Secara normatif, Investasi Daerah (local investment) dipahami sebagai salah satu kekuatan
Daerah, timbul semacam kesadaran terlebih sesudah implementsi desentralisasi dan otonomi
daerah, bahwa akselerasi pembangunan hanya dimungkinkan jika terdapat arus investasi yang
signifikan. Persepsi yang kuat tentang pentingnya investasi telah mendorong Pemerintah Daerah
untuk melakukan berbagai upaya mulai dari promosi investasi yang gencar hingga kunjungan
pejabat daerah keluar negeri. Namun secara umum, antusiame Pemerintah Daerah tersebut belum
sepenuhnya dibarengi dengan agenda-agenda yang jelas dan komprehensif yang secara internal
peraturan dan regulasi, penyusunan master plan investasi, pengembangan sistem informasi
investasi, pelayanan one roof system atau one stop shop, pengembangan partnership, belum
dikembangkan secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Nampak jelas bahwa Pemerintah Daerah
belum sepenuhnya mengalami reorientasi peran, dari peran tradisional menuju peran
kewiraswastaan dan peran teknologi sebagai alat pendukung penyampaian informasi kepada
masyarakat.
Secara umum, iklim investasi di Indonesia dihadapkan tidak saja pada tantangan untuk
menarik investasi baru, tetapi juga tantangan untuk mempertahankan investasi yang sudah ada.
Sebagian lainnya masih tahap rencana, beberapa perusahaan multi nasional menunjukkan bahwa
iklim investasi di Indonesia sudah berada pada tahap yang cukup mengkhawatirkan.
1
Kedepan diperkirakan tantangan tersebut akan kian berat, bukan hanya karena lingkungan eksternal
yang semakin ketat, akan tetapi juga karena daya Tarik domestik yang masih relative rendah.
Pertama, terdapat kecenderungan arus masuk Penanaman Modal Asing (PMA) menurun akibat
meningkatnya ketidakpastian global yang mempengaruhi rasa aman dalam kegiatan penanaman
modal, kemungkinan terjadinya berbagai spekulasidalam proses merger dan akuisisi perusahaan,
Kedua, dari arus masuk Penanaman Modal Asing (PMA) yang cenderung menurun tersebut,
sebagian besar mengalir ke negara-negara tertentu saja. RRC diperkirakan tetap menjadi negara
tujuan terbesar arus masuk Penanaman Modal Asing yang mengalir ke kawasan Asia karena
didukung oleh pertumbuhan pasar dalam negeri yang tinggi, biaya produksi yang murah dan
Sedangkan secara internal, sejumlah faktor yang dinilai menghambat investasi di Indonesia
antara lain:
Pertama, masih adanya gangguan keamanan pada beberapa wilayah yang meskipun bersifat lokal
namun dapat memperngaruhi persepsi investor terhadap iklim investasi nasional. Selain itu masih
maraknya aksi terror di berbagai wilayah juga telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan
investor untuk menanamkan modalnya atau paling tidak menunda realisasi dari rencana
investasinya.
Kedua, kurangnya kepastian hukum yang selanjutnya mengakibatkan ketidakpastian hak milik
(property right) dan perjanjian usaha di Indonesia serta lemahnya penegakan hukum yang terkait
2
Ketiga, kurang kondusifnya pasar tenaga kerja di Indonesia, dengan produktivitas yang rendah dan
upah yang sulit diperkirakan secara pasti serta ketidakpastian hubungan industrial antara
perusahaan dan tenaga kerja, daya tarik investasi di Indonesia dari sisi ketenagakerjaan menurun
dratis.
Keempat, tumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah, serta kesimpangsiuran pembagian
kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang berkaitan dengan penyusunan kebijakan di
Kelima, Prosedur yang panjang dan berbelit-belit mulai dari perizinan hingga kepabeanan yang
tidak saja menyebabkan ekonomi biaya tinggi tetapi juga menghilangkan peluang usaha yang
negara-negara lain, insentif perpajakan di Indonesia relatif tertinggal. Meskipun dengan tingkat
pajak progresif yang diperkirakan relatif sama dengan negara-negara lain, sistem perpajakan di
Indonesia tidak memberikan pembebasan pajak (tax holiday) untuk jangka waktu tertentu dan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan kebutuhan akan teknologi sangatlah dibutuhkan
dalam penyampaian informasi secara tepat dan akurat yang langsung dapat di akses oleh
masyarakat baik masyarakat umum maupun pelaku-pelaku usaha yang berada dimanapun. Melalui
pengembangan Sistem Informasi Potensi Investasi Daerah (SIPID) dapat menjangkau berbagai
3
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah Penulis uraikan didalam latar belakang permasalahan
diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan karya tulis ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Sistem Informasi Promosi Investasi Daerah (SIPID) terhadap promosi
2. Apa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan proses penyampaian Sistem Informasi Investasi
Daerah (SIPID) pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Pidie.
1. Memenuhi salah satu tugas peserta yang akan mengikuti Ujian Dinas guna memperoleh
2. Mengetahui sejauh mana aktualisasi teori analisis Pengembangan Investasi Daerah melalui
Sistem Informasi Potensi Investasi Daerah (SIPID) pada Dinas Penanaman Modal dan
4
C. Sistematikan Pembahasan
Dalam Penulisan karya tulis ini Penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan
pendekatan teoritis. Dengan karya tulis ini diharapkan akan memperoleh gambaran mengenai
masalah yang terjadi pada isu aktual yang dipilih, Penulis membandingkan antara teori yang ada
dengan fakta yang terjadi pada Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim dan Promosi Penanaman
Modal pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten
Pidie. Proses penyusunan karya tulis ini meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan analisis
BAB IV : Penutup
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia sejak tahun 2004 telah
mengembangkan Sistem Informasi Potensi Investasi Daerah (SIPID) yang merupakan sarana
publikasi berbagai potensi investasi daerah dengan menyajikan informasi mengenai potensi daerah,
peluang usaha serta sarana prasarana pendukung investasi yang ditawarkan daerah kepada calon
investor. Dengan adanya Sistem Informasi Potensi Investasi Daerah (SIPID) merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam memberikan layanan kepada calon investor terutama dalam hal pemberian
informasi potensi investasi secara lengkap dan update. Investasi yang meningkat diharapkan dapat
sarana publikasi berupa layanan informasi potensi investasi daerah bagi calon investor berbasis IT
(melalui jaringan internet) yang disediakan untuk seluruh wilayah di Indonesia melalui
regionalinvestment.bkpm.go.id. Komitmen Pemerintah Pusat ini harus disambut baik oleh aparat
pengampu tugas pada Perangkat Daerah Propinsi di Bidang Penanaman Modal. Dengan adanya
sistem ini akan sangat membantu dalam berpromosi dan memberikan informasi terkait potensi
investasi yang dapat membantu calon investor dalam membuat keputusan bisnisnya. Harapan yang
ingin dicapai adalah mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah melalui peningkatan investasi
dengan memberikan informasi yang lengkap, tepat serta uptodate kepada calon investor.
6
2.2. Merumuskan Kebijakan Investasi
Pemerintah daerah perlu merumuskan kebijakan investasi daerah, khususnya yang terkait
dengan peningkatan iklim investasi. Kebijakan tersebut sebaiknya ditetapkan dengan standarisasi
yang baku, dan selanjutnya dipublikasikan agar investor dapat mempelajarinya. Rumusan
kebijakan investasi daerah itu penting agar daya tarik investasi yang bersangkutan bisa dipelajari
oleh investor.
Sedikitnya terdapat 3 (tiga) alasan mengapa suatu daerah perlu merumuskan kebijakan investasi.
Pertama, semangat desentralisasi dan otonomi daerah mengharuskan Pemerintah Daerah untuk
dengan cara menggali potensi daerah dan menarik investasi. Namun hal itu hanya dapat
diwujudkan, sekiranya Pemerintah Daerah memiliki kebijakan dan perencanaan investasi yang
memadai.
Kedua, terkait dengan point pertama diatas, persaingan di kalangan Pemerintah Daerah untuk
menarik investasi seringkali menjadi sesuatu yang tak terelakkan. Namun tentu saja, hanya daerah-
daerah yang secara cerdas mampu merumuskan kebijakan investasi yang akan memenangkan
persaingan.
Ketiga, dengan adanya kebijakan investasi, memungkinkan Pemerintah Daerah untuk menyusun
kerangka perencanaan dan rencana aksi yang diarahkan untuk mendorong investasi, khususnya
investasi swasta, baik domestik maupun asing. Disadari sepenuhnya bahwa ditengah kian
merosotnya kepercayaan dunia usaha terhadap iklim investasi di Indonesia, hanya kebijakan dan
7
Dari segi muatan, kebijakan investasi dimaksud sedikitnya memuat: (i) arah pengembangan
investasi daerah; (ii) legal aspect dan kepastian investasi; (iii) pengembangan tata ruang dan
kawaasan investasi; (iv) hak dan kewajiban investor; (v) pelayanan investasi; (vi) insentif
Dalam banyak kasus, perkembangan investasi seringkali tidak digerakkan semata-mata oleh
pertimbangan potensi daerah, dukungan infrastruktur, dan prospek ekonomi, akan tetapi juga
ditentukan oleh peraturan dan regulasi serta pelayanan birokrasi pemerintah. Regulasi yang
bersifat distortif dan pelayanan birokrasi pemerintah yang buruk sangat potensial menghambat
investasi.
Jika dicermati, jumlah produk hukum (dalam bentuk peraturan daerah) yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah saat ini relatif cukup banyak. Di satu pihak gejala ini dianggap sebagai
konsekuensi logis dari pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, namun dilain pihak, juga
dianggap sebagai akses atas pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Sebab sebagian besar
produk hukum yang dihasilkan tersebut nampak lebih berorientasi pada upaya menarik sebanyak
mungkin pungutan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Timbul kesan,
desentralisasi dan otonomi daerah dianggap sebagai bentuk legitimasi untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga ekonomi biaya tinggi (high cost economy) sulit untuk
dihindari.
8
Sejak desentralisasi dan otonomi daerah mulai diimplementasikan secara efektif tahun
2001, pajak daerah (regional taxes) memang telah menjadi ancaman bagi kegiatan bisnis.
memperkenalkan format baru perpajakan dan retribusi. Sejumlah Pemerintah Daerah telah
memberlakukan pajak perdagangan (tax trade), baik dalam maupun antar kabupaten/ kota dan
propinsi, karena jenis pajak ini dianggap mudah untuk diterapkan (hanya menempatkan petugas
pada sejumlah lokasi strategis, seperti batas kota, stasiun penimbangan, pelabuhan, jembatan dll).
Kabupaten Bima misalnya mengenakan pajak terhadap hampir semua komiditas atau produk yang
dikirim keluar melewati perbatasan. Begitu pula Propinsi Lampung memberlakukan “ licence fee
memperbesar pundi-pundi penerimaan daerah, tentu saja bukanlah sebuah kecenderungan yang
positif dan sehat. Sebab hal tersebut bukan hanya potensial menghambat laju investasi, tetapi juga
Beberapa faktor domestik yang menghambat iklim investasi nampaknya belum mengalami
perbaikan yang berarti. Salah satu diantaranya adalah prosedur yang panjang dan berbelit, yang
tidak hanya mengakibatkan ekonomi biaya tinggi tetapi juga menghilangkan peluang usaha yang
seharusnya dapat dimamfaatkan, baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasional
9
Saat ini misalnya, berdasarkan peraturan dan regulasi yang berlaku, untuk memulai suatu
kegiatan bisnis di Indonesia, para investor memerlukan 11 prosedur yang membutuhkan waktu
selama 168 hari dengan biaya 14,5 persen dari rata-rata pendapatan, serta membutuhkan modal
minimum tiga kali rata-rata pendapatan. Walaupun biaya tersebut tidak lebih tinggi dibandingkan
dengan negara-negara Asia Timur lainnya, namun dari segi waktu hampir tiga kali lipat. Lebih dari
Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu sistem pelayanan investasi yang transparan,
cepat, tanggap dan terkoordinasi. Salah satu bentk pelayanan investasi yang dinilai efektif dan
efisien adalah one stop licencing office. Sistem ini diyakini dapat menenangkan para investor,
karena sistem ini dapat memberi kepastian waktu, biaya, dan prosedur. Tujuan utama sistem ini
disamping dapat mengurangi banyaknya lisensi dan surat izin, juga dapat memangkas banyaknya
prosedur yang diperlukan untuk memperoleh lisensi dan surat izin tersebut.
Untuk mendorong investasi, daerah dituntut untuk aktif menggali potensi daerahnya dan
menginformasikannya kepada publik melalui berbagai media. Keberadaan informasi yang cepat
akses, akurat dan mutakhir akan membantu pihak investor dalam menganalisa potensi daerah dan
melakukan keputusan investasi. Dewasa ini, salah satu bentuk informasi potensi daerah yang
diharapkan dapat membantu pihak investor dlam melakkan keputusan investasi adalah Geoprahic
Information System (GIS). Format informasi ini sedikitnya memuat: (i) data bio fisik, termasuk
daerah aliran sungai, hutan, sumber daya air, keanekaragaman hayati, dan lingkungan hidup; (ii)
data sosial ekonomi, seperti demografi, struktur ekonomi, statistic pertanian, konsumsi dan
pengeluaran, kemiskinan, dan indikator pembangunan daerah; (iii) batas administratif wilayah
10
hingga tingkat desa; (iv) tata pemerintahan, informasi kebijakan dan perencanaan; dan (v) peta
Ketersediaan infrastuktur menjadi salah satu prasyarat bagi tumbuh kembangnya investasi.
Namun Pemerintah Daerah secara umum memiliki keterbatasan untuk menyediakan infrastruktur
yang memadai, akibat anggaran Pemerintah Daerah yang relatif terbatas. Oleh karena itu, konsep
kemitraan (partnership) menjadi sebuah alternatif yang paling mungkin bagi Pemerintah Daerah
Namun dalam kenyataannya, konsep kemitraan katakanlah dalam bentuk public private
partnership belum banyak dipraktekkan oleh Pemerintah Daerah. Ketidak mampuan Pemerintah
Daerah untuk menawarkan berbagai bentuk kemitraan, ketidak jelasan konsep kemitraan yang
ditawarkan oleh Pemerintah Daerah, tawaran kemitraan yang tidak menarik bagi kalangan investor,
merupakan beberapa faktor penyebab mengapa konsep kemintraan belum berkembang di daerah.
Nampaknya Pemerintah Daerah perlu lebih mencurahkan perhatian mengenai hal ini di masa-masa
Untuk menciptakan efektifitas, efisiensi, dan peningkatan daya saing daerah, konsep
berbasis pada kebutuhan untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi pembangunan antar daerah pada
suatu kawasan (wilayah). Konsep ini bukan hanya akan menciptakan skala ekonomi (economic
11
Pada sisi lain, konsep regional management juga dapat menurukan tensi persaingan antar
daerah, karena konsep ini lebih mengedepankan pada semangat kerjasama yang saling
menguntungkan antar daerah. Melalui konsep ini, berbagai bentuk kerjasama wilayah akan dapat
daerah adalah pengembangan jaringan bisnis dan investasi (investment and business networking).
Untuk efektifnya suatu jaringan bisnis dan investasi di daerah, maka perlu dilakukan pembinaan
yang lebih intensif terhadap pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam jaringan dimaksud,
yaitu: (i) aparatur pembinaan bisnis (misalnya BKPMD); dan (ii) para pelaku ekonomi dan bisnis.
Dalam banyak kasus, hubungan antara kedua pihak tersebut seringkali tidak sejalan
terutama karena perbedaan persepsi yang berkaitan dengan wawasan bisnis, sistem pengendalian
manajemen, dan penerapan teknologi. Hal ini perlu diupayakan peningkatan kemampuan SDM
aparat sehingga lebih professional, mandiri dan memiliki wawasan bisnis. Disamping itu harus
diciptakan pula hubungan yang lebih harmonis antara aparatur pembinan bisnis dan para pelaku
12
2.9. Mempertajam Strategis Belanja Publik
yang di satu pihak efektif mencapai tujuan dan sasaran pembangunan, namun dilain pihak mampu
memberi efek balik bagi penerimaan daerah. Pemerintah daerah sudah saatnya mengkalkulasi
secara cermat multiplier effect dan return of investment atas setiap jenis belanja modal yang
dialokasikan. Pengembangan revenue program dan pemilihan secara cermat pembangunan social
overhead capital yang potensial merangsang investasi, merupakan bagian dari upaya ini. Cara
seperti ini setidaknya dapat membantu Pemerintah Daerah untuk tidak selalu berpikir tentang
13
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Pemerintah Daerah merupakan actor kunci bagi penciptaan iklim investasi yang kondusif
dan pengembangan investasi daerah. Kebijakan yang tepat, peraturan dan regulasi yang jelas,
pelayanan yang responsive, merupakan sejumlah aspek yang perlu mendapat perhatian serius oleh
Pemerintah Daerah di masa yang akan datang. Sangat sulit mengharapkan adanya arus investasi ke
daerah sekiranya sejumlah aspek tersebut tidak ditangani atau dibenahi secara sungguh-sungguh
oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini peran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Pidie sangat dibutuhkan terutama pada Bidang Perencanaan,
Pengembangan Iklim dan Promosi Penanaman Modal. Dengan adanya aplikasi Sistem Informasi
yang ada didaerah Kabupaten Pidie dengan agenda –agenda yang telah direncanakan akan
unsur pelaksana teknis di bidang perencanaan penanaman modal, deregulasi penanaman modal dan
pembudayaan usaha serta unsur pelaksanaan teknis dibidang pengembangan promosi sesuai dengan
penyusunan dan pengembangan perencanaan penanaman modal, deregulasi penanaman modal dan
pembudayaan usaha serta melakukan pengembangan promosi, pelaksanaan promosi dan sarana
14
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Perencanaan, Pengembangan
a. Pengkajian, penyusunan dan pengusulan rencana umum, rencana strategis dan rencana
usaha melalui penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan dan daya saing
penanaman modal serta penyusunan bahan, sarana dan prasarana promosi penanaman
modal.
Berdasarkan uraian tersebut diatas adapun agenda-agenda dimaksud, antara lain: (i)
merumuskan kebijakan investasi; (ii) memperbaiki peraturan dan regulasi; (iii) memperbaiki
dukungan dan pelayanan birokrasi; (iv) mengembangkan promosi daerah; (v) mengembangkan
Dengan mencermati beragam masalah dan tantangan investasi diatas, maka perkembangan
investasi di tahun-tahun mendatang akan sangat tergantung pada sejauh mana keseriusan
pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah tersebut melalui serangkaian kebijakan yang bersifat
holistik dan lintas sektoral. Berkaitan dengan hal tersebut, maka makro telah diterbitkan White
Paper yang menguraikan mengenai peran pemerintah dalam meningkatkan iklim investasi. Peran
pemeritnah dimaksud adalah menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi sektor swasta
15
melalui kebijakan dan kelembagaan yang baik, yang didalamnya mencakup pemberian kepastian
hukum, penyederhanaan proses pemberian lisensi, dan penghapusan hambatan untuk berinvestasi.
Selain itu oleh pemerintah juga telah dikembangkan dua kebijakan dasar yaitu: (i)
mempertahankan penanaman modal yang sudah ada melalui peningkatan check and balanced
system yang mampu menampung keluhan dari kegiatan investasi yang ada serta menindaklanjuti
secara cepat dan efektif; dan (ii) meningkatkan daya tarik perekonomian yang mampu menarik
minat investor melalui penanganan aksi terror dan konflik, peningkatan kepastian hukum,
Oleh departemen, kebijakan dasar ini kemudian ditindak lanjuti dalam berbagai bentuk
agenda, program, dan rencana aksi. Departemen Perindustrian misalnya, telah mengembangkan
agenda-agenda yang diarahkan untuk mendorong investasi, antara lain: (i) agenda peningkatan
iklim usaha yang mencakup harmonisasi tarif bea masuk produk industry, peningkatan dukungan
perpajakan, dan peningkatan ketersediaan bahan baku lokal; dan (ii) agenda peningkatan investasi
yang meliputi percepatan proses perizinan di pusat dan daerah, peningkatan pemanfaatan kawasan
Dalam satu tahun terakhir berbagai upaya pemerintahan baru untuk mereformasi iklim
investasi nampak menunjukkan hasil. Dalam laporan Doing Business in 2006 sebuah laporan
mengenai perbandingan internasional atas iklim usaha di seluruh dunia yang diterbitkan oleh Bank
Dunia pada bulan September 2005 beberapa tahun lalu, Indonesia dianggap telah menunjukkan
kemajuan dalam tiga bidang; (i) perkenalan peraturan perundang-undangan kepailitan yang baru
yang telah memperjelas peraturan-peraturan bagi penutupan usaha-usaha yang pailit serta penataan
kembali usaha-usaha yang menjanjikan; (ii) perbaikan peraturan-peraturan yang melindungi para
penanam modal; dan (iii) beberapa peraturan bagi pengembangan usaha seperti penurunan biaya
untuk memulai suatu usaha. Indonesia saat ini menempati peringkat 115 dan berada dalam
perempat yang ketiga, naik dari perempat paling bawah tahun lalu.
16
3.2. Agenda Pemerintah Daerah ke Depan
Meskipun investasi sangat penting bagi daerah, namun mendatangkan investor kedaerah
umum investasi baik dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman
Modal Asing (PMA) akan masuk kesuatu daerah tergantung dari daya tarik setiap daerah tersebut
Oleh karena itu, guna meningkatkan iklim investasi dan mendorong investasi daerah,
terdapat sejumlah agenda yang seyogyanya dipertimbangkan oleh Pemerintah Daerah untuk
dikembangkan dimasa depan, antara lain merumuskan kebijakan investasi, memperbaiki regulasi,
agenda-agenda tersebut bukanlah sesuatu yang baru, namun tetap menarik untuk didiskusikan
mengingat bahwa selama ini agenda-agenda tersebut belum diimplementasikan secara optimal.
3.3. Hambatan Dalam Pelaksanaan Sistem Proses Penyampaian Infromasi Promosi Investasi
Daerah (SIPID)
Hambatan dan tantangan ini perlu segera di carikan jalan keluarnya melalui berbagai
fasilitas kegiatan. Salah satunya adalah penjelasan dan pemahaman secara teknis terhadap pasal 13
butir b dan c, Peraturan BKPM RI Nomor 9 Tahun 2017 yang menetapkan 5 (lima) tahapan bagi
17
e. Hasil Pemetaan Peluang Penanaman Modal di dokumentasikan ke dalam Sistem Informasi
Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut diperlukan dukungan dari berbagai pihak terutama
pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Pidie
diperlukan tahapan-tahapan agenda, antara lain: (i) merumuskan kebijakan investasi; (ii)
memperbaiki peraturan dan regulasi; (iii) memperbaiki dukungan dan pelayanan birokrasi; (iv)
management; (vii) mengembangkan business networking; dan (viii) mempertajam stategi belanja
publik. Dengan terlaksananya agenda tersebut akan tercipta peluang Penanaman Modal di daerah
Penyediaan data informasi bagi calon investor pada pelaksanaannya akan menghadapi
berbagai hambatan dan tantangan tersendiri bagi personil perangkat daerah baik propinsi maupun
kabupaten/ kota dimulai dari sulitnya koornidasi denga OPD pemilik data, ketidaksesuaian data
yang tersedia dengan data yang dibutuhkan, minimnya sarana dan prasarana, atau belum
digunakannya tehnologi informasi secara optimal, serta minimnya kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang merupakan permasalahan dalam proses penyediaan data Sistem Informasi Potensi
Investasi Daerah (SIPID). Adanya Sistem Informasi Potensi Investasi Daerah (SIPID) merupakan
sebuah kebutuhan yang dapat ditawar bagi calon investor/ stakeholder untuk melihat potensi
seluruh daerah di Indonesia. Terlebih melalui media internet dimana sistem informasi tersebut
dapat diakses secara online dan mampu menampilkan data dan informasi yang lengkap guna
menerapkan Sistem Informasi Potensi Investasi Daerah (SIPID) yang merupakan suatu sistem
informasi berbasis web yang berfungsi utnuk menyediakan informasi mengenai potensi investasi
daerah. Sistem Informasi Potensi Investasi Daerah (SIPID) merupakan sarana promosi yang
18
komprehensif dengan database terpusat sehingga memudahkan hanya dengan mengunjungi satu
situs.
Tetapi pada tahun 2020 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI memperbaharui
konten informasi potensi investasi pada Sistem Informasi Potensi Investasi Daerah (SIPID)
menjadi Potensi Investasi Regional (PIR). Langkah ini guna mendorong peningkatan dan
ini dikarenakan pada situs Sistem Infomasi Potensi Investasi Daerah (SIPID) sebelumnya,
informasi terbatas dan sebagian besar daerah belum melakukan update data, sehingga informasi
Informasi yang diperlukan investor dalam memutuskan investasi di daerah harus mudah
diakses dan komprehensif dalam satu situs. Kemudian akan dijawab oleh Potensi Investasi
Regional (PIR) yang berbasiskan geospasial dengan update date host to host dengan Kementerian/
Lembaga dan Asosiasi Usaha seperti Himpunan Kawasan Industri atau HKI.
ekonomi dan invesasi, antara lain penyederhanaan perizinan berusaha, pemberian berbagai insentif
investasi yaitu fasilitas inportasi mesin peralatan dan bahan baku penolong, fasilitas pengurangan
pajak (tax allowance, tax holiday dan super deduction) serta kemudahan lainnya.
Direktur Pengembangan Potensi Daerah BKPM Iwan Suryana menyatakan selama ini
dengan naman situs SIPID. Update date dilakukan oleh masing-masing daerah, ternyata sebagian
besar daerah belum melakukan update. Karena itulah kemudian dirombak menjadi Potensi
Investas Regional (PIR). Informasi yang dimuat antar lain Why Indonesia, peluang investasi,
insentif, perizinan OSS, infrastruktur, dan potensi perusahaan yang siap bermitra dengan update
data kerja sama/ link antar Kementerian/ Lembaga dan Asosiasi Usaha.
19
Berdasarkan data sebaran investasi, 60 persen masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan 40
persen di luar Pulau Jawa diantara 514 Kabupaten/ Kota. Kegiatan investasi terkonsentrasi hanya
lebar antar daerah. Salah satu masalah yang dihadapi investor untuk melakukan penjajakan
investasi adalah minimnya informasi mengenai potensi investasi dan dukungan infrastruktur di
daerah.
Untuk mendorong persaingan antar daerah dalam mengangkat potensi investasi dan
melakukan update data pada situr Potensi Investasi Regional (PIR) makan ditampilkan focusing 5
(lima) propinsi yang sangat menjanjikan dan ramah investasi, yang setiap tiga bulan akan
disirkulasi untuk didorong menjadi champion investasi regional. Tahap pertama focusing investasi
adalah Regional Jawa yaitu Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Potensi Investasi Regional (PIR) adalah sistem informasi potensi dan peluang investasi di
34 propinsi dan 514 Kabupaten/ Kota di Indonesia yang berbasis geospasial dan merupakan bagian
dari website Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Potensi Investasi Regional (PIR)
berisi informasi mengenai profil daerah antara lain data demografi, komoditas, pendapatan dan
20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai
berikut:
Potensi Investasi Daerah (SIPID) dapat diakses melalui konten terbaru Potensi Investasi
2. Potensi Investasi Regional (PIR) adalah sistem informasi potensi dan peluang investasi di
34 propinsi dan 514 Kabupaten/ Kota di Indonesia yang berbasis geospasial dan merupakan
3. Untuk perbaharuan data dapat di Update oleh masing-masing daerah melalui konten situs
dimaksud antara lain perbaharuan data peluang investasi, perizinan OSS, infrastruktur,
potensi perusahaan yang siap bermitra dll yang menunjang informasi kepada investor;
4. Penyediaan data informasi bagi calon investor pada pelaksanaannya akan menghadapi
berbagai hambatan dan tantangan tersendiri bagi perangkat daerah baik propinsi maupun
kabupaten/ kota dimulai dari sulitnya koordinasi dengan pemilik data, ketidaksesuaian data
yang tersedia dengan data yang dibutuhkan, minimnya sarana dan prasarana, dan belum
21
4.2. Saran – saran
1. Membuat kegiatan Pemetaan Peluang Penanaman Modal secara baik dan benar dengan
3. Melakukan kerjasama dan bermitra dengan baik dengan perusahaan BUMN di daerah;
4. Memberikan keyakinan dan kenyaman kepada calon investor untuk dapat berinvestasi
didaerah.
22
DAFTAR PUSTAKA
Agussalim, 2005, The Quality of Growth dan Implikasinya Terhadap Perencanaan Pembangunan,
Majalah Simpul Perencana, Pusbindiklatren BAPPENAS, ISSN 1656-4229, volume 5, tahun 3, juni
2005, Hal.28-32.
Agussalim, 2003 a, Otonomi Daerah dan Pengembangan Investasi, modul pada diklat subtantif
Peerencanaan Investasi Daerah, kerjasama BAPPENAS dengan Pusat Studi Kebijakan dan
Manajemen Pembangunan (PSKMP) Universitas Hasanuddin, Makassar.
Agussalim, 2003 b, Rencana Investasi Sulsel: Perkiraan Kebutuhan Investasi Tahun 2004-2008,
disusun atas permintaan Badan Promosi Penanaman Modal (BPPMD) Propinsi Sulawesi Selatan.
Agussalim, 2003 c, KTI, Konsepsi Pembangunan dan Upaya Pencerahan. Makalah yang
disampaikan pada One Day Seminar “ Marketing Places “, A New Approach for Sustainable
Development in Era of Regional Autonomy “, dilaksanakan oleh Indonesia Marketing Association
(IMA) Chapter Sulsel.
Agussalim (Team Leader), 2002, Master Plant Investasi Sulawesi Selatan, kerjasama Badan
Promosi Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Propinsi Sulawesi Selatan dengan Bina Mitra
Konsultan Makassar.
Bappenas, 2003, Perekonomian Indonesia Tahun 2003: Prospek dan kebijakan Jakarta.Ko
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), 2003, Daya Tarik Investasi
Kabupaten/ Kota di Indonesia: Persepsi Dunia Usaha, USAID dan The Asia Foundation.
23