Anda di halaman 1dari 25

SUSTAINABLE CITY

1. Arsitektur Dan Lingkungan

Ide kota yang berkelanjutan (sustainable city) dimunculkan oleh Richard Register dengan
mengeluarkan istilah “ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity Berkeley: building
cities for healthy future.
Dapat diartikan, pembangunan kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang
tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu
memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya. Tokoh lain
yang memvisikan hal yang sama adalah seorang arsitek bernama Paul F. Downtown (pendiri
perusahaan Ecopolis Pty Ltd).

Pengertian Kota yang Berkelanjutan

Kota yang berkelanjutan atau biasa disebut sustainable city adalah sebuah kota yang di
desain dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan sekitar. Dengan kata lain kota
yang sustainable adalah kota yang memperhatikan keseimbangan harmonis antara
perkembangan kotanya, dengan perkembangan linkungannya. Jika keseimbangan ini rusak,
maka munculah ketidak berlanjutan sistem dalam suatu kota. Pada awal isu keberlanjutan
kota, hal ini hanya di lihat dari dampaknya pada kesehatan lingkungan dan energi. Namun
kini, pengertian kota yang berkelanjutan atau sustainable city telah berkembang luas. Dan
dampak pada lingkungan yang diperhatikan pun menjadi beragam, dilihat dari bermacam
aspek. Berikut ini adalah aspek – aspek yang diperhatikan untuk sebuah kota yang
berkelanjutan:
1. Kualitas udara, air dan iklim
2. Biodiversitas
3. Energi
4. Makanan, dan pertanian
5. Ekonomi, dan pengembangan ekonomi
6. Lingkungan dan Ruang terbuka publik
7. Kesehatan dan kebersihan
8. Transportasi publik
9. Penggunaan material, berbahaya, pengolahan limbah padat dan cair
10. Pendidikan

Konsep dan prinsip kota berkelanjutan (Sustainable City)

Beberapa pendapat para ahli (Brutland,1987; Holden dan Ehrlich, 1992; Stren
danWhitney, 1992; Sarageldin dan Steer; 1994 dalam Budihardjo, 2009) tentang
pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan secara ringkas dengan batasan pengertian
kota berkelanjutan (sustainable city) dapat didefinisikan bahwa “Kota yang dalam
perkembangannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya masa kini,mampu
berkompetisi dalam ekonomi global dengan mempertahankan keserasian lingkungan
vitalitas sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanannya tanpa mengabaikan atau
mengurangikemampuan generasi mendatang dalam pemenuhan kebutuhan mereka”
(Budihardjo, E dan Sudjarto, DJ. 2009).

Dalam mewujudkan kota berkelanjutan tentu saja diperlukan beberapa prinsip dasar yang
dikenal dengan Panca E yaitu Environment (Ecology), Economy (Employment), Eqiuty,
Engagement dan Energy (Research Trianggle Institute,1996 dalam Budihardjo, 2009).
Dibawah ini, ilustrasi dari prinsip panca E sebgai berikut:
Dari 5 prinsip dasar di atas maka dapat digambarkan secara rinci lima kaidah prinsip dasar
tersebut dalam tabel dibawah ini:

Aspek Pendekatan kota yang Pendekatan kota yang


kurang berkelanjutan berkelanjutan

EKONOMI (KESEJAHTERAAN)
Pendekatan Kompetisi,industri besar, Kerjasama strategis,
retensi bisnis dan peningkaan keahlian pekerja,
ditarget,ekspansi. infrastruktur dasar dan
informasi.
Hubungan antara Kesenjangan yang Penanaman modal strategis
perkembangan sosial dan bertambah,kesempatan kerja pada tenaga kerja dan
ekonomi terbatas dilihat sebagai kesempaten kerja dilihat
tanggung jawab pemerintah. sebagai tanggung jawab
bersama (pemerintah, swasta
dan masyarakat).

EKOLOGI (LINGKUNGAN)
Peraturan penggunaan tanah Penggunaan tertinggi dan Penggunaan lahan campuran,
terbaik; penggunaan lahan koordinasi dengan sistem
yang tunggal (terpisah), transportasi, menciptakan
kurang terpadu dengan sistem taman,menetapkan batas
transportasi, pemekaran kota perkembangan/pemekaran
tanpa kendala kota

EQUITY (PEMERATAAN)
Disparitas Disparitas yang makin Disparitas kurang dan
meningkatkan antar kesempatan yang seimbang
kelompok income dan ras
ENGAGEMENT (PERAN SERTA)
Partisipasi rakyat Diminimalkan Dioptimalkan
Kepemimpinan Isolasi dan Fragmentasi Justifikasi jurisdiksi silang
Regional Kompetisi Kerjasama strategis
Peran pemerintah Penyedia jasa,regulator, Fasilitator pemberdayaan,
komando dan pusat kontrol Negosiator dan menyaring
masukan dari bawah

ENERGI
Sumber energi Pengurasan Penghematan
Sistem Transportasi Mengutamakan kendaraan Mengutaakan transportasi
pribadi yang boros energi umum,massal, hemat energi
Alternaif Alternaif energi terbatas Alternaif energi meluas
Bangunan Menggunakan pencahayaan Mendayagunakan
dan penghematan artifisial pencahayaan dan
penghematan alami

Dari lima kaidah di atas masih terdapat 2 kaidah E yakni etika pembangunan dan
estetika kota. Sehingga ke tujuh prinsip dasar tersebut dapat menuntun dalam
mengembangkan kota berkelanjutan.

Contoh Pengembangan Berkelanjutan Mixed Use Development

Mixed Use Development adalah suatu pengembangan produk properti yang terdiri dari
produk perkantoran, hotel, tempat tinggal, komersial yang dikembangkan menjadi satu
kesatuan atau minimal dua produk properti yang dibangun dalam satu kesatuan. Konsep ini
menjawab kebutuhan akan optimalisasi return pada suatu lahan untuk pengembangan
produk properti. Di mana disinilah adanya konsep deferensiasi produk serta ada beberapa
macam produk yang dapat ditawarkan. Konsep ini juga cukup menjawab permasalahan
pengembangan property pada suatu wilayah ataupun perkotaan. Isu-isu permasalahan
perkotaan yang kerap muncul dalam hal pengembangan infrastruktur dan properti, yaitu :
1. Keterbatasan Lahan & Nilai Lahan (Sistem Pertanahan & Harga Patokan)
2. Keterbatasan Sumber Daya (Alam, Manusia, Buatan)
3. Peraturan (Pertanahan, Zoning Regulation)
4. Tata Nilai Perkotaan (Keteraturan dan Ketertiban)
5. Urbanisasi
6. Penyediaan Prasarana Dasar (Air, Listrik, rumah)
7.Jumlah Penduduk Yang Besar
Dalam pengembangan konsep ini sebetulnya ada hal-hal yang harus menjadi titik fokus
bagi para pengembang (developer), karena dengan memperhatikan hal-hal tersebut secara
langsung akan membuat Konsep yang dikembangkan tersebut menjadi daya tarik konsumen
serta akan menjadi konsep yangsempurna, beberapa hal tersebut antara lain :
1. Posisi dan lokasi proyek akan menentukan besarnya profit yang akan
dihasilkan.
2. Keberadaan Infrastuktur harus efisien
3. Adanya akses pedestrian yang ideal antar komponen
4. Adanya amenities dan attractions yang tidak mungkin pada penggunaan
single use.
5. Menciptakan massing untuk memperoleh maximal interest
6. Adanya keterkaitan antara bangunan dengan lingkungan.
7. Adanya Keterkaitan antara proyek sejenis di lingkungan sekitar.
8. Perhatikan dengan seksama pentahapan konstruksi
9. Penggunaan bersama fasilitas
10. Pengelolaan proses perancangan harus efisien dan professional

Di bawah ini beberapa contoh produk pengembangan mixed use development sebagai
berikut:
 Rasuna Epicentrum dengan produknya yang dikembangkan adalah apartement,
perkantoran, pusat hiburan dan hotel.

 Season City dengan produknya yang dikembangkan adalah apartement,


perkantoran dan Pusat Belanja.
 Grand Indonesia dengan produknya yang dikembangkan adalah apartement,
perkantoran, pusat belanja dan hotel.

 Kemang Village dengan produknya yang dikembangkan adalah apartement, pusat


belanja dan hotel.
Dari beberapa hal yang telah dipaparkan jelas kiranya konsep
pengembangan ini tepat dalam hal optimalisasi lahan maupun produk properti
ditengah keterbatasan lahan. Hal tersebut menjadi solusi pengembangan properti
yang cukup relevan untuk saay ini dan masa depan karena semakin besar
pertumbuhan manusia maka semakin terbatas lahan yang dapat dibangun. Oleh
karena itu, penerapan konsep optimalisasi produk dan lahan harus menjadi dasar
pengembangan suatu property atau sering kita sebut Mixed Use
Development mencerminkan suatu integritas antar komponen yakni
keseimbangan antara sosial, ekonomi, dan lingkungan (Sustainable
Development) yang baik, dengan syarat pengembangannya sesuai dan tepat
sasaran serta memperhatikan kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi
masyarakat. Dengan demikian, Mixed Use Development secara tidak langsung
mampu menghadirkan konsep kota kompak sebagai rerprentasi pembangunan
berkelanjutan, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :

Kesimpulan

Penerapan Pembangunan kota berkelanjutan merupakan konsep integrasi dari nilai


lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai social untuk menghasilkan kehidupan yang sejahtera
bagi manusia. Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, elemen tersebut harus berjalan
simultan. Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila perkembangan aspek yang satu
lebih tinggi dari aspek yang lain.

Sementara itu, mixed-use development merupakan salah satu atribut kota kompak
dalam pembangunan kota berkelanjutan yang menitik beratkan pada suatu pengembangan
produk properti yang terdiri dari produk perkantoran, hotel, tempat tinggal, komersial yang
dikembangkan menjadi satu kesatuan atau minimal dua produk properti yang dibangun
dalam satu kesatuan.

Sumber : http://gigehizhar.blogspot.com/2014/09/sustainable-city-kota-yang.html

2. Surabaya Menjadi Contoh Kota Pembangunan Berkelanjutan

Bangga Surabaya – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) bersama United


Cities and Local Goverments Asia Pasifik (UCLG ASPAC) serta Deutsche Gesellschaft für
Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ), Jerman menggelar Forum Group Discussion (FGD)
bertajuk “Localising SDGs and Multi Stakeholder Partnership for SDGs in Indonesia” pada Selasa,
(15/5/2018) di Hotel Ciputra Word, Surabaya.
Direktur Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional Dewo Broto Joko
menyampaikan, maksud dan tujuan acara ini untuk mendaerahkan pengembangan pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Developments Goals – SDG) di daerah kabupaten dan kota serta mendorong
para pemangku kepentingan tingkat kabupaten/kota untuk menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD)
dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
“Kami akan memfasilitasi dan melakukan pendampingan terhadap kota-kota yang akan menyusun
RAD,” kata Dewo di sela-sela acara yang juga dihadiri Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Hans
Farnhammer selaku head of development european delegation to Indonesia and Brunei Darussalam
dan tamu dari perwakilan UCLG Uni Eropa.

Menurut Dewo – sapaan akrabnya, alasan dipilihnya Kota Surabaya karena dinilai sebagai kota yang
mampu melaksanakan SDG dengan baik dan lebih maju ketimbang daerah-daerah yang lain. “Kita
jadikan Surabaya sebagai referensi untuk daerah-daerah yang lain,” ujarnya.
Saat ini, cakupan penerima manfaat terakhir UCLG dan GIZ di Indonesia sebanyak 30 pemerintah
daerah masing – masing terdiri dari 16 provinsi, 14 kota dan 5 asosiasi lokal pemerintah seperti
APEKSI, APKASI, APPSI, ADEKSI dan ADKASI.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam sambutannya menerangkan berbagai
macam pembangunan berkelanjutan atau SDG yang sudah dilakukan Pemkot Surabaya dalam
membangun kota maupun mensejahterakan warganya antara lain, memberi makan gratis kepada
lansia, anak yatim, mengelar pasar murah, menyediakan ambulance gratis 24 jam dan pelayanan
kesehatan gratis.

“Selain itu, memberikan pendidikan gratis, pemberdayaan ekonomi, pemanfaatan sampah,


pembangunan infrastruktur jalan dan percepatan pelayanan administrasi bagi masyarakat
menggunakan sistem elektronik,” urainya.

Menurut Wali Kota Risma, implementasi pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan di Surabaya,
karena semua stakeholder ikut membantu dan berpartisipasi sehingga SGD dapat terwujud di kota
pahlawan. “Terkadang teori dan praktek tidak sesuai, maka dari itu, kita tidak bisa melakukan sendiri,”
tuturnya.
Mendengar penjelasan yang disampaikan Wali Kota Risma, Head of Development European
Delegation to Indonesia and Brunei Darussalam Hans Farnhammer mengapresiasi kinerja yang
sudah dilakukan Pemkot Surabaya sekaligus menilai Surabaya merupakan kota yang sangat maju.
“Saya rasa Uni Eropa dan Surabaya sudah bisa menjalin kerjasama dan mengimplementasikan SDG
secepat mungkin dengan kami,” tandas Hans.

