Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi Mata Kuliah Pengantar PWK
DISUSUN OLEH :
TIRTA KUSUMAH
2017
A. TUJUH DOSA PERENCANA
Dalam konteks ini, negara yang justru semakin bertambah miskin itu,
biasanya adalah sumber dari kesalahan para perencana pembangunan yang
mengantisipasi dan memilih strategi mana yang seyogyanya diterapkan.
Serangkaian kesalahan yang dilakukan oleh para perencana pembangunan
itu sebagai berikut :
1. Permainan Angka.
Salah satu dosa besar perencana pembangunan, mereka pemuja
angka. Diam-diam mereka menganggap apa yang dapat diukur diabaikan.
Akibatnya, terlalu banyak tenaga kerja yang dihabiskan untuk menciptakan
model-model ekonometri; tidak cukup banyak untuk merumuskan
kebijaksanaan ekonomi atau menilai proyek.
2. Pengendalian yang Berlebihan.
Para perencana cinta dengan pengendalian langsung atas ekonomi.
Cepat sekali dianggapnya kalau merencanakan pembangunan itu berarti
mendorong sektor pemerintah dan menjalankan berbagai pengendalian
birokrasi guna mengatur kegiatan ekonomi, terutama di sektor swasta.
Sungguh aneh, masyarakat yang umumnya kekurangan perangkat
administrasi yang baik justru main coba-coba dengan berbagai
pengendalian administratif yang kaku. Pengendalian yang berlebihan
berwujud birokrasi yang berbelit ini, meliputi perijinan yang sulit, prosedur
yang mesti melalui banyak meja dengan banyak pula uang-uang semir yang
mesti dikeluarkan, pada akhirnya menjadi bumerang bagi perekonomian
negaranya masing-masing.
3. Asyik Untuk Menghitung Tingkat Penanaman Modal.
Setelah banyak negara sadar bahwa pembentukan modal adalah inti
proses pembangunan, lalu mereka tidak henti-hentinya memeriksa apakah
penanaman modal naik atau turun. Tidak jadi soal terdiri atau tidak; sampai
berapa jauh penanaman modal berbentuk sumber daya manusia dibanding
dalam bentuk sarana fisik lebih bermanfaat; prioritas apa yang mesti
diperhatikan, dan sebagainya
4. Kecanduan Mode-Mode Pembangunan.
Kita telah menyaksikan beberapa macam mode pembangunan
melanda dunia dalam dua warsa terakhir ini. Para perencana seringkali mau
saja menjadi korban mode yang sering berubah-ubah itu; ini sebagian
karena mereka harus menjaga jangan sampai tertinggal ke belakang dalam
usaha mengejar pembangunan, dan sebagian lagi karena mereka mungkin
tidak turut menganut jalan pikiran yang sedang jadi mode di kalangan
negara pemberi bantuan.
5. Membedakan Antara Perencanaan dan Pelaksanaan.
Kalau didesak terus mengapa, mereka umumnya akan menjawab,
tanggung jawab mereka membuat rencana pembangunan, sedangkan
tugas melaksanakannya jatuh ke puncak seluruh sistem politik dan
ekonomi. Ini tidak lain dari sebuah alasan yang dicari-cari. Sebuah rencana
yang baik biasanya disertai bagan langkah-langkah yang perlu diambil
untuk melaksanakannya. Rencana itu harus berisi saran-saran rinci
mengenai semua kebijaksanaan yang harus dijalankan, perubahan lembaga
yang harus diadakan, kerangka administrasi yang harus dibangun, dan
proyek-proyek yang telah dinilai dengan cermat dan yang diperlukan untuk
mewujudkannya. Rencana yang baik harus berpijak pada anggapan politik
yang berdasar kenyataan. Para perencana harus tetap mengikuti dan menilai
rencana itu selama dilaksanakan, agar perbaikkan yang diperlukan dapat
dilaksanakan pada waktunya.
6. Kecenderungan Mengabaikan Sumber Daya Manusia.