Anda di halaman 1dari 5

Notulensi Diskusi Umum

02 Agustus 2018
Eccents 11th 2018

Pemerintah Indonesia baru saja merevisi daftar proyek strategis nasional (PSN) melalui
Peraturan Presiden Nomor 56 tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN dari yang
awalnya terdapat 245 proyek menjadi 227 proyek. KPPIP menggunakan 4 kriteria utama dalam
menentukan layak tidaknya suatu proyek infrastruktur masuk ke dalam daftar PSN, yaitu kriteria
dasar, kriteria strategis, kriteria operasional, dan kriteria dukungan yang jelas (champion).
Kriteria dasar dan strategis digunakan untuk menyeleksi proyek-proyek infrastruktur yang
memiliki kesesuaian dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional/daerah
(RPJMN/D) dan rencana tata ruang wilayah (RTRW); memiliki nilai strategis dan berdampak
bagi perekonomian, kesejahteraan sosial, serta pertahanan dan keamanan nasional; memiliki
keterkaitan antarsektor infrastruktur dan antarwilayah; serta keragaman distribusi antarwilayah.
Sementara kriteria operasional dan championing digunakan untuk mengevaluasi keberadaan
suatu proyek infrastruktur dalam daftar PSN, seperti pelaksanaan konstruksi sebuah proyek harus
di mulai tahun 2019 (untuk proyek yang melibatkan badan usaha).
Saat ini pemerintah tengah mengkaji pembangunan beberapa proyek infrastruktur untuk
menekan impor bahan baku dan barang modal. Hal ini dilakukan guna memperbaiki neraca
dagang, menyehatkan neraca transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah. Beberapa yang menjadi
pertimbangan pemerintah dalam memilih PSN yang dikurangi dalam konteks permasalahan ini
adalah proyek-proyek yang dinilai terlalu membebani anggaran atau juga terlalu banyak
menggunakan komponen-komponen dari luar sehingga sangat berisiko untuk kesehatan neraca
transaksi berjalan sedangkan disisi lain proyek-proyek ini secara jangka panjang nilai return yang
dihasilkan belum cukup menjanjikan. Dari urgensi dan strategis, bisa lebih dulu dikesampingkan
dan lebih mengutamakan pembangunan proyek yang lain terlebih dahulu
Pembangunan infrastruktur merupakan langkah penting yang harus dilakukan oleh
pemerintah karena dapat pula mengembangkan sumber daya manusia. Jika pembangunan
infrastruktur ditingkatkan, maka pengembangan sumber daya manusia juga akan meningkat.
Contohnya: Pembangunan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak di suatu
daerah. Saat ini pemerintah memfokuskan perkembangan infrastruktur dengan tujuan untuk
meningkatkan ekonomi Indonesia. Dalam pembangunan infrastruktur Indonesia menggunakan
sdm asing dikarenakan sdm lokal belum mampu mengoperasikan suatu alat proyek. Namun,
karena pemerintah memprioritaskan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan
perekonomian, jadi tetap saja harus memperhitungkan jumlah sdm asing. Langkah tepat lainnya
yang dapat dilakukan oleh pemerintah juga memperhatikan batasan TKDN setiap pembangunan
yang mana sdm lokal juga harus mendapatkan manfaat dari proses pembangunan tersebut.

TKDN dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan tingkat efisiensinya. Jika dilihat
kondisi saat ini komponen dalam negeri masih belum memungkinkan untuk memasok kebutuhan
proyek pembangunan (dari sisi kualitas dan biaya), Mungkin dalam keadaan sekarang
pemerintah menilai bahwa komponen dalam negeri masih belum efisien untuk dipakai, dan
sebagai sarana untuk menarik investor dalam proyek. Pemerintah telah mempertimbangkan dari
beberapa aspek, mulai dari tingkat alih teknologi, tingkat ketersediaan komponen lokal, dan
tingkat SDM, tingkat resiko investasi. Jadi, Pemerintah tidak akan gegabah dalam menetapkan
suatu kebijakan, dan masyarakatnya sendiri tentu sudah dewasa dalam melakukan evaluasi
kebijakan.

Jika memang aspek ketenagakerjaan ingin segera ditingkatkan secara kuantitas dan
kualitas dan batas TKDN dalam suatu proyek ingin dipatok setinggi mungkin, maka dari
sekarang pemerintah harus mempercepat dan mengutamakan pembangunan infrastruktur yang
sifatnya bermanfaat secara langsung terhadap peningkatan sdm, seperti pembangunan
infrastruktur sekolah, balai latihan, pelayanan pendidikannkejuruan, pelayanan kesehatan dan
balai konsultasi gizi, dsb. Proses pembangunan dalam konteks ini menjadikan manusia sebagai
central substansial, bukan sebagai marginal residual yang justru dikorbankan. Alhasil output
yang diharapkan pada pembangunan seperti ini adalah bagusnya sdm pekerja dan kuantitasnya
juga banyak sehingga pembangunan dimasa depan akan bisa lebih banyak menggunakan tenaga
kerja lokal dan komponen dalam negeri. Demand tenaga kerja lokal dan resource dalam negeri
akan mampu terjawab

Beberapa anggapan muncul baha pembangunan infrastruktur akan mengorbankan sumber


daya alam. Namun, pembangunan infrastruktur tidak selalu mengorbankan SDA. Ada beberapa
proyek yang justru pemanfaatannya mempermudah dalam hal pemanfaatan SDA. Contohnya:
Bendungan. Memang masih terdapat sebuah pembangunan di Indonesia yang mengorbankan
sumber daya alam, hal tersebutpun disebabkan karena Indonesia memiliki banyak kawasan
konservasi dan lahan tak berpenghuni yang masih alami sehingga jika dibangun proyek juga
harus ada yang dikorbankan. Sehingga tetap saja peran pemerintah sangat diperlukan untuk
menjaga Kelestarian SDA ketika pembangunan proyek infrastruktur itu dilakukan. Hal tersebut
perlu dilakukan karena pembangunan yang baik adalah pembangunan yang sejalan dengan
pengembangan sumber daya manusia, budaya, serta sejalan dengan prinsip pemeliharaan
lingkungan sekitar (triangle of development).

Dalam mendorong realisasi proyek infrastruktur strategis nasional (PSN), anggaran PSN
tidak bisa mengandalkan APBN semata dan membutuhkan peran swasta dalam finansial . Untuk
itu pemerintah memberikan jaminan politik kepada investor, Jaminan politik itu tertuang dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 60 tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Jaminan
Pemerintah Pusat untuk Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Memang telah
tertera jaminan di dalam peraturan tersebut, namun sebagai investor juga memerlukan jaminan
yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menghindari kerugian dalam pendanaan PSN seperti
perpanjangan masa konsesi, menanggung kelebihan harga tanah dengan presentase tertentu,
kompensasi dengan memperhitungkan ulang biaya produksi, dan dengan dilakukannya
pembagian resiko yang telah disepakati antara pihak pemerintah dan perusahaan.

Kesimpulan Diskusi (dari Pak Rumayya):

 Dalam pengambilan kebijakan selalu akan terjadi trade-off, karena adanya opportunity
cost dari pilihan kebijakan itu. Contoh: Trade-Off antara pembangunan SDM vs
infrastruktur, antara short run vs. long run, antara asing vs domestik, dll
 Untuk itu kita perlu bijak untuk selalu berfikir dari kedua sisi. Jangan mudah terhanyut
dengan narasi yang berkembang di publik. Karena yg banyak belum tentu benar dan yang
benar belum tentu banyak.
 Pilihan apapun yang diambil itu menunjukkan preferensi pengambil kebijakan, yang
seharusnya dalam sistem demokrasi yang sehat mencerminkan preferensi masyarakat.
Sebagai ekonom kita hanya dapat memberi nasihat kepada policy maker terhadap
konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan yang ada. Sedangkan
pengambilan kebijakan itu sendiri adalah proses politik. In the end of the day, every
policy maker is a politician.
Closing Statement: tema mengenai dampak dari pembangunan infrastruktur terhadap defisit
transaksi berjalan

 Paling tidak ada 3 faktor utama yang menyebabkan Defisit Transaksi Berjalan (DTB):
1. Defisit neraca perdagangan (X<M),
2. Capital outflow (pembelian aset LN oleh penduduk Indonesia > pembelian aset
Indonesia oleh penduduk LN),
3. Pembayaran jasa/keuntungan WNA di Indonesia ke LN > pembayaran jasa
keuntungan WNI di LN ke Indonesia.
 DTB Indonesia yang terjadi saat ini didominasi oleh defisit neraca perdagangan (X<M)
akibat penurunan ekspor karena trend perdagangan dunia yang semakin protektif, terlebih
akibat perang dagang AS-China.
Di sisi impor, salah satu komponen terbesar Indonesia ialah impor minyak yang
besarannya sensitif terhadap harga minyak dunia. Selain itu komponen terbesar lainnya
adalah impor barang modal, mengingat besarnya kebutuhan barang modal industri dalam
negri yang tidak bisa dipenuhi industri dalam negri karena keterbatasan teknologi.
Selebihnya impor dibentuk oleh impor bahan baku produksi dan barang konsumsi .
 Berdasarkan hal tersebut tidak terlalu tepat jika pembangunan infrastruktur pemerintah
yang banyak menggunakan bahan baku impor dituding sebagai penyebab utama DTB.
 Menurut teori makro DTB dapat merupakan masalah musiman siklus bisnis yang tidak
terlalu dikhawatirkan. DTB menyebabkan cadangan devisa terkuras akibat lebih banyak
valas yang keluar daripada masuk Indonesia, hal ini kemudian akan menyebakan nilai
tukar rupiah melemah, alias mengalami depresiasi.
Depresiasi membuat harga komoditas DN menjadi lebih murah dan kompetitif yang pada
akhirnya akan meningkatkan ekspor sehingga DTB akan terkurangi hingga 0 dan bahkan
menjadi Surplus Transaksi Berjalan (STB).
Simpulan:

Pembatalan beberapa PSN yang memiliki komponen impor tinggi dan TKA yang tinggi dapat
mengurangi tekanan DTB. Namun kebijakan ini saja tidak akan cukup untuk mengatasi masalah
DTB tanpa dukungan kebijakan-kebijakan lainnya yang dapat mengurangi defisit perdagangan
dan meningkatkan capital inflow ke Indonesia.

 Semoga bermanfaat 

Anda mungkin juga menyukai