Anda di halaman 1dari 27

B.

KOMPONEN DASAR MEMBRAN SEL


Membran sel terdiri atas lipida, protein, dan karbohidrat. Rasio antara
lipida, protein dan karbohidrat tergantung pada tipe sel dan spesiesnya.
Umumnya lipida kurang lebih 40%, protein 40%, karbohidrat 1-10%, dan
air 20%. Lipida membran terdiri atas dua lapisan, satu lapisan
terorientasi ke arah luar, dan lapisan yang lain terorientasi ke arah sitoplasma.
Protein pada membran sel merupakan protein globuler. Protein-protein
tersebut terdistribusi secara tidak merata pada membran sel. Sebagian
protein membran terletak pada bagian perifer dan sebagian yang lainnya
tertanam pada setengah lapisan lipida atau tertanam menembus kedua
lapisan lipida. Bagian karbohidrat membran biasanya dalam bentuk
oligosakarida. Karbohidrat pada membran bisanya terikat pada lipida, dan
sebahagian yang lainnya terikat pada protein (Wizer,
2007).

Gambar 5.7. Struktur dasar membran sel http://facweb.northseattle.edu/jdahms/Fall


%2006/Lectures/Lecture%203a%2
0-%20Membs%20and%20Transport.ppt.

1. Lipida Membran Sel


Lipida pada membran sel terdiri atas dua lapisan. Setiap molekul lipida
bersifat amfifatik. Lipida amfifatik mengandung komponen yang bersifat
hidrofobik (non polar/tidak suka air) dan komponen yang bersifat hidrofilik
(polar/suka air). Lipida membran terdiri dari 4 kelas utama, yaitu (i)
Fosfolipida, (ii)
7

Sfingolipida, (iii) Glikolipida, dan (iv) Sterol. Keempat kelas lipida


tersebut bersifat amfifatik.
Lapisan lipida bilayer. Lapisan ini terdiri atas molekul yang bersifat
amfifatik. Lipida amfifatik mengandung komponen yang bersifat hidrofobik
(non polar/tidak suka air) dan komponen hidrofilik (polar/suka air).

Gambar 6.8. Lipida membran. http://facweb.northseattle.edu/jdahms/Fall


%2006/Lectures/Lecture%203a%2
0-%20Membs%20and%20Transport.ppt.

a. Fosfolipida
Fosfolipida pada umumnya mengandung gliserol. Gugus hidroksil 1
dan 2 diesterifikasi dengan asam lemak dengan rentang karbon 12-24.
Esterifikasi dengan rentang karbon 16 dan 18 paling umum dijumpai pada
hewan berdarah panas. Suatu kelompok fosfat terikat secara kuat pada posisi
karbon 3, dan pada posisi tersebut ia dapat berikatan dengan salah satu
molekul seperti residu kolin, serin, etaol amin atau inositol. Fosfolifida meliputi
(i) asam fosfatidat dan fosfatidilgliserol, (ii) fosfatidilkolin, (iii)
fosfatidiletanolamin, (iv) fosfatidil-inositol, dan (v) fosfatidilserin.
Fosfatidilkolin atau lesitin mengandung gliserol dan asam lemak serta
asam fosfat dan kolin. Tersebar luas di dalam sel- sel tubuh dan mempunyai
fungsi metabolik dan struktural yang sangat penting pada membran sel.
Fosfatidiletanolamin atau sefalin mirip dengan fosfatidilkolin, hanya kolinnya
diganti dengan etanolamin. Seperti halnya fosfatidilserin dan fosfatidil-
etanolamin, fosfatidilinositol juga merupakan komponen
membran yang sangat penting. Fosfatidilserin mengandung asam amino serin
sebagai pengganti etanolamin. Sfingomielin merupakan jenis fosfolipida yang
banyak dijumpai pada jaringan otak dan saraf.
Asam fosfatidat penting sebagai perantara pada sintesis triasilgliserol
dan fosfolipida, tetapi tidak banyak ditemukan di dalam jaringan. Kardiolipin
adalah fosfolipida yang ditemukan dalam membran mitokondria yang diben-
tuk dari fosfatidilgliserol.dalam membran plasma hepatosit

Gambar 5.9. Fosfolipida membran sel


http://www.surrey.ac.uk/SBMS/ACADEMICS_homepage/hinton/Cell%20Biol
%202%202004.ppt

Tabel 5.1. Komposisi fosfolipida % mol dari fosfolipida total

M.Pla M.Inti M.RE M. BG Membran M.


Fosfolipida
sma G Mitokondria Lisoso
Dala Luar m
m
Fosfatidilkolin 34,9 61,4 60,9 45,3 45,4 49,7 33,5
Fosfatidiletanol
amin 18,5 22,7 18,6 17,0 25,2 23,2 17,9
Fosfatidilinosit
ol 7,3 8,6 8,9 8,7 5,9 12,6 8,9
Fosfatidilserin 9,0 3,6 3,3 4,2 0,9 2,2 8,9
Fosfatidilgliser
9

ol 4,8 - - - 2,1 2,5 -


Asam fosfalipid 4,4 1,0 1,0 - 0,7 1,3 6,8
Kardiolipin sedikit - - - 17,4 3,4 6,8
Lisofosfatidilkol
in 3,3 1,5 4,7 5,9 - - -
Lisofosfa-
tidiletanolamin - - - 6,3 - - -
Sfingomi-elin 17,7 3,2 3,7 2,3 2,5 5,0 32,9

Gambar 5.10 Asam fosfatidat (Sheeler dan Bianchii, 1983)

b. Sfingolipida
Sfingolipida merupakan lipida yang tidak mengandung gliserol
amfifatik, terutama berlimpah di dalam jaring-an otak dan saraf. Lipida ini
diturunkan dari sfingosin. Sfingolipida yang paling berlimpah, yaitu
sfingomyelin yang terdapat di dalam jaringan otak dan saraf.

Gambar 5.11 (a) sfingosin dan (b) sfingomyelin (Sheeler dan Bianchii, 1983)
c. Glikolipida
Glikolipida mengandung seramida dan galaktosa. Oleh sebab itu,
sfingolipida dapat dikelompokkan ke dalam glikolipida. Glikolipida
sederhana hanya mengandung galaktosa, asam lemak dengan berat
molekul besar, dan sfingosin atau serebrosida. Masing-masing serebrosida
dibedakan oleh jenis asam lemak dalam molekulnya.

Gambar 5.12 Struktur serebrosida (Thorpe, 1984)


Glikolipida hanya dijumpai pada permukaan luar sel. Pada sel
hewan dibentuk dalam jumlah yang banyak dari sfingosin, jarang dari gliserol.
Ada dua kelas utama yaitu gangliosida dan serebrosida, keduanya secara
khusus penting dalam system saraf pusat.
11
11

Gambar 5.13. Beberapa contoh glikolipida

d. Steroid
Semua steroid memiliki inti siklik serupa yang menyamai fenanteren
(cincin A, B, dan C) yang merupakan tempat perlekatan cincin siklopentana
(D). Posisi karbon pada inti steroid diberi nomor seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.14.

Gambar 5.14 Steroid (Thorpe, 1984)


Kandungan lipida membran dapat bervariasi pada satu jenis sel pada
spesies yang berbeda, misalnya eritrosit pada tikus, sapi liar, babi, dan biri-biri
(gambar 6.15).

Gambar 6. a berbagai jenis hewan

15 Perbandingan komposisi lipida pada sel eritrosit pad


(Thorpe, 1984).
2. Protein
Protein plasma memiliki fungsi yang sangat luas, antara lain sebagai
protein pembawa (carrier) senyawa yang melewati membran plasma,
menerima isyarat (signal) hormonal, dan meneruskan isyarat tersebut ke
bagian sel sendiri atau ke sel lainnya. Protein membran plasma juga berfungsi
sebagai pangkal pengikat komponen-komponen sitoskeleton dengan
senyawa-senyawa ekstraseluler. Molekul-molekul protein permukaan luar
memberikan ciri-ciri individual tiap sel dan macam protein dapat berubah
sesuai dengan differensiasi sel..
Protein perifer tidak berinteraksi dengan bagian tengah membran
hidrofobik, tetapi terikat secara langsung melalui asosiasi dengan protein
integral membran atau secara langsung berinteraksi dengan bagian polar
lipida membran. Misalnya protein sitokeleton, protein kinase (pada
permukaan sitoplasmik membran), dan protein matriks ekstraseluler
(permukaan eksoplasmik). Protein transmembran mengandung segemen
panjang asam-asam amino hidrofobik yang tertanam pada bilayer lipida. Ada
dua tipe interaksi yang menstabilkan protein integral membran, yaitu interaksi
ionic dengan daerah kepala yang bersifat polar dan interaksi hidrofobik
dengan bagian tengah yang bersifat hidrofobik, misalnya glikoforin.
(Anonim,
2007c).
Beberapa protein integral berikatan dengan membran melalui ikata
koovalen pada rantai hidrokarbon. Dikenal ada tiga tipe protein integral
berdasarkan perlekatannya pada rantai hidrokarbon, yaitu Glycosyl-
phosphatidylinositol-Proteins, Myristate-Proteins, dan Farnesyl- Proteins.
Kedudukan dan orientasi protein pada membran bervariasi sesuai
macam membran, sel dan jaringan. Ia dapat
13
13

berupa protein integral atau protein perifer. Glikoprotein pada membran


eritrosit merupakan suatu protein yang menembus membran sel. Protein
integral membran terdiri atas empat kelas, yaitu protein tipe A, protein tipe
B, protein tipe C, dan protein tipe D. Protein tipe A dan C secara struktural
sama, tetapi tertanam pada setengah lapisan membran yang berbeda.
Contoh protein tipe A adalah Cytochrom b5 pada retikulum endoplasma.
Protein B adalah kompleks protein yang berperan dalam sistim transpor.
Protein D adalah protein trans membran. Protein tipe B merupakan kumpulan
+ +
molekul yang memiliki struktur yang terdiri atas Na , K , ATP-ase dan suatu
anion protein transpor. Contoh protein tipe D adalah glikoforin pada membran
eritrosit.

Gambar 5.17. Skema yang menunjukkan empat kelas protein integral membran
(Thorpe, 1984)
Pada uraian terdahulu telah diuraikan bahwa protein membran plasma
dapat berfungsi sebagai enzim. Enzim-enzim pada membran plasma dapat
dikelompok-kan menjadi dua kategori berdasarkan tempat aktivitas
katalitiknya, yaitu:
1. Ektoenzim, yaitu enzim dimana aktivitas katalitiknya berlangsung
pada permukaan luar membran plasma.
2. Endoenzim, yaitu enzim dimana aktivitas katalitiknya berlangsung
pada permukaan dalam membran plasma.
Beberapa jenis enzim yang biasanya dijumpai pada membran plasma, yaitu:

Asetilfosfatase Kolesterol esterase NAD glikohidrolase


Asetilkolinesterase Guanilat siklase 5 nukleotidase
Asam fosfatase Laktase Fosfolipase A
Adenil siklase Maltase Stalidase
Alkalin fosfatase Monogliserida Sfingomielinase
Alkalin fosfodiesterase lipase Sukrase
Cellobiase Aminopeptidase UDP-Glikosidase
(ada dalam
beberapa bentuk)
3. Karbohidrat
Karbohidrat pada membran plasma terikat pada protein atau lipida
dalam bentuk glikolipida dan glikoprotein. Glikolipida merupakan kumpulan
berbagai jenis unit-unit monosakarida yang berbeda seperti gula-gula
sederhana D-glukosa, D- galaktosa, D-manosa, L-fruktosa, L-arabinosa, D-
xylosa, dan sebagainya. Karbohidrat ini memegang peranan penting dalam
berbagai aktivitas sel, antara lain dalam sistim kekebalan. Karbo-hidrat
pada membran plasma merupakan hasil sekresi sel dan tetap berasosiasi
dengan membran membentuk glikokaliks.

Gambar 5.18. Molekul glikoforin membran (Thorpe, 1984)


http://facweb.northseattle.edu/jdahms/Fall%2006/Lectures/Lecture%203a%2
0-%20Membs%20and%20Transport.ppt

C. GERAK KOMPONEN MEMBRAN


1. Gerak Lipida
Lipida pada membran tidak berada dalam keadaan statis, melainkan
berada dalam keadaan yang dinamis. Molekul- molekul lipida pada
membran bergerak dengan dua cara, yaitu : a. Gerak lateral, yaitu jika
suatu molekul lipida bertukar tempat dengan molekul lipida di dekatnya.
Gerakan ini biasanya berlangsung cepat. Pada sel bakteri, lipida
dapat bergerak sepanjang ~2um/ detik.
b. Gerak Flip-flop, yaitu gerak dari suatu molekul lipida pada suatu
monolayer membran ke monolayer membran yang lainnya. Gerakan
ini berlangsung dari suatu lapisan lipida ke lapisan lipida lainnya pada
membran layer.
15
15

Gambar 5.19 Difusi lateral dan flip-flop molekul lipida pada membran
http://www.glenbrook.k12.il.us/gbssci/bio/apbio/HTML%20Presentation%20fo lder3/chap
%208/Lecture%203,%20Ch.%208.ppt

Temperatur dan komposisi lipida menentukan fluiditas membran. Pada


temperature rendah fluiditas membran kurang disebabkan karena fosfolipida
terkemas lebih rapat. Salah satu faktor yang menentukan fluiditas membran
sel adalah kandungan asam lemak tidak jenuh pada bagian ekornya.
Membran sel yang mengandung rantai asam lemak tidak jenuh yang lebih
banyak lebih bersifat cair bila dibandingkan membran sel dengan kandungan
asam lemak jenuh. Hal ini disebabkan karena ekor asam lemak tidak jenuh
yang kusut lebih sulit untuk dikemas.

Copyright 2005 Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin


Cummings
Gambar 5.20. Fluiditas membran sel http://www.glenbrook.k12.il.us/gbssci/bio/apbio/HTML
%20Presentation%20fo lder3/chap%208/Lecture%203,%20Ch.%208.ppt

Fluiditas membran juga dipengaruhi oleh kandungan kolesterolnya.


Kolesterol membantu dalam menstabilkan membran. Pada temperatur tinggi,
kolesterol yang terdapat diantara fosfolipida dapat menahan gerakan
fosfolipida. Pada temperature rendah menghalangi close packing, dan
mencegah membran menjadi keras.

2. Gerak Protein
Selain molekul lipida, molekul protein juga dapat melakukan gerakan
dengan berbagai cara, yaitu gerak:
a. Difusi lateral.
b. Difusi rotasi melalui sumbu yang tegak lurus dengan
permukaan membran.
c. Difusi rotasi yang melalui sumbu yang sejajar dengan permukaan
membran.

Copyright 2005 Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin


Cummings
Gambar 5.21. Fluiditas membran kolesterol
http://www.glenbrook.k12.il.us/gbssci/bio/apbio/HTML%20Presentation%20fo lder3/chap
%208/Lecture%203,%20Ch.%208.ppt

Gambar 5.22. Derakan protein dengan cara difusi lateral dan difusi rotasi
17
17

D. ASIMETRI MEMBRAN
Membran sel mengandung komponen lipida, protein dan bahkan
karbohidrat yang tersebar secara tidak merata antara kedua permukaan
membran. Oleh sebab itu, membran sel dikatakan asimetri.
1. Penyebaran Lipida pada Permukaan Membran
Penyebaran lipida pada kedua permukaan membran tidak sama.
Lipida harus mengisi tempat yang tidak terisi dengan protein. Pada
membran eritrosit, fosfatidil-kolin (PC) dan sfingomielin (SM) terutama
terdapat pada setengah bagian luar membran. Sedangkan fosfatidilserin (FS)
dan fosfatidiletanolamin (PE) terutama terdapat pada setengah bagian dalam
membran (gambar 6.23)

Gambar 5.23. Penyebaran kandungan Fosfolipida pada membran eritrosit


(Thorpe, 1984)
2. Penyebaran Protein pada Permukaan Membran
Seperti halnya dengan lipida, molekul protein juga tersebar secara
tidak merata pada kedua permukaan membran. Sebagai contoh adalah
setengah bagian luar dari membran eritrosit mengandung protein dalam
jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah protein yang terdapat
pada setengah bagian dalam membran. Keadaan ini menyebabkan morfologi
membran menjadi asimetris .
Gambar 5.24. Penyebaran protein pada membran
http://www.glenbrook.k12.il.us/gbssci/bio/apbio/HTML%20Presentation%20fo
lder3/chap%208/Lecture%203,%20Ch.%208.ppt

3. Penyebaran Karbohidrat pada Permukaan Membran


Karbohidrat umumnya terikat pada molekul lipida atau molekul protein
yang terdapat pada permukaan membran sebelah luar. Keadaan ini pun
memberikan sumbangan terhadap model membran yang asimetris (gambar
5.25).

Gambar 5.25. Penyebaran karbohidrat pada membran (Thorpe, 1984)

E. SPESIALISASI MEMBRAN
Membran sel dapat mengalami spesialisasi secara khusus
berupa tonjolan-tonjolan yang menyerupai jari-jari, dan disebut mikrovili.
Mikrovili memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan luas
permukaan sel sehingga proses absorbsi menjadi lebih efisien. Mikrovili
banyak dijumpai
19
19

pada epitel yang melapisi dinding usus halus. Pada tumbuhan, utamanya
pada daerah akar, dijumpai adanya modifikasi sel-sel epidermis membentuk
bulu-bulu akar. Bulu-bulu akar pada dasarnya ikut memperluas bidang
permukaan sehingga proses absorbsi air dan mineral menjadi lebih efisien.

Gambar 5.26. Mikrovili pada Memebran sel


http://www.easternct.edu/depts/edu/units/tissues.ppt.

Stereosilia adalah prosesus panjang ya ng tidak dapat bergerak,


dan umumnya dijumpai pada daerah ap eks sel-sel yang melapisi
pakan strukturdinding
yang dapat
epididimis.
b Flagel meru membran
dan mengandungergerak. Flagel dikelilingi oleh pada bagian
perifernya tersepasang mikrotubul pusat, dan ng semuanya terorientasi
sea dapat 9 pasang mikrotubul
. ya
rah dengan sumbu panjang flagel

Gambar 5.27. Silia


http://www.easternct.edu/depts/edu/units/tissues.ppt.

1. Junctional Complex
Di antara dua buah sel epitel yang berdekatan biasanya terdapat
daerah kontak yang spesifik, dan disebut pertautan sel (Junctional complex).
Ada 3 jenis pertautan sel yaitu (i) tight junction atau ocluding junction atau
taut kedap, (ii) adhering junction atau taut lekat, dan (iii) gap junction atau
taut rekah.

Gambar 5.28. Macam spesialisasi membran


http://www.easternct.edu/depts/edu/units/tissues.ppt.

a. Tight Junction
Pada tight junction, membran sel-sel yang bersebelahan menyatu oleh
perekat pada bagian apikal sel dan membentuk sumbatan pada apikal
intersel. Ada dua jenis yaitu :

1) Zonula ocludens.
Zonula atau sabuk bila tautan melingkari seluruh sel. Zonula ocludens
adalah taut kedap yang meluas mengelilingi permukaan apikal sel, sehingga
tampak menyerupai sabuk. Zonula ocluden tersusun atas komponen-
komponen berupa partikel-partikel protein dari masing-masing membran sel
yang saling berhubungan dan bertautan. Zonula ocludens berfungsi (i)
sebagai penutup pada bagian apikal dari ruang intersel sehingga molekul-
molekul yang larut dalam air tidak bisa lewat, (ii) sebagai perekat diantara
sel-sel yang bersebelahan sehingga memungkinkan organ yang dibentuk
oleh sel-sel ini dapat meregang tanpa terjadi kerusakan sel atau ruang
intersel. (iii) sebagai barrier untuk mencegah terjadinya diffusi protein dari
luar sel (pada permukaan apikal) ke daerah baso lateral ruang intersel atau
sebaliknya. Zonula ocludens dijumpai pada sel-sel epitel usus halus.
21
21

2) Fasia ocludens.
Fasia atau pita bila tautan hanya menempati daerah kecil pada
permukaan sel atau dinding lateral sel. F. ocludens mirip dengan Z. ocludens,
namun bentuknya berbeda, dimana pada fasia ocludens berbentuk pita
terputus-putus. Fasia ocludens dijumpai pada sel-sel endotel yang
melapisis pembuluh darah, kecuali kapiler darah pada otak, sel-sel endotelnya
dilekatkan oleh zona ocludens. Dengan perlekatan yang terputus-putus ini,
maka sel endotel kapiler darah memungkinkan terbentuknya cairan jaringan
dan keluarnya leukosit dari kapiler (f. ocludens membatasi pori-pori kapiler)

5.29. Struktur tight junction


http://www.easternct.edu/depts/edu/units/tissues.ppt.

b. Adhering Junction
Merupakan tipe tautan sel yang tersebar luas dalam jaringan yang
mengikat sel sel yang bersebelahan dengan sangat erat dimana unit-unit
struktural seperti sitoskeleton , membran sel dan matriks ekstraselluler ikut
terlibat mengadakan hubungan. Pada Adhering junction disusun atas dua
jenis protein yaitu (i) intercelluler attachment protein yang menghubungkan
elemen spesifik dari sitoskeleton. Baik filamen aktin maupun filamen
intermediat dengan kompleks tautan, (ii) transmembran linker yang
merupakan glikoprotein interseluler yang berbentuk filamen yang saling
menganyam.
Adhering junction berfungsi (i) untuk mengatur lumen dan luas
permukaan sel (ii) memelihara ketegangan membran sel, dan (iii) mengatur
konstraksi bagian apikal sel. Adhering junction banyak dijumpai pada
jaringan tubuh yang secara subjektif banyak mengalami tegangan
mekanis yang berat
seperti jantung, epitel kulit, dan epitel leher rahim. Adhering junction
dibedakan atas tiga yaitu:
1) Zonula Adheren
Zonula adherens atau sabuk lekat: Z. adherens merupakan jenis tautan
yang terdapat pada jaringan epitel dan non epitel dan dibawah ocludens
terlihat dalam berbagai bentuk berupa titik-titik kecil yang menghubungkan
filamen aktin dari sel yang bersebelahan. Pada sel-sel epitel terlihat sebagai
sabuk dan disebut sebagai adhesion belt. Posisi z. adheren biasanya
terletak di tengah dari tautan yang ada, yaitu di atas adalah z. ocludens dan
di bawahnya terdapat desmosom. Struktur yang membentuk adherins junction
adalah transmembran linker glikoprotein, filamen intermedian (10 nm) yang
menyebar dari daerah tautan ke dalam matriks sitoplasma sel dan membran
plasma terpisah pada jarak 10-15 nm.
2) Makula adherens atau desmosom
Desmosom terletak di bawah z. adherens dan merupakan struktur
yang memegang sel berdekatan, dimana setiap sel membentuk setengah
desmosom. Struktur yang membentuk desmosom adalah (i) cytoplasmiq
plaque, (ii) filamen intermediat yang jenisnya tergantung pada tipe sel yang
membentuknya misalnya filamen keratin pada jaringan epitel, filamen desmin
pada jantung, filamen vemetin pada membran otak (iii)membran sel, dan (iv)
transmembran linker glikoprotein.
23
23

Gambar 5.30.Perbesaran dari desmosoma


http://www.easternct.edu/depts/edu/units/tissues.ppt.

3) Hemidesmosom
Hemidesmosom merupakan struktur yang terbentuk apabila terjadi
tautan antar sel dengan membran basalis. Terlihat hanya setengah
desmosom yang terbentuk

Gambar 5.31
http://www.easternct.edu/depts/edu/units/tissues.ppt.

c. Gap Junction
Merupakan hubungan antar sel yang paling banyak tersebar pada
jaringan tubuh. Dengan mikroskop elektron tampak adanya celah sebesar 3
nm yang menghubungkan dua sel yang bersebelahan. Celah ini
menyebabkan ion-ion anorganik dan molekul-molekul kecil yang larut di
dalam air dapat lewat secara langsung dari sitoplasma dari satu sel ke sel
lainnya. Dengan adanya gap junction ini dapat terjadi komunikasi langsung
dari dua sel yang berdekatan bersatu membentuk saluran yang
menghubungkan kedua sel tersebut.

Gambar 5.32 Gup Junction


http://www.easternct.edu/depts/edu/units/tissues.ppt.

F. FUNGSI MEMBRAN PLASMA


Fungsi membran plasma yaitu sebagai tempat penerimaan,
pemindahan dan penerusan informasi. Membran plasma memegang peranan
penting dalam memin-dahkan dan meneruskan informasi dari kompartemen
yang satu ke kompartemen yang lain. Membran plasma, di permukaan
luarnya memiliki molekul-molekul rantai samping yang disebut penerima
(reseptor). Rantai-rantai samping ini sangat khas, bentuk dan susunan setiap
rantai samping berbeda. Setiap reseptor mampu menyatu dengan molekul
khas yang disebut molekul pengikat (ligand) yang memiliki bentuk dan
susunan sesuai dengan reseptor.

Gambar 5.33 Reseptor pada permukaan membran sel. Beberapa di antaranya dapat
dilepaskan (Neal O. Thorpe, 1984).
25
25

Sebuah sel memiliki beberapa jenis reseptor dan beberapa jenis sel
memiliki reseptor yang berbeda-beda pula. Mekanisme penerusan informasi
ditunjukkan pada Gambar 5.34

Gambar 5.34. Mekanisme penerusan pesan dan informasi. 1. pembawa isyarat pertama;
2. pemilah pesan; 3. pengubah pesan; 4. pelaksana;pembawa isyarat kedua
(Thorpe, 1984).
Selain fungsi-fungsi yang telah dibicarakan, membran plasma
bertanggung jawab atas terjadinya interaksi antar sel yang berlangsung terus
menerus antara sel-sel penyusun jaringan organisma multisel. Organ terdiri
dari beberapa jenis sel yang harus diperoleh dan mempertahankan
hubungan khas satu dengan yang lain untuk melakukan tugas bersama.
Untuk hal ini, adanya membran plasma memungkinkan sel saling mengenali,
menempel bila cocok dan bertukar zat serta informasi. Peranan lain dari
membran plasma yaitu sebagai tempat terjadinya kegiatan biokimia. Contoh:
di membran dalam mitokondria, komponen-komponen dari rantai transpor
elektron dan fosforilasi oksidatif harus bekerja sama dalam koordinasi yang
baik. Susunan protein-protein ini dalam bentuk rakitan reparasi di dalam
membran plasma, memungkinkan elektron berpindah dari pembawa
(carrier) yang satu ke pembawa berikutnya secara teratur. Akibatnya, tenaga
elektron dapat berubah menjadi tenaga kimia, dalam hal ini misalnya
ATP. Kegiatan enzimatis di dalam sel, umumnya selalu berkaitan dengan
membran sel.
Gambar 5.35. Berbagai fungsi protein membran (a) transpor, (b) aktivitas enzim, (c)
transduksi sinyal, (d) fusi interseluler, (e) pengenalan sel, dan (f) pelekatan
ke sitoskeleton dan matriks ekstraseluler (Campbell, Reece, dan Mitchell,
2000)

J. Membran Sel dan sistem Imun


Sel bersifat antigenik, ini berarti bahwa apabila sel dari suatu jenis
hewan dimasukkan ke dalam jenis hewan yang lain, penerima mengenali sel
yang dimasukkan sebagai benda asing. Oleh karena itu, penerima
menghasilkan badan penangkal (antibodi) yang bereaksi secara khas dengan
sel asing tersebut. Apabila sel asing tersebut tetap utuh, berarti bahwa
antigen merupakan komponen permukaan khusus dari sel asing tersebut.
Protein dan karbohidrat, atau gabungan dari kedua- duanya
merupakan satu-satunya antigen permukaan. Mengingat komposisi
membran sel sangat rumit, maka faktor penentu pada suatu sel sangat
banyak. Salah satu di antaranya yaitu antigen golongan darah A, B, atau O
(Gambar 6.36).
27
27

Gambar 5.36. Membran plasma eritrosit di dalam darah golongan O, A, B


dan AB

Molekul karbohidrat bertanggung jawab terhadap kekhasan sifat


antigenis membran sel. Sifat antigenis ini berkaitan dengan sistem kekebalan
(imun) tubuh dan kemampuannya membedakan sel sendiri dari sel asing. Sel
asing dapat dikenali sebagai sel asing, karena glikoprotein pembentuk
membrannya memiliki karbohidrat yang berbeda dengan karbohidrat
glikoprotein pembentuk membran sel penerima. Keadaan seperti ini memacu
tanggapan kekebalan.
Kekhususan susunan karbohidrat pada membran plasma sangat erat
hubungannya dengan kegiatan lektin, antibody, dan antigen. Lektin
merupakan protein khusus yang memiliki daya ikat terhadap gula dan
bereaksi dengan gula tersebut seperti halnya enzim bereaksi dengan
substratnya, atau antibodi dengan antigen. Mengingat reaksi lektin dengan
gula sangat khas, lektin dapat digunakan untuk mengetahui letak,
penyebaran, dan jenis molekul gula yang terkait di permukaan sel. Selain itu,
lektin memungkinkan terjadinya aglutinasi (Gambar 5.37)
Gambar 5.37. Aglutinasi sel oleh adanya lektin. 1. lektin bivalen; 2. rantai samping
karbohidrat; 3. sel beraglutinasi (Sheeler dan
Bianchi, 1983).

Antigen dinyatakan sebagai molekul yang mampu memacu


pembentukan antibodi oleh sistem imun pada hewan tinggi. Ditinjau dari segi
molekuler. Antigen adalah glikoprotein di dalam membran sel atau zarah
asing yang terdapat di dalam tubuh hewan. Antibodi atau immunoglobulin
yang dihasilkan sebagai tanggapan terhadap kehadiran antigen,
bereaksi dengan antigen tersebut membentuk suatu kompleks. Reaksi antara
antigen dengan antibodi sangat khas. Satu jenis antibodi bereaksi hanya
dengan satu jenis antigen. (Gambar 6.38).
29
29

Gambar 5.38. Reaksi antara beberapa jenis antibodi dengan beberapa jenis antigen
(Sheeler dan Bianchii, 1983)

K. Pemulihan dan Perakitan Membran Sel


Membran sel sangat penting untuk kehidupan sel. Bila membran
melemah atau rusak, sel kehilangan kemampuannya untuk menjaga dan
mempertahankan keseimbangan. Misalnya; selektifitas transpor nutrien.
Pertumbuhan sel maupun beberapa kegiatan lainnya, seperti endositosis,
sangat ditentukan oleh membran. Mengingat pentingnya membran terhadap
kehidupan sel, pertumbuhan membran terjadi tanpa mengganggu
kehadiran membran yang lama. Dengan perkataan lain, membran yang baru
harus ditambahkan kepada membran yang lama tanpa mengganggu
peranannya sebagai pembatas dan pengangkut yang selektif.
Berdasarkan struktur membran, perlu perhatian khusus terhadap
mekanisme perakitan membran tersebut. Telah diketahui bahwa membran,
tidak simetris. Protein tersebar tidak merata dan karbohidrat hanya terdapat
di permukaan luar. Setiap perubahan kedudukan komponen-komponen
membran perlu dirakit sedemikian rupa sehingga letak molekul-molekul
penyusunnya tepat pada tempatnya. Dikenal ada tiga cara perakitan
membran, yaitu: (i) Perakitan dengan sendirinya (Gambar 6.39) Perakitan
dengan cara ini banyak memiliki kekurangan.
Gambar 5.39. Akibat perakitan dengan sendirinya pada asimetri membran.1.
misel; 2. lapisan ganda lipida, 3. protein (Thorpe, 1984).
Perakitan berlandaskan hipotesis isyarat (signal hipothesis). Gambar
5.40 dan gambar 5.41, menunjukkan mekanisme perakitan tersebut. Dalam
proses perakitan ini terdapat 5 tahapan. Tahap (i). Proses sintesis protein, (ii)
pembentukan vesikula dan pendekatan vesikula ke membran, (iii) fusi antara
vesikula dengan membran, (iv) peleburan vesikula dengan membran, dan
tahap (v) hasil pertumbuhan membran.

Gambar 5.40. Hipotesis isyarat pada pembentukan membran. 1. REG; 2. mRNA; 3.


ribosoma; 4. peptida isyarat; 5. peptida isyarat dilepas;6. karbohidrat; 7.
ribosoma bebas (Thorpe, 1984)
31
31

Gambar 5.41 Peleburan membran vesikula dengan membran plasma pada


pembentukan membran berdasarkan hipotesis isyarat
(Thorpe, 1984).
Perakitan berlandaskan hipotesis picu.
Dalam perakitan ini, protein yang akan menjadi protein integral
membran sel dibuat oleh ribosoma bebas, dilipat menjadi bentuk yang
sesuai dengan kelarutan membran dan akhirnya disisipkan di antara molekul-
molekul lipida membran sel. Gambar 6.40 menunjukkan mekanisme hipotesis
picu.

Gambar 5.42. Perbandingan signal hipotesis dan membran triggert hipotesis

Anda mungkin juga menyukai