Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam meningkatkan perkembangan sosial dan kegiatan ekonomi
wilayah, prasarana (infrastruktur) umum merupakan hal yang
penting.Pembangunan tidak dapat berjalan dengan lancar jika prasarana
tidak baik.Setiap aspek kehidupan sosial maupun ekonomi mempunyai
prasarana sendiri, yang merupakan satuan terbesar dan alat utama dalam
berbagai kegiatan. Oleh karena itu, dalam mengsukseskan pembangunan
setiap lembaga sosial dan sektor kehidupan ekonomi harus memperhatikan
infrastrukturnya. Berdasarkan pengalaman yang ada pembangunan sering
terjadi tidak efisien dan efektif karena tidak sesuai dengan aspirasi daerah,
tidak sesuai dengan potensi daerah dan permasalahan daerah, serta
penyimpangan bersifat teknis maupun non-teknis yang tentu saja
menimbulkan berbagai dampak sosial yang tidak sedikit.

Menyadari pentingnya infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan


ekonomi, para pakar infrastruktur sepakat bahwa dalam mendorong
pembangunan infrastruktur, pemerintah sebagai pemain utama dalam sektor
infrastruktur selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan
infrastruktur dan memprioritaskan infrastruktur dalam rencana
pembangunan nasional, sehingga infrastruktur dapat dibenahi baik secara
kuantitas maupun kualitas. Pembangunan infrastruktur juga sepatutnya
melibatkan pihak swasta dan masyarakat demi tercapainya pembangunan
berkesinambungan.Untuk itu perlu pendekatan lebih terpadu dalam
pembangunan infrastruktur mulai dari perencanaan sampai pelayanannya
kepada masyarakat, guna menjamin sinergi antar sektor, daerah maupun
wilayah.

Untuk mempercepat penyediaan infrastruktur, pemerintah


memberikan dukungan dengan memberikan kompensasi dalam bentuk kerja
sama investasi, subsidi, garansi, dan penghapusan pajak sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2005.
Kompensasi diberikan kepada proyek-proyek infrastruktur yang lolos dalam
penyaringan KKPP1 (Komite & Kebijakan Percepatan Penyediaan
Infrastruktur) dan Komite Pengelolaan Resiko Departemen Keuangan.

Perpres No 67 Tahun 2005 merupakan pengganti Keputusan Presiden


No. 7 Tahun 1989. Perpres baru ini bertujuan untuk mengakomodasi
perubahan paradigma dalam kerjasama pemerintah dengan badan usaha
swasta dalam penyediaan infrastruktur, antara lain berupa penerapan
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.

1
Dengan adanya peraturan baru ini, banyak resiko yang dibebankan
kepada pemerintah. Sebagai feed back-nya, kompensasi mampu
mempercepat penyediaan infrastruktur di Indonesia. Badan usaha yang
berpeluang memperoleh kompensasi adalah BUMN, BUMD, koperasi dan
swasta, dan dukungan tersebut dalam bentuk public service obligation
(subsidi).

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan investasi yang ada di Indonesia dengan
investasi yang ada di Jepang.
2. Perbedaan pemasukan investasi antara Indonesia dengan Jepang.
3. Untuk apa saja nilai investasi dialokasikan baik di negara Indonesia
atau Jepang.

3. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan investasi yang ada di Indonesia dengan
investasi yang ada di Jepang.
2. Mengetahui Perbedaan pemasukan investasi antara Indonesia dengan
Jepang.
3. Mengetahui Untuk apa saja nilai investasi dialokasikan baik di negara
Indonesia atau Jepang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Perkembangan Investasi antara Indonesia dengan Jepang

Indonesia
Dalam lima tahun terakhir, pekerjaan sipil di Indonesia didominasi
oleh proyek konstruksi. Pekerjaan sipil biasanya dibiayai oleh pemerintah
pusat dan daerah serta perusahaan milik negara termasuk infrastruktur
bisnisnya. Dalam lima tahun ke depan (2015 - 2019), pemerintah baru
memperkirakan untuk mendorong investasi infrastruktur sebesar Rp4.886
triliun dimana Rp3.886 triliun untuk infrastruktur strategis dan Rp1.500
triliun untuk infrastruktur dasar.
Jepang

Investasi konstruksi Jepang pada tahun fiskal 2015 (nilai nominal,


sama setelah ini) adalah sekitar 51,0 triliun yen, yang mencakup sekitar 21,5
triliun yen dalam investasi pemerintah dan sekitar 29,4 triliun yen dalam
investasi sektor swasta. Dibandingkan dengan puncaknya, investasi
konstruksi turun 39,3% (puncak pada tahun fiskal 1992) dengan investasi
pemerintah turun 38,8% (puncak pada tahun fiskal 1995) dan investasi
sektor swasta turun secara signifikan sebesar 47,2% (puncak pada tahun
fiskal 1990). Investasi konstruksi pada tahun fiskal 2016 diperkirakan akan
naik 1,9% dari tahun fiskal sebelumnya menjadi 51,94 triliun yen.
Mempertimbangkan isi dari anggaran awal untuk tahun fiskal 2016,
investasi konstruksi pemerintah terkait dengan akun umum adalah datar
dibandingkan dengan anggaran awal pada tahun fiskal sebelumnya.
2. Perbedaan Pemasukan Investasi antara Indonesia dengan Jepang
Indonesia
Pendanaan investasi konstruksi tersebut cukup menantang karena
pemerintah hanya menyediakan sebagian kecil dari investasi yang
diperlukan (30%) sementara perusahaan milik negara juga hanya 30%. Oleh
karena itu, pemerintah mengusulkan PPP (Public Private Partnership) secara
moderat untuk investasi infrastruktur sekitar 20%. Sisanya hanya
mengandalkan off balance sheet (20%). Skema pembiayaan kreatif
diharapkan dapat mengatasi off balance sheet tersebut
Jepang
Investasi konstruksi perumahan sektor swasta diperkirakan akan naik
3,3% dari tahun fiskal sebelumnya karena peningkatan berkelanjutan dalam
jumlah awal karena pemotongan pajak warisan untuk rumah sewa meskipun

3
ada penurunan kondominium dimulai karena harga yang tersisa di tingkat
tinggi, sementara jumlah perumahan mulai diperkirakan naik 2,2% dari
tahun fiskal sebelumnya.
Di bidang investasi non-perumahan sektor swasta, meskipun beberapa
stagnasi diamati dalam tren pemulihan belanja modal saat ini, tetap saja
didukung oleh peningkatan pendapatan perusahaan, dan luas lantai sektor
swasta yang dimulai dari pembangunan non-perumahan diperkirakan naik
3,3% dari tahun fiskal sebelumnya. Sementara itu, harga unit konstruksi
diperkirakan akan menurun dari tahun fiskal sebelumnya, jadi sementara
investasi konstruksi non-perumahan sektor swasta akan turun 1,5% dari
tahun fiskal sebelumnya, belanja modal perusahaan yang terkait dengan
teknik sipil diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan keseluruhan
0,8% dari tahun fiskal sebelumnya.

3. Alokasi Dana Investasi untuk Kebutuhan Negara


Indonesia
Rencana pengembangan infrastruktur strategis untuk menanggapi
konektivitas kepulauan meliputi Sunda Brigde, Pelabuhan Internasional Hub
(Kuala Tanjung, Maloy, Bitung), Jalan Raya Trans Sumatra, Jalan Raya
Trans Jawa, Jalan Nasional untuk Trans Kalimantan, Jalan Nasional untuk
Trans Kalimantan, Jalan Nasional untuk Trans Sulawesi, Jalan Nasional
untuk Trans Maluku , Jalan Nasional untuk Trans Papua, Kereta Api Trans
Sumatra, Kereta Api Trans Kalimantan, Kereta Api Trans Sulawesi,
Pengembangan Bandara Internasional dan Domestik, Pengembangan Pesisir
Terpadu Ibukota Nasional (NCICD), Perlindungan Pesisir Jawa, Palapa
Ring, Satelit Broadband, Pusat Data Konsolidasi.
Pengembangan infrastruktur strategis lainnya yang akan dibangun
untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air adalah rehabilitasi sungai
dan restorasi bendungan di seluruh negara. Infrastruktur perkotaan juga
ditargetkan untuk meningkatkan pengembangan wilayah perkotaan seperti
MRT dan Monorail Jakarta, Elevated Loop Line Jabodetabek dan BRT di
16 Kota, kereta api bandara di Jakarta dan kota-kota metropolitan lainnya,
sistem saluran air limbah di Jakarta & metropolitan area lainnya. Selain itu,
infrastruktur energi juga menjadi perhatian utama pemerintah. Investasi
energi infrastruktur mencakup pengembangan Pembangkit listrik tenaga
batubara Pembangunan di dekat area penambangan 5.000 MW termasuk
sistem distribusi kabelnya di bawah laut Jawa-Sumatera, Jawa-Kalimantan
dan Kalimantan-Sulawesi, pengembangan pembangkit listrik tenaga panas
bumi, pengembangan penerimaan LNG, minyak kilang dan jaringan gas di
seluruh kota.
Jepang

4
Investasi konstruksi pemerintah terkait dengan Rekening Khusus
Gempa Bumi Jepang Timur Besar memperkirakan biaya untuk setiap
proyek berdasarkan pada isi anggaran awal dari kementerian dan lembaga
terkait dalam Periode Rekonstruksi dan Revitalisasi. Mempertimbangkan
bahwa beberapa investasi konstruksi pemerintah terkait dengan anggaran
tambahan pada tahun fiskal 2015 dan tahun fiskal 2016 akan direalisasikan
sebagai jumlah yang diselesaikan selama tahun fiskal 2016, investasi
konstruksi pemerintah diperkirakan akan naik 1,9% dari tahun fiskal
sebelumnya.

5
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai investasi yang
masuk kedalam sebuah negara sangat berpengaruh kepada perkembangan
infrastrukur suatu negara. Bila infrastruktur suatu negara baik maka akan
berimbas kepada peningkatan nilai ekonomi suatu negara. Dan akan tercipta
kesejahteraan untuk masyarakat.

2. Saran
Mengingat begitu pentingnya investasi terhadap infrastruktur, maka
diharapkan Pemerintah berhati-hati dalam membuat kebijakan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Central Bureau of Statistic (2015), Economic Indicators , Jakarta


Central Bureau of Statistic (2014), Economic Indicators, Jakarta
Central Bureau of Statistic (2013), Economic Indicators, Jakarta
Central Bureau of Statistic (2016), Construction in Figures 2015 (in Bahasa
Indonesia), Jakarta
Central Bank of Indonesia (2009), Annual Report of National Economy, Jakarta
Central Bank of Indonesia (2010), Annual Report of National Economy, Jakarta
Mulyo, SS & Abidin, IS (2007), Construction Market in Indonesia, Japan -
Indonesia Seminar II, Department of Public Works, Republic of Indonesia,
Jakarta.
Public Works Department (2008), Program and Target Development, Jakarta
Suraji, A (2007), The Indonesian Construction 2030, National Construction
Services Development Board, Jakarta
Wuryanti, W (2005) Cost Index Component of Reinforce Concrete & Composite
for Building Construction (in Indonesian), Seminar, Institute for Research &
Development, Ministry of Public Work, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai