Anda di halaman 1dari 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pertumbuhan Kota

2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Kota

Kota merupakan pusat kegiatan sosial, politik, ekonomi,

kebudayaan, dan administrasi yang menyebabkan kota mengalami

pertumbuhan. pertumbuhan kota terjadi karena adanya sebuah industri di

sebuah kota yang menyebabkan masyarakat dari luar kota berdatangan dan

menyebabkan kota harus menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang untuk

masyarakat agar masyarakat betah dengan lingkungan kota tersebut

(Fitrah, 2015). Organization City Protocol Society (dalam Supangkat,

2015) mengusulkan anatomi kota yang mengkategorikan sebuah kota

menjadi tiga bagian utama yaitu struktur, interaksi dan masyarakat.

Struktur dapat dibagi lagi menjadi tiga lapisan yang lingkungan,

infrastruktur dan struktur fisik. Interaksi dapat dibagi lagi menjadi mata

pencaharian dan konteks informasi. Masyarakat terdiri dari warga negara,

industri dan pemerintah (Supangkat, 2015). Dengan adanya anatomi

tersebut, kebijakan yang diambil pemerintah harus memenuhi ketiga

anatomi tersebut. Kapasitas dan kualitas sumber daya baik manusia

maupun alam dapat diandalkan untuk mendukung segala aktivitas sebagai

upaya pengembangan kota.

11

commit to user
Perkembangan dan pertumbuhan kota merupakan prinsip utama

dalam mewujudkan keberlanjutan kota. Perkembangan kota lebih

cendurung memperhatikan pembangunan kota dan juga mencakup

kegiatan pelayanan publik bagi daerah itu sendiri. Sedangkan pertumbuhan

kota lebih menjelaskan mengenai bagaimana perekonomian

mempengaruhi kemampuan tumbuh dari bagian-bagian struktur dan aspek

penyusun kota agar relative seimbang. O’Sullivan (2007) menyatakan

bahwa di dalam pertumbuhan ekonomi terdapat dua jenis pertumbuhan,

yang pertama pendapatan perkapita rata-rata kota dan yang kedua

pertumbuhan lapangan kerja yang dapat didefinisikan sebagai

pertumbuhan total tenaga kerja di kota. Peningkatan pada pendapatan per-

kapita merupakan hasil dari:

1. Penanaman modal, yaitu modal fisik termasuk benda yang dibuat

oleh manusia untuk menghasilkan barang dan jasa.

2. Penambahan tenaga kerja, yaitu modal manusia termasuk

pengetahuan dan keahlian yang didapat dari pendidikan dan

pengalaman.

3. Perkembangan teknologi, yaitu pemikiran yang meningkatkan

produksifitas dari pemikiran pekerja tentang bagaimana mengatur

produksi menjadi lebih baik.

4. Pengelompokan ekonomi, yaitu pendekatan fisik untuk

meningkatkan produksifitas melalui pembagian input,

pengelompokan tenaga kerja, pencocokan tenaga kerja dan

pemilahan sesuai dengan keahlian.

12
Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kota agar

dapat mencapai pertumbuhan kota yang secara otomatis akan

meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Ekonomi perkotaan

mengeksplorasi efek dari modal manusia pada produktivitas dan

pendapatan kota. Peningkatan pendidikan atau keterampilan kerja seorang

pekerja tertentu akan meningkatkan produktivitas pekerja, dan persaingan

di antara pengusaha akan meningkatkan upah untuk mencocokkan

produktivitas yang lebih tinggi dalam beberapa dekade terakhir sesuai

porsi penduduk metropolitan dengan derajat kolase yang telah meningkat

secara signifikan. Ada bukti bahwa penerima manfaat terbesar dari

dampak peningkatan kualitas pendidikan adalah pekerja yang kurang

terampil karena para pekerja mendapat kesempatan untuk mendapatkan

pendidikan ataupun pelatihan. Pertumbuhan lapangan kerja perkotaan

menyebabkan tingginya permintaan tenaga kerja berasal dari perusahaan-

perusahaan di kota, sementara pasokan berasal dari rumah tangga yang

tinggal di luar kota.

Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya

yaitu permintaan ekspor, produktivitas tenaga kerja, pajak bisnis,

pelayanan publik industry, kebijakan penggunaan lahan. Faktor-faktor

pengaruh tersebut apabila diterapkan dengan baik oleh industry maka

semakin besar peluang dari para tenaga kerja untuk mendapatkan

pekerjaan. Oleh sebab itu pelayanan publik di kota memberikan efek

positif terbesar pada pertumbuhan bisnis, pendidikan dan infrastruktur.

Jika penghasilan tambahan dihabiskan untuk pelayanan publik lokal, maka

13
program pajak akan meningkatkan daya tarik relatif dari kota dan akan

mendorong pertumbuhan kota dan memperbanyak lapangan kerja.

Suatu kota dapat dikatakan sebagai kota cerdas jika memenuhi

kriteria cerdas ekonomi, cerdas sosial dan cerdas lingkungan. Namun

secara lebih luasnya, Batty, et al, 2012 menjelaskan bahwa terdapat enam

kriteria yang dapat menjadi indeks penilaian kota cerdas, yaitu:

Tabel 2.1.

Komponen Smart City Secara Umum

CERDAS EKONOMI CERDAS CERDAS


(Kompetitif) MANUSIA (Sosial PEMERINTAHAN
dan Modal Manusia) (Partisipasi)
-Inovasi -Tingkat kualifikasi-Partisipasi dalam
pengambilan keputusan
-Wirausaha -Afinitas untuk -Pelayanan publik dan
bertahan hidup lama sosial
-Gambaran ekonomi -Sosial dan etnis -Pemerintahan yang
dan merek dagang yang heterogen transparan
-Produktivitas -Fleksibel -Strategi dan perspektif
politik
-Pasar tenaga kerja -Kreatifitas
yang fleksibel
-International -Pemikiran terbuka
embeddednes
-Kemampuan untuk -Partisipasi di
melakukan perubahan masyarakat
Berlanjut ke halaman 15

14
Lanjutan Tabel 2.1. Komponen Smart City Secara Umum

CERDAS MOBILITAS CERDAS CERDAS HIDUP


(Transportasi dan TIK) LINGKUNGAN (Sumber (Kualitas Hidup)
Daya Alam)
-Akses lokal -Kondisi alam yang asri -Fasilitas kebudayaan
-Akses internasional -Polusi -Kondisi kesehatan
-Tersedianya -Perlindungan terhadap -Keamanan individu
infrastruktur TIK lingkungan
-Sistem transportasi yang -Managemen sumber -Kualitas tempat tinggal
aman, inivatif dan daya berkelanjutan
berkelanjutan
-Fasilitas pendidikan
-Tertarik untuk
melakukan
kepariwisataan
-Kohesi sosial
Sumber: Batty, et al, 2012

Berdasarkan Tabel 2.1. tersebut, indeks penilaian kota cerdas

sebaiknya meliputi ke enam kriteria tersebut, yaitu:

1. Cerdas ekonomi

Cerdas secara ekonomi dapat dilihat dari berbagai aspek,

namun hal utamanya yaitu apabila sebuah kota ditopang oleh

perekonomian yang baik dengan memaksimalkan sumber daya atau

potensi kota untuk dapat meningkatkan inovasi, serta persaingan

perekonomian yang sehat. Arah pembangunan sumber daya manusia

dan IPTEK diwujudkan melalui peningkatan akses, pemerataan,

relevansi, dan mutu layanan sosial dasar, peningkatan kualitas dan

daya saing tenaga kerja masyarakat menuju persaingan nasional dan

global, pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk,

peningkatan partisipasi masyarakat di segala bidang.

