Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FUNDAMENTAL PT JAYA KONSTRUKSI MANGGALA PRATAMA Tbk

Profil Perusahaan
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk, sebagai bagian dari Grup Jaya, melakukan
kegiatan usaha yang beragam, yang mencakup sektor infrastruktur dan pekerjaan konstruksi
bangunan, perdagangan aspal dan bahan bakar gas cair (LPG), pabrikasi beton pracetak dan
pekerjaan mekanikal dan elektrikal, serta layanan pemeliharaan. Perseroan didirikan pada
tanggal 23 Desember 1982 pada saat Departemen Pemborongan PT Pembangunan Jaya dipisah
untuk menjadi badan hukum tersendiri. Saham Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) sejak Desember 2007. Perseroan merupakan pemain utama di sektor
infrastruktur Indonesia, telah banyak berpartisipasi dalam pembangunan proyek penting yang
telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sosial dan ekonomi dalam negeri, termasuk
bandara, jalan tol, pembangkit listrik, saluran air dan fasilitas umum lainnya. Perseroan juga
telah lama berperan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pada sektor komersial sebagai
penyedia utama pekerjaan konstruksi, teknik dan layanan pemeliharaan untuk hotel, pusat
perbelanjaan (mall), apartemen dan bangunan-bangunan perkantoran.
Pada tahun 2007 Perseroan melakukan akuisisi empat perusahaan anak langsung, PT Jaya
Trade Indonesia, PT Jaya Teknik Indonesia, PT Jaya Beton Indonesia dan PT Jaya Daido
Concrete, dan kemudian mengakuisisi 12 perusahaan anak tidak langsung: PT Jaya Gas
Indonesia, PT Toba Gena Utama, PT Sarana Bitung Utama, PT Metroja Mandiri, PT Kenrope
Utama, PT Sarana Merpati Utama, PT Adibaroto Nugratama, PT Adigas Jaya Pratama, PT
Sarana Lampung Utama, PT Sarana Lombok Utama, PT Sarana Jambi Utama dan PT Jaya
Celcon Prima.
Pada tahun 2009 Perseroan mendirikan dua perusahaan patungan, PT Jaya Konstruksi
Pratama Tol (dengan PT Pembangunan Jaya Toll) dan PT Jaya Sarana Pratama (dengan PT Jaya
Real Property Tbk) untuk pengembangan usaha Perseroan dalam pembangunan dan
pengoperasian jalan tol. Untuk memperluas terminal aspal curah.
Kemampuan Perseroan yang telah terbukti dapat memanfaatkan kompetensi inti dalam
mengintegrasikan rangkaian nilai infrastruktur memungkinkan Perseroan untuk dapat
meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko bahkan pada penyelesaian proyek-proyek dengan
tingkat kompleksitas yang tinggi. Dengan reputasi yang baik untuk hasil kerja yang bermutu
tinggi, kehandalan, penyerahan tepat waktu dengan harga yang kompetitif, Jaya Konstruksi telah
menempatkan dirinya sebagai mitra utama bagi Pemerintah Indonesia dan perusahaan-
perusahaan besar dalam pembangunan infrastruktur.

ANALISIS FUNDAMENTAL (Makro Ekonomi)
GDP
GDP (Gross Domestic Product-red) merupakan total nilai penjualan barang dan jasa suatu negara
dalam setahun. Berikut adalah PDB (Produk Domestik Bruto) jasa kontruksi yang termasuk
sector industry di tahun 2008 sampai 2012

Pada tahun 2011 sampai 2012 mengalami kenaikan PDB dan PDB konstruksi. Saat ini industri
Jasa Konstruksi mendapat sorotan banyak pihak di berbagai negara, mengingat sumbangsihnya
yang signifikan terhadap banyak sektor terutama ekonomi. Hingga ditargetkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia di tahun 2014 minimal 7 persen, suatu pencapaian yang harus didukung oleh
Infrastruktur yang baik secara fisik maupun dari sisi sumber daya manusianya. Apakah dengan
adanya standar UMR yang baru, berpengaruh terhadap industri konstruksi. Atau dengan tuntutan
semua pekerja menjadi pegawai tetap, akan mempengaruhi semangat para kontraktor. Mengingat
pekerjaan konstruksi cenderung tidak tetap, tergantung proyek.

