak kedua yang berindak untuk dan atas
nama suatu korporasi atau untuk dirinya sendiri.
C. Manfaat Perancangan Kontrak

Manfaat yang didapatkan dalam proses perancangan dan analisa suatu kontrak
bagi para pihak diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kepastian tentang identitas pihak-pihak yang dalam kenyataannya
terlibat dalam perjanjian;
b. Memberikan kepastian dan ketegasan tentang hak dan kewajiban utama masing-
masing pihak sesuai dengan inti kontrak atau perjanjian yang hendak diwujudkan para
pihak;
c. Memberikan jaminan tentang keabsahan hukum (legal validity) dan kemungkinan
pelaksanaan secara yuridis (legal enforceablility) dari kontrak yang dibuat;
d. Memberikan petunjuk tentang tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak
yang terbit dari kontrak yang mereka adakan;
e. Memberikan jaminan kepada masing-masing pihak bahwa pelaksanaan janji-janji
yang telah disepakati dalam kontrak yang bersangkutan.

D. Sistem Hukum Kontrak


Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open system). Artinya
bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun
yang belum diatur di dalam undang-undang. Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan yang
tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: "Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya."
Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian,
2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun,
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan,
4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
Dalam sejarah perkembangannya, sistem kontrak pada mulanya menganut sistem
tertutup. Artinya para pihak terikat pada pengertian yang tercantum dalam undang-
undang. Ini disebabkan adanya pengaruh ajaran legisme yang memandang bahwa tidak
ada hukum di luar undang-undang. Hal ini dapat dilihat dan dibaca dalam berbagai
putusan Hoge Raad dari tahun 1910 sampai dengan tahun 1919.
Putusan Hoge Raad yang paling penting adalah putusan HR 1919, tertanggal 31 Januari
1919 tentang penafsiran perbuatan melawan hukum, yang diatur dalam Pasal 1365
KUHPerdata. Di dalam putusan HR 1919 definisi perbuatan melawan hukum, tidak hanya
melawan undang-undang, tetapi juga melanggar hak-hak subjektif orang lain, kesusilaan,
dan ketertiban umum.
Menurut HR 1919 yang diartikan perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak
berbuat yang:
1. Melanggar hak orang lain Yang dimaksud dengan hak orang lain, bukan semua
hak, tetapi hanya hak-hak pribadi, seperti integritas tubuh, kebebasan, kehormatan, dan
lain-lain. Termasuk dalam hal ini hak-hak absolut, seperti hak kebendaan, hak atas
kekayaan intelektual
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku Kewajiban hukum hanya
kewajiban yang dirumuskan dalam aturan undang undang;
3. Bertentangan dengan kesusilaan, artinya perbuatan yang dilakukan oleh se-
seorang itu bertentangan dengan sopan santun yang tidak tertulis yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat;
4. Bertentangan dengan kecermatan yang harus diindahkan dalam ma Aturan
tentang kecermatan terdiri atas dua kelompok, yaitu
1) Aturan-aturan yang mencegah orang lain terjerumus dalam bahaya, dan
2) Aturan-aturan yang melarang merugikan orang lain, ketika hendak
menyelenggarakan kepentingannya sendiri.
Putusan HR 1919 tidak lagi terikat kepada ajaran legisme, namun telah secara bebas
merumuskan pengertian perubahan melawan hukum, sebagaimana yang dikemukakan
diatas. Sejak adanya putusan HR 1919, maka sistem pengaturan sistem kontrak adalah
sistem terbuka.
Kesimpulannya, bahwa sejak tahun 1919 sampai sekarang hukum kontrak adalah bersifat
terbuka. Hal ini sistem pengaturan(1) KUH Perdata dan HR 1919 didasarkan pada Pasal
1338 ayat (1) KUHPerdata dan HR 1919.
Daftar Pustaka

Hermanto, Kurniawan. 2017. Teori Sistem Hukum Lawrence M. Friedman. Surabaya:


Univeristas Surabaya

Hernoko, Agus Yudha. 2010. Hukum Perjanjian asas Proporsionalitas dalam kontrak
Komersil. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Pemerintah Republik Indonesia. 2018. Perpres no 16 tahun 2018 tentang pengadaan


barang dan jasa. Jakarta: Kementerian PMK.

Subekti, R, dan R. Tjitrosudibio. 2003. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH


Perdata). Jakarta: Pradnya Paramita
Asodiq, Ilman Muhamad. 2017. Ruang Lingkup Hukum Kontrak. Bandung: Universitas Islam
Sunan Gunung Djati Bandung.

Anda mungkin juga menyukai