Hal senada juga disampaikan Dewo. Dirinya mengaku, Pemkot Surabaya merupakan kota yang maju
dan telah menjalankan serta mencapai SDG dengan baik. “Saya rasa, Surabaya tinggal
menyempurnakan yang kurang-kurang saja,” imbuhnya. (*)

Sumber : https://humas.surabaya.go.id/2018/05/16/surabaya-menjadi-contoh-kota-
pembangunan-berkelanjutan/
3. Dubai Sustainable City, Kota Hemat Energi Dan Lestari

KOMPAS.com - Pengembang Indonesia tampaknya harus belajar pada Diamond


Developers. Mereka tak hanya melabeli "green development" pada proyeknya untuk
kepentingan penjualan marketing. Melainkan juga untuk kehidupan yang lestari dan
berkelanjutan. Diamond Developers mengusung konsep pengembangan hijau pada
proyek teranyarnya, Dubai Sustainable City. Megaproyek ini terdiri atas 490 townhouse
dan 10 vila. Diamond Developers sangat serius membangun kota lestari dan
berkelanjutan ini. Mereka merancang kota ramah lingkungan dengan memanfaatkan
tenaga surya sebesar 60 persen sebagai sumber energi pada masing-masing hunian
dan menghemat konsumsi air sebesar 30 persen. Untuk pengembangan tahap II,
Diamond Developers telah memilih firma arsitektur Baharash mengerjakan masterplan
dari empat fase Dubai Sustainable City. Baharash terpilih karena mampu menciptakan
rancangan yang berbasis pada teknologi, tanpa mengabaikan lingkungan, serta harga
yang wajar. Firma arsitektur yang berbasis di London tersebut, mengalahkan desainer
dari Amerika Serikat, Lebanon, Yordania, Inggris, dan Uni Emirat Arab untuk
memenangkan tender. Mereka akan membuka kantor baru di Dubai untuk
mempersiapkan detil proyek. Tahap dua Dubai Sustainable City sendiri terdiri atas area
mixed-use meliputi berbagai fasilitas pendidikan dan rekreasi, termasuk sebuah institut
untuk rekayasa ekologi dan eco-resort. Visi kota ini mencakup tiga pilar utama
keberlanjutan: lingkungan, ekonomi dan sosial. Sementara tahap pertamanya tengah
dalam proses penyelesaian. Proyek ini diharapkan rampung pada 2015 mendatang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dubai Sustainable City, Kota Hemat
Energi dan
Lestari", https://properti.kompas.com/read/2013/06/17/1038548/Dubai.Sustainable.City.K
ota.Hemat.Energi.dan.Lestari.
Penulis : Hilda B Alexander
4. Singapura, Kota Terhijau Di Dunia

KOMPAS.com - Sebuah lembaga membuat pemeringkatan kota berdasarkan seberapa


banyak ruang terbuka hijau yang dapat dinikmati penduduknya. Periset sudah
menggunakan citra satelit untuk memperkirakan jumlah pohon di kota, namun Newsha
Ghaeli, rekan peneliti di MIT's Senseable City Lab, ingin menganalisis perspektif warga.
Ia menyebutnya sebagai analisis Treepedia. "Penting untuk memahami jumlah pohon
dan tutupan kanopi di jalan, seperti yang kita harapkan ada di setiap kota," kata Ghaeli.
Untuk membuat peta penghijauan, tim Ghaeli memberi contoh gambar dari Google
Street View ke dalam sebuah algoritma yang memperkirakan persentase pepohonan.
Perencanaan skor di peta ini menentukan seberapa rimbunnya jalan oleh pepohonan
hijau. Hasilnya dapat dikombinasikan ke dalam masing-masing Green View Indeks (GVI).
Ini merupakan peringkat yang dibuat Ghaeli tentang bagaimana kondisi hijau jalanan di
masing-masing kota. Singapura berada di puncak klasemen dengan GVI sebesar 29,3
persen diikuti Sydney dan Vancouver. Di akhir skala rata-rata, Paris mencetak angka 8,8
persen. Jumlah tanaman hijau di kota yang lebih rendah dikaitkan dengan tingkat stres
yang lebih tinggi. "Kami sedang mengerjakan kota-kota di Asia dan Australia," kata
Ghaeli. Meski demikian, ia mengaku hanya bisa menganalisis area dengan gambar
Street View, sehingga mengesampingkan China dan India. Selain itu, sayangnya, Ghaeli
juga tidak memasukkan kota-kota di Indonesia. Berikut 10 kota-kota di dunia dengan
indeks hijau 1. Singapura (GVI: 29,3 persen) 2. Sydney, Australia (GVI: 25,9 persen) 2.
Vancouver, Kanada (GVI: 25,9 persen) 3. Cambridge, Amerika Serikat (GVI: 25,3
persen) 4. Durban, Afrika Selatan (GVI: 23,7 persen) 5. Sacramento, California (GVI:
23,6 persen) 5. Johannesburg (GVI: 23,6 persen) 6. Frankfurt, Afrika Selatan (GVI: 21,5
persen) 7. Geneva, Swis (GVI: 21,4 persen) 8. Amsterdam, Belanda (GVI: 20,6 persen)
9. Seattle, Amerika Serikat (GVI: 20 persen) 10. Toronto, Kanada (GVI: 19,5 persen)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Singapura, Kota Terhijau di
Dunia", https://properti.kompas.com/read/2018/01/24/132350421/singapura-kota-terhijau-
di-dunia.
Penulis : Arimbi Ramadhiani
5. Kota Surabaya Raih Penghargaan ‘ Global Green City PBB’

NEW YORK —
Kota Surabaya, bersama dengan kota Maanheim (Jerman) dan Zheijang Province (China)
mendapat kehormatan terpilih sebagai tiga kota terbaik dunia untuk kategori "Global Green
City" dalam acara Forum Global Tentang Pemukiman dan Kota Berkelanjutan di Millenium
Hotel United Nation, New York, akhir Oktober baru lalu.

Forum tahunan ke-12 ini, kembali mengadakan kompetisi tahunan "The World Cities Day" atau
Pemilihan kota-kota terbaik di dunia yang dinilai mempunyai komitmen yang kuat untuk
membangun pemukiman berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Penghargaan untuk kota Surabaya, diterima langsung oleh Walikota Surabaya, ibu Tri
Rismaharini (Risma) yang diundang khusus untuk hadir dan berbicara di forum ini.