1) PDB Republik Indonesia (Akumulasi)

Dari data disamping, dapat dilihat PDB kwartal 1 dari tahun 2008-2011 mengalami
kenaikan hingga sebesar 6.45%, namun pada tahun 2012 turun dari tahun sebelumnya yaitu
6.29% atau turun sebesar 0.16%.
2) PDB sector industry

Dari data disamping, dapat disimpulkan bahwa PDB sektor konstruksi di Indonesia
cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 naik menjadi 7.23% namun pada tahun 2011
mengalami penurunan menjadi 5.22%. Pada tahun 2012 naik kembali sebesar 1.99% dari tahun
sebelumnya atau menjadi 7.21%.

Suku Bunga


Pada tahun 2011 tingkat suku bunga di indonesia berkisar 6,5 persen dan mengalami
penurunan di tahun 2012 dan 2013 masing-masing menjadi 6 persen dan 5,75 persen.
Peningkatn terjadi pada awal tahun 2014 yaitu tingkat suku bunga di indonesia mencapai
angka 7,5 persen. Kondisi ini memiliki kemungkinan untuk stabil atau meningkat hingga
akhir tahun berikutnya. Penyerapan sektor konstruksi terhadap APBN 2013 diperkirakan
hanya terserap sekitar 70 persen, menyusul dugaan akibat pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS dan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia.
Ia memperkirakan, kenaikan material barang konstruksi impor, di antaranya peralatan
MEP, peralatan pembangkit listrik, peralatan material aspal dan bahan industri lokal yang
mengandung material bahan baku impor adalah baja plat, baja profil, besi baja, marmer,
granit.
Inflasi




Proyeksi untuk inflasi berdasarkan perkiraan pencapaian target inflasi yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Perkiraan range untuk 2010-2015 adalah 3% hingga 7%, kecuali untuk
2015 yang diperkirakan dapat mencapai pengendalian yang baik, seperti yang terjadi pada 2009.
Pengendalian inflasi mempengaruhi pergerakan suku bunga dan nilai tukar. Namun,
pengendalian ini dipengaruhi pula oleh pergerakan global untuk harga komoditas, khususnya
minyak bumi. Proyeksi untuk sektor ekonomi, seperti pertanian, pertambangan, industri
pengolahan (manufaktur), utilitas, konstruksi, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, serta
keuangan dan jasa-jasa lainnya dipengaruhi oleh kondisi historis dan kapasitas maksimum untuk
masing-masing sektor. Setiap sektor memiliki karakteristik tersendiri dan setelah diagregasikan
diperoleh data PDB. Pertumbuhan ekonomi dalam periode 2011-2015 diestimasikan berada pada
kisaran 4,6 % hingga 8 %.

ANALISIS FUNDAMENTAL SEKTOR INDUSTRI
Pasar usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat berpotensi, dimana kegiatan investasi
yang dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta setiap tahunnya meningkat. Hal ini, berkaitan
juga dengan cakupan wilayah dan jumlah masyarakat (publik) yang mesti mendapatkan
pelayanan. Pemanfaatan potensi usaha jasa konstruksi di Indonesia dapat dilakukan dengan
pelibatan pengusaha nasional secara kompetitif melalui proses yang transparan, adil, efisien dan
efektif (ekonomis), serta penegakan hukum. Selain itu, dibutuhkan peningkatan kemampuan
(capacity building) kontraktor, dan implementasi kebijakan yang berpihak pada pengusaha
nasional. Pelibatan usaha jasa konstruksi nasional diharapkan akan dapat menciptakan lapangan
kerja, peningkatan layanan infrastruktur publik, dan usaha jasa konstruksi nasional dapat
bersaing pada pangsa pasar regional, pasar domestik, dan pasar luar negeri.

