Anda di halaman 1dari 5

Konsep Sustainable City untuk Kota-Kota Besar di Indonesia

Perkembangan kota-kota besar dunia dalam dekade terakhir berkembang dengan


sangat pesat. Tingginya arus perdagangan barang dan jasa di suatu kota menjadi salah satu
indikatornya. Data dari UN Habitat (United Nation Human Settlement Programme), atau Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Tempat Tinggal Manusia) menyebutkan jika sekitar
setengah umat manusia tinggal di kota. Padahal seperti kita ketahui, luas wilayah perkotaan
relatif kecil dibandingkan luas kota-kota kecil/ kota berkembang lainnya. Akibatnya, tingkat
kepadatan penduduk di kota jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain.
Banyaknya jumlah penduduk yang bermukim pada suatu pusat daerah tertentu banyak
menimbulkan masalah. Ancaman krisis air, pangan, dan energi lambat laun akan mulai
dirasakan warga yang tinggal di kawasan padat penduduk. Ditambah lagi dengan ancaman
sosial dan lingkungan yang tidak bisa dipisahkan dari aspek kehidupan. Jika kota padat
penduduk seperti ini terus dibiarkan dan perkembangannya menjadi tidak terkendali, maka
akan menyebabkan kota-kota ini berkembang semakin ekspansif dan melampaui batas dari
daya dukung yang dapat dipikulnya. Perlu segera dicarikan solusi atas masalah yang terjadi.
Untuk mencegah kota semakin terpuruk, diperlukan upaya-upaya perbaikan guna menjadikan
suatu kota sebagai sustainable city (kota berkelanjutan).
Menurut European Commission (2009), sustainable city adalah kota yang
mengkonsumsi sumber daya terbarukan tidak lebih cepat daripada kapasitas regenerasinya. Ia
juga mampu berkontribusi pada penggantian sumber daya yang tidak terbarukan, khususnya
melalui penghematan, penelitian, dan inovasi. Tiga aspek sustainable city menurut Budi Faisal
(2011) adalah ekonomi, ekologi, dan sosial. Kegiatan ekonomi harus bisa menyediakan
penghidupan kepada warganya secara kontinyu, membangun potensi lokal, dan tidak
ketergantungan dengan kota lain. Dalam aspek ekologi, alam memiliki batas maksimal, dan
manusia sebagai anggota komunitas memiliki tanggung jawab terbesar untuk melindungi dan
melestarikannya. Sosial, keadaan sosial adalah jantung dari kota yang berkelanjutan, ia terdiri
dari kesempatan untuk menikmati pertumbuhan ekonomi, fasilitas kesehatan, dan pendidikan
berkualitas, serta sistem politik yang memberikan kemerdekaan.
Dari kedua teori sustainable city di atas, dapat ditarik simpulan jika sustainable
city adalah suatu kota yang bukan hanya memperhatikan aspek keberlanjutan dari fisiknya,
apalagi jika hal tersebut dilakukan tanpa adanya integrasi satu sama lain. Namun, sustainable
city adalah suatu kota yang juga harus memperhatikan aspek-aspek sosial yang ada di
masyarakat, dan membuat masyarakat menjadi masyarakat yang siap menjadi
masyarakat sustainable city.

Pengembangan ekonomi suatu sustainable city tidak dapat dipisahkan dari


pembangunan infrastruktur di kota tersebut. Pembangunan suatu infrastruktur hampir selalu
dihantui oleh isu menganai lingkungan seperti pembebasan lahan, penggunaan ruang terbuka
hijau sebagai lahan senta ekonomi baru, dan lainnya. Namun dengan konsep sustainable
city kita tidak dapat memisahkan aspek ekonomi dengan aspek ekologis suatu kota. Kita harus
dapat mengubah ancaman menjadi suatu peluang baru. Menciptakan inovasi kreatif yang
mana tepat guna untuk kepentingan ekonomi namun tanpa mengesampingkan aspek ekologis.
Sebagai contoh dengan pembuatan gedung-gedung berkonsep ramah lingkungan yang
mengelola sendiri limbah yang dihasilkan. Bisa juga dengan tetap memberikan ruang terbuka
hijau dalam setiap infrastruktur yang dibuat, yang tentunya memerlukan pasrtisipasi aktif dari
pengguna infrastrktur tersebut untuk dapat mewujudkan konsep ramah lingkungan. Intinya
adalah dengan tetap menyandingkan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial suatu kota.

Membahas tentang sustainable city, Surabaya tampaknya dapat menjadi representatif


Indonesia. Meski belum dapat disejajarkan dengan sustainable city di luar negeri seperti
Singapura, Stockholm (Norwegia), atau Portland (USA), namun berbagai penghargaan
lingkungan bagi kota ini tampaknya bisa menjadi bukti bahwa Surabaya sedang dalam proses
menuju level yang sama dengan kota-kota dunia lainnya. Terlihat dalam tahun-tahun terakhir
adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi dan banyaknya jumlah pembangunan infrastruktur
baru di kota ini. Tidak hanya itu, Surabaya yang awalnya hanya memiliki 9,6% ruang terbuka
hijau, kini memiliki 20,24%.

Sebut saja penghargaan Indonesia Green Award (IGRA) Tahun 2011 yang disematkan
pada kota dengan lambang ikan sura (ikan hiu) ini. Kota ini dianggap peduli terhadap
lingkungan dan menjadi yang terdepan di Indonesia. Kalpataru, Adipura Kencana, Adiwiyata
Mandiri, dan penghargaan sebagai kota dengan penataan lingkungan berkelanjutan terbaik
pada ASEAN Environment Sustainable City, adalah bukti lain jika Surabaya memang terdepan
dalam persoalan manajemen tata kotanya. Kunci sukses Surabaya menjadi kota dengan
konsep sustainable city adalah dengan adanya pembangunan yang mementingkan aspek
lingkungan dan masyarakatnya.
Sustainable City ( Kota yang berkelanjutan )

Ide kota yang berkelanjutan (sustainable city) dimunculkan oleh Richard Register dengan
mengeluarkan istilah ecocity dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity Berkeley: building
cities for healthy future. Dapat diartikan, pembangunan kota yang sekarang membutuhkan
jenis pembangunan yang tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja,
tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya.
Tokoh lain yang memvisikan hal yang sama adalah seorang arsitek bernama Paul F.
Downtown (pendiri perusahaan Ecopolis Pty Ltd).

Pengertian Kota yang Berkelanjutan


Kota yang berkelanjutan atau biasa disebut sustainable city adalah sebuah kota yang di
desain dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan sekitar. Dengan kata lain kota
yang sustainable adalah kota yang memperhatikan keseimbangan harmonis antara
perkembangan kotanya, dengan perkembangan linkungannya. Jika keseimbangan ini rusak,
maka munculah ketidak berlanjutan sistem dalam suatu kota. Pada awal isu keberlanjutan
kota, hal ini hanya di lihat dari dampaknya pada kesehatan lingkungan dan energi. Namun
kini, pengertian kota yang berkelanjutan atau sustainable city telah berkembang luas. Dan
dampak pada lingkungan yang diperhatikan pun menjadi beragam, dilihat dari bermacam
aspek. Berikut ini adalah aspek aspek yang diperhatikan untuk sebuah kota yang
berkelanjutan:
1. Kualitas udara, air dan iklim
2. Biodiversitas
3. Energi
4. Makanan, dan pertanian
5. Ekonomi, dan pengembangan ekonomi
6. Lingkungan dan Ruang terbuka publik
7. Kesehatan dan kebersihan
8. Transportasi publik
9. Penggunaan material, berbahaya, pengolahan limbah padat dan cair
10. Pendidikan
Konsep dan prinsip kota berkelanjutan (Sustainable City)

Beberapa pendapat para ahli (Brutland,1987; Holden dan Ehrlich, 1992; Stren danWhitney,
1992; Sarageldin dan Steer; 1994 dalam Budihardjo, 2009) tentang pembangunan
berkelanjutan yang dirumuskan secara ringkas dengan batasan pengertian kota
berkelanjutan (sustainable city) dapat didefinisikan bahwa Kota yang dalam
perkembangannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya masa kini,mampu
berkompetisi dalam ekonomi global dengan mempertahankan keserasian lingkungan vitalitas
sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanannya tanpa mengabaikan atau
mengurangikemampuan generasi mendatang dalam pemenuhan kebutuhan mereka
(Budihardjo, E dan Sudjarto, DJ. 2009).

Dalam mewujudkan kota berkelanjutan tentu saja diperlukan beberapa prinsip dasar yang
dikenal dengan Panca E yaitu Environment (Ecology), Economy (Employment), Eqiuty,
Engagement dan Energy (Research Trianggle Institute,1996 dalam Budihardjo, 2009).
Dibawah ini, ilustrasi dari prinsip panca E sebgai berikut:

Dari 5 prinsip dasar di atas maka dapat digambarkan secara rinci lima kaidah prinsip dasar
tersebut dalam tabel dibawah ini:
Aspek Pendekatan kota yang Pendekatan kota yang
kurang berkelanjutan berkelanjutan
EKONOMI (KESEJAHTERAAN)

Pendekatan Kompetisi,industri besar, Kerjasama strategis,


retensi bisnis dan peningkaan keahlian pekerja,
ditarget,ekspansi. infrastruktur dasar dan
informasi.
Hubungan antara Kesenjangan yang Penanaman modal strategis
perkembangan sosial dan bertambah,kesempatan kerja pada tenaga kerja dan
ekonomi terbatas dilihat sebagai kesempaten kerja dilihat
tanggung jawab pemerintah. sebagai tanggung jawab
bersama (pemerintah, swasta
dan masyarakat).
EKOLOGI (LINGKUNGAN)

Peraturan penggunaan tanah Penggunaan tertinggi dan Penggunaan lahan campuran,


terbaik; penggunaan lahan koordinasi dengan sistem
yang tunggal (terpisah), transportasi, menciptakan
kurang terpadu dengan taman,menetapkan batas
sistem transportasi, perkembangan/pemekaran
pemekaran kota tanpa kota
kendala

EQUITY (PEMERATAAN)

Disparitas Disparitas yang makin Disparitas kurang dan


meningkatkan antar kelompok kesempatan yang seimbang
income dan ras

ENGAGEMENT (PERAN SERTA)

Partisipasi rakyat Diminimalkan Dioptimalkan


Kepemimpinan Isolasi dan Fragmentasi Justifikasi jurisdiksi silang
Regional Kompetisi Kerjasama strategis
Peran pemerintah Penyedia jasa,regulator, Fasilitator pemberdayaan,
komando dan pusat kontrol Negosiator dan menyaring
masukan dari bawah

ENERGI

Sumber energi Pengurasan Penghematan


Sistem Transportasi Mengutamakan kendaraan Mengutaakan transportasi
pribadi yang boros energi umum,massal, hemat energi
Alternaif Alternaif energi terbatas Alternaif energi meluas
Bangunan Menggunakan pencahayaan Mendayagunakan
dan penghematan artifisial pencahayaan dan
penghematan alami

Anda mungkin juga menyukai