"Penghargaan ini luar biasa, ini hasil kerja keras seluruh komponen dan stakehoders yang ada
di kota Surabaya. Ternyata kerja karas ini membuahkan karya terbaik untuk Indonesia. Tujuan
kita memang bukan untuk mendapatkan penghargaan, tujuan kita adalah untuk memperbaiki
kualitas lingkungan di Surabaya agar bisa lebih baik lagi," kata ibu Risma kepada VOA, sesaat
setelah menerima penghargaan.

Forum dan penghargaan ini diselenggarakan oleh United Nation Environment Program atau
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk program lingkungan bekerjasama dengan Kantor
Perwakilan Tetap Gambia dan Organisasi Forum Global tentang Pemukiman dan Kota
Berkelanjutan. Acara tersebut dihadiri sekitar 200 tamu yang terdiri dari para gubernur,
walikota, perwakilan daerah dan pengusaha dari berbagai kota seluruh dunia.

Sementara itu kota Paris (Perancis), Santa Monica (Amerika) dan River State (Nigeria) serta
beberapa kota dari China mendapatkan penghargaan untuk berbagai kategori seperti
pembangunan komunitas, bisnis dan perencanaan urban.

"Saya lihat kota-kota lain memang kota yang sangat maju, dari negara yang maju pula, tapi
kami tidak menyerah meskipun dengan segala keterbatasan," tambah ibu Risma. Penghargaan
Global Green City adalah penghargaan tertinggi kepada kota yang dirancang dengan
memperhatikan dampak lingkungan, keseimbangan ekologi serta pembangunan masyarakat
berkelanjutan.

"Penghargaan untuk Surabaya mempunyai nilai dan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain, di
Asia, di negara-negara Muslim bahwa pembangunan masyarakat dapat dilakukan. Saya
mengucapkan selamat untuk Surabaya," kata Arab Habbullah, eksekutif mewakili Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk program lingkungan.

Keesokan hari, ibu Risma diminta untuk berbicara didepan forum ini tentang inovasi dan
perencanaan efektif di kota urban, serta membagi pengalamannya mengelola kota Surabaya
sebagai kota yang ramah lingkungan."Bumi ini juga untuk anak cucu kita, kita tidak bisa
menghabiskan hanya untuk saat ini. Kita harus melestarikan. Itulah yang akan dilakukan di kota
Surabaya", kata ibu Risma menutup wawancara. [nr]
Sumber : https://www.voaindonesia.com/a/kota-surabaya-raih-penghargaan-global-green-
city-pbb/4095316.html
6. Konsep Eco City Dan Penghematan Air Ala Kota Melbourne

Melbourne adalah ibu kota dari negara bagian Victoria, Australia. Letaknya di sepanjang Teluk Port Phillip
di bagian tenggara Victoria. Sebagian besar penduduknya tinggal di bagian timur dan selatan sungai
Yarra. Sungai ini mengalir di tengah-tengah kota hingga ke Teluk Port Phillip dan membagi Melbourne
menjadi dua wilayah besar.

Melbourne berdiri pada tahun 1837, sekitar 35 tahun setelah penjelajah Inggris berhasil mencapai Teluk
Port Phillip untuk pertama kalinya. Berdirinya Melbourne diawali dengan berdirinya sebuah pemukiman
permanen pada tahun 1935 di sekitar Teluk Port Phillip oleh sekelompok pengusaha yang berasal dari
Tasmania.

Kota ini kemudian berkembang secara perlahan, hingga ditemukan tambang emas pada tahun 1951 yang
membuat populasi penduduk meningkat tajam. Di tahun yang sama, Melbourne menjadi ibu kota Victoria,
setelah sebelumnya pada tahun 1847 Ratu Victoria dari Inggris Raya mendeklarasikan berdirinya
pemerintahan sendiri bagi Melbourne.

Melbourne merupakan salah satu kota modern termuda di dunia, dan kini menjadi kota terbesar kedua di
Australia setelah Sydney. Melbourne adalah salah satu pusat industri dan komersialisasi bisnis
terkemuka. Banyak perusahaan pertambangan, manufaktur, dan jasa keuangan yang memiliki kantor
pusat di sini. Berbagai industri yang berkembang di Melbourne di antaranya adalah industri mobil,
pesawat, mesin pertanian, peralatan listrik dan makanan olahan.

7.
Simbol Kota Melbourne (gambar dari www.eec.org.au).

Pelabuhan Melbourne adalah salah satu yang tersibuk di Australia. Melbourne juga merupakan pusat
perkeretaapian. Bandaranya yang terletak di Tullamarine, sekitar 23 kilometer barat laut dari pusat kota
melayani maskapai penerbangan domestik maupun internasional.
Melbourne terkenal dengan jalannya yang luas, serta memiliki banyak taman. Kings Domain adalah salah
satu taman kota terbesar di Melbourne, dengan luas mencapai 241 hektar. Selain itu, Royal Botanic
Gardens dan Queen Victoria Gardens juga merupakan taman yang terluas di Melbourne. Iklimnya yang mirip
dengan California selatan ini juga menawarkan pantai yang indah, yang setiap tahunnya selalu dipadati
oleh para wisatawan.

8.
9. Memorial Fountain di Kings Domain, Melbourne.

Menurut data yang diperoleh dari Australian Bureau of Statistics, pada tahun 2011 populasi di Melbourne
mencapai angka empat juta penduduk. Angka ini meningkat 10% sejak tahun 2006. Alasan yang
menyebabkan tingginya populasi di Melbourne adalah jumlah imigran yang terus meningkat. Tercatat 880
ribu imigran tumbuh antara tahun 2006 hingga 2011.

Untuk mengatasi jumlah penduduk yang terus meningkat, pemerintah setempat membentuk beberapa
program yang berkelanjutan (sustainability). Program-program tersebut bertujuan untuk mengantisipasi
permasalahan yang muncul akibat lonjakan penduduk yang tinggi dan meningkatkan kepedulian terhadap
lingkungan, di antaranya adalah penghematan energi, manajemen limbah, hutan kota, bisnis hijau, dan
penghematan air, yang semuanya tercakup dalam konsep ecocity. Pengembangan ecocity merupakan
bagian dari program besar yang dilakukan oleh pemerintah Australia. Melbourne sendiri terus berupaya
untuk menjadi kota bebas emisi pada tahun 2020.
Menurut Economist Intelligence Unit, pada tahun 2011 Melbourne berhasil menjadi kota yang paling layak
dihuni di dunia. Predikat tersebut diberikan kepada kota-kota di dunia yang dianggap nyaman sebagai
tempat tinggal. Salah satu bagian yang diukur dalam menentukan kota paling layak huni adalah
infrastruktur. Melbourne adalah kota yang memiliki sistem pengolahan air yang sangat baik. Ketersediaan
air menjadi isu yang sangat penting, karena memiliki kaitan yang erat dengan keberlangsungan hidup
masyarakat, khususnya Melbourne. Ketersediaan air pula yang menjadi ciri khas ecocity ala Kota
Melbourne.
Melbourne sebenarnya memiliki sumber air yang sangat melimpah, tetapi jika tidak diolah dengan baik
tentunya akan menimbulkan masalah. Terlebih adanya peningkatan kebutuhan air yang seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk lokal maupun imigran. Oleh karena itu, pemerintah setempat
membangun sebuah proyek Water Sensitive Urban Design (WSUD) yang bertujuan untuk meminimalkan
dampak lingkungan yang disebabkan oleh arus urbanisasi. Salah satunya adalah dengan menjaga
sumber air bersih agar tidak terkontaminasi.

10. Beberapa contoh penerapan WSUD pada daerah perumahan di Melbourne.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam WSUD untuk menjaga ketersediaan air antara lain dengan
mengurangi penggunaan air (penggunaan air secara efektif dan efisien) dan menampung air hujan
ataupun daur ulang air (filtrasi). Dengan demikian, akan terjadi peningkatan cadangan air dan
peningkatan kualitas air bersih. Selain itu, WSUD menjaga agar kondisi lingkungan di sekitar Teluk Port
Phillip, Teluk Western dan Selat Bass tetap baik. Sehingga habitat disekitarnya tetap terjaga.
Pada september 2008, pemerintah setempat mengeluarkan peraturan manajemen penggunaan air
bernama Total Watermark City as a Catchment. Peraturan ini meliputi perlindungan air (water conservation),
kualitas air selokan (stromwater quality), penggunaan air alternatif (alternative water use), pengurangan
jumlah air limbah (wastewater reduction) dan kualitas air tanah (groundwater quality).
Program ini tidak hanya dijalankan dalam skala besar. Pemerintah setempat juga membuat program-
program dalam skala kecil yang langsung berkaitan dengan aktivitas masyarakat. Salah satunya adalah
program Showerhead Exchange. Program ini mengajak masyarakat untuk menukarkan shower milik mereka
yang lama dan boros dengan shower yang baru yang lebih hemat air secara gratis. Program lainnya yang
berada pada skala lebih besar adalah penerapan teknologi ramah lingkungan pada desain bangunan
(ecobuilding).
Jika para pelancong sedang melintas di sekitar Little Callins Street. Di sana, mereka akan menemukan
gedung dengan bagian dinding luarnya yang menghadap timur dilapisi oleh ornamen kayu, yang tak lain
adalah CH2 (Council House 2). CH2 adalah gedung pemerintahan Melbourne yang diresmikan pada
tahun 2006. Gedung ini dirancang dengan kolaborasi bersama Design Incorporated Melbourne dan
melibatkan beberapa ahli lingkungan.
Saat ini CH2 disebut-sebut sebagai bangunan yang paling sustainable di dunia karena dinilai mampu
mengurangi penggunaan listrik sebesar 85 persen, penggunaan air sebesar 72 persen, penggunaan gas
sebagai penghangat ruangan sebesar 87 persen dan hanya menghasilkan emisi sebesar 13 persen. CH2
dirancang tidak hanya untuk meningkatkan penghematan energi dan air, tetapi juga untuk meningkatkan
kenyamanan penghuninya melalui kualitas internal lingkungan gedung yang baik.
CH2 memberikan pendekatan baru dalam mendesain perkantoran, menciptakan model bagi orang lain
untuk belajar dan meniru. Pada tahun 2010, CH2 berhasil mendapatkan predikat 6 Green Star dan
sejumlah penghargaan lainnya di bidang arsitektur (sustainable architecture, green building dan best
commercial architecture) dan lingkungan.
11. Gedung CH2 di Melbourne beserta bangunan arsitekturnya. Gambar dari construction.com.

CH2 memiliki sistem pendingin internal yang terintegrasi. Saat malam hari jendela gedung akan terbuka
sehingga udara dingin dari luar gedung akan masuk dan mendinginkan udara di dalam ruangan serta
panel-panel pendingin yang menempel pada langit-langit dan pondasi ruangan. Panel yang telah
didinginkan berfungsi untuk membuat ruangan di pagi hingga siang hari tetap sejuk.

Air juga memiliki peran yang sangat penting pada sistem ini. Ketika siang hari, beberapa menara setinggi
15 meter akan mengalirkan air dingin (shower). Beberapa bagian di antaranya akan menguap sehingga
mendinginkan ruangan di tiap-tiap lantai gedung. Sebagian lainnya akan berfungsi untuk mendinginkan
panel-panel pendingin ruangan.
Penggunaan air pada sistem ini bersifat reusable (berulang). Uap air yang telah digunakan akan
mengalami peningkatan suhu dari 22 derajat celcius menjadi 25 derajat celcius, sehingga dengan
sendirinya ia akan naik ke atas.Turbin angin yang berada pada atap gedung juga membantu proses
tersebut. Kemudian uap air ditampung dalam sebuah kolam yang berada pada atap gedung untuk
kemudian digunakan kembali.
Ornamen kayu yang menempel di bagian timur dinding CH2 dibentuk sedemikian rupa sehingga cahaya
matahari dapat masuk ke dalam ruangan ketika jam kerja sedang berlangsung. Dengan demikian,
penggunaan cahaya lampu dapat dikurangi. CH2 sendiri menggunakan sistem cahaya buatan untuk
penerangan lampu. Dengan menggunakan sistem tersebut, intensitas cahaya lampu secara otomatis
akan menyesuaikan terhadap tingkat aktivitas dalam suatu ruangan.
Pada atap gedung juga dipasang panel surya seluas 25 meter persegi yang berfungsi sebagai sumber
energi listrik CH2. Listrik yang dihasilkan dari panel tersebut sebesar 3,5 kW. Namun, panel tersebut
belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik gedung. Oleh karena itu, 30% kebutuhan listrik
dari CH2 berasal dari pembangkit mini berbahan bakar gas. Selain listrik, pembangkit yang terletak di
atap gedung ini berfungsi menghasilkan panas sehingga CH2 mengurangi ketergantungannya pada
jaringan listrik umum. Pembangkit listrik ini menghasilkan emisi karbon dioksida jauh lebih rendah dari
pembangkit listrik batu bara.
Saat ini Melbourne menetapkan persyaratan green star sebagai standar minimum bagi pengembangan
tiap bangunan baru maupun renovasi. Green star melakukan penilaian terhadap sistem lingkungan pada
gedung-gedung di Australia. Program ini diperkenalkan pada tahun 2003 oleh Green Building Council of
Australia. Program ini mempertimbangkan beberapa hal yang dapat mengurangi dampak buruk terhadap
lingkungan, seperti inovasi bangunan yang berkelanjutan, kesehatan penghuni, dan penghematan biaya.
Green star memiliki tiga kategori kualitas lingkungan pada suatu bangunan: (1) Best Practice, (2) Australian
Excellence, dan (3) World Leadership. Pengelompokan ini didasarkan atas penilaian dari sembilan hal,
antara lain: manajemen, kualitas lingkungan di dalam ruangan, transportasi, energi, air, bahan material,
penggunaan lahan dan ekologi, inovasi dan emisi. Best practice atau 4 Green Star merupakan kategori
terendah dengan hasil penilaian sebesar 45-59. Australian Excellence atau 5 Green Star sebesar 60-74, dan
yang terbaik adalah World Leadership atau 6 Green Stardengan hasil penilaian sebesar 75-100.
CH2 sendiri menjadi gedung pertama yang mendapatkan predikat sebagai World Leadership. Bahkan
sejak adanya CH2 dan diluncurkannya program Green Star, semakin banyak gedung-gedung di
Melbourne, juga di Australia, yang mengikuti langkah CH2 menjadi gedung ramah lingkungan, baik itu
sebagai gedung baru maupun hasil renovasi dari gedung-gedung sebelumnya. Semoga kota-kota di
Indonesia bisa meniru dan bahkan mengembangkan konsep ecocity seperti Kota Melbourne.

Sumber : http://majalah1000guru.net/2015/11/konsep-ecocity/

7 Green City Sebagai Solusi Management Pengembangan kota Di Indonesia

Pertumbuhan kota yang cepat terjadi di negara-negara berkembang, salah satunya di


Indonesia. Kota-kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut salah satunya
dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang pesat pula, dan urbanisasi menjadi salah satu
sebabnya. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan kebutuhan lahan meningkat.

Pertumbuhan kota yang demikian tentu akan mengakibatkan degradasi lingkungan.


Persebaran lahan terbangun yang sangat luas mengakibatkan inefisiensi jaringan transportasi
yang berdampak pada meningkatnya polusi udara perkotaan, selain itu juga
menimbulkan costly dan pemborosan. Lihat saja Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia,
kota tersebut sudah mengalami perkembangan yang terlalu besat sehingga mengalami
“overload”, menjadikan kota tersebut sebagai kota yang tidak layak untuk ditinggali. Bahkan
sempat muncul isu tentang pemindahan ibukota akibat ketidaklayakannya. Belum lagi kota-
kota besar lain yang mulai berkembang seperti Surabaya, Bandung, dll.

Berdasarkan keadaan itu, dalam melakukan perencanaan kota dibutuhkan pendekatan konsep
perencanaan yang berkelanjutan. Ada beberapa konsep pengembangan kota yang
berkelanjutan, salah satunya adalah konsep Green City yang selaras dengan alam.

Green City dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang secara ekologis juga dapat dikatakan
kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota
dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi
sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor
terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha
dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders).
Konsep ini sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang disampaikan Hill, Ebenezer Howard,
Pattrick Geddes, Alexander, Lewis Mumford, dan Ian McHarg. Implikasi dari pendekatan-
pendekatan yang disampaikan diatas adalah menghindari pembangunan kawasan yang tidak
terbangun. Hal ini menekankan pada kebutuhan terhadap rencana pengembangan kota dan
kota-kota baru yang memperhatikan kondisi ekologis lokal dan meminimalkan dampak
merugikan dari pengembangan kota, selanjutnya juga memastikan pengembangan kota yang
dengan sendirinya menciptakan aset alami lokal. Terdapat 8 kriteria konsep Green City,
antara lain :

a.Pembangunan kota harus sesuai peraturan UU yang berlaku, seperti UU 24/2007:


Penanggulangan Bencana (Kota hijau harus menjadi kota waspada bencana), UU 26/2007:
Penataan Ruang, UU 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dll.

b.Konsep Zero Waste (Pengolahan sampah terpadu, tidak ada yang terbuang).

c.Konsep Zero Run-off (Semua air harus bisa diresapkan kembali ke dalam tanah, konsep
ekodrainase).

d.Infrastruktur Hijau (tersedia jalur pejalan kaki dan jalur sepeda).

e.Transportasi Hijau (penggunaan transportasi massal, ramah lingkungan berbahan bakar


terbarukan, mendorong penggunaan transportasi bukan kendaraan bermotor - berjalan kaki,
bersepeda, delman/dokar/andong, becak.

f.Ruang Terbuka Hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20%, RTH Privat 10%)

g.Bangunan Hijau

h.Partisispasi Masyarakat (Komunitas Hijau)

Mengapa Konsep Green City Perlu Dipertimbangkan di Indonesia?

Kota-kota besar di Indonesia perlu secara cermat mengatasi persoalan ledakan penduduk
perkotaan akibat urbanisasi yang brutal, tidak tertahankan, apabila kita berharap bahwa kota-
kota tersebut dapat menjadi layak huni di masa mendatang. Salah satunya adalah dengan
pengendalian jumlah penduduk dan redistribusinya, serta peningkatan kualitas pelayanan
publik.

Dengan konsep Green City krisis perkotaan dapat kita hindari, sebagaimana yang terjadi di
kota-kota besar dan metropolitan yang telah mengalami obesitas perkotaan, apabila kita
mampu menangani perkembangan kota-kota kecil dan menengah secara baik, antara lain
dengan penyediaan ruang terbuka hijau, pengembangan jalur sepeda dan pedestrian,
pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran kawasan pinggiran.

Terdapat beberapa pendekatan Green City yang dapat diterapkan dalam manajemen
pengembangan kota. Pertama adalah Smart Green City Planning. Pendekatan ini terdiri atas
5 konsep utama yaitu konsep kawasan berkeseimbangan ekologis yang bisa dilakukan dengan
upaya penyeimbangan air, CO2, dan energi. Pendekatan kedua adalah konsep desa ekologis
yang terdiri atas penentuan letak kawasan, arsitektur, dan transportasi dengan contoh
penerapan antara lain: kesesuaian dengan topografi, koridor angin, sirkulasi air untuk
mengontrol klimat mikro, efisiensi bahan bakar, serta transportasi umum. Ketiga, konsep
kawasan perumahan berkoridor angin (wind corridor housing complex), dengan strategi
pengurangan dampak pemanasan. Caranya, dengan pembangunan ruang terbuka hijau,
pengontrolan sirkulasi udara, serta menciptakan kota hijau. Keempat, konsep kawasan
pensirkulasian air (water circulating complex). Strategi yang dilakukan adalah daur ulang air
hujan untuk menjadi air baku. Kelima, konsep taman tadah hujan (rain garden).

Pendekatan kedua adalah Konsep CPULS (Continous Productive Urban


LandscapeS. Konsep penghijauan kota ini merupakan pengembangan landscape yang
menerus dalam hubungan urban dan rural serta merupakan landscape productive.

Pendekatan terakhir adalah Integrated Tropical City. Konsep ini cocok untuk kota yang
memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Konsep intinya adalah memiliki perhatian khusus
pada aspek iklim, seperti perlindungan terhadap cuaca, penghutanan kota dengan
memperbanyak vegetasi untuk mengurangi Urban Heat Island. Bukan hal yang tidak
mungkin apabila Indonesia menerapkannya seperti kota-kota berkonsep khusus lainnya (Abu
Dhabi dengan Urban Utopianya atau Tianjin dengan Eco-city nya), mengingat Indonesia
yang beriklim tropis. Berikut Gambar Kerangkat Terbentuknya Konsep Integrated Tropical
City:

13261607182057522129

Sumber: Analisa dalam Presentasi Integrated Tropical City pada UFP #3, 8 Mei 2010
(Jogarsitek.com)

Kelebihan dari konsep Green City adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan
masalah lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, rendah kebisingan dan
permasalahan lingkugan lainnya.

Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada
masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan
kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan
sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan
erosi, di pantai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk menekan
polusi udara, serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di masing-
masing kota memiliki fungsi ekologis yang berbeda. Disamping itu, penerapannya saat ini
kebanyakan pelaksanaan penghijauannya tidak terkonseptual, sehingga menimbulkan citra
penghijauan asal jadi tanpa melihat siapa yang dapat mengambil manfaat positif dari
penghijauan.
Bisakah Indonesia menggunakannya sebagai solusi dari permasalahan perkembangan
kotanya? Kembali kita lihat masyarakat dan pemerintah Indonesia, karena pertanyaan
tersebut sama dengan “sudah siapkah mereka bersikap tegas dalam penerapannya?”

Sumber :
https://www.kompasiana.com/ratizarizkian/550bcad1813311822bb1e18b/green-
city-sebagai-solusi-manajemen-pengembangan-kota-di-indonesia

8. 5 Kota Hijau Di Indonesia Yang Bikin Adem

Dream - Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat polusi di kota-kota dunia pun
semakin meningkat. Hal inilah yang kemudian mendorong gerakan global untuk
meningkatkan jumlah pohon dan tanaman yang ada di kota besar. Di Indonesia sendiri,
ada 5 kota yang sudah memperbanyak ruang terbuka hijau di wilayahnya sehingga layak
mendapat julukan green city alias Kota Hijau. Intip di sini, yuk!

Malang

Malang masuk ke dalam salah satu kota hijau di Indonesia karena memiliki tingkat
infiltrasi atau kapasitas resapan air hujan yang cukup tinggi, yaitu lebih dari 53 mm/jam.
Hal ini menjadi bukti bahwa Malang adalah daerah resapan air yang baik dengan ruang
terbuka hijau seluas 49.277,5 meter persegi.

Yogyakarta

Kota yang satu ini tercatat memiliki 35 lokasi ruang terbuka hijau yang tersebar di 14
kecamatan hingga tahun 2014. Jumlah ini masih akan terus bertambah di setiap
keluarahan yang belum memiliki. Inilah yang membuktikan bahwa Kota Gudeg tersebut
layak menjadi salah satu kota hijau di Indonesia.

Bandung

Hingga saat ini, Bandung terus berbenah agar menjadi kota hijau dengan jumlah ruang
terbuka hijau yang ideal. Saat ini, jumlah pohon pelindung yang ditanam di sana
mencapai lebih dari 200 ribu pohon. Pemerintah kota juga terus mengembangkan ruang
terbuka hijau di berbagai area di kota tersebut.

Balikpapan

Selain menjadi salah satu kawasan hutan di Indonesia, Balikpapan juga memiliki predikat
sebagai kota hijau di Indonesia. Lokasi ruang terbuka hijau di Balikpapan tersebar di
kawasan hutan lindung Sungai Wain, Kebun Raya Balikpapan, Hutan Kota Pertamina,
dan taman kota lainnya.

Meikarta, Cikarang

Nah, sebentar lagi akan ada sebuah kota baru yang akan menjadi salah satu green city
modern di Indonesia, yaitu Meikarta yang terletak di Cikarang. Megaproyek yang
dikembangkan oleh Lippo Group ini digarap dengan mengandalkan konsep kota hijau
yang ramah lingkungan. Nggak hanya menampilkan kota modern yang indah saja,
Meikarta juga akan memiliki peran besar untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Keseriusan Lippo Group mengembangkan kota modern yang ramah lingkungan ini
dibuktikan dengan kehadiran Central Park, lahan terbuka hijau seluas 100 hektar yang
menjadi ruang terbuka hijau di sana. Nggak hanya meniru nama Central Park di New
York saja, tapi juga konsepnya mengadopsi taman tersebut yang menyatukan pedestrian,
hunian, taman, termasuk pengelolaan sampah dengan teknologi yang baik. Central Park
ini nantinya akan dilengkapi dengan tanaman, kebun binatang mini, hingga jogging track
yang asyik untuk keluarga.
Konsep Kota Hijau di Meikarta, Cikarang ini juga akan didukung oleh green
transportation alias transportasi umum hijau yang berkualitas. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan penggunaan transportasi massal, mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi, hingga menciptakan infrastruktur jalan yang mendukung perkembangan
transportasi massal.

Meikarta nanti akan memiliki transportasi internal yang disebut APM atau Automated
People Mover, sehingga memudahkan mobilitas para penghuni kalau ingin menikmati
berbagai fasilitas yang ada di Meikarta.

9. Ketujuh Kalinya , Melbourne Jadi Kota Paling Layak Huni

Dream - Kedudukan Melbourne sebagai kota paling layak huni di dunia telah diperpanjang untuk

tahun yang ketujuh, dimana hal ini belum pernah terjadi sebelumnya—pengakuan ini diberikan

oleh Economist Intelligence Unit (EIU) annual Liveability Index.

Economist Intelligence Unit (EIU) annual Liveability Index melakukan survei terhadap 140 kota

dunia, dan Melbourne kembali menduduki peringkat paling atas. Sejak indeks ini dilakukan pada

tahun 2006, Melbourne secara konsisten masuk dalam tiga besar. Jadi, apa yang membuat

Melbourne selalu menduduki daftar puncak? Karena Melbourne mencentang semua box

Liveability Index dan faktor lainnya.