Pendahuluan
Bisnis usaha jasa konstruksi merupakan usaha yang mempunyai karakteristik tertentu dan
unik, dimana memiliki batasan-batasan (constrain) yang harus dipenuhi, yaitu (1) waktu
berkaitan dengan periode pelaksanaan proyek, (2) biaya berhubungan dengan anggaran proyek,
dan (3) mutu berkaitan dengan spesifikasi, serta (4) keselamatan dan kesehatan kerja bagi
pekerja dan masyarakat di sekitar proyek. Selain itu, melibatkan banyak pihak yang memiliki
disiplin ilmu yang beragam dan pekerja yang tanpa keterampilan (non skill)
Pangsa pasar bisnis usaha konstruksi dapat dibagi menjadi dua bagian, berdasarkan
kegunaan konstruksi tersebut dan kepemilikannya, yaitu (Asnudin A, 2004) :
(1) Proyek konstruksi digunakan untuk kepentingan umum (public project), sistem pengadaan
kontraktor dilakukan berdasarkan peraturan/perundangan yang berlaku, seperti kebijakan
pemerintah setempat (autonomy regulation), kebijakan negara donor (loan/hibah), dan program -
program yang dikembangkan oleh organisasi non pemerintah (NGO).
(2) Pengadaan proyek konstruksi untuk kepentingan pribadi (private project). Sebagai pemilik
proyek (owner) mempunyai otoritas penuh untuk menentukan kriteria yang digunakan untuk
pengadaan kontraktor, antara lain : Pemilik proyek (owner) bebas menentukan kontraktor dengan
cara apapun, bebas melakukan negosiasi dengan salah satu kontraktor dan dapat membatasi
kontraktor yang di undang / ditawarkan suatu pekerjaan, pengumuman dapat dilakukan secara
terbuka (transparan) untuk mendapatkan penawaran kontraktor yang kompetitif.
Fungsi pasar untuk suatu organisasi, yaitu merupakan tempat untuk memasarkan jasa atau
produk, dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi.
Pasar dalam artian di lingkup jasa konstruksi adalah suatu proses transaksi antara penyedia jasa
dan pengguna jasa, dimana (1) penyedia jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa, dan (2) pengguna jasa adalah sebagai
pemilik pekerjaan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam
lingkungan proyek tertentu.

Tujuan Usaha Jasa Konstruksi
Pendirian suatu badan usaha jasa konstruksi mempunyai tujuan melakukan kegiatan
bisnis di bidang jasa konstruksi dengan harapan dapat memperoleh keuntungan.
Beberapa cara yang mesti diketahui oleh kontraktor sebagai penyedia jasa konstruksi, antara lain
(1) mendapatkan proyek, (2) mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan proyek tersebut, dan (3)
menjaga keberlangsungan perusahaannya.
Keberlangsungan usaha jasa konstruksi memerlukan pengelolaan yang mempunyai
orientasi pengembangan usaha yang jelas dengan memperhatikan kebutuhan pasar, dan
perkembangan sumber daya, serta kemajuan teknologi.

Pasar Proyek Konstruksi
Pangsa pasar konstruksi baik dari sumber APBN/APBD, dan kegiatan investasi
BUMN/BUMD, serta Swasta setiap tahunnya meningkat, pada tahun 2002 dengan anggaran
Rp.88 triliun, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp.107 triliun, tahun 2004
sejumlah 160 triliun sedangkan pada tahun 2005 menjadi Rp.168 triliun dan tahun 2008
diperkirakan mencapai Rp.170 triliun (gambar 1) . Apabila di elaborasi per sektor, maka pasar
jasa konstruksi adalah: sektor transportasi 42 persen, sektor migas 3 persen, sektor energi listrik
dan sektor sumber daya air 23 persen, sektor air minum dan sanitasi 9 persen, sektor perumahan
dan permukiman 21 persen, serta sektor telekomunikasi sebesar 2 persen (BPS, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diar (2007) menunjukkan bahwa pangsa pasar akan
mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena kepercayaan sektor swasta mulai
meningkat, gejolak harga minyak mulai stabil, dan kebijakan-kebijakan ekonomi cenderung
stabil.

Pengerjaan proyek infrastruktur Indonesia hingga 2010 berada di peringkat dua dunia
dengan nilai proyek US$120 milliar. Peringkat pertama diduduki China dengan total pengerjaan
proyek di atas US$200 milliar (Robert Mulyono Santoso, 2008), sehingga dapat diartikan bahwa
pasar konstruksi di Indonesia sangat berpotensi bagi penyedia jasa konstruksi di Indonesia, tetapi
hasil penelitian yang dilakukan oleh Asnudin A (2004) menunjukkan bahwa, pada umumnya
usaha jasa konstruksi dengan kategori skala kecil dan skala menengah, hanya mengerjakan satu
paket kontrak untuk setiap tahun anggaran dan penelitian yang dilakukan oleh Biemo W
Soemardi (2007) menunjukkan bahwa jumlah proyek relatif belum dapat dikatakan cukup besar
jika dibandingkan dengan jumlah usaha di sektor konstruksi yang mencapai lebih dari 80.000
perusahaan, sehingga dapat diartikan sebagai masih terbatasnya pangsa pasar dan ketatnya
persaingan di sektor jasa konstruksi nasional. Perusahaan konstruksi domestik yang menguasai
pasar konstruksi nasional masih didominasi oleh badan usaha milik negara (BUMN). Mungkin
terselip beberapa perusahaan swasta nasional yang mempunyai kemampuan setara dengan
pemain utama ini.

