Anda di halaman 1dari 8

PERBANDINGAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN

PEMAKAIAN FIBER BAJA DAN PEMAKAIAN FIBER BENDRAT

Kelebihan Penggunaan Serat:


a. Dapat meningkatkan kuat lentur beton.
b. Kemungkinan terjadi segregasi kecil.
c. Daktilitas (kemampuan menyerap energi) juga meningkat.
d. Tahan benturan.
e. Retak-retak yang terjadi dapat direduksi.
f. Beton menjadi lebih kaku.
g. Meningkatkan kuat tarik, kuat tekan dan kuat desak beton.
Kekurangan Penggunaan Serat:
a. Biaya menjadi lebih mahal karena adanya penambahan material yang berupa serat.
b. Proses pengerjaan lebih sulit dari beton biasa.

Steel fiber didefenisikan sebagai bagian kecil yang rata atau bergelombang baja dingin,
bagian rata atau bergelombang potongan baja, leburan ekstrak serat atau serat baja lainnya
yang sangat kecil tersebar merata dalam campuran beton segar dengan tegangan tarik rata-
rata fu tidak kurang dari 345 MPa ( ASTM-A820 ). Berdasarkan ASTM-A820, terdapat
empat tipe umum serat baja yang digunakan sebagai material, yaitu tipe I kawat dingin, tipe
II potongan tipis, tipe III leburan ekstrak, serta tipe IV serat jenis lainnya.

Gambar 1. Tipe Fiber Baja


Pengecoran benda uji:
1. Hidupkan mesin pengaduk beton / molen.
2. Masukkan air secukupnya kedalam mesin pengaduk agar permukaan bagian dalam
mesin pengaduk basah.
3. Setelah itu masukkan material dengan urutan : pasir, semen, air, kerikil. Dan untuk
benda uji dengan serat / fiber dimasukkan pada urutan terakhir setelah keempat
material diatas bercampur secara sempurna.
4. Aduk dengan kecepatan rendah selama + 5 menit agar campuran teraduk secara
sempurna. Dan untuk benda uji dengan serat / fiber dimasukkan setelah beton teraduk
secara sempurna.
5. Selanjutnya, adukan beton dituangkan kedalam cetakan balok dan silinder secara
bertahap. Agar beton yang dituang terisi secara penuh dan merata dibantu dengan
merojok atau menggunakan alat vibrator.
6. Setelah benda uji pertama selesai, dilanjutkan dengan benda uji kedua dan ketiga
dengan tambahan serat / fiber.

Pengujian kuat tekan beton uji silinder:


1. Benda uji dikeluarkan dari rendaman 1 hari sebelum pengujian (28 hari) agar
Permukaan benda uji kering.
2. Kemudian timbang berat benda uji.
3. Benda uji diletakkan pada Compression Machine sehingga tepat berada pada tengah-
tengah alat penekan.
4. Secara perlahan-lahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan mengoperasikan
tuas pompa.
5. Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi, catat angka yang ditunjukkan
jarum penunjuk yang merupakan beban maksimum yang dapat dipikul oleh benda uji
tersebut.

Pengujian kuat lentur balok beton:


1. Balok beton diatas perletakan yang telah disediakan, pasang dial dimana akan diukur
lendutan.
2. Letakkan sumber beban tepat pada titik tengah balok.
3. Setelah semua perangkat alat-alat pengujian disiapkan, kemudian dilakukan
pembebanan secara berangsur-angsur dengan kenaikan setiap 500 kg pada pembacaan
hydraulic.
4. Setiap tahap pembebanan, dilakukan pembacaan lendutan dan regangan serta
mengamati deformasi yang terjadi pada balok.
5. Pembacaan dilakukan hingga balok mencapai keruntuhan.

Hasil kuat tekan beton:


Penambahan fiber baja ataupun fiber bendrat sebesar 2% dari berat semen tidak berpengaruh
banyak terhadap kuat tekan beton. Pemakaian fiber baja pada beton mampu meningkatkan
kuat tekan beton dari 18,6 MPa menjadi 18,8 MPa. Sedangkan pemakaian fiber bendrat
meningkatkan kuat tekan beton dari 18,6 MPa menjadi 18,7 MPa.

Hasil kuat lentur:


Pemakaian fiber baja sebanyak 1800 gram dapat mereduksi lendutan sebesar 25,7% jika
dibandingkan dengan beton normal. Sedangkan pemakaian fiber bendrat sebanyak 1800 gram
dapat mereduksi lendutan sebesar 18,6% jika dibandingkan dengan beton normal.