Melbourne merupakan ibukota budaya dan olahraga Australia, kota tuan rumah acara-acara

besar termasuk Australian Open, Formula One Australian Grand Prix dan Spring Racing

Carnival.
Melbourne juga merupakan rumah bagi universitas-universitas yang secara konsisten memiliki

ranking terbaik di dunia, universitas-universitas yang menghasilkan jumlah lulusan teknis

tertinggi di Australia, dan dipilih sebagai salah satu dari lima kota pelajar terbaik di dunia.

Pemerintah negara bagian Victoria terus berinvestasi untuk mengembangkan infrastruktur

Melbourne, termasuk membangun jalan terowongan dan jalan baru untuk memperbaiki jaringan

transportasi; trem dan kereta baru untuk meningkatkan pelayanan transportasi publik; dan pusat

konvensi kelas dunianya yang sekarang sedang berekspansi untuk menjadi tuan rumah

konvensi-konvensi dan pameran-pameran yang jumlahnya terus bertambah.

Dengan gaya hidup yang tiada bandingnya, Melbourne berkembang pesat dengan tingkat

migrasi domestik dan internasional tertinggi di Australia. Faktanya, Melbourne sekarang

merupakan kota dengan pertumbuhan tercepat di Australia, dan diproyeksikan akan melampaui

Sydney sebagai kota terbesar di Australia pada tahun 2030.

Hal ini didukung oleh pengumuman dari majalah fDI yang menganugerahkan Melbourne sebagai

pemenang " Asia-Pacific Cities of the Future" dalam kategori Human Capital and Lifestyle.

Melbourne juga masuk daftar lima besar kota-kota menengah dunia untuk kategori " Economic

Potential" dan berada dalam daftar sepuluh besar untuk kategori " FDI Strategy" dalam laporan

yang sama.
Dan dalam seminggu yang penuh dengan pengumuman-pengumuman besar, laporan Savills

World Research's Tech Cities 2017 memasukkan Melbourne sebagai salah satu kota di dunia

yang berada di bagian terdepan di industri teknologi global.

Sebagai 'kota teknologi' Australia, Melbourne menawarkan infrastruktur, lingkungan bisnis,

talenta dan gaya hidup, menempatkannya di bagian atas daftar belanja global perusahaan

teknologi dunia yang sedang mencari tempat untuk berlokasi. Komisaris Negara Bagian Victoria

untuk Asia Tenggara, Brett Stevens, menyambut pengumuman ini dengan antusias.

" Melbourne terus membangun reputasi globalnya, bukan hanya sebagai kota yang paling layak

untuk dihuni di dunia namun juga sebagai salah satu tujuan terdepan bagi para pelajar

internasional. Dan tentunya Melbourne adalah mitra dagang utama untuk Indonesia dan wilayah

Asia Tenggara," kata Stevens, dikutip dari keterangan pers tertulis, Rabu 16 Agustus 2017.

Sumber : https://travel.dream.co.id/destination/ketujuh-kalinya-melbourne-jadi-kota-
paling-layak-huni-170816g.html
10. Jakarta di harapkan jadi Green city Pertama Di Indonesia

Jakarta (Greneers) – Dewan Energi Nasional (DEN) berharap Jakarta bisa menjadi kota
hijau atau ‘Green City’ pertama yang menjadi contoh untuk daerah lain di Indonesia.
Beberapa hal pokok yang harus diperhatikan adalah memaksimumkan seluruh energi
dengan energi terbarukan, mengurangi polusi udara dari transportasi dan pabrik-pabrik,
dan mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat seperti energi listrik dan
pupuk.

“Jakarta diharapkan mulai mendesain apa itu green city dan apa itu smart city,” jelas
Rinaldi Dhalimi, anggota Dewan Energi Nasional (DEN), saat memberikan keterangan
dalam Focus Group Disccussions (FGD) penyambutan kapal Greenpeace Rainbow
Warrior di Pelabuhan Penumpang Nusantara, Tanjung Priok, Jakarta, Senin (23/4).
BACA JUGA: 3 Kota di Jawa Barat Ditargetkan Menjadi Zero Waste Cities di
Indonesia
Rinaldi memaparkan bahwa untuk menjadikan Jakarta sebagai green city, DEN memiliki
beberapa konsep salah satunya mendorong Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap
(GNSSA). Menurut Rinaldi, program ini dapat menyelesaikan masalah ketersediaan
energi dengan cara menggunakan sel surya di seluruh atap bangunan yang ada di
Indonesia.
Caranya, mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada
bangunan perkotaan, mengedukasi dan advokasi pemanfaatan PLTS, memfasilitasi
publik pada akses informasi teknis, regulasi, dan pendanaan, membantu percepatan
pembangunan industri komponen PLTS dalam negeri.

“Indonesia sendiri sudah mempunyai modal dalam membangun industri sel surya di
mana bahan baku dari unsur tersebut, seperti pasir besi, sangat melimpah,” kata
Rinaldi.

Ia menambahkan dalam mewujudkan Jakarta Kota Surya, PLTS akan sangat


bermanfaat seperti memberikan alternatif penyediaan listrik, pembangkitan langsung di
pusat beban, mengurangi pembakaran bahan bakar fosil serta membuka bidang usaha
baru.

Dalam bidang keekonomian, penerapannya membutuhkan investasi 1.000 USD/kWp,


dan memproduksi listrik 1.350 kWh/kWp pertahun. Selain itu, manfaat lainnya tarif
tenaga listrik Rp. 1.467/kWh. “Target 2025 terpasang 1.000 MWp seluruh Indonesia,”
tambahnya.

Rinaldi juga mengatakan, dalam kebijakan energi nasional ada lima poin penting yang
akan mengubah arah pembangunan energi sampai 2050. Poin tersebut diantaranya,
energinisasi di mana perencanaan energi di lakukan setiap kondisi dan tidak lagi
terpusat, pengurangan subsidi yang ada sesuai dengan daya beli masyarakat, diberikan
otoritas kepada pemerintah daerah untuk membangun sektor energi daerah, dan
kebijakan yang diterapkan secara berkelanjutan.

Sampai saat ini, ada empat tugas besar yang sedang digarap DEN dimana dua
diantaranya telah selesai. Kebijakan energi nasional tersebut mempunyai prospek dan
perencanaan hingga 2050. “Kami meminta seluruh daerah membuat kebijakan energi
daerah yang diharapkan tahun ini akan selesai,” pungkasnya.

Sumber : https://www.greeners.co/berita/jakarta-diharapkan-jadi-green-city-pertama-di-
indonesia/

Anda mungkin juga menyukai