Orientasi Pasar
Peluang pasar untuk usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat besar, yang bersumber dari
proyek pemerintah ataupun proyek swasta. Sementara dari beberapa hasil penelitian (Asnudin A,
2004; Tilaar & Asnudin A, 2007; Sundari Sri, 2008) menunjukkan bahwa umumnya, kontraktor
di Indonesia masih memfokuskan diri untuk bersaing memperebutkan pangsa pasar jasa
konstruksi yang dibiayai melalui dana Pemerintah (APBN/APBD) yang jumlahnya tidak lebih
dari 45 persen dari total pangsa pasar jasa konstruksi. Pangsa pasar jasa konstruksi yang dibiayai
oleh dana investasi swasta yang jumlahnya lebih besar, khususnya investasi swasta asing, yang
umumnya dinikmati oleh penyedia jasa konstruksi asing. Padahal, beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh dari proyek swasta, seperti (1) segi kuantitas sektor swasta lebih menjanjikan
(jumlah proyek), (2) asas-asas perimbangan dalam kontrak yang adil, (3) proses administrasi dan
pembayaran yang transparan, adil dan akuntabel, serta ekonomis, dan (4) memberikan ruang
untuk melakukan klaim.
Kontraktor fokus pada proyek-proyek pemerintah, menunjukkan bahwa (1) kurangnya
kontraktor yang mengarah ke specialist untuk suatu klasifikasi pekerjaan, (2) kemampuan modal
kerja yang kecil, dan (3) penguasaan teknologi yang rendah, serta (4) keterbatasan peralatan dan
(5) akses informasi yang rendah dan sistem pemasaran yang lemah. Hasil studi yang dilakukan
oleh Biemo W Soemardi (2007), bahwa kontraktor fokus ke proyek pemerintah karena berbagai
alasan, yaitu terdapatnya kepastian anggaran pembangunan yang tercantum dalam anggaran
belanja negara baik di tingkat pusat (APBN) maupun di tingkat daerah (APBD) setiap tahunnya
yang dialokasikan untuk pembangunan fisik.
Menurut Biemo, WS (2007) pasar pemerintah dipandang sebagai pasar yang sangat
berpotensi memberikan pemasukan bagi perusahaan. Selain itu, belum adanya sistem yang baku
serta kurang terbukanya sistem pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh klien swasta
sampai saat ini memberi peluang terjadinya persaingan yang tidak sehat di antara para
kontraktor. Keadaan tersebut, kadang kala menyebabkan diperlukannya pendekatan-pendekatan
khusus (pendekatan secara informal maupun formal) untuk dapat mengikuti pelelangan atau
memenangkan proyek-proyek swasta tersebut tanpa melalui suatu pelelangan dan tingkat risiko
sangat tinggi dalam hal ketidakpastian pembayaran, terutama pada saat-saat akhir dari
penyelesaian proyek, juga dinyatakan oleh kontraktor sebagai alasan untuk lebih memilih pasar
pemerintah sebagai pasar sasarannya.

Kemampuan Keuangan
Untuk mendorong keterlibatan usaha jasa konstruksi skala kecil dan menengah pada
dunia usaha yang kompetitif dan bersaing secara luas dibutuhkan kemampuan keuangan yang
baik. Untuk itu, kebijakan dan komitmen dari pemerintah dan institusi terkait sangat diperlukan,
seperti, (1) akses permodalan yang mudah ke institusi keuangan (1) pemberlakuan suku bunga
yang rendah bagi usaha kategori mikro/kecil dan menengah, (2) proses administrasi yang efektif
dan ekonomis, dan (3) program-program pembinaan yang berkelanjutan (sustainable program)
tentang sistem pengelolaan keuangan bagi dunia usaha skala kecil dan menengah. Pada setiap
pekerjaan konstruksi untuk penyedia jasa sangat membutuhkan modal awal yang cukup besar
untuk biaya langsung proyek maupun berbagai jaminan selalu menyertai, seperti jaminan
penawaran, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, dan jaminan pemeliharaan. Hal itu, belum
termasuk jaminan-jaminan yang cukup besar, seperti construction risk, Erection Insurance, dan
jaminan-jaminan lainnya,"

ANALISIS FUNDAMENTAL PERUSAHAAN
Rasio Keuntungan
Rasio keuntungan 2013 2012 2011
gross profit margin

0.134

0.141

0.137
operating profit margin

0.074

0.069

0.073
net profit margin

0.046

0.046

0.043
return on equity (ROE)

0.131

0.182

0.160
return on total assets (ROA)

