Anda di halaman 1dari 23

Bentuk Instrumen.

Bentuk instrumen dapat dikatagorikan menjadi 2, yaitu tes


dan nontest. Tes umumnya digunakan untuk mengetahui
keberhasilan siswa pada ranah kognitif dan psikomotor. Non tes
umumnya digunakan untuk melihat keberhasilan siswa pada
ranah afektif, tetapi dapat juga digunakan untuk ranah
psikomotor.

Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan antara lain:


a. Pertanyaan Lisan. Bentuk soal ini dapat dipakai untuk
menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berfikir
rendah seperti pengetahuan sampai dengan evaluasi.

b. Benar Salah. Bentuk ini akan berbobot jika pernyataan


yang diajukan mengandung tingkat berfikir analisis atau
sintesis.
Contoh:
B S Detak jantung orang dewasa lebih cepat daripada
detak jantung anak kecil sebab semakin tinggi usia
seseorang semakin tidak elastis dinding pembuluh
darahnya.

c. Pilihan Ganda. Bentuk soal ini dapat dipakai untuk menguji


penguasaan kompetensi pada tingkat berfikir rendah seperti
pengetahuan sampai dengan evaluasi. Bentuk soalnya
terdiri atas:
- Stem : pertanyaan/pernyataan yg berisi masalah
Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban
Kunci : jawaban yg benar/paling tepat
- Distraktor : jawaban pengecoh
Pedoman pembuatan soal bentuk ini lihat lampiran.

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


Contoh:
Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis
tidak akan terjadi tanpa . . . .
A. Udara, tanah, dan air
B. Cahaya, udara, dan air
C. Tanah, cahaya, dan udara
D. Air, tanah, dan cahaya
Soal diatas kurang baik, karena stem bersifat negatif,
sebaiknya :
Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis
akan terjadi bila terdapat . . . .

Jika anda mengamati sel dengan perbesaran lensa objektif


40x dan perbesaran lensa okuler 10x, berapa kali
perbesaran dari sel yang anda amati?
A. 4 kali
B. 10 kali
C. 40 kali
D. 100 kali
E. 400 kali

d. Uraian Objektif. Pertanyaan yang dipakai seperti


simpulkan, tafsirkan, uraikan dsb., dengan jawaban yang
sudah pasti
Contoh:
Uraikan tiga tahap sintesis protein secara singkat dan benar!
Jawaban tetap dan sudah pasti: 1. Transkripsi ADN, 2.
Translasi, 3. Sintesis

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


e. Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah
kognitif, jawaban bebas.

Contoh:
Jelaskan cara penggunaan thermometer badan badan untuk
mengukur suhu seseorang!

f. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Materi yang di uji


bisa banyak, namun tingkat berfikir yang diukur cenderung
rendah. Jawaban dalam bentuk kata, bilangan atau simbol
Contoh:
Apa nama alat yang digunakan untuk mengukur suhu
badan?
Gen terdiri atas komponen . . . dan . . . .

g. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan


konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berfikir
yang terlibat cenderung rendah.

h. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui


perkembangan unjuk kerja siswa, sehingga dapat terlihat
adanya penilaian proses. Portofolio merupakan kumpulan
hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun
berdasarkan urutan katagori kegiatan. Penilaian disesuaikan
dengan tugas yang diberikan
Contoh:
Buatlah laporan kegiatan suatu proyek mulai dari
perencanaan, pelaksanaan serta hasil penelitiannya!

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


i. Performans (Unjuk Kerja). Bentuk ini digunakan untuk
kompetensi yang berhubungan dengan praktik. Performans
dalam mata pelajaran Biologi umumnya berupa kerja praktik
di laboratorium atau diluar lab.
Contoh: Lampiran

Beberapa bentuk instrumen non tes yang dapat digunakan


antara lain:
1. Skala Likert. Bentuk ini merupakan skala penilaian dengan
rentangan dari yang sangat positif sampai negatif, misal SS,
S, R, TS, STS. Dapat juga diberi skor mulai dari 1 sampai
dengan 5. Dalam hal ini yang penting adalah kemampuan
penilai dalam merumuskan indikator dari variabel yang akan
diukur. Jika indikator sudah diperoleh baru susun daftar
pertanyaan yang sesuai dengan indikator. Lihat
lampiran.

2. Semantik Diferensial.Bentuk ini merupakan suatu model


skala dengan meletakan suatu rentangan di antara dua kata
atau ide yang berlawanan. Model skala bipolar ini sangat
baik untuk mengungkapkan unsur evaluasi (pemilihan kata
ragu-ragu dihilangkan)
Contoh:
Mikrobiologi
Menarik ______,______,______,_____ Membosankan
Mudah ______,______,______,_____ Sukar
Muntungkan ______,______,______,_____ Merugikan
Mengasikkan ______,______,______,_____ Menjemukan

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


3. Observasi. Digunakan untuk mengukur tingkah laku/suatu
kejadian, Ada 3 jenis observasi:
a. Observasi langsung, langsung diamati
b. Observasi tidak langsung, menggunakan alat
c. Observasi partisipasi, pengamat terlibat

4. Sosiometri. Digunakan untuk melihat hubungan sosial


siswa dgn teman sekelasnya.

Langkah-langkah Membuat Soal:


1. Tentukan indikator yg akan diujikan
2. Buatlah kisi-kisi soal
3. Buatlah soal sesuai dgn indikator yg diujikan
4. Perhatikan tingkat berfikir untuk setiap soal
5. Jumlah dan bentuk soal sesuaikan dgn waktu yg
tersedia
6. Buatlah petunjuk mengerjakan soal

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


Contoh Kartu Soal:
Jenjang Pendidikan : SMA
Mata pelajaran : Biologi
Kelas :X
Semester : 1 (Satu)
Jenis Tagihan : Tes
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 40 butir
Waktu : 60 menit

Indikator: Siswa dapat mengidentifikasi obyek dan permasalahan


Biologi
No Soal : 01 TB : C1
Soal: Pada proses pemberantasan penyakit menular, misalnya
penyakit demam berdarah, perlu melibatkan pengetahuan
biologi. Pengetahuan tersebut terutama berkaitan dengan .
. . . .
A. Populasi nyamuk
B. Jenis kelamin nyamuk
C. Daur hidup nyamuk
D. Fisiologi nyamuk
E. Morfologi nyamuk

Kunci Jawaban : C

Ciri alat ukur yang baik

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


1. Valid
Mengukur apa yang seharusnya di ukur
2. Komparabel
Dapat diperbandingkan dengan kriteria standar atau pre dan
Posttest.
3. Reliabel
Dapat dipercaya, ajeg/konstan
4. Ada Tingkat Kesukaran
Menunjukan tingkat kesukaran yang memadai
Jumlah siswa yang dapat mengerjakan/menjawab test
dengan benar.
5. Mempunyai kemampuan Diskriminasi
Kemampuan soal tersebut untuk membedakan antara siswa
yang pintar dengan yang kurang pintar

Cara Pemberian Skor.

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


Sebelum skor diolah menjadi nilai, terlebih dahulu harus
ditentukan bagaimana cara pemberian skornya.

1. Cara pemberian skor bentuk uraian


- Buatlah kunci jawaban, seiring pembuatan soal.
- Nilailah semua jawaban siswa soal demi soal, dan bukan
siswa demi siswa. Ini akan menghindari terjadinya halo efek.
- Nilailah jawaban soal tanpa mengetahui identitas atau nama
siswa.
- Jika setiap soal yang digunakan memiliki bobot yang
berbeda, siswa diberi informasi berapa bobot tiap soal, agar
siswa dapat lebih cermat dalam menjawab.

2. Cara pemberian skor bentuk Objektif


a. Fill-in dan completion (tes isian dan melengkapi).
Cara pemberian skor ini ada dua pendapat. Yang
pertama mengatakan bahwa skor maximal setiap bentuk
fill-in sama dengan jumlah isian yang ada pada tes
tersebut. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa skor
maximal dihitung menurut jumlah soalnya. Hitunglah
dengan menggunakan rumus:

S = R

b. True-False (Betul Salah).


Untuk menghitung skor akhir dari seluruh soal bentuk
true-false biasanya dipergunakan rumus berikut:
S = R - W

c. Multiple choice (Pilihan berganda)


ara pemberian skornya sebagai berikut: S = R - W__
n - 1

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


d. Matching (Menjodohkan)
Pada bentuk soal seperti ini, yang dihitung hanya
jawaban yang benar saja, dengan rumus: : S = R

3. Cara pemberian skor akhir.


- Jika suatu tes terdiri dari berbagai macam bentuk tes,
maka skor akhir di hitung dengan menggunakan rumus
yang berlaku, kemudian jumlahkan.
- Berilah bobot pada setiap soal sesuai dengan tingkat
kesukarannya.
- Contoh soal:
Suatu tes terdiri dari empat macam bentuk soal seperti
berikut;
T F , 30 soal bobotnya 1
Multiple choice, 20 soal, bobot 2, Option 4.
Matching, 10 soal, bobot 3.
Essay, 4 soal, bobot 4.

Berapakah nilai Badu, jika dia dapat mengerjakan soal


seperti berikut:

No Bentuk Soal Betul Salah


1. True-False 22 6
2. Multiple choice 14 6
3. Matching 7 2
4. Essay 3 1

Hasil akhir Badu? Skor ini dikatakan nilai mentah,


yang harus diolah.
Mengolah skor mentah menjadi nilai.
Ada dua cara mengolah skor mentah menjadi nilai.
a. Penilaian Acuan Patokan (PAP/ Criterion Referenced
Evaluation), yaitu penilaian dilakukan dengan cara

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


membandingkan skor mentah dengan patokan atau
kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Untuk cara ini dapat menggunakan rumus Percentages
Correction, dengan rumus sebagai berikut:
S = _R_ X SM
N
Keterangan:
S = skor yang di cari atau diharapakan
R = skor mentah yang diperoleh siswa
N = skor maximum ideal dari tes tersebut
SM = Standard Mark (besarnya skala penilaian
yang dikehendaki), misal : 1 10 atau 10 - 100

b. Penilaian Acuan Norma (PAN, Norm Referenced


Evaluation). Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan skor mentah dengan seluruh siswa
peserta tes, dengan cara ini dapat dilihat kedudukan
siswa dalam kelompoknya.

Mengolah skor mentah menjadi nilai 1 10


Umpamakan seorang guru memperoleh skor mentah dari
hasil ulangan biologi sebagai berikut:
16 64 87 36 65 42 43 54 47 51 77 55 68 42 47 42 46
45 50 20 57 28 7 44 51 40 39 39 57 28 39 21 48 46
37 41 43 49 71 29 44 34 50 45 35 44 52 56 45 40
Untuk mengolah skor mentah tersebut dengan menggunakan
Tabel Distribusi Frekuensi, langkahnya sebagai berikut:
- Tentukan dahulu banyaknya kelas interval dengan cara:

- Mencari Range (R), yaitu selisih antara skor maximum


dan skor minimum
R = 87 7 = 80

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


- Bagilah Range ke dalam kelas interval yang sama
sedemikian rupa, sehingga jumlah kelas interval berada
antara 6 15 atau 11 19 , dengan rumus: R + 1
i
untuk soal ini kelas interval ditentukan sendiri
yaitu 11, carilah interval (i) !
- Cara lain untuk menentukan besarnya kelas interval dapat
menggunakan rumus Sturges: k = 1 + 3,3 log n
k = banyaknya kelas interval yang dikehendaki
1 = bilangan tetap
n = jumlah siswa
- Masukan ke dalam Tabel Distribusi Frekuensi
Kelas Interval Tally f d fd Fd
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 7 - 14
Jumlah

- Membuat tally pada kolom 3

- Mengisi jumlah tally ke dalam kolom 4

- Menentukan deviasi pada lajur d, dengan menetapkan letak


Mean Dugaan (M) dengan angka 0 (nol) pada kelas yang
mengandung frekuensi paling besar. Selanjutnya letakan

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


angka-angka Deviasi itu dari nol ke atas di beri tanda +
(plus) dan dari angka nol ke bawah di beri tanda (negatif)
- Mengisi lajur fd dengan mengalikan angka-angka pada lajur
f dan d.
- Mengisi lajur fd2

- Selanjutnya mencari Mean dengan rumus;


M = M + i (fd )
N
- Terlebih dahulu harus di cari M, yaitu kelas interval yang
mempunyai frekuensi terbanyak di bagi 2
- Selanjutnya cari Deviasi Standar (DS), dengan rumus:

DS = i fd - (fd)
N N

- Untuk mendapatkan nilai 1 sampai 10, masukan dalam


rumus Penjabaran sebagai berikut:
M + 2,25 DS = 10
M + 1,75 DS = 9
M + 1,25 DS = 8
M + 0,75 DS = 7
M + 0,25 DS = 6
M - 0,25 DS = 5
M - 0,75 DS = 4
M - 1,25 DS = 3
M - 1,75 DS = 2
M - 2,25 DS = 1
- Berpedoman pd penjabaran di atas, sekarang guru tinggal
mengubah skor mentah yg ada ke dalam nilai 1 - 10.
- Kebaikan penilaian ini adalah bahwa nilai-nilai yang
diperoleh siswa benar-benar mencerminkan kapasitas

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


kelompok, tetapi kelemahannya tidak terlihat pencapaian
ketuntasan belajar.
- Untuk mengurangi kelemahan tersebut dapat menggunakan
Mean Ideal dan DS Ideal
- Mean Ideal = skor max ideal
2 S Ideal = Mean Ideal
3
- Lihat perbedaan kedua sistem penilaian!

Mengolah skor mentah menjadi skor standar Z


yaitu skor yang penjabarannya didasarkan unit Deviasi Standar
dari Mean. Gunanya utk menentukan peringkat siswa di kelas,
krn menggabungkan beberapa nilai menjadi satu nilai akhir.
Rumus yang digunakan: Skor Z = X - M
DS
Contoh: Tabel: Skor mentah untuk di olah
Mata pelajaranSkor Basir Skor Achmad Mean DS
Fisika 65 70 60 4,0
Biologi 55 60 45 4,0
Kimia 70 60 75 5,0
Hitunglah siapa yang mempunyai peringkat tertinggi!

Analisa Soal
Tujuan dibuatnya analisa soal adalah untuk mencari soal tes
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Juga dapat diketahui
mengapa soal itu baik atau buruk, dengan adanya analisa soal ini
,maka dapat diketahui beberapa hal penting antara lain:

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


1. Sampai dimana Tingkat atau Taraf Kesukaran (difficulty
level) soal tersebut?
2. Apakah soal itu mempunyai Daya Pembeda (discriminating
power), sehingga dapat membedakan kelompok siswa yang
pandai dengan siswa yang bodoh?
3. Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik
jawaban-jawaban, ataukah ada yang demikian tidak menarik
sehingga tidak perlu dimasukan ke dalam soal?

Untuk menghitung taraf kesukaran dan daya pembeda tiap


soal dari suatu tes, terlebih dahulu harus mengelompokan hasil
tes tersebut ke dalam 3 kelompok berdasarkan rangking dari
keseluruhan skor yang diperoleh:
- Kelompok pandai atau upper group (25% dari rangking
teratas)
- Kelompok kurang atau lower group (25% dari rangking
terbawah)
- Kelompok sedang atau middle group (50% rangking bagian
tengah)
Yang diperlukan dalam analisa soal selanjutnya adalah
kelompok pandai dan kelompok kurang, sedangkan kelompok
sedang/tengah tidak diperhitungkan. Cara perhitungannya adalah
sebagai berikut:
1. Taraf Kesukaran (Difficulty Level) soal.
Untuk menghitung taraf kesukaran suatu soal dipergunakan
rumus sebagai berikut: TK = U + L
T
Keterangan:
TK = indeks Tingkat Kesukaran yang dicari
U = jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok
pandai
L = jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


kurang
T = jumlah siswa dari kelompok pandai dan kurang

2. Daya Pembeda (Discriminating Power) suatu soal.


Dari analisa ini dapat diketahui bagaimana kemampuan soal itu
untuk membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok
kurang, rumus yang digunakan sebagai berikut: DP = U - L
1/2T

Selanjutnya masukan dalam Format Tabulasi Jawaban Soal.


Format Tabulasi Jawaban Tes dari Upper Group
No No Nomor Soal Jumlah
Urut Siswa jawaban
1 2 3 4 5 6
1 01A 1 1 1 1 1 1
2 08A 1 1 1 1 0 1
3 11A 1 0 1 1 1 1
4 14A 1 1 0 1 1 1
5 26A 1 1 1 1 0 1
6 29A 1 1 0 1 1 1
7 02A 1 1 1 1 1 0
8 10A 1 1 1 1 1 0
9 30A 1 1 0 1 1 1
10 13A 1 1 1 1 1 1
11 27A 1 1 1 1 1 1
12 35A 1 1 0 1 1 1
Jmlh penjawab 10 9 6 10 8 8
Tiap soal
Format Tabulasi Jawaban Tes dari Lower Group
No No Nomor Soal Jumlah
Urut Siswa jawaban
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 04A 1 1
2 06A 1 1 0
3 12A 1 0 1
4 15A 1 1 1
5 20A 1 1 0
6 21A 1 0 1
7 25A 1 0 1
8 09A 1 0 1
9 32A 1 0 1
10 19A 1 1 0

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


11 23A 1 0 1
12 33A 0 0 1
Jmlh penjawab 9 4 7
Tiap soal

FORMAT ANALISIS SOAL


Keterangan
No Soal U L (U + L) (U - L) TK DP TK DP
1 10 9 19 1 0.95 0.10 revisi
2 9 4 13 5 0.65 0.50
3 6 7 13 -1 0.65 -0.10 Revisi
4 10 2 12 8 0.60 0.80
5 8 5 13 3 0.65 0.30
6 8 6 14 2 0.70 0.20
7 9 6 15 3 0.75 0.30
8 9 5 14 4 0.70 0.40
9 8 3 11 5 0.55 0.50
10 10 6 16 4 0.80 0.40
11 6 2 8 4 0.40 0.40
12 10 4 14 6 0.70 0.60
13 7 4 11 3 0.55 0.30
14 8 5 13 3 0.65 0.30
15 9 2 11 7 0.55 0.70
16 9 8 17 1 0.85 0.10 revisi
17 7 7 14 0 0.70 0.00 Revisi
18 10 8 18 2 0.90 0.20 revisi
19 10 7 17 3 0.85 0.30 revisi
20 9 7 16 2 0.80 0.20

3. Menentukan kriteria soal.


Untuk menentukan soal itu dikatakan baik atau tidak baik
sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut:

a. Untuk soal Betul Salah


Jika TK 0,16, dikatagorikan soal yang sukar.
Jika TK 0,84, dikatagorikan soal mudah

b. Untuk soal yang berbentuk pilihan ganda


Untuk pilihan ganda dengan 4 option
Jika TK 0,24, dikatagorikan soal yang sukar.
Jika TK 0,76, dikatagorikan soal yang mudah

c. Untuk pilihan ganda dengan 5 option

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


Jika TK 0,27, dikatagorikan soal yang sukar.
Jika TK 0,73, dikatagorikan soal yang mudah

d. Jika daya pembeda soal itu adalah 0 (nol) atau negatif


(minus), maka soal itu perlu direvisi atau diperbaiki.

Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran
tersebut.
Jadi dapat dikatakan bahwa valid tidaknya suatu alat ukur
tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan
tepat.

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


Suatu tes yang valid, tidak sekedar mampu
mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data
tersebut.
Cermat berarti bahwa pengukuran itu mampu
memberikan gambaran mengenai perbedaan yang
sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan yang
lain.
Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu
koefisien yang disebut koefisien validitas (rxy).
Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam bilangan
koefisien antara 1,00 sampai dengan 1,00. Nilai
koefisien tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus korelasi Product-Moment dari Pearson. Kualifikasi
koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Nilai korelasi antara
-1,00 sampai 0,20 berarti korelasi sangat rendah
- 0,21 sampai 0,40 berarti korelasi rendah
- 0,41 sampai 0,70 berarti korelasi cukup
- 0,71 sampai 0,80 berarti korelasi tinggi
- 0,91 sampai 1,00 berarti korelasi sangat tinggi

Jenis-jenis validitas suatu tes


1. Validitas Isi (content validity)
Suatu tes dikatakan valid ditinjau dari segi isi, jika isi
naskah soal tersebut sesuai dengan materi yang
diajarkan. Validitas isi tes dapat dicapai dengan
mengembangkan kisi-kisi perencanaan tes. Soal yang
ditampilkan sesuai dengan indikatornya. Untuk setiap
indikator dapat berisi lebih dari satu soal.
2. Validitas Kontrak (construct validity)

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


Validitas konstrak adalah validitas yang menunjukan
sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur sesuai dengan
konsep atau konstruksi teoritis yang mendasari
disusunnya tes atau alat ukur tersebut.
3. Validitas Kriteria (criterion-related validity)
Validitas ini memperhatikan hubungan yang ada antara
satu tes dengan alat ukur lain yang berfungsi sebagai
kriteria atau bahan pembanding. Hasil pengukuran dari
tes yang akan diperiksa validitasnya diperbandingkan
dengan suatu kriteria. Hasil perbandingan itu merupakan
koefisien validitasnya yang dihitung menggunakan
Product-Moment dari Pearson
Contoh:
Mengkorelasikan 2 soal ulangan yang setara
Hasil ulangan di dapat sbb.:
Nama A B C D E F G H I J K L M N O
Skor 14 18 18 17 18 19 19 20 22 23 24 27 24 18 28

Nama A B C D E F G H I J K L M N O
Skor 12 15 17 15 16 17 18 18 20 20 22 24 24 18 26
Masukan dalam tabel :

No Skor X Skor Y XY X Y
1 14 12
2 18 15
3 18 17
4 17 15
5 18 16
6 19 17
7 19 18
8 20 18
9 22 20
10 23 20
11 24 22
12 27 24

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


13 24 24
14 18 18
15 28 26

Rumus Product Moment dari Pearson sebagai berikut:

Reliabilitas
Realiabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes
mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang
diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil.
Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika senantiasa
memberikan hasil yang sama setiap kali diterapkan pada
situasi atau obyek yang sama.

Jenis-jenis reliabilitas suatu tes


1. Metode dua tes
Dua tes yang paralel dan setaraf (ekuivalen), diberikan
pada sekelompok anak. Hasil dari kedua tes tersebut
kemudian dicari korelasinya. Untuk melihat korelasinya
dapat menggunakan Product Moment dari Pearson dan
Rank Method of Correlation dari Spearman
2. Metode satu tes
a. Test Retest. Pada metode ini satu tes dapat
dipakai dalam dua kali pengukuran pada kelompok

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


murid yang sama, tetapi dalam waktu yang berbeda .
Kondisi waktu pengukuran dan ulangannya
diusahakan agar kurang lebih sama. Hasil
pengukuran dari dua kesempatan tersebut
diperbandingkan dengan menggunakan teknik
korelasi Product Moment dari Pearson
b. Splithalf. Suatu tes dibagi menjadi dua bagian yang
sama tingkat kesukarannya, sama isi dan bentuknya.
Pembagiannya berdasarkan nomor soal. Nomor soal
yang gasal menjadi satu kelompok, sedangkan
kelompok lainnya terdiridari nomor soal genap.
Kemudian dilihat skor masing-masing bagian
paruhan tes tersebut dan dicari korelasinya dengan
menggunakan rumus:

Reliabilitas suatu tes ( r ) = 2 X ( reliabilitas half test)


1 + (reliabilitas half test)

c. Deviasi standar. Pada metode ini tidak memerlukan


perhitungan korelasi, tetapi menggunakan Deviasi
Standar masing-masing dari kedua bagian tes dan
Deviasi Standar seluruh tes, dengan rumus sebagai
berikut:

Sa2 + Sb2
r = 2(1 - )
2
St

Keterangan:
Sa = SD dari tes yang pertama
Sb = SD dari tes yang kedua
St = SD dari seluruh tes
d. Kuder Richardson. Yaitu menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh dua orang ahli

Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)


measurement yang bernama Kuder dan
Richardson. Koefisien korelasinya terkenal dengan
sebutan KR 21 dan KR 20, dengan rumus sebagai
berkut:

n St2 - npq
KR. 21 r = ( )
2
n - 1 St

n St2 - pq
KR. 20 r = ( )
n - 1 St2
20 =

Keterangan:
n = jumlah soal dalam tes
St = SD untuk seluruh tes
p = Mean dibagi jumlah soal
q =1-p

Analisis soal Secara Manual


Dra. Rahmah Zulaiha, MA

Penerbit:PUS
PENDIKJakar
ta, 2008
Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)
Bahan Ajar Evaluasi (mieke m)

Anda mungkin juga menyukai