15
Program pemberdayaan masyarakat termasuk UMKM dan

koperasi untuk mendorong inovasi dan mengantisipasi persaingan

usaha. Melonjaknya jumlah pelaku usaha belakangan ini tentunya

mengakibatkan persaingan pasar menjadi semakin ketat. Persaingan

antara pengusaha yang satu dengan pelaku usaha lainnya sudah dalam

kondisi yang semakin kompleks, sehingga masing-masing perusahaan

kini berlomba menciptakan inovasi-inovasi baru untuk

mempertahankan eksistensi bisnisnya.

2. Cerdas masyarakat

Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal

ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun

modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-

pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan

ketrampilan masyarakat dalam mengembangkan usahanya. Modal

sosial termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, gotong

royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima

serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap

pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti

meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik,

meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian

masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan. Tata nilai ini perlu

dipertahankan dalam kehidupan sosial masyarakat.

16
3. Cerdas pemerintahan

Cerdas pemerintahan, apabila pemerintah berhasil melakukan

pemberdayaan kota dan masyarakat dengan baik serta peran

pemerintah yang partispatif. masyarakat dalam sebuah kota memiliki

keamanan, kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan interaksi

sosial dengan sesama masyarakat ataupun dengan pemerintah. Kunci

utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good

Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip

supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi,

transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan

komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip “desentralisasi, daya

guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan

berdaya saing”.

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah beserta perubahannya telah merubah sistem

penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota sehingga

pelaksanaan penguatan asas desentralisasi memerlukan perangkat

peraturan perundangan yang mendukung. Upaya mengikutsertakan

masyarakat (stakeholders) dalam pelaksanaan pembangunan hanya

dapat terwujud bila kehidupan demokrasi berjalan dengan baik. Proses

demokratisasi akan berjalan dengan baik jika tercipta supremasi

hukum yang didukung oleh penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

17
4. Cerdas mobilitas

Cerdas secara mobilitas, apabila suatu kota memiliki

transportasi dan infrastruktur yang memadai dan dapat memenuhi

kebutuhan seluruh masyarakat. Cerdas mobilitas diwujudkan melalui

penguatan sistem perencanaan infrastruktur kota, pengembangan aliran

sungai, peningkatan kualitas dan kuantitas air bersih, pengembangan

sistem transportasi, pengembangan perumahan dan permukiman, dan

peningkatan konsistensi pengendalian pembangunan infrastruktur.

Dengan ketersediaan sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur

yang memadai akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan

sekaligus dapat mengundang investor masuk sehingga akan

mendorong pengembangan potensi yang ada di daerah tersebut,

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan infrastruktur kota yang dikembangkan di masa depan

merupakan sebuah sistern pengelolaan terpadu dan diorientasikan

untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan publik.

5. Cerdas lingkungan

Cerdas lingkungan apabila warga kotanya memiliki tempat

tinggal yang layak huni, sehat, hemat dalam penggunaan energi serta

pengelolaan energi dengan baik. Cerdas lingkungan diwujudkan

dengan kondisi alam yang ada disekitar pemukiman ataupun pusat kota

menjadi menarik, sehingga masyarakat dapat menikmati pemandangan

tersebut dengan bebas dan nyaman. Tingkat polusi yang tidak parah,

18
atau bahkan dapat diperhitungkan dapat bebas polusi atau tidak, karena

kondisi udara mempengaruhi kualitas hidup masyarakatnya. Adanya

perlindungan dengan kesehatan lingkungan, diperlukan tata kota yang

baik agar dapat tercipta lingkungan yang aman, sehat dan terlindungi.

Terdapat manajemen sumber daya yang berkelanjutan, dengan harapan

dengan adanya pengelolaan yang baik maka kondisi lingkungan dan

sumber dayanya dapat lebih terkendali.

6. Cerdas hidup

Cerdas hidup menjunjung tinggi masyarakat yang berbudaya,

berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya).

Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha

memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara

langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan.

Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas

budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari

pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut selaras dengan arah

pembangunan jangka panjang di bidang penguatan SDM dan Iptek.

Pengembangan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

yang Berbudaya, dan Terwujudnya lingkungan kota yang kondusif

sebagai kota yang berkualitas.

Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK harus diselaraskan

dengan kualitas hidup masyarakat, ketika kualitas hidup masyarakat

mulai dari kenyamanan dan keamanan tempat tinggal hingga

19
kenyamanan dan keamanan terhadap diri sendiri dapat tercapai maka

dapat dengan mudah menarik minat turis untuk berkunjung ke wilayah

tersebut dan akan meningkatkan perekonomian.

Kota yang dapat tumbuh dalam segala aspek penyusunnya baik

secara ekonomi, mobilitas, masyarakat, pemerintahan, lingkungan dan

kehidupan keseluruhan merupakan kota yang tergolong kota cerdas. Suatu

kota dapat dikatakan sebagai cerdas karena kota tersebut mampu

memberikan kesejahteraan dan kelayakan hidup kepada masyarakatnya.

Ketika suatu kota mampu untuk melaksanakan strategi pembangunan dan

pertumbuhan kota dengan baik maka konsep kota cerdas dapat tercapai

dengan sendirinya.

2.1.2. Central Place Theory

Central Place Theory atau Teori Tempat Sentral pertama kali

dikemukakan oleh Walter Cristaller seorang ahli geografi berkebangsaan

Jerman pada tahun 1933. Menurut Christaller (dalam Jiang, period 6)

terdapat konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (treshold).

Range adalah jarak yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan

barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja. Treshold adalah

jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan

keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini diasumsikan sebagai kota

utama yang menjadi pusat pelayanan barang dan jasa untuk daerah

sekitarnya, sehingga kota utama bertumbuh karena adanya permintaan

barang dan jasa.