0.062

0.072

0.062

Gross Profit Margin merupakan laba kotor perusahaan, semakin tinggi nilainnya semakin
tinggi tingkat keuntungan, dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami fluktuasi tetapi tidak
terlalu signifikan.
Operating Profit Margin, semakin tinggi nilainya semakin tinggi tingkat keuntungannya.
Terjadi penurunan laba dari tahun 2011 ke 2012 dan mengalami kenaikan laba dari 2012 ke
2013.
Net Profit Margin, semakin tinggi nilainya semakin tinggi tingkat keuntungannya, terjadi
kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012, dan tidak terjadi kenaikan dari tahun 2012 ke 2013.
ROE, di tahun 2013 ROE mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, itu menandakan
tingkat pengembalian perusahaan mengalami penurunan.
ROA, di tahun 2012 ke 2013 ROA mengalami penurunan, menandakan aktiva yang
digunakan untuk memperoleh laba menurun. Jika ROA tinggi berpeluang besar
meningkatkan pertumbuhan.

Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas 2013 2012 2011
current ratio

1.60

1.35

1.34
quick ratio

1.43

1.19

1.27

Current Ratio, terjadi kenaikan current ratio dari tahun 2011 sampai 2013, ini menandakan
asset bisa memenuhi kewajiban lancar.
Quick Ratio, terjadi kenaikan dari tahun 2011 sampai 2013, itu menandakan asset bisa
memenuhi kewajiban lancar.
Rasio Harga Pasar
Rasio Harga Pasar 2013 2012 2011
earning per share (EPS) 31.93 46.70
price earning ratio (PER) 11.09 17.34 19.09
price earning ratio (PER) industry 29.28 35.24 34.06

EPS, terjadi penurunan EPS dari tahun 2011 ke 2012, itu menandakan tingkat keuntungan
bersih tiap lembar saham dalam menjalankan operasinya mengalami penurunan.
PER, terjadi penurunan PER dari tahun 2011 sampai 2013, itu menandakan laba bersih
yang diperoleh mengalami penurunan terhadap harga saham.
PER industry, terjadi penurunan PER dari tahun 2012 ke 2013, itu menandakan laba
bersih yang diperoleh mengalami penurunan terhadap harga saham.
ANALISIS SAHAM PERUSAHAAN
Berdasarkan grafik pergerakan harga saham tahun 2012 bisa dibilang cukup stabil, cuman
di bulan November ke desember mengalami penurunan. Harga terendah saham di angka Rp
1,340, harga tertinggi Rp 1,670 dan harga penutupan di angka Rp 1,500. Rata-rata harga saham
naik dari bulan agustus ke September.
Dari grafik pergerakan harga saham tahun 2013 rata-rata pergerakannya stabil dari bulan
januari sampai bulan September, sampai menyentuh harga tertinggi Rp 2.550. Setelah bulan
September kuartal pertama harga saham turun draktis, diangka terendah Rp 485 itu dikarenakan
kenaikan BI rate Sejak Juni 2013, BI rate telah naik lima kali sampai bertengger di 7,5%. Tak
hanya itu, ekonomi yang melambat dan kebijakan loan to value (LTV) untuk kredit pemilikan
rumah (KPR) kedua, membawa sentimen negatif ke pergerakan saham emiten properti.
Kenaikan suku bunga, menurut Wilson, menjadi pangkal permasalah penurunan permintaan
rumah dengan kredit. Melvina Wildasari, analis Trimegah Securities mengamini. "Saham-
saham emiten properti yang cenderung turun juga disebabkan dari depresiasi rupiah, Dus,
Melvina memperkirakan, kinerja rata-rata emiten properti pada tahun ini akan di bawah
ekspektasi. Tahun depan, pergerakan harga saham emiten properti masih akan cenderung
fluktuatif. Harus dilihat kebijakan makro ekonomi dan suku bunga di tahun depan, seperti
apa," tutur dia. Kalau tren suku bunga masih naik di tahun depan, harga saham emiten sektor
properti akan kembali merosot. Sebaliknya, kalau inflasi terkendali dan suku bunga turun,
harga saham emiten properti akan mendapat angin. Reza Nugraha, analis MNC Securities
menambahkan, meski tertekan, kinerja keuangan rata-rata emiten properti sampai akhir tahun
ini dan tahun depan, kemungkinan masih akan cukup baik. Penjualan properti masih cukup
bagus, jelas dia.



































TUGAS PASAR MODAL
ANALISIS FUNDAMENTAL PT JAYA KONSTRUKSI MANGGALA
PRATAMA Tbk



NAMA: KADEK DWI PUTRA ATMAJA
NIM : 13/358795/EE/06510








UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai