SUSTAINABLE CITY
KELOMPOK 4
ARSITEKTUR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1
pertama, didasarkan pada morfologi kota dan yang kedua berdasarkan pendekatan
legal/yuridis administratif. Pengertian kota dapat didekati berdasarkan enam perspektif,
yaitu: (a) pendekatan yuridis administratif; (b) pendekatan fisik morfologis; (c) pendekatan
jumlah penduduk; (d) pendekatan kepadatan penduduk; (e) pendekatan fungsi dalam
wilayah; (f) pendekatan sosial-ekonomi (Yunus, H.S., 2015). Berbagai pendekatan dapat
digunakan untuk memahami sebuah kota, diantaranya adalah telah dipublikasikannya isu
tentang kota hijau dan kota berkelanjutan yang sesungguhnya merupakan agregasi dari
enam pendekatan tersebut diatas, ditambah dengan pendekatan isu lingkungan.
Pendekatan kota hijau dan berkelanjutan perlu dilakukan secara simultan antara kota
satu dengan kota lainnya mengingat infrastrukturnya saling terintegrasi.
1.3 TUJUAN
Berdasarkan masalah yang ditemukan, maka tujuan penulisan ini adalah
1. Menjelaskan pengertian Kota Berkelanjutan
2. Menjelaskan prinsip-prinsip Kota Berkelanjutan
3. Memaparkan studi kasus penerapan Kota Berkelanjutan di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Kota yang berkelanjutan atau biasa disebut sustainable city adalah sebuah
kota yang didesain dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan sekitar.
Dengan kata lain kota yang berkelanjutan adalah kota yang memperhatikan
keseimbangan harmonis antara perkembangan kotanya, dengan perkembangan
lingkungannya. Jika keseimbangan ini rusak, maka muncullah ketidak berlanjutan sistem
dalam suatu kota. Pada awal isu keberlanjutan kota, hal ini hanya di lihat dari dampaknya
pada kesehatan lingkungan dan energi. Namun kini, pengertian kota yang berkelanjutan
atau sustainable city telah berkembang luas. Dan dampak pada lingkungan yang
diperhatikan pun menjadi beragam, dilihat dari bermacam aspek.
Berikut ini adalah aspek-aspek yang diperhatikan untuk sebuah kota yang
berkelanjutan:
1. Kualitas udara, air, dan iklim
2. Biodiversitas
3. Energi
4. Makanan dan pertanian
5. Ekonomi
6. Lingkunagan dan ruang terbuka publik
7. Kesehatan dan kebersihan
8. Transportasi publik
9. Penggunaan material
10. Pengolahan limbah padat dan cair
3
2.2 PRINSIP-PRINSIP KOTA BERKELANJUTAN
DALAM MEWUJUDKAN Kota Berkelanjutan, diperlukan beberapa prinsip dasar
yang dikenal dengan Panca E, yaitu Environment, Ecology, Eqiuty, Engagement, dan
Energy (Research Trianggle Institute,1996 dalam Budihardjo, 2009). Di bawah ini ilustrasi
dari kelima prinsip ini.
4
Dari 5 prinsip dasar di atas maka dapat digambarkan secara rinci lima kaidah
prinsip dasar tersebut dalam tabel dibawah ini:
Aspek Pendekatan kota yang Pendekatan kota yang
kurang berkelanjutan berkelanjutan
EKONOMI (KESEJAHTERAAN)
Pendekatan Kompetisi,industri besar, Kerjasama strategis,
retensi bisnis dan peningkaan keahlian
ditarget,ekspansi. pekerja, infrastruktur dasar
dan informasi.
Hubungan antara Kesenjangan yang Penanaman modal
perkembangan sosial dan bertambah, kesempatan strategis pada tenaga kerja
ekonomi kerja terbatas dilihat dan kesempaten kerja
sebagai tanggung jawab dilihat sebagai tanggung
pemerintah. jawab bersama
(pemerintah, swasta dan
masyarakat).
EKOLOGI (LINGKUNGAN)
Peraturan penggunaan Penggunaan tertinggi dan Penggunaan lahan
tanah terbaik; penggunaan lahan campuran, koordinasi
yang tunggal (terpisah), dengan sistem transportasi,
kurang terpadu dengan menciptakan
sistem transportasi, taman,menetapkan batas
pemekaran kota tanpa perkembangan/pemekaran
kendala kota
EQUITY (PEMERATAAN)
Perbedaan Perbedaan yang makin Perbedaan kurang dan
meningkat antar kelompok kesempatan mulai
income seimbang
ENGAGEMENT (PERAN SERTA)
Partisipasi rakyat Diminimalkan Dioptimalkan
Kepemimpinan Isolasi dan Fragmentasi Justifikasi jurisdiksi silang
Regional Kompetisi Kerjasama strategis
Peran pemerintah Penyedia jasa,regulator, Fasilitator pemberdayaan,
komando dan pusat Negosiator dan menyaring
kontrol masukan dari bawah
ENERGI
Sumber energi Pengurasan Penghematan
5
Sistem Transportasi Mengutamakan kendaraan Mengutaakan transportasi
pribadi yang boros energi umum,massal, hemat
energi
Alternaif Alternaif energi terbatas Alternaif energi meluas
Bangunan Menggunakan Mendayagunakan
pencahayaan dan pencahayaan dan
penghematan artifisial penghematan alami
Berdasarkan data tahun 2016, kota Yogyakarta mempunyai luas wilayah 32,5
dengan kepadatan penduduk 12.699/ . Angka ini mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan data kepadatan penduduk dalam lima tahun terakhir sebesar
12.077(≈124/tahun). Tentu persoalan ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan
sumberdaya yang tersedia dalam wilayah tersebut. Pada umumnya, persoalan kota
terkait erat dengan berbagai hal sebagai berikut : migrasi penduduk, kesehatan, birokrasi,
transportasi, sampah, komunikasi, air, dan pemanasan global. Setiap persoalan tersebut
saling terkait satu sama lain, sehingga perlu ketepatan dalam penyelesaiannya.
Salah satu isu penting yang perlu segera direspon adalah persoalan ketersediaan air
terutama air bersih, mengingat telah terjadi fenomena penurunan muka air tanah yang
diduga kuat akibat aktivitas pembangunan infrastruktur, seperti hotel, pusat perbelanjaan
dan lainnya. Setiap tahun, air tanah di kota Yogyakarta mengalami penurunan ± 30 cm
yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sumur yang mengering. Selain itu, luas daerah
resapan air mengalami penurunan sebesar ± 20% akibat perubahan ruang terbuka hijau
menjadi tempat pemukiman (Purwantara, S., 2015). Untuk mewujudkan kota Yogyakarta
sebagai kota layak huni dalam perspektif lingkungan, masih dibutuhkan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) minimal seluas 390,62 hektar guna memenuhi RTH minimum sebesar 30%
dari luas wilayah kota Yogyakarta (≈ 975 hektar). RTH kota Yogyakarta saat ini tergolong
relatif kecil, yaitu sebesar 584,38 hektar (≈17,98%) dari luas total wilayah kota
Yogyakarta yang terdiri dari RTH publik seluas 329,58 hektar (≈10,14%) dan RTH privat
seluas 254,80 hektar (≈7,84%) (Ratnasari, A.,dkk., 2015). Akibat capaian RTH yang
relatif kecil tersebut, maka berdampak pada meningkatnya suhu dan kelembaban udara
kota Yogyakarta yang relatif tinggi. Ditambah lagi persoalan tingkat pencemaran udara
yang relatif cukup tinggi yang ditunjukkan oleh kadar sebesar 559,54 Part Per Million
(PPM) dan telah melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh World Bank sebesar 381
PPM (Astuti dkk., 2013).
6
2.3.3 Persoalan Ekonomi
7
bahwa semakin tinggi pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk
memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
2.3.5 Kesimpulan
(1) Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tersedia masih relatif kecil sebagai dampak
maraknya izin pembangunan bangunan gedung untuk hotel yang telah disetujui secara
prinsip. Dampak negatif persoalan ini adalah tinggi muka air tanah di kota Yogyakarta
telah mengalami penurunan sebagai dampak berkurangnya air hujan yang diinfiltrasikan
yang berubah menjadi aliran permukaan. Dampak jangka panjang berupa krisis air
bersih.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penerapan Pembangunan kota berkelanjutan merupakan konsep integrasi dari
nilai lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai social untuk menghasilkan kehidupan yang
sejahtera bagi manusia. Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, elemen tersebut
harus berjalan simultan. Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila
perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari aspek yang lain.
3.2 SARAN
Perlu adanya komitmen bersama dari seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah
di Indonesia untuk merespon perkembangan terbaru tata ruang di setiap kota tersebut
agar dapat menahan laju alih fungsi lahan serta mengembalikan fungsi Ruang Terbuka
Hijau (RTH) yang selama ini terabaikan akibat tuntutan perkembangan ekonomi di
wilayah tersebut.
Masih diperlukan upaya legislasi untuk menegakkan aturan agar pembangunan
terarah dalam mengembangkan program-program yang mendukung arah visi dan misi
terwujudnya kota berkelanjutan bagi penduduknya maupun pendatang dengan
menerapkan prinsip-prinsip penataan ruang berkelanjutan. Perlu upaya yang kuat dari
pemerintah untuk menggabungkan kebijakan dan program sesuai dengan visi dan misi
dengan pengembangan kebijakan berupa penataan kota yang lebih baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
10