Kesimpulan:
1. Lendutan yang terjadi pada beton bertulang dengan penambahan serat baja sebanyak
1800gr berkurang dari 12,96 mm menjadi 9,62 mm atau mereduksi sebesar 25,7%
bila dibandingkan dengan beton normal.
2. Sedangkan dengan penambahan serat bendrat sebanyak 1800gr lendutan yang terjadi
berkurang dari 12,96 mm menjadi 10,54 mm atau mereduksi sebesar 18,6% bila
dibandingkan dengan beton normal.
3. Total panjang retak yang terjadi pada balok beton bertulang dengan penambahan fiber
baja mengalami pengurangan dari 230 cm menjadi 105 cm atau sebesar 45% bila
dibandingkan dengan beton normal.
4. Sedangkan dengan penambahan fiber bendrat tota panjang retak mengalami
pengurangan dari 230 cm menjadi 121 cm atau sebesar 36% bila dibandingkan
dengan beton normal.
5. Ditinjau dari segi lendutan dan total panjang retak, pemakaian fiber baja lebih baik
dibandingkan dengan pemakaian fiber bendrat.
ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA
KARBON 3D DRAMIX DAN SERAT KAWAT BENDRAT TERHADAP KUAT
TEKAN, KUAT TARIK BELAH, DAN KUAT TARIK LENTUR PADA BETON
MUTU NORMAL

Bahan-bahan yang digunakan:


1. Semen
Semen yang digunakan pada penelitian ini yaitu semen PCC (Portland Compsite
Cement) Tipe I dengan merk dagang Semen Padang.
2. Air
Air yang digunakan pada penelitian ini ialah air bersih yang diperoleh dari
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Lampung.
3. Agregat halus
Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini ialah pasir yang berasal dari
Gunung Sugih, Lampung Tengah. Pada penelitian ini dilakukan pengujian agregat
halus sesuai dengan standar ASTM diantaranya uji 22 kadar air, kadar lumpur,
kandungan zat organis, gradasi serta berat jenis dan penyerapan.
4. Agregat kasar
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini ialah batu pecah dengan ukuran
gradasi 1-2 yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian agregat kasar sesuai dengan standar ASTM diantaranya uji kadar
air, kadar lumpur, gradasi, berat jenis dan penyerapan.
5. Superplasticizer
Pada penelitian ini superplasticizer yang digunakan adalah jenis M261 HRWR.
6. Serat
Serat yang dipakai berupa serat baja karbon 3D Dramix dan serat kawat bendrat. Serat
baja yang dipakai yaitu Dramix 3D produksi PT. Bakert dengan tipe ujung berkait
(hooked), diameter 0,75 mm dan panjang 60 mm, atau dengan aspek rasio (l/d) 80,
daya tarik sebesar 1.225 MPa, dan modulus elastisitas serat baja yaitu 210.000 MPa.
Serat kawat bendrat yang dipakai yaitu dengan diameter 0,80 mm dan panjang 60
mm, atau dengan aspek rasio (l/d) 75.
Gambar 2. Serat Baja Karbon 3D Dramix

Gambar 3. Serat Kawat Bendrat

Pembuatan benda uji:


Benda uji yang akan dibuat terdiri dari silinder dengan diameter 150 mm, dan tinggi 300 mm,
dan balok dengan panjang 400 mm, lebar 100 mm, dan tinggi 100 mm. Setiap variasi terdiri
dari 9 (sembilan) benda uji yaitu 6 (tiga) benda uji silinder dan 3 (tiga) benda uji balok, yang
akan dilakukan pengujian pada umur 28 hari.

Kesimpulan:
1. Slump test beton tanpa serat terlihat lebih encer sehingga sangat memudahkan dalam
proses pemadatan. Sedangkan pada beton dengan campuran serat baja karbon 3D
Dramix dan serat kawat bendrat terjadi penurunan workability saat penambahan
volume serat pada adukan beton. Hal ini terjadi dikarenakan beton sudah kaku dan
menyebabkan sulitnya proses pemadatan.
2. Pada kuat tekan beton penambahan serat baja karbon volume fraction 2% dalam
adukan beton menghasilkan kuat tekan beton tertinggi sebesar 30,85 MPa.
Penambahan serat 2% mengalami peningkatan kuat tekan beton sebesar 18,95% dari
kuat tekan beton volume fraction 0% yaitu 25,93 MPa. Sedangkan Penambahan serat
kawat bendrat volume fraction 1% dalam adukan beton menghasilkan kuat tekan
beton tertinggi sebesar 30,95 MPa. Penambahan serat 1% mengalami peningkatan
kuat tekan beton sebesar 19,33% dari kuat tekan beton volume fraction 0% yaitu
25,93 MPa.
3. Pada kuat tarik belah beton pada penambahan serat baja karbon volume fraction 2%
dalam adukan beton menghasilkan kuat tarik belah beton tertinggi sebesar 5,57 MPa.
Penambahan serat 2% mengalami peningkatan kuat tarik belah beton sebesar 88,38%
dari kuat tekan beton volume fraction 0% yaitu 2,96 MPa. Sedangkan Penambahan
serat kawat bendrat volume fraction 2% dalam adukan beton menghasilkan kuat tarik
belah beton tertinggi sebesar 4,65 MPa. Penambahan serat 2% mengalami
peningkatan kuat tarik belah beton sebesar 57,30% dari kuat tarik belah beton volume
fraction 0% yaitu 2,96 MPa.
4. Pada kuat tarik lentur beton pada penambahan serat baja karbon volume fraction 2%
dalam adukan beton menghasilkan kuat tarik lentur beton tertinggi sebesar 11,98
MPa. Penambahan serat 2% mengalami peningkatan kuat tarik lentur beton sebesar
465,63% dari kuat tarik lentur beton volume fraction 0% yaitu 2,12 MPa.
Penambahan serat kawat bendrat volume fraction 2% dalam adukan beton
menghasilkan kuat tarik lentur beton tertinggi sebesar 5,53 MPa. Penambahan serat
2% mengalami peningkatan kuat tarik lentur beton sebesar 161,10% dari kuat tarik
lentur beton volume fraction 0% yaitu 2,12 MPa.
5. Penambahan serat baja karbon 3D Dramix lebih signifikan dibandingkan serat kawat
bendrat. Pada benda uji beton dengan campuran serat baja karbon 3D Dramix
memiliki lebar keretakan yang lebih menyebar sehingga mempunyai kemampuan
penyerapan energi yang lebih besar dibandingkan beton dengan campuran serat kawat
bendrat, sehingga beton dengan campuran serat baja karbon 3D Dramix menghasilkan
kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat tarik lentur yang lebih tinggi dari beton dengan
campuran serat kawat bendrat.
Effect of vibration time on steel fibre distribution and flexural behaviours of steel fibre
reinforced concrete with different flowability
Minglei Zhao, Jie Li, Yi Min Xie.
Distribusi serat baja (steel fiber) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
- Aliran serta viskositas dari beton segar
- Arah pengecoran
- Ketebalan pengecoran
- Jarak aliran
- Kekasaran permukaan bekesting
- Bentuk spesimen
Pengujian pada jurnal ini menggunakan beton dengan tipe SFRC (Steel Fiber Reinforced
Concrete). Tingkat distribusi serat baja dipengaruhi oleh nilai slump test beton segar.
Pengujian slump test spesimen yang digunakan terdiri dari 80 mm, 120 mm, 160 mm serta
200 mm. Saat nilai slump mencapai 160 mm, serat baja mulai menunjukkan kecenderungan
berada pada lapisan bawah balok benda uji. Ketika slump test ditingkatkan mencapai nilai
200 mm, ditambah dengan penggunaan vibrator dengan durasi getar selama 60 detik, hapir
tidak terdapat serat baja yang tersisa pada bagian atas balok. Sebagian besar serat baja berada
pada lapisan bawah balok. Alasan steel fiber ini tenggelam ke arah lapisan bawah
dikarenakan penurunan viskositas dari beton segar. Dengan bertambahnya waktu getar
membuat, pasta pengikat, agregat halus, agregat kasar serta serat baja terpisah menjadi
lapisan-lapisan sepanjang kedalaman balok. Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Untuk mengatasi kepadatan yang tidak seragam, digunakan bahan tambah tipe HRWR
dengan kadar tertentu untuk memudahkan beton segar memadat serta mengurangi waktu
getar yang dibutuhkan. Berikut ini merupakan hasil uji kuat tekan serta kuat lentur untuk tiap
spesimen.

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa waktu getar mempengaruhi
hasil kuat lentur karena distribusi serat baja. Sehingga diperlukan waktu getar yang tepat agar
distribusi serat baja dapat tersebar secara merata.

Anda mungkin juga menyukai