20
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi barang oleh

masyarakat, diantaranya adalah penduduk (distribusi, kepadatan dan

struktur), permintaan dan penawaran serta harga barang dan kondisi

wilayah dan transportasi. Kondisi seperti itulah yang menjadi dasar dalam

penemuan teori ini. Teori Tempat Sentral menjelaskan mengenai tempat

sentral yang bertindak sebagai suatu lokasi yang memberikan pelayanan

terhadap berbagai kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu tempat

yang terpusat (sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia

dalam jumlah besar baik yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun

yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang

dihasilkannya. Menurut teori ini, tempat sentral merupakan suatu titik

simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segi enam. Daerah segi enam ini

merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh

tempat yang sentral tersebut. Berikut adalah daerah segi enam cakupan

tempat sentral tersebut:

Sumber: Cristaller dalam Jiang, period 6

Gambar 2.1. Daerah Segi Enam Cakupan Tempat Sentral

21
Keterangan:

a. Titik adalah kota besar

b. Titik adalah kota kecil/kabupaten

c. Titik adalah pasar di kota-kota kecil

d. Titik adalah pedesaan

e. Garis adalah batasan-batasan

2.1.3. Urban Economic Place Theory

Maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat

memacu pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut

akan menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan

dan bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan urbanisasi. Urbanisasi

dipicu adanya perbedaan pertumbuhan atau ketidakmerataan fasilitas-

fasilitas dari pembangunan, khususnya antara daerah pedesaan dan

perkotaan. Akibatnya, wilayah perkotaan menjadi magnet menarik bagi

kaum urban untuk mencari pekerjaan. Dengan demikian, urbanisasi

sejatinya merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat (Ramdhani, 2013).

Meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari kebijaksanaan

pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang

dikembangkan oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan

jumlah penduduk akan berkorelasi positif dengan meningkatnya urbanisasi

di suatu wilayah. Ada kecenderungan bahwa aktivitas perekonomian akan

terpusat pada suatu area yang memiliki tingkat konsentrasi penduduk yang

22
cukup tinggi. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk dengan

aktivitas kegiatan ekonomi ini akan menyebabkan makin membesarnya

area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan apa yang dikenal

dengan nama daerah perkotaan (Tjiptoherijanto dalam Ramdhani, 2013).

2.1.4. Export Base Theory

Pengembangan wilayah dilakukan melalui dua sektor yaitu sektor

basis (ekspor) dan bukan sektor basis (lokal). Sektor basis (ekspor)

merupakan suaktu sektor dimana barang dan jasa yang dihasilkan

kemudian ditawarkan di luar daerah setempat sedangkan yang bukan

sektor basis (lokal) lebih mengutamakan pelayanan tawaran barang dan

jasa terhadap pasar lokal (Cramon et al, 2006). Kedua sektor memiliki

hubungan yang erat, dapat dilihat dari persamaan berikut ini (nilai ekspor

pengganda):

a. Pendapatan daerah : Y = Yx + YL

b. Ketergantungan permintaan : YL = ( c - q ) Y

c. Dimana: c = kecenderungan untuk mengkonsumsi 0 < c < 1

q = kecenderungan untuk mengimpor 0 < q < = c

d. Sektor basis dan bukan sektor basis berpengaruh secara bersama-

sama : Y = Yx + ( c - q ) Y dan ( 1 - c + q ) Y = Yx

e. Kemudian kedua sektor dabagi dengan ( 1- c + q ) dan

menghasilkan : Y = 1 / ( 1 - c + q ) Yx

f. Sehingga diperoleh ekspor multiplier : 1 / ( 1 - c + q )

23
Teori ini menuenjukkan hubungan ekonomi yang penting antar

sektor dan juga menunjukkan efek perubahan dalam sektor penting.

Dengan adanya teori tersebut suatu kota harus dapat menentukan dan

menyeimbangkan sektor-sektor yang akan diterapkan guna mendorong

terwujudnya kemajuan bagi kotanya.

2.2. Kemajuan Teknologi

Teknologi sangat penting dalam kehidupan, Teknologi Informasi dan

Komunikasi merupakan segala sesuatu apapun yang dapat membantu

manusia dalam penyampaian dan penyebarluasan informasi dengan

menggunakan media komunikasi. Teknologi informasi dapat meningkatkan

kinerja serta memungkinkan semua kegiatan dapat terselesaikan dengan

cepat, tepat, akurat dan meningkatkan produktifitas kerja karena teknologi

informasi menghasilkan informasi yang berkaulitas dan sangat relevan baik

untuk keperluan pribadi, bisnis, kesehatan, sosial, lingkungan maupun

pemerintahan. Sebagaimana hakekat manusia sebagai makhluk sosial,

masyarakat kini dapat dengan mudah saling berinteraksi dengan cepat

menggunakan teknologi informasi yang memungkinkan untuk berinteraksi

dengan orang lain di belahan bumi manapun.

Terciptanya internet mendorong masyarakat agar dapat berinteraksi

tanpa batasan jarak fisik, waktu, kelas ekonomi, ras, Negara atau jarak

geografis. Teknologi informasi tidak bisa dipungkiri memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap kehidupan manusia. Kemajuan teknologi dapat

dilihat dari wahana teknologi informasi yang paling sederhana berupa

24
perangkat radio dan televisi, hingga internet dan telepon genggam dengan

protocol aplikasi tanpa kabel, informasi mengalir dengan sangat cepat dan

menyeruak ruang kesadaran banyak orang. Perubahan informasi kini tidak

lagi ada dalam skala minggu atau hari atau bahkan jam, melainkan sudah

berada dalam skala menit dan detik.

Perkembangan Teknologi Informasi mendorong terciptanya suatu

cara baru dalam kehidupan, hal tersebut didorong oleh inovasi yang

senantiasa berkembang. Penerapan teknologi informasi telah begitu pesat

akan menunjang kehidupan manusia dengan kemampuan mempergunakan

system computer yang canggih. Dengan adanya perkembangan dalam

teknologi informasi dan komunikasi maka semua proses kerja akan

didukung dengan proses digital dan mobile sehingga kecepatan kinerja akan

semakin meningkat. Ketika produktifitas kerja meningkat maka masyarakat

akan menghasilkan output dalam jumlah yang lebih besar, sehingga

pendapatan per kapita masyarakat juga akan meningkat. Penjelasan di atas

mengindikasikan bahwa kemajuan teknologi memberikan pengaruh yang

sangat besar terhadap seluruh aspek penyusun kota cerdas.

2.3. Aspek Ekonomi

Salah satu indikator paling penting dalam melakukan analisis tentang

kota cerdas adalah dilihat dari aspek pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan

ekonomi dinyatakan dengan kenaikan output (Produk Domestik Bruto) dan

pendapatan riil perkapita merupakan salah satu ukuran kemakmuran suatu

wilayah, namun bukan indikator mutlak untuk menentukan tingkat

25
kesejahteraan masyarakat karena masih ada aspek lainnya. Sederhananya,

pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan jumlah barang dan jasa yang

diproduksi oleh suatu wilayah melalui kegiatan ekonomi selama kurun waktu

tertentu. Hal ini diukur secara konvensional sebagai kenaikan Produk

Domestik Bruto riil. Pertumbuhan biasanya dihitung secara riil, disesuaikan

dengan laju inflasi.

Perekonomian di suatu kota dapat terlihat dari nilai Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). PDRB yang menunjukkan peningkatan dari waktu

ke waktu dapat menjadi dasar bagi suatu kota untuk menerapkan strategi kota

cerdas. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dihitung berdasarkan pendapatan

riil masyarakat pada tahun terthitung lebih besar jika dibandingkan dengan

pendapatan riil masyarakat di tahun sebelumnya. Indikator yang digunakan

unttuk menghitungnya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

dasar harga konstan (dalam dokumen BPS, 2014). Perhitungan atas dasar

harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi

penilaiannya denga harga suatu tahun dasar tertentu. Nilai Tambah Bruto atas

dasar harga konstan menggambaran perubahan volume atau kuantitas hasil

produksi saja. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral dan juga untuk

melihat, memantau serta mengevaluasi perubahan struktur perekonomian

suatu daerah dari tahun ke tahun.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu

indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam

suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

26
konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh

unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan

harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan

menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun

dasar.

PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui

kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu

daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan

ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat

digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator

PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio

antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan.

Tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto yang baik

akan mendorong perkembangan dan kemajuan teknologi. Kemajuan

Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia saat ini memang sangatlah

dibutuhkan. Selain sebagai salah satu faktor untuk mengindikasikan

keberhasilan kota cerdas, kemajuan teknologi dianggap sebagai perubahan

yang harus dilakukan mengingat globalisasi yang sudah terjadi sekarang ini.

27
Kemajuan teknologi menunjukkan bahwa kondisi pertumbuhan ekonominya

dalam keadaan baik dan terus mengalami peningkatan.

2.3.1. Peranan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Kemajuan

Teknologi

Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu tolak

ukur yang dapat dijadikan dalam pengukuran aspek cerdas ekonomi,

sedangkan cerdas ekonomi itu sendiri merupakan salah satu

komponen utama penyusun kota cerdas. Setiap penyusunan kota

cerdas memiliki aspek penentu, pada konsep pembangunan

perkotaan penentu aspek ekonomi dapat juga diverifikasi oleh

analisis korelasi kekayaan perkotaan, yang diukur dengan

pendapatan daerah per kapita (Szczech, 2014).

Suatu kota dapat dikatakan cerdas ekonomi apabila sebuah kota

ditopang oleh perekonomian yang baik dengan memaksimalkan

sumber daya ataupun potensi kota termasuk layanan Teknologi

Informasi Komunikasi, tata kelola dan peran Sumber Daya Manusia

yang baik dalam kegiatan ekonomi. Produk Domestik Regional

Bruto yang tinggi menggambarkan jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

seluruh unit ekonomi pada suatu daerah tersebut juga meningkat.

Peningkatan output tersebut akan berdampak pada peningkatan

pendapatan per kapita masyarakat, sehingga akan menjadikan

28
kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi. Kebutuhan dasar yang

terpenuhi akan mendorong masyarakat untuk dapat melakukan

inovasi dalam berbagai bidang. Inovasi yang dapat dilakukan yaitu

melalui pembaharuan dalam akses dan pemanfaatan teknologi.

2.4. Aspek Sosial

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu variabel sosial

yang dapat menggambarkan kondisi masyarakat, masyarakat dengan

lingkungan, masyarakat dengan pemerintah dan kulitas kehidupan masyarakat

itu sendiri. Suatu pendekatan telah dilakukan untuk mendefinisikan suatu kota

sebagai kota cerdas, di mana infrastruktur sosial dan inisiatif ekonomi yang dapat

dicapai melalui pertumbuhan ekonomi, peningkatan modal manusia dan sumber

daya harus ditingkatkan supaya lebih efektif dan efisien dalam penerapan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (Hollands 2008, Komninos 2006, Van Der Meer dan Van

Winden 2003 dalam Szczech, 2014).

Dikutip dari (Human Development Report, 1995) sejumlah hal

penting dalam pemahaman mengenai pembangunan manusia yaitu:

1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk di kota tersebut sebagai

pusatnya.

2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan yang

akan diperuntukkan penduduk, hal tersebut dimaksud untuk

memperbesar kapasitas penduduk dan tidak hanya untuk meningkatkan

pendapatan. Oleh karena itu konsep pembangunan manusia harus

terpusat pada seluruh aspek kehidupan penduduk secara keseluruhan,

dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

29
3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan manusia tetapi juga dalam upaya-upaya

dalam memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal

untuk perkembangan pembangunan berkelanjutan.

4. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu

produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

5. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk

mencapainya.

Indeks Pembangunan Manusia dapat diukur dengan seberapa besar

kualitas pendidikan yang biasanya dikaitkan dengan lama hidup yang diukur

dengan angka harapan hidup ketika lahir, tingkat pendidikan yang diukur

berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan angka melek huruf penduduk usia

15 tahun ke atas, dan standar hidup yang diukur dengan pengeluaran riil per

kapita.

Pengukuran indeks kota cerdas sosial diperoleh dari perhitungan nilai

Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan

Lama Sekolah (HLS). Nilai konsentrasi rata-rata tersebut dihitung

menggunakan metode baru (metode geometrik) sehingga menjadi nilai indeks

dalam skala 0 – 100 untuk setiap ibukota provinsi. Sehingga diperoleh

perhitungan nilai indeks pembangunan manusia sosial dilakukan dengan

formula sebagai berikut:

30
X = ............................................................................. (2.1)

IPMSosial = ....................................................................... (2.2)

dimana:

X = Rata-rata Sub Indeks Tingkat Pendidikan

RLS = Rata-rata Lama Sekolah

HLS = Harapan Lama Sekolah

AHH = Angka Harapan Hidup

IPMSosial = Indeks Pembangunan Manusia Sosial

2.4.1. Peranan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemajuan

Teknologi

Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep

yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara

fisik, mental maupun secara spiritual. Pembangunan manusia yang

dilakukan menitikberatkan pada pembangunnan kualitas sumber daya

manusia dengan tujuan agar dapat berkesinambungan dengan

pertumbuhan kota. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik

dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar

penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk

berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan.

31
Program peningkatan pembangunan manusia yang telah

dilakukan pada bidang pendidikan dan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan produktivitas pekerja, meningkatkan kemampuan,

pengembangan ilmu pengetahuan, serta mampu mengembangkan

teknologi informasi dan komunikasi yang pada akhirnya dapat

mencapai pertumbuhan kota yang tinggi. Pembangunan kualitas

manusia yang tinggi akan mempengaruhi perkembangan teknologi,

karena kualitas manusia yang tinggi akan dengan mudah dalam

melakukan pembaharuan, inovasi, dan pengelolaan teknologi. Oleh

karena itu diperlukan pembangunan manusia secara seimbang agar

teknologi dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dapat

menciptakan perkembangan teknologi bagi kesejahteraan masyarakat.

2.5. Aspek Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu penunjang pencapaian kehidupan

yang layak bagi masyarakat. Lingkungan sekitar yang sehat dan asri akan

menciptakan kehidupan yang nyaman, damai dan tenteram. Pengelolaan

lingkungan baik akan menciptakan tata kota yang baik pula. Lingkungan

sekitar terdiri dari berbagai komponen penting, diantaranya yaitu air, udara,

tanah, sungai, laut, danau, hutan dan lain sebagainya. Lingkungan yang baik

dapat dilihat dari tingkat polusi yang tidak parah, atau bahkan dapat

diperhitungkan dapat bebas polusi atau tidak, karena kondisi udara

mempengaruhi kualitas hidup masyarakatnya. Udara adalah salah satu elemen

penunjang kehidupan di muka bumi. Tanpa udara, manusia dan hewan tidak

32
bisa bernafas, tumbuhan pun tidak bisa melakukan fotosintesis. Pentingnya

peran udara bagi kehidupan menyadarkan masyarakat untuk menjaganya agar

udara tidak tercemar semakin parah.

Pencemaran Udara adalah kehadiran substansi fisik, biologi, atau

kimia di lapisan udara bumi dalam jumlah yang bisa membahayakan

kesehatan seluruh komponen biotik penyusun ekosistem, mengganggu

keindahan dan kenyamanan, dan merusak properti. Pencemaran udara timbul

akibat adanya sumber-sumber pencemaran, baik yang bersifat alami ataupun

karena kegiatan manusia. Beberapa pengertian gangguan fisik seperti

pencemaran suara, pencemaran panas, pencemaran radiasi dan pencemaran

cahaya di anggap sebagai bagian dari pencemaran udara. Adapun karena sifat

alami udara yang bisa menyebar tanpa batasan ruang, membuat dampak

pencemaran udara bisa bersifat lokal, regional, maupun global. Kegiatan

manusia hampir seluruhnya menghasilkan zat polutan, selain itu kegiatan

alam juga menghasilkan zat pencemar ke dalam udara.

Tingkat Indeks Pencemaran Udarasuatu kota ditentukan berdasarkan

indeks standard pencemar udara (ISPU) yang dilihat berdasarkan kandungan-

kandungan mineral yang terdapat pada udara tersebut. Hal ini sesuai dengan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH /

1997 Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar

Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan

kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan

kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup

lainnya. Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah

33
kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak

berdimensi (Statistik Lingkungan Hidup Indonesia, 2015). Rentang Indeks

Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada table 2.2. berikut ini:

Tabel 2.2.

Rentang Indeks Standar Pencemaran Udara

KATEGORI RENTANG PENJELASAN


Baik 0-50 Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan
efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan
tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan
atau nilai estetika.
Sedang 51-100 Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh
pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan yang sensitive, dan
nilai estetika.
Tidak Sehat 101-199 Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan
pada manusia ataupun kelompok hewan yang
senssitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada
tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat tidak 200-299 Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan
sehat kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang
terpapar.
Berbahaya 300-lebih Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara
umum dapat merugikan kesehatan yang serius.
Sumber: Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015

Pengukuran kualitas udara yang dilakukan sebanyak empat kali per

tahun dianggap mewakili kualitas udara tahunan untuk masing-masing

parameter. Nilai konsentrasi tahunan setiap parameter adalah rata-rata dari

nilai konsentrasi triwulanan.

Selanjutnya nilai konsentrasi rata-rata tersebut dikonversikan menjadi

nilai indeks dalam skala 0 – 100 untuk setiap ibukota provinsi. Formula untuk

konversi tersebut adalah:

34
IPNO2 = {-0,2 x (0,177 x KonsentrasiNO2)} + 100...........................(2.3)

dan

IPNO2 = {-0,2 x (0,625 x KonsentrasiSO2)} + 100............................(2.4)

Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula

sebagai berikut:

IPU = ........................................... (2.5)

dimana:

IPU = Indeks Pencemaran Udara

IPNO2 = Indeks Pencemar NO2

IPSO2 = Indeks Pencemar SO2

2.5.1. Peranan Indeks Pencemaran Udara Terhadap Kemajuan

Teknologi

Kota cerdas merupakan yang mampu secara optimal

mengelola sumber daya untuk memberikan kenyamanan, keamanan

dan keberlanjutan untuk perkembangannya (Supangkat, 2015). Hal

tersebut termasuk di dalamnya tata kelola kota agar tercipta

lingkungan yang asri, sehat dan terkendali. Kualitas lingkungan dapat

dilihat dari tingkat Indeks Pencemaran Udara dan kondisi polusi suatu

wilayah. Semakin tinggi tingkat Indeks Pencemaran Udara maka

semakin buruk lingkungan dan melemahnya daya dukung dalam

melaksanakan kegiatan.

35
Kondisi udara yang sudah tercemar akan menyebabkan

kualitas hidup masyarakatnya menurun karena gangguan berbagai

penyakit (gangguan iritasi, infeksi saluran pernapasan akut, kanker

kulit, mata dan katarak), keseimbangan ekosistem menjadi terganggu,

dan kerusakan alam dalam jangka panjang. Indeks Pencemaran Udara

yang tinggi selain menurunkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup,

ketika kualitas manusia menurun maka kemampuan dan kemauan

untuk akses terhadap teknologi pun menjadi menurun atau bahkan

terhenti.

Oleh karena itu perlu adanya perlindungan dengan kesehatan

lingkungan, diperlukan tata kota yang baik agar dapat tercipta

lingkungan yang aman, sehat dan terlindungi. Suatu kota harus

terdapat manajemen sumber daya yang berkelanjutan, dengan harapan

dengan adanya pengelolaan yang baik maka kondisi lingkungan dan

sumber dayanya dapat lebih terkendali serta perkembangan terhadap

teknologi pun dapat kembali terprogram dengan baik.

2.6. Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah membaca dan

mempelajari berbagai literature yang berkaitan erat dengan penelitian ini.

Penelitian terdahulu menjadi pedoman dan arahan bagi peneliti. Diharapkan

ketika peneliti melakukan penelitian ini, studi terdahulu tersebut dapat

mendorong dan memberikan referensi kepada peneliti untuk menghasilkan

penelitian baru yang orisinil namun tetap memperhatikan perkembangan

36
terkini dari topic yang akan peneliti lakukan. Berikut adalah penelitian

terdahulu yang peneliti pergunakan:

1. Wiwin Purnomowati dan Ismini (2014)

Penelitian yang berjudul konsep smart city dan pengembangan

pariwisata di Kota Malang ini menggunakan dan memperbandingkan

enam konsep kota cerdas sebagai variabel penelitiannya untuk dipilih

komponen mana yang paling tepat untuk mendukung program pariwisata

di kota Malang. Dari hasil penelitian yang diperoleh maka penulis

menarik kesimpulan bahwa dari arah pembangunan jangka panjang Kota

Malang nampak pemerintah daerah telah mempersiapkan SDM dan Iptek

untuk mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota cerdas). Namun

pengertian smart city yang diimplementasikan kota Malang lebih

menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi informasi untuk

meningkatkan pelayanan pada masyarakat, dan dianggap dapat

meningkatkan tata kelola pariwisata di kota Malang, oleh karena itu

konsep ini lebih tepat disebut sebagai digital city.

Program-program yang bisa dilakukan pemerintah untuk

mewujudkan Malang smart city antara lain adalah pemberdayaan

masyarakat termasuk UMKM dan koperasi, penyediaan sarana dan

prasarana transportasi dan infrastruktur yang memadai, peningkatan

kualitas pelayanan publik, pemenuhan RTH 35% dan lain-lain. Dengan

adanya hal tersebut diharapkan konsep smart city dapat dilaksanakan

dengan baik, tidak hanya berfokus pada satu bidang saja namun segala

bidang yang mendorong terciptanya smart city. Smart city yang dapat

37
tercapai dengan baik akan meningkatkan perekonomian suatu kota, bila

pertumbuhan ekonomi dapat meningkat maka kesempatan untuk

pengembangan wisata di kota Malang juga dapat tercapai.

2. Uky Yudatama (2013)

Penelitian yang berjudul pengukuran penerapan teknologi

informasi untuk membangun smart city ini memfokuskan topiknya

kepada pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap

perkembangan smart city. Dengan menggunakan empat prinsip

penghitungan indeks dalam model pengembangan TIK, peneliti

memperbandingkan kota atau kabupaten mana yang sudah siap dalam

menerima dan melaksanakan TIK dan mendukung pelaksanaan smart city

di masing-masing kota atau kabupaten tersebut.

Hasilnya menyatakan bahwa bagi masyarakat, TIK sangat

memberikan kontribusi manfaat yang signifikan terhadap pengembangan

kehidupan masyarakat, Dipergunakannya TIK dalam proses pembelajaran

(e-education), pemerintahan (e-goverment), bisnis (e-business), dan lain-

lain adalah bukti bagimana teknologi mampu mengubah pola tindak

individu dan komunitas dalam berbagai aktivitas kegiatan sehari-hari.

Hasil Perhitungan Indeks kesiapan ICT ratarata dari 6 kota atau kabupaten

di Jawa tengah didapatkan hasil: 2 kabupaten dinyatakan telah siap (I-

madya) dan 4 kota atau kabupaten dinyatakan sudah hampir siap (I-muda)

dalam rangka untuk mengembangkan ICT.

38
3. Alfariani Pratiwi (2015)

Penelitian yang berjudul Tingkat Kesiapan Kota Surakarta Terhadap

Dimensi Mobilitas Cerdas (Smart Mobility) Sebagai Bagian Dari Konsep Kota

Cerdas ini memfokuskan penelitian terhadap kesiapan kota Surakarta

dalam pelaksanaan mobilitas cerdas (merupakan bagian dalam indeks kota

cerdas). Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif dan analisis

kuantitatif dengan cara wawancara, studi dokumen dan observasi.

Variabel pertama yang digunakan adalah aksesibilitas lokal, yang

diperoleh dari data jaringan transportasi umum yang tersedia di kota

Surakarta, data kepuasan dengan intensitas kedatangan dan data jumlah

moda transportasi umum, dan kepuasan dengan kondisi kenyamanan dan

tarif transportasi umum.

Variabel kedua yang digunakan adalah akses multi moda yang

diperoleh dari data moda transportasi umum yang terintegrasi. Variabel

ketiga yang digunakan adalah aksesibilitas internasional yang diperoleh

dari data akses transportasi umum menuju bandar udara. Variabel

keempat yang digunakan adalah infrastruktur TIK pendukung mobilitas,

yang diperoleh dari data pengguna sistem kartu cerdas dan

pendapatannya, data sistem informasi real time mengenai kondisi lalu

lintas, serta data sistem informasi real time yang disediakan transportasi

umum. Variabel kelima yang digunakan adalah transportasi berkelanjutan

dan aman, yang diperoleh dari data fasilitas bersepeda dan transportasi

umum yang sudah menggunakan energi bersih, data sitem lajur khusus

untuk transportasi umum, dan data prioritas keselamatan pejalan kaki.

39
Kelima variabel tersebut kemudian dilakukan skoring untuk mendapatkan

nilai setiap komponen. Kesimpulan dari penelitian ini akan disajikan

dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.3.

Kesimpulan Penelitian Pratiwi, 2015

Variabel Hasil Pembahasan

Aksesibilitas Siap Jaringan transportasi umum di Surakarta sudah sangat siap,

Lokal bersyarat namun tingkat kepuasan pengguna transportasi masih rendah.

Syarat perlu dipenuhi antara lain dalam hal peningkatan

intensitas adanya transportasi umum dari segi jumlah moda

dan perbaikan pada kondisi transportasi umum yang sudah

tidak layak yang dapat mengurangi kenyamanan

penggunanya.

Akses multi Siap Akses multi moda di Surakarta belum lengkap, karena hanya

moda bersyarat terintegrasi antara bus dengan kereta dan bus dengan pesawat.

Syarat perlu dipenuhi adalah melakukan penambahan

integrasi moda yaitu antara moda pesawat dengan kereta.

Aksesibilitas Siap Aksesibilitas internasional di Surakarta disukung dengan

Internasional bersyarat adanya transportasi bus BST koridor 1 dan bus Damri, namun

itu belum cukup. Syarat perlu dipenuhi adalah menyediakan

jaringan transportasi kereta api yang menuju bandar udara

agar aksesibilitas internasionalnya semakin mudah.

Berlanjut ke halaman 41

40
Lanjutan Tabel 2.3. Kesimpulan Penelitian Pratiwi, 2015

Infrastruktur Siap Teknologi yang telah diterapkan di Surakarta adalah sistem

TIK bersyarat kartu cerdas dan informasi real time, namun belum

pendukung dipergunkan dengan maksimal. Syarat perlu dipenuhi adalah

mobilitas menerapkan sistem informasi real time pada transportasi

umum, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses

moda yang akan digunakan. Sistem kartu cerdas yang telah

ada juga perlu perbaikan agar pemanfaatannya dapat optimal.

Transportasi Tidak Kota Surakarta sudah memiliki fasilitas keamanan berjalan

berkelanjutan siap kaki yaitu city walk, namun tidak berfungsi dengan baik.

aman Syarat yang harus dipenuhi adalah peningkatan fungsi city

walk agar berfungsi optimal bagi para pengguna jalan kaki,

menerapkan lajur khusus untuk transportasi umum,

mengadakan transportasi tanpa bahan bakar, dan fasilitas

penyewaan sepeda.

Sumber: Pratiwi, 2015

4. Claudia Casbarra, et al (2014)

Penelitian yang berjudul Smart city governance for sustainability

memfokuskan penelitian terhadap peran pemerintah dalam penerapan kota

cerdas dengan memperbandingkan enam kota di Eropa. Dari analisis dari

enam kota pintar menunjukkan bahwa ada dua elemen utama yang

mempengaruhi pilihan kota pintar. Elemen pertama yang mempengaruhi

model pemerintahan adalah diwakili oleh starting poin dari proses

smartization. Secara khusus, pemerintah kota Amsterdam, Copenhagen,

41
dan Wien memutuskan untuk melibatkan beberapa mitra (yang baik

negeri maupun swasta) untuk mewujudkan inisiatif di bidang efisiensi

energi, pengurangan polusi, dan pengelolaan limbah dan air. Kota-kota

Helsinki, Barcelona, dan Manchester memutuskan untuk mengelola

model pemerintahan untuk mengatur berlangsungnya perekonomian.

Dengan melibatkan beberapa mitra dengan kompetensi tertentu di bidang

inovasi dan teknologi dalam rangka untuk mengembangkan layanan baru

tentang kesehatan, mobilitas dan pendidikan.

Elemen kedua yang mempengaruhi pilihan dari Model

pemerintahan adalah kebutuhan, untuk sebuah kota yang cerdas yang

berkelanjutan sebagaimana dinyatakan dalam analisis sastra,

keberlanjutan memiliki tiga dimensi (kebutuhan akan kelola energi,

efisiensi dan pengelolaan sumber daya alam) yang berbeda dan masing-

masing telah dipertimbangkan sebagai tujuan mendasar yang harus

dicapai. Untuk selebihnya kegiatan dilakukan oleh publik, yaitu lembaga,

pemerintah kota, dan universitas terkait dengan ekuitas, modal manusia,

keadilan dan tempat publik, sehingga hal-hal tersebut terkait dengan

dimensi keberlanjutan sosial.

Secara khusus, enam kota pintar dianalisis telah memilih

Fraunhofer-Gesellschaft, sebuah organisasi riset swasta untuk

mengembangkan solusi berorientasi aplikasi terutama pada energy dan

lingkungan, sebagai mitra untuk menciptakan alat pelaporan yang

bertujuan untuk pengukuran jejak karbon. Namun korelasi antara

keberlanjutan ekonomi dan pemilihan mitra dalam proyek kota cerdas

42
dianggap tidak terlalu penting, hanya kota Manchester telah memilih

Konsultasi Deloitte sebagai mitra yang menawarkan analisis fittest

instrumen ekonomi dan keuangan untuk pengembangan inisiatif spesifik.

5. Ewelina Szczech (2014)

Penelitian yang dilakukan adalah mengenai concept of “Smart City”

and its practice in Poland. Case study of Łódź City . Dalam melakukan

penelitian ini penulis mempergunakan enam komponen penyusun kota

cerdas (cerdas ekonomi, cerdas manusia, cerdas lingkungan, cerdas

pemerintahan, cerdas mobilitas dan cerdas hidup). untuk mengetahui

kesiapan suatu kota dalam penerapan kota cerdas. Keenam proxy

penyususn indeks kota cerdas tersebut kemudian ditransfermasi lalu

dibobot hingga menghasilkan angka indeks dari masing-masing kota.

Lodz adalah kota berukuran rata-rata yang berlokasi di pusat

Polandia. Pilihan studi kasus yang khusus ini didasarkan pada sejarah

industri kota, serta perkembangannya setelah transformasi ekonomi di

Polandia. Pengembangan Lodz kurang lebih terkait dengan konsep kota

cerdas kerena Lodz menerapkan strategi (1) ekonomi dan infrastruktur,

(2) sosial dan kultur dan (3) tata ruang dan lingkungan hidup. Hasilnya

kota Lodz memperoleh indeks sebesar 2,5 untuk cerdas ekonomi, 2,0

untuk cerdas hidup, 4,3 untuk cerdas lingkungan, cerdas mobilitas yang

mencapai 2,3 sedangkan untuk cerdas pemerintah sebesar 3,3 serta

terakhir cerdas manusia mencapai indeks 3,0. Dapat dilihat dari hasil

penelitian tersebut bahwa kota Lodz memiliki kapasitas yang besar dalam

43
pengelolaan lingkungan, namun pengelolaan kehidupan masyarakat perlu

mendapat perhatian khusus mengingat capaian indeks yang masih rendah.

Secara umum sebagian besar studi kota cerdas yang sudah pernah dilakukan

menggunakan variabel ekonomi, variabel sosial dan variabel lingkungan.

Ringkasan studi-studi tersebut ditunjukkan oleh tabel di bawah

ini:

Tabel 2.4.

Aspek Kota Pengembangan Indeks Kota Cerdas

Aspek Amsterdam Copenhagen Wien Helsinkki Barcelona Manchester Lodz

Ekonomi - - - √ √ √ √

Ling- √
√ √ √ - - -
kungan

Sosial √ √ √ √ √ √ √

Sumber: Cassbara & Szczech diolah, 2016

2.7. Metodologi Pembuatan Indeks

Metodologi pembuatan indeks dalam penelitian ini menjelaskan

mengenai proses atau tahapan dalam mendapatakan angka indeks kota cerdas

di 33 kota besar tersebut. Berikut ini adalah tahapan pembuatan indeks:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan sebelum dilaksanakannya

pengukuran indeks. Tahap persiapan diawali dengan persiapan

pembuatan indeks dengan penentuan pemilihan indikator penyusun

indeks kota cerdas melalui studi dokumen penelitian yang terkait

44
dengan penyusunan indeks. Strukturisasi indikator dilakukan melalui

kategorisasi indikator-indikator dan menempatkan indikator-indikator

yang relevan ke dalam hierarchy of significance, sehingga pada

akhirnya akan didapat sejumlah kecil indikator yang memiliki

kemampuan penjelas yang kuat dan discriminating power yang tinggi,

sehingga tidak ada tumpang tindih antar satu indikator dengan

indikator lain, atau terjadi repetisi maupun triangulasi yang tidak perlu

(Indonesia Governance Index, 2012).

2. Pemilihan Indikator

Indikator-indikator dibangun berdasarkan fungsi-fungsi dan

isu-isu terkait serta proses-proses dari tema yang akan diteliti. Setiap

indikator disertai justifikasi yang rinci. Pemilihan indikator melalui

pertimbangan kriteria berikut ini (Indonesia Gorvernance Index, 2012):

a. Signifikansi

b. Relevansi

c. Ketersediaan data

d. Kekuatan pembeda

e. Persamaan untuk dapat diukur di seluruh daerah

3. Metode Pembobotan Indikator

Sebelum melakukan pemilihan indikator yang akan

digunakan maka perlu untuk memilih metode pembobotan yang

tepat. Metode yang tepat digunakan dalam menentukan indikator

dalam penyusunan indeks adalah AHP (Analytical Hierarchy

45
Procedure) (Indonesia Governance Index, 2012). AHP adalah suatu

metoda matematis atau statistis yang diawali judgment dari para ahli

(well-informed Persons) terhadap kontribusi setiap arena, prinsip dan

indikator. Melalui proses pair-ways comparison setiap arena, prinsip

dan indikator diperbandingkan satu dengan yang lain. Perbandingan

ini kemudian diolah secara matematis atau statistis untuk

menghasilkan bobot.

AHP adalah suatu metoda matematis atau statistis yang

diawali judgment dari para ahli (well-informed Persons) terhadap

kontribusi setiap arena, prinsip dan indikator. Melalui proses pair-

ways comparison setiap arena, prinsip dan indikator

diperbandingkan satu dengan yang lain. Perbandingan ini kemudian

diolah secara matematis atau statistis untuk menghasilkan bobot. Hal

tersebut ditunjukkan oleh derajat inkonsistensi model sebesar 0,1%

(Indonesia Governance Index, 2012).

4. Tipe dan Sumber Data

Penyusunan Indeks Kota Cerdas 33 kota besar di Indonesia

tahun 2014 ini diperoleh dari data obyektif (sekunder) dan data

subyektif (primer). Data sekunder terdiri dari berbagai jurnal, buku,

dan dokumen resmi yang terpublikasi, seperti data statistik, Badan

Pusat Statistik (BPS), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Asosisasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), katalog laporan

tahunan dan sebagainya.

46
Sementara itu, data persepsi diperoleh dari narasumber yang

dipilih melalui kriteria ketat yang berkenaan dengan keahlian

maupun memiliki informasi yang luas terkait indikator-indikator

yang diukur. Tipe dan sumber data dapat disesuaikan dengan tema

penelitian dan kondisi daerah yang akan diteliti, sehingga dua tipe

data tersebut tidak mutlak harus terpenuhi semua (Indonesia

Governance Index, 2012).

5. Skala Indikator Indeks Kota Cerdas di 33 Kota

Skala penilaian Indeks Kota Cerdas di 33 kota berkisar dari

angka 1 (sangat buruk) sampai dengan angka 10 (sangat baik).

Dalam Indonesia Governance Index, 2012 dijelaskan bahwa ada dua

cara untuk memaknai suatu angka indeks. Pertama secara normatif,

yaitu angka tersebut dilihat posisinya dalam skala 1-10 dengan nilai

tengah 5,50. Sedangkan capaian sekitar 5,50 (tepatnya antara 4,86

sampai dengan 6,14) adalah capaian yang sedang, capaian di atas

3,57sampai dengan 4,86 adalah cenderung buruk sedangkan capaian

di atas 6,14 sampai dengan 7,43 adalah capaian yang cenderung

baik. Dari perhitungan skala terhadap masing-masing indikator

penyusun tersebut maka Indeks Kota Cerdas di 33 kota dapat

diketahui hasil angkanya.

47
2.8. Kerangka Berpikir Pemecahan Masalah

Secara umum kemajuan teknologi merupakan tolok ukur utama

keberhasilan penerapan konsep kota cerdas suatu daerah karena berhasil

atau tidaknya program kota cerdas dapat dilihat dari kemajuan teknologi

yang dipergunakan di daerah tersebut. Dalam pendekatan kota cerdas, fokus

dimensinya mendekati fenomena seperti ekonomi, manusia dan modal sosial serta

lingkungan alam (Lombardi et.al. dalam Szczech, 2014). Beberapa faktor yang

dapat memberikan pengaruh terhadap Indeks Kota Cerdas diantaranya yaitu

Produk Domestik Regional Bruto, Indeks Pembangunan Manusia dan

Indeks Pencemaran Udara. Produk Domestik Regional Bruto dianggap

sebagai sintetik indeks kekayaan di daerah perkotaan dan membuktikan bahwa

Produk Domestik Regional Bruto adalah aksesibilitas multimodal yang memiliki

hubungan kuat untuk pembangunan perkotaan. Hasil tersebut mendukung

pentingnya capaian Produk Domestik Regional Bruto yang tinggi terhadap capaian

teknologi digital (Szczech, 2014).

Indeks Pembangunan Manusia dianggap memberikan pengaruh

dalam investasi modal manusia. Kota cerdas diciptakan untuk masyarakat

cerdas sehingga kualitas manusia sangat dibutuhkan dalam hal ini. Suatu

kota yang memiliki masyarakat dengan kualitas tinggi akan lebih mudah

dalam akases dan pemanfaatan teknologi dibandingkan dengan kota yang

memiliki masyarakat dengan kualitas rendah bahkan tertinggal. Aspek

lingkungan yang dianggap memberikan pengaruh adalah Indeks

Pencemaran Udara. Indeks Pencemaran Udara diindikasikan dapat

menggambarkan kualitas hidup masyarakat dan kemampuannya dalam

manajemen serta tata kelola kota. Indeks Pencemaran Udara dianggap dapat

48
menciptakan kondisi yang menarik untuk lokasi bisnis sehingga dapat

memberikan kontribusi bagi kemajuan teknologi dan pembangunan berkelanjutan

(Szczech, 2014).

Dari permasalahan tersebut, kemudian diimplementasikan menjadi

kebijakan-kebijakan yang berkaitan erat dalam prinsip kota cerdas. Untuk

menggambarkan dan memperjelas mengenai permasalahan yang akan

diteliti, maka akan dibuat kerangka berpikir yang bertujuan untuk

memecahkan masalah yang terkait yaitu sebagai berikut:

Aspek Ekonomi (X1)


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kota Cerdas (Indeks Kota
Cerdas) (Y)

Aspek Sosial (X2)

Aspek Lingkungan (X3)

Sumber: Penulis, diolah

Gambar 2.5. Kerangka Berpikir Penelitian

49
2.9. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori, kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu

yang telah dijelaskan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis untuk

dilakukan pengujian variabel dependen terhadap variabel independen guna

mengetahui bagaimana pengaruh diantara variabel tersebut. Hasil hipotesis

sementara yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Diduga variabel Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif

terhadap tingkat Kota Cerdas di 33 kota besar di Indonesia.

2. Diduga variabel Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh positif

terhadap tingkat Kota Cerdas di 33 kota besar di Indonesia.

3. Diduga variabel Indeks Pencemaran Udara berpengaruh negatif

terhadap tingkat Kota Cerdas di 33 kota besar di Indonesia.

50

Anda mungkin